You are on page 1of 13

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Semak Bunga Putih Sebagai Pakan Ternak

Semak bunga putih (Chromolaena odorata) bersinonim dengan

Eupatorium odoratum L. dan E. Conyzoides Vahl. Chromolaena. Beberapa daerah

di Indonesia menyebut tanaman ini dengan nama tekelan atau kirinyuh.

Klasifikasi sem, familia Asteraceae, genus Chromolaena, spesies Chromolaena

odorata (L.) King & H.E. Robins (Anonimous, 2008).

Gulma merupakan tumbuhan perdu berkayu (woody weeds) tahunan

dimana batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma mempunyai ciri

khas: daun berbentuk segitiga, mempunyai tiga tulang daun yang nyata terlihat

dan bila diremas akan terasa bau yang menyengat, percabangan berhadapan,

bunga majemuk berwarna putih kotor. Penyebaran gulma berada pada daerah ak

bunga putih sebagai berikut: kingdom Plantae (tumbuhan), super divisio

Spermatophyta (menghasilkan biji), divisio Magnoliophyta (berbunga), kelas

Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), sub kelas Asteridae, ordo Asteralesdengan

ketinggian antara 50-1000 m di atas permukaan laut (Nasution, 1986).

Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif

maupun vegetatif. Secara generatif, biji gulma yang halus, ringan dan berjumlah

banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan maupun manusia.

Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang ada di

dalam tanah akan membentuk tunas-tunas baru dan muncul kepermukaan tanah

menjadi perdu (Barus, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Gulma ini masih menjadi masalah penting di perkebunan, kehutanan,

saluran pengairan dan padang penggembalaan (Sukman dan Yakup, 1995). Gulma

semak bunga putih tidak dikehendaki kehadiranya dalam suatu area tertentu

karena dianggap mengganggu tanaman pertanian maupun rumput yang

merupakan pakan ternak. Sistem perakaran semak bunga putih bercabang banyak

dan adventif sehingga mampu menyerap unsur N yang terikat kuat dalam tanah.

Permukaan bagian bawah daun yang halus dan bagian atas yang kasar

memungkinkan air tanah diserap dan disimpan di daun serta bagian hijau lainnya

(Rovihandono, 2008).

Menurut Mulik (2007) semak bunga putih sangat berpotensi sebagai pakan

ternak karena kandungan proteinya sangat tinggi (21 36%) setara dengan turi

gamal dan lamtoro. Sementara itu hasil penelitian Esterlina (2009) dan Winanto

(2009) kandungan protein kasar daun semak bunga putih 25.51% (Tabel 1).

Tabel 1. Kandungan nutrisi semak bunga putih

Nutrisi Kandungan
Protein kasar (%) 25.51
Energi* (kkal/g) 3.58
Lemak kasar (%) 1.88
Serat kasar (%) 11.17
Abu (%) 15.92
Bahan kering (%) 89.94
Sumber: Esterlina (2009) dan Winanto (2009).

Kelebihan daun semak bunga putih mempunyai beberapa kandungan asam amino
yang tinggi antara lain: alanin, arginin, glisin, leusin dan valin yaitu lebih dari 4 %
(Tabel 2). Asam amino diperlukan tubuh untuk pertumbuhan bagi setiap ternak.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Kandungan beberapa asam amino semak bunga putih

Asam amino Kandungan(%)


Alanin 4.03
Arginin 4.96
Gilisin 4.61
Lisin 2.01
Methionin 1.58
Sistin 1.30
Leusin 7.01
Valin 6.20
Sumber : Mullik (2007)

Hasil analisis proksimat terhadap semak bunga putih yang telah

fermentasi dengan Aspergillus niger menunjukan protein yang cukup tinggi yaitu

28.08 % (Tabel 3).

Tabel 3. Kandungan semak bunga putih hasil analisa proksimat.

Nutrisi Kandungan
Protein kasar (%) 28.08
Energi* (kkal/g) 2.679
Lemak kasar (%) 3.49
Serat kasar (%) 9.77
Abu (%) 13.87
Bahan kering (%) 79.17
Sumber : Labaoratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Sumatera Utara(2009).
*Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makan Ternak IPB(2009).

Penelitian di Pakistan oleh Bamikole dan Osemwenkhoe (2004)

menunjukkan bahwa tepung daun semak bunga putih dapat ditambahkan dalam

pakan kelinci sampai level 35%.

Peran Aspergillus niger dalam Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses metabolisme dimana enzim dari

mikroorganisme melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainya

sehingga terjadi perubahan kimia pada subtrak organik dengan menghasilkan

produk tertentu (Saono, 1988).

Universitas Sumatera Utara


Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan

perubahan-perubahan yang dapat memperbaiki mutu bahan pangan baik nilai gizi

maupun daya cerna serta meninggkatkan daya simpan. Produk fermentasi

biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal

ini disebabkan mikroba bersifat katabolik yang mempunyai kemampuan merubah

komponen-komponen kompleks yang terkandung dalam bahan pakan asal

menjadi zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna (Winarno dan Fradiaz,

1980). Pemecahan bahan pakan dibantu oleh beberapa enzim, antara lain:

cellulase, hemisellulase dan polimer-polimernya menjadi gula sederhana (Bukle et

al., 1985).

Penambahan bahan-bahan nutrien ke dalam media fermentasi dapat

merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang digunakan

sebagai sumber nitrogen pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang

ditambahkan ke dalam medium fermentasi akan diuraikan oleh enzim urease

menjadi amonia dan karbondioksida selanjutnya digunakan untuk pembentukan

asam amino (Fardiaz, 1989).

Aspergillus niger

Hardjo et al. (1989) mengemukan bahwa klasifikasi Aspergillus niger

sebagai berikut: genus Aspergillus, famili Euritaceae, ordo Eutiales, klass

Asomycotina, divisi Asmatgmycota.

Aspergillus niger bersifat aerob, sehingga membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhanya. Temperatur optimum bagi pertumbuhanya antara 35 - 37C.

Kirasarn pH optimum antara 5.0 7.0 dan membutuhkan kadar air media antara

Universitas Sumatera Utara


65 70%. Aspergillus niger mempunyai ciri yaitu benang tunggal yang disebut

hifa (berupa kumpulan benang-benang padat menjadi satu bahan miselium), tidak

mempunyai klorofil dan hidupnya heterotof serta berkembang biak secara

vegetatif dan generatif (Fardiaz, 1989).

Aspergillus niger di dalam pertumbuhanya berhubungan lansung dengan

zat makanan yang terdapat dalam medium. Aspergillus niger menghasilkan

beberapa enzim ektraseluler seperti amilase, amiglukosidase, pektinase, selulase,

glukosidase (Hardjo et al., 1989). Enzim urease akan memecah urea menjadi asam

amino dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino

(Lenhniger, 1991).

Ternak Kelinci

Menurut Susilorini et al., (2007) kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun yang

silam dengan tujuan keindahan, penghasil bulu, kulit (fur), wol dan hewan

percobaan. Kelinci diklasifikasikan ke dalam: kingdom Animalia, filum

Chordata dan subfilum Vertebrata, sementara untuk kelasnya kelinci termasuk

kedalam kelas mamalia; ordo Lagomorpha; famili Leporidae; sub famili Leporine;

genus Lepus, Orictolagus dan Species Lepus spp., Orictolagus spp. Cuniculus.

Menurut Whendrato dan Madyana (1986), pada saat ini di Indonesia ada

tiga macam kelinci yaitu kelinci lokal, kelinci unggul dan kelinci persilangan

(crossing). Kelinci lokal adalah keturunan kelinci yang masuk ke Indonesia sejak

lama, dibawa oleh orang Eropa dan Belanda sebagai ternak hias atau kesayangan.

Ciri-ciri kelinci lokal adalah: bentuk dan bobotnya kecil, sekitar 1.5 kg, bulu

bervariasi putih, hitam, belang, abu-abu, bila diperhatikan kelinci lokal

Universitas Sumatera Utara


mempunyai ciri-ciri keturunan kelinci Belanda (Dutch) dan atau kelinci New

Zealand. Kelinci lokal walaupun bukan berasal dari Indonesia asli, terjadi akibat

perkawinan silang yang tidak terkontrol dari generasi ke generasi , faktor

makanan, faktor cuaca, faktor pemeliharaan dan lain-lain sehingga terjadilah

kelinci yang biasa disebut kelinci local. Kelinci crossing merupakan kelinci hasil

silang antara kelinci lokal dengan kelinci unggul atau hasil silang dua jenis strain

unggul.

Berdasarkan bobot tubuh kelinci, Putra dan Budiana (2007)

menggolongkan kelinci menjadi tiga tipe yaitu:

1. Golongan kecil: dengan bobot 0.9-2 kg seperti Polish, Ducth dan Nederland

dwarf.

2. Golongan sedang: dengan bobot 2-4 kg seperti New Zealand, California,

Carolina, Simonoire dan Lop.

3. Golongan berat: dengan bobot 5-8 kg seperti Giant, Chinchila, Flemish giant

dan Chekered giant.

Dalam pemeliharaan kelinci, Rismunandar (1990) menyatakan bahwa

kelinci mempunyai tiga tujuan yaitu untuk memperoleh daging, kulit dan

bulunya. Bila tujuan pemeliharaan kelinci untuk dijual guna dimakan dagingnya

maka lamanya mengasuh anak harus diatur. Lamanya mengasuh anak dapat

ditetapkan hingga 8 minggu setelah lahir dan setelah itu induk kelinci dapat

dikawinkan lagi dengan pejantannya. Adakalanya sesudah anak berumur 6

minggu induk kelinci disatukan lagi dengan jantannya kemudian induk tersebut

mengasuh anak mereka kembali.

Universitas Sumatera Utara


Sistem Pencernaan Kelinci

Kelinci merupakan ternak pseudo-ruminant yaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar secara baik. Sistem pencernaan kelinci yang

sederhana dengan caecum dan usus yang besar memungkinkan kelinci untuk

memakan dan memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya.

Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang

terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci memfermentasikan pakan di usus

belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus besar),

kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya

(Sarwono, 2001). Kemampuan kelinci mencerna serat kasar dan lemak bertambah

setelah kelinci berumur 5-12 minggu.

Kelinci mempunyai kebiasaan cropophagy yaitu memakan kotoran lunak

yang berbentuk pellet langsung dari anusnya. Feses ini berwarna hijau muda dan

lembek (Blakely et al., 1998). Kegiatan ini selalu dilakukan oleh kelinci muda

umur 3 minggu pada waktu malam menjelang pagi. Hal ini merupakan akibat dari

fermentasi caecum yang menghasilkan banyak vitamin B, asam amino esensial

dan mengeluarkan serat kasar yang telah dicerna lebih lanjut, serta nutrisi yang

lainnya (Ranjhnan, 2001).

Kebutuhan Nutrisi Kelinci

Pakan adalah semua bahan makanan yang diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Sedangkan ransum adalah pakan yang terdiri dari satu atau lebih jenis

bahan yang diberikan untuk kebutuhan ternak sehari semalam. Hendaknya pakan

yang diberikan tidak dalam keadaan rusak (busuk atau bercendawan), disukai

Universitas Sumatera Utara


ternak, bebas dari penyakit, mudah didapat dan murah harganya (Widayati dan

Widalestari, 1996). Komposisi pakan berbeda untuk jenis hewan yang satu dengan

yang lain.

Konsentrat juga diperlukan dalam tambahan makanan kelinci. Konsentrat

berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi yang diberikan dan mempermudah

penyediaan makanan. Konsentrat sebagai ransum diberikan sebagai makanan

tambahan penguat. Konsentrat untuk pakan kelinci dapat berupa pellet (pakan

buatan pabrik), bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu atau

gaplek (Prasetyo, 2002).

Menurut Tillman et al., (1989) hewan dalam masa pertumbuhan

membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh (hidup pokok), untuk gerak otot

dan sintesa jaringan-jaringan baru. Bila hewan diberi pakan yang mengandung

protein dan energi melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut

akan menggunakan kelebihan zat makanan untuk pertumbuhan dan produksi

sedangkan pada hewan dewasa kelebihan zat makanan disimpan dalam bentuk

lemak.

Kelinci hanya memerlukan ransum dengan kadar lemak rendah. Bahan

pakan seperti: jagung, sorghum, bekatul, dedak dan menir sangat cocok untuk

kelinci. Protein sangat penting untuk pertumbuhan anak, pembentukan daging dan

perrumbuhan bulu. Banyaknya ransum untuk induk bunting dan induk menyusui

per ekor dewasa per hari adalah: hijauan sekitar 1 2 kg dan konsentrat 6.7%

dari bobot hidupnya. Sedangkan untuk induk kering, induk muda dan anak

kelinci yang telah disapih banyaknya: rumput/hijauan sekitar 1 2 kg dan

konsentrat 3,8% dari berat hidup (Sumoprastowo, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Kelinci adalah termasuk binatang malam, maka dalam kehidupan

alamiahnya kelinci mencari makan dan berkeliaran diwaktu malam. Oleh karena

itu, diwaktu sore hari menjelang malam harus disediakan makanan yang cukup.

Waktu pemberian pakan harus teratur dan tidak diubah-ubah. Pakan sebagian

diberikan pada pagi hari dan sebagian lagi pada sore hari (Subroto, 1994).

Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan untuk pakan kelinci antara lain:

rumput lapangan, daun ubi jalar, daun singkong, daun wortel, daun kangkung,

kubis, daun turi dan daun lamtoro. Limbah pertanian yang dapat diberikan pada

kelinci antara lain: dedak, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, ubi jalar,

dan ubi kayu. Pelayuan dan pencacahan pada hijauan merupakan perlakuan

terbaik sebelum diberikan pada ternak. Perebusan atau pencampuran dengan air

panas pada konsentrat dapat meningkatkan kualitas pakan dan mempercepat

pertumbuhan kelinci (Muslih, 2005).

Seperti hewan lainnya kelinci membutuhkan karbohidrat, protein, lemak,

mineral, vitamin dan air (Tabel 4). Dimana jumlahnya tergantung dari umur,

tujuan produksi serta kecepatan pertumbuhannya.

Tabel 4. Kebutuhan zat gizi untuk kelinci


Zat gizi Masa Hidup- Bunting Laktasi
pertumbuhan pokok
Energi Total (kkal) 2500 2100 2500 2500
TDN (%) 65 55 58 70
Serat Kasar (%) 10-12 14 10-12 10-12
Lemak (%) 2 2 2 2
Protein Kasar (%) 16 12 15 17
Kalsium (%) 0.4 - 0.45 0.75
Posfor, % 0.22 - 0.37 0.5
Sumber : NRC (1977) disitasi oleh Tillman et al. (1989).

Menurut Rasyaf (1990), energi merupakan unsur yang penting bagi ternak.

Bila energi kurang, protein akan diubah menjadi energi dan energi mempunyai

Universitas Sumatera Utara


cadangan dalam bentuk lemak. Energi berkaitan erat dengan konsumsi protein.

Dimana kebutuhan protein berbeda sesuai dengan umur, tipe dan macam ternak

serta produksi ternak tersebut. Singh (1997) mengemukan bahwa, pakan kelinci

terdiri dari 3% lemak. Penambahan lemak sekitar 6% dalam pakan dapat

meningkatkan pertumbuhan kelinci. Penambahan lemak akan meningkatkan

energi pakan, tetapi tidak ekonomis.

Menurut Sumoprastowo (1985), selain jenis-jenis pakan tersebut diatas,

perlu diperhatikan pula bahwa kelinci pun suka pada garam dapur. Untuk

keperluan tersebut maka sebaiknya di dalam kandang disediakan garam blok.

Pencampuran garam dalam konsentrat cukup 0.5% saja.

Menurut Putra dan Budiana (2007) air mutlak dibutuhkan oleh makhluk

hidup untuk keperluan hidupnya, termasuk kelinci. Kebutuhan air minum seekor

kelinci minimal 0.4 0.6 l/hari. Jumlah ini bertambah 2 3 kali lipat jika induk

sedang bunting atau menyusui anaknya. Pemberian air minum harus memenuhi

kebutuhan kelinci dan bersih.

Konsumsi Ransum

Faktor makanan merupakan salah satu faktor utama didalam

pengembangan ternak kelinci. Oleh karena itu, berhasilnya ternak kelinci juga

bergantung kepada perhatian peternak didalam menyajikan mutu makanan beserta

volumenya. Selain itu, zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya harus

terpenuhi pula (AAK, 2000).

Semua hewan berdarah dingin dan sejumlah besar hewan berdarah panas

menghabiskan sejumlah besar waktunya tanpa melakukan sesuatu apapun dan

menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk makan. Memperoleh makanan yang

Universitas Sumatera Utara


baik dalam jumlah yang cukup adalah faktor umum yang paling penting dalam

menentukan perkembangan, dominasi dan kehidupan untuk semua organisme

hidup (Lawrie, 1995). Rataan konsumsi hasil penelitian Bamikole dan

Osemwenkhoe (2004) 289.94 g/ekor/minggu. Sedangkan rataan konsumsi ransum

hasil penelitian Esterlina (2009) dengan menggunakan tepung semak bunga putih

tanpa fermentasi yang terbaik pada level 21% yaitu 383.66 g/ekor/minggu.

Konsumsi ransum adalah sejumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan

jumlah sisa pakan. Pada umumnya konsumsi ransum kelinci betina akan lebih

besar dari pada kelinci jantan. Hal ini disebabkan kelinci betina akan

membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk siklus estrus dan kebuntingan

(Poespo, 1986).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot

badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan

sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap

minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan

tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap

lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1989).

Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu peningkatan bobot

badan sampai mencapai dewasa yang disebut pertumbuhan dan pertumbuhan

konformasi (bentuk tubuh) serta berbagai fungsi dan kesanggupanya untuk

melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Hampir

pada semua hewan, walaupun betina lebih cepat mencapai dewasa namun jantan

Universitas Sumatera Utara


lebih besar dan lebih berat dari pada betina dalam kehidupan dewasa (Lawrie,

1995).

ADG (Average Daily Gain) adalah rata-rata kecepatan pertambahan bobot

badan harian yang diperoleh dengan berat akhir dikurangi berat awal kemudian

dibagi lama pemeliharaan. Pertambahan bobot badan kelinci pada umumnya dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertambahan bobot badan kelinci.

Umur Berat badan (g) Pertambahan berat


badan (g/hari)

Lahir <3 minggu 45.4 362.2 15.1


3-8 minggu 362.2 1816.0 41.5
8-14 minggu 1816.0 3268.8 33.2
14 minggu- 5 bulan 3268.8 4068.0 16.5
Sumber : Reksohadiprodjo (1984).

Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran

yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,

termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan

organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu

pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga

mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih

tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1992).

Rataan pertambahan bobot badan hasil penelitian Esterlina (2009) dengan


menggunakan tepung semak bunga putih yaitu 122.19 gram.

Universitas Sumatera Utara


Konversi Ransum

Konversi ransum adalah perbandingan antara berat pakan yang diberikan

dengan berat daging hidup yang dihasilkan. Pada ternak kelinci jenis New Zealand

White yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, imbangan yang dapat dicapai

adalah 3:1. Hal ini tergantung mulai dari saat ternak disapih hingga dipotong pada

umur 4 bulan. Konversi pakan yang terbaik diperoleh ketika ternak mempunyai

bobot badan 1.8 2 kg yaitu kira-kira berumur 2 3 bulan (Kartadisastra, 1994).

Rataan konversi ransum yang diperoleh Esterlina yaitu 3.78 gram.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan perlakuan fermentasi untuk

meningkatkan jumlah pemberian dan meningkatkan daya cerna semak bunga

putih. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergillus niger yang

berperan untuk memecah serat kasar, meningkatkan protein, serta mengurangi

kadar tanin pada semak bunga putih.

Universitas Sumatera Utara

You might also like