You are on page 1of 50

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan
karuniaNya akhirnya Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian dapat mencetak
kembali Modul Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih
Obat bagi Tenaga Kesehatan dan Kader Kesehatan serta masyarakat melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Modul pelatihan ini disusun sebagai acuan/pedoman melalui kegiatan


pemberdayaan masyarakat dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).
Modul ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang obat
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan,
kader kesehatan dan masyarakat dalam memilih dan menentukan obat yang
akan digunakan untuk mengobati diri sendiri.

Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami
harapkan demi kesempurnaan modul ini.

Akhir kata, kami berharap modul ini dapat bermanfaat bagi para pelatih
yang berkepentingan dan terkait dengan pengobatan sendiri melalui metode
CBIA

Jakarta, Desember 2013


Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian

Drs. Bayu Teja Muliawan, M.Pharm, MM, Apt


NIP. 19670605 199303 1 002

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... iii


Daftar Isi...................................................................................................................... iv
BAB I PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOBATAN SENDIRI ........
A. Pendahuluan ..........................................................................................
1. Latar Belakang .................................................................................
2. Penyelenggaraan Metode CBIA ........................................................
B. Sasaran ..................................................................................................
C. Tujuan Pelatihan ....................................................................................
1. Tujuan Umum ...................................................................................
2. Tujuan Khusus .................................................................................
BAB II MATERI KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL .................
A. Pengantar ..............................................................................................
B. Tujuan ....................................................................................................
C. Dasar Hukum Kebijakan Penggunaan Obat Rasional ............................
D. Penggunaan Obat Rasional ...................................................................
BAB III MATERI INTI
Pokok Bahasan 1 : Penggolongan Obat .....................................................
Pokok Bahasan 2 : Informasi pada Kemasan dan Brosur Obat ..................
Pokok Bahasan 3 : Cara Pemilihan dan Mendapatkan Obat ......................
Pokok Bahasan 4 : Bentuk Sediaan ...........................................................
Pokok Bahasan 5 : Peringatan Perhatian ...................................................
Pokok Bahasan 6 : Dosis Obat ...................................................................
Pokok Bahasan 7 : Cara Penggunaan Obat ...............................................
Pokok Bahasan 8 : Efek Samping Obat .....................................................
Pokok Bahasan 9 : Cara Penyimpanan Obat .............................................
Pokok Bahasan 10 : Obat Rusak dan Kadaluarsa ........................................
Pokok Bahasan 11 : Cara Pembuangan Obat ..............................................
BAB IV MATERI DISKUSI ........................................................................................
Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA .........................................................
A. Tahapan Kegiatan ..................................................................................

iv
B. Petunjuk Kegiatan ..................................................................................
C. Pelaksanaan CBIA .................................................................................
D. Sarana ...................................................................................................
E. Obat yang Dianjurkan Sebagai Alat Bantu ..............................................
F. Catatan Obat ..........................................................................................
BAB V RENCANA TINDAK LANJUT .......................................................................
A. Pengantar ..............................................................................................
B. Tujuan ....................................................................................................
C. Rencana Tindak Lanjut ..........................................................................
BAB VI EVALUASI ...................................................................................................
A. Kuesioner Pengobatan Sendiri ...............................................................
B. Analisis Kuesioner .................................................................................
BAB VII PENUTUP ...................................................................................................

v
BAB I
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOBATAN
SENDIRI

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling
banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala
penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat
pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Lebih dari 60 % masyarakat
mempraktekkan self-medication ini, dan lebih dari 80 % di antara mereka
mengandalkan obat modern (Flora, 1991).
Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan
sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam
pemeliharaan kesehatan secara nasional.
Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat mutlak
memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian
penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan
kerasionalan.
Pelaku self-medication dalam mendiagnosis penyakitnya, harus mampu
(Suryawati, 1992) :

1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan.


2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi
sendiri perkembangan rasa sakitnya.
3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication
yang kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,
merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait
dengan kondisi seseorang.

36
Pengetahuan di atas jarang sekali dikuasai oleh masyarakat, oleh karena
itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di dalam peningkatan
pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri sendiri.
Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi.
Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah
tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang
digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara
lain agar mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan
mengelola obat di rumah tangga secara benar mengingat hasil beberapa
survey menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah key person dalam
penggunaan obat. Selain itu juga agar tujuan self-medication dapat
tercapai secara optimal.
Sebagai salah satu upaya pendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan metode intervensi tersebut di atas,
maka perlu disosialisasikan kepada ibu rumah tangga dan kader
masyarakat, melalui suatu pelatihan. Untuk ini perlu disusun suatu materi
pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat,
dengan menggunakan metode ini.

2. PENYELENGGARAAN METODE CBIA


Penyelenggaraan metode CBIA ini berawal dari pengobatan untuk diri
sendiri (self medication) yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk
mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan
mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan maupun petugas
kesehatan. Selain itu juga, masyarakat membutuhkan informasi yang
benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis, dan
jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut di atas, dan
pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang
sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan
informasi obat melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun media
elektronik dan ini merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat
mudah ditangkap serta sifatnya komersial.

37
Ketidaksempurnaan suatu iklan obat yang mudah diterima oleh
masyarakat salah satunya adalah tidak adanya informasi mengenai
kandungan bahan aktif. Dengan demikian apabila hanya mengandalkan
jenis informasi ini masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat
penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya.
Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola
konsumsi obat di rumah tangga dengan seringnya didapatkan pemakaian
beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama.
Dipandang dari segi ekonomi hal ini merupakan suatu pemborosan, selain
itu dampak lain yang juga dapat diukur dengan uang adalah resiko
terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi, karena mungkin penggunaan
obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko
kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah
menjadi bencana. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk
membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi
secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi
yang telah tersedia di masyarakat.
Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah
sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package
insert, dimana jenis informasi ini relatif dapat dipercaya.

Dengan modul ini diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan dan


keterampilan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memilih obat
dengan metode CBIA.
Modul ini telah diujicoba dan hasilnya memuaskan serta dapat merubah
perilaku masyarakat dalam pengobatan sendiri.

B. SASARAN
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional.

Kegiatan ini dapat diadakan sebagai pengisi acara baik pada pertemuan rutin
maupun pertemuan khusus, dan sebagai penyelenggara dapat suatu
organisasi, kader kesehatan, masyarakat umum baik secara individu maupun
keluarga.

38
Forum yang paling ideal terdiri dari ibu, bapak, remaja yang tinggal dalam
lingkungan yang berdekatan misalnya dalam satu RT, hal ini dimaksudkan
agar dampak post intervensinya relatif menjadi lebih lama.

C. TUJUAN PELATIHAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta sehingga
mampu menjelaskan penggunaan obat secara rasional dan pengelolaan
serta penggunaan obat untuk sendiri, dan di rumah tangga.

2. TUJUAN KHUSUS
Peserta mampu menjelaskan :
1. Penggolongan obat
2. Informasi pada kemasan dan etiket obat
3. Cara pemilihan dan mendapatkan obat
4. Bentuk sediaan obat.
5. Perhatian dan peringatan
6. Dosis Obat
7. Cara penggunaan obat
8. Efek samping obat
9. Cara penyimpanan
10. Kadaluarsa dan obat rusak
11. Cara pembuangan obat
12. Tata cara pelaksanaan metode CBIA

39
STRUKTUR PROGRAM

Bab Materi Pelatihan Waktu pembelajaran


T P PL jml
I Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pengobatan Sendiri
II Materi Dasar
Kebijakan Program Penggunaan Obat
Rasional (POR)
III Materi Inti
1. Penggolongan Obat - -
2. Informasi pada kemasan dan etiket obat - -
3. Cara Pemilihan dan mendapatkan obat - -
4. Bentuk sediaan Obat - -
5. Perhatian dan Peringatan - -
6 Dosis
7. Cara Penggunaan Obat 1 - 1
8. Efek Samping Obat - -
9. Cara Penyimpanan Obat - -
10. Kadaluarsa dan Obat Rusak - -
11. Cara Pembuangan Obat - -
IV Materi diskusi
Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA 2 3
V Rencana Tindak Lanjut 1 - 1
VI Evaluasi (Pre dan Post Test) - 1 - 1

JUMLAH 6 4 - 11

Ket : 1 jpl = 45 menit

40
BAB II
MATERI
KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL

A. Pengantar
Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengobatan
sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Materi ini
akan membahas dasar kebijakan dan batasan pengobatan rasional.

B. Tujuan
Setelah Pelatihan, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan dasar hukum dan kebijakan penggunaan obat rasional.
2. Memahami pengertian dan syarat penggunaan obat yang rasional.
3. Memahami berbagai dampak ketidakrasionalan penggunaan obat.

C. Dasar Hukum Kebijakan Penggunaan Obat Rasional


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/SK/Menkes/III/
2006 tentang Kebijakan Obat Nasional Tentang Kebijakan Penggunaan Obat
Rasional

D. Penggunaan Obat Rasional


1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985 :
Penggunaan obat rasional bila :
- Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya
- Periode waktu yang adekuat
- Harga yang terjangkau

2. Batasan penggunaan obat rasional


Kriteria penggunaan obat rasional adalah :
a. Tepat diagnosis
Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak
ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.
b. Tepat indikasi penyakit
Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.

41
c. Tepat pemilihan obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.

d. Tepat dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat.
Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi
menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
1) Tepat Jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.
2) Tepat cara pemberian
Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh
dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga
menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan
efektifitasnya.
3) Tepat interval waktu pemberian
Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan
praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah
tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari
harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam.
4) Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing
masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah
6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 14 hari.

e. Tepat penilaian kondisi pasien


Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain
harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,
menyusui, lanjut usia atau bayi.

f. Waspada terhadap efek samping


Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya
mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya.

42
g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga
terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.
h. Tepat tindak lanjut (follow up)
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut
konsultasikan ke dokter.

i. Tepat penyerahan obat (dispensing)


Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien
sendiri sebagai konsumen.
Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien
dengan informasi yang tepat.

j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan


Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
- Jenis sediaan obat beragam
- Jumlah obat terlalu banyak
- Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
- Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
- Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat
- Timbulnya efek samping

43
BAB III
MATERI INTI

POKOK BAHASAN 1 :
PENGGOLONGAN OBAT

A. Pengantar
Obat yang beredar di pasaran dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan.
Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus.
Uraian yang lebih rinci akan disajikan dalam subpokok bahasan 1C.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat memahami penggolongan Obat.

Tujuan khusus :
1. Mampu menjelaskan definisi obat.
2. Mampu menjelaskan tanda penggolongan obat.
3. Mampu menjelaskan jenis penggolongan obat.
4. Memahami khasiat/pengaruh Obat Narkotika dan Psikotropika.

C. Definisi dan Penggolongan Obat


Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu
dapat memberikan efek mengobati penyakit.
Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas,
tanda khusus berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi
berwarna hitam.

Contoh : Parasetamol

44
2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya


termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus
memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam
kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308)
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM

3. a. Obat keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek


dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus
berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi
berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis
tepi.
Contoh: asam mefenamat

b. Obat psikotropika

Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan


syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep
dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital

4. Obat narkotika

Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh
dengan resep dari dokter.
Contoh: Morfin, Petidin

Untuk keperluan pelatihan ini difokuskan pada 2 golongan obat yaitu golongan
obat bebas dan bebas terbatas.

45
POKOK BAHASAN 2 :
INFORMASI PADA KEMASAN DAN BROSUR OBAT

A. Pengantar
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.
Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara
penggunaannya agar tepat, aman dan rasional.
Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai
obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang
dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.

B. Tujuan
Tujuan umum
Dapat menjelaskan informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur.

Tujuan khusus
Mampu menjelaskan informasi yang terdapat pada kemasan yang meliputi :
nama obat, komposisi obat, indikasi, aturan pakai dan informasi lain.

C. Informasi dalam kemasan atau brosur


Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah :
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif
yang terkandung didalamnya.
Contoh : - Nama Dagang : Panadol
- Nama Zat Aktif : Parasetamol/ Acetaminophen
2. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat
merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan
bahan tambahan lain.
3. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit.

46
4. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan
berapa kali obat tersebut digunakan.
5. Peringatan perhatian
Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat
bebas dan obat bebas terbatas.
6. Tanggal Daluwarsa
Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat.
7. Nama Produsen
Nama Industri Farmasi yang memproduksi obat.
8. Nomor batch/lot
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi.
9. Harga Eceran Tertinggi
Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah.
10. Nomor registrasi
Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah.

Penjelasan yang lebih rinci dari informasi ini akan dikemukakan dalam pokok
bahasan selanjutnya.

47
POKOK BAHASAN 3 :
CARA PEMILIHAN DAN MENDAPATKAN OBAT

A. Pengantar
Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan
obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan cara pemilihan dan mendapatkan obat.

Tujuan khusus :
1. Mampu menjelaskan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
obat
2. Mampu menetapkan jenis obat yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi
badan saat itu.
3. Mampu menjelaskan cara melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
mutu obat
4. Mampu menyebutkan tempat mendapatkan obat.

C. Cara Pemilihan obat


Hal yang harus diingat dalam pemilihan obat.
1. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap
obat tertentu.
2. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena
beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan
cacat pada bayi.
3. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke
dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi.
4. Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah
garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan
berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis.
5. Sedang minum obat lain.

48
D. Cara Mendapatkan Obat
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah
sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau membeli obat sendiri di apotek
atau toko obat berizin.
Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit,
puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik
obat dan mutu obat yang meliputi :
1. Jenis dan jumlah obat
2. Kemasan obat
3. Kadaluarsa obat
4. Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal, dan aturan pakai.

49
POKOK BAHASAN 4 :
BENTUK SEDIAAN

A. Pengantar
Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada mumnya sebagai obat
dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang
berbentuk larutan, misalnya sirup emulsi dan larutan biasa. Digunakan
sebagai obat dalam, tetapi sebagian merupakan sediaan obat luar.

B. Tujuan Umum
Peserta dapat menjelaskan tentang berbagai jenis bentuk sediaan obat.

Tujuan Khusus

1. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat padat.


2. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat kapsul.
3. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat puyer.
4. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat cair.
5. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat setengah padat.

C. Bentuk Sediaan Obat

1. Sediaan Padat

1.1. Tablet

Adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak,


dalam bentuk pipih kedua permukaannya rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan
atau tanpa zat tambahan

Tablet a. Tablet bersalut

Tablet yang bersalut/ berlapis dengan tujuan


untuk:
melindungi zat aktif dari udara, kelembaban,
dan cahaya,
menutupi rasa dan bau,
penampilan lebih baik.
mengatur tempat pelepasan obat.

50
b. Tablet Effervescent

Tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu


sebelum diminum. Tablet ini mengeluarkan gas CO2.

c. Tablet Kunyah

Tablet yang penggunaannya dikunyah dengan


tujuan memberikan rasa enak dan mudah ditelan.

d. Tablet Hisap

Tablet yang penggunaannya dihisap, tidak


langsung ditelan.

1. 2. Kapsul

Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang


keras atau lunak yang dapat larut dalam air, terbuat dari
gelatin atau bahan lain yang sesuai .

1.3. Pulvis/ Puyer/ Talk


Campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk
digunakan sebagai obat dalam atau obat luar.

2. Sediaan Cair

2.1. Sirup
Sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum).

2.2. Larutan Obat Luar


Larutan yang digunakan hanya untuk penggunaan luar
(tidak diminum), seperti :
Cairan Tetes Hidung
Cairan Tetes Telinga
Cairan Tetes Mata
Cairan Obat Kumur
Cairan Shampo
Lotion

51
3. Inhalasi

Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara dihisap melalui


hidung.

4. Sediaan Setengah Padat

4.1. Salep
Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau
mata.

4.2. Krim
Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit dan
kosmetik.

4.3. Gel 1.

Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit,


anus dan vagina.

4.4. Aerosol
Sediaan setengah padat yang digunakan dengan cara
semprot pada hidung atau mulut.

4.5. Suppositoria
Sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan
untuk anus.

4.6. Ovula
Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan
untuk vagina.

52
POKOK BAHASAN 5 :
PERINGATAN PERHATIAN

A. Pengantar
Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat
menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas
terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda
peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan
kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
obat dan tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat.

Tujuan khusus :
1. Menjelaskan hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat.
2. Menjelaskan arti tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket
obat.

C. Beberapa hal yang harus diperhatikan


Untuk menetapkan jenis obat, harus diperhatikan:
1. Gejala atau keluhan rasa sakit.
2. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap
obat tertentu.
3. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena
beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan
cacat pada bayi.
4. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke
dalam air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi.
5. Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet,
atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu
obat, selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan
tambahan lain seperti pemanis.

53
6. Efek samping yang tertera pada label obat, misalnya akan menyebabkan
rasa kantuk; seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum
obat.
7. Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral.
8. Sedang minum obat lain, karena kemungkinan akan terjadi interaksi.
9. Nama obat, khasiat, cara penggunaan dan dosis.

Untuk menetapkan kemasan/wadah obat harus diperhatikan :


Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.

D. Bentuk tanda peringatan


Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas
berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam
ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari
6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut :

P. No. 1 P. No. 2
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk kumur, jangan ditelan

P. No. 3 P. No. 4
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan Hanya untuk dibakar

P. No. 5 P. No. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan ditelan

54
POKOK BAHASAN 6 :
DOSIS OBAT

A. Pengantar
Pada hakekatnya obat adalah zat kimia bersifat racun, namun dalam jumlah
yang tepat dapat memberikan manfaat untuk pengobatan. Dengan demikian,
dalam melakukan pengobatan sendiri harus memperhatikan aturan
penggunaan obat, baik jumlah maupun waktu minum.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang dosis obat.

Tujuan khusus :
1. Menyebutkan pengertian dosis obat.
2. Menjelaskan perlunya mematuhi dosis obat.
3. Menjelaskan cara penggunaan obat.

C. Dosis
Dosis adalah merupakan aturan penggunaan obat yang menunjukkan :
1. Jumlah gram atau volume obat.
2. Berapa kali obat harus diberikan.

Dosis harus sesuai dengan umur dan berat badan pasien.


Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan penggunaan, contoh :
- Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali.
- Obat diminum sebelum atau sesudah makan.
- Jika menggunakan obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet.
Bila lupa minum obat :
1. Segera minum obat yang terlupa.
2. Abaikan dosis yang terlupa, jika hampir mendekati minum berikutnya.
3. Kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.

55
POKOK BAHASAN 7 :
CARA PENGGUNAAN OBAT

A. Pengantar
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu,
dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara
kesehatan.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan cara penggunaan obat yang benar.

Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat oral, yaitu obat yang melalui
mulut, kemudian ditelan.
2. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat luar, meliputi obat suntik,
salep, krim, dan obat tetes.

C. Cara Penggunaan Obat


Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang
mengacu prinsip :
1. Ketepatan diagnosa.
2. Ketepatan indikasi penggunaan obat.
3. Ketepatan pemilihan obat.
4. Ketepatan dosis, cara dan lama pemberian.
5. Ketepatan pemberian informasi kepada pasien mengenai cara
penggunaan obat dan penyimpanannya.
Cara pemberian informasi obat kepada pasien/masyarakat harus mudah
dimengerti, singkat tetapi jelas.

Informasi yang harus diketahui oleh kader kesehatan untuk


disampaikan kepada pasien, adalah :
a. Umum
1. Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.

56
Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh
untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk
masalah kesehatan yang ringan.
2. Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :
a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00 - 08.00 WIB.
b) Siang, berarti obat harus diminum antara pukul 12.00 -13.00 WIB.
c) Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB.
d) Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB.
3. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi.
Bila tertulis :
a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari
atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.
b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan
malam hari.
c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi,
siang dan malam hari.
d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada
pagi, siang, sore dan malam hari.
e) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai
habis, biasanya obat antibiotika.
4. Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan
untuk penggunaan secara terus menerus.
5. Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau
menimbulkan halhal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga
kesehatan terdekat.
6. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah.
7. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket
tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang
penting.
8. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga
periksalah tanggal kadaluarsa.
9. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit
sama.
10. Tanyakan kepada apoteker di apotek atau petugas kesehatan di
poskesdes untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih
lengkap.

57
b. Khusus
1. Obat Oral (Obat Dalam)
Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis,
mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air
matang.
Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul,
puyer dan cairan.

1.1. Petunjuk Pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa


Sediaan Obat Padat
1) Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air
matang.
2) Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat
menelan obat.
3) Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk
minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat
makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum
tidur.
Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut kosong,
obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah
makan, obat pencahar diminum sebelum tidur.

Sediaan obat larutan


1. Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar
obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya
tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran
sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis.
2. Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya
pada kemasan obat kumur terdapat peringatan Hanya untuk
kumur, jangan ditelan.
3. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok
takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran
5.0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml.

58
Apabila dalam etiket tertulis :

1 1 (satu) sendok takar obat,


2 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok
takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml.

3 (setengah) sendok takar obat,


4 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok
takar sampai garis yang menunjukan volume 2.5 ml.

5 (seperempat) sendok takar obat,


6 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok
takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml.

Tetes
Biasanya disediakan untuk sediaan obat tetes/drop.
Didalam kemasan sudah terdapat alat pipet yang
berukuran ml.
Aturan pakai obat tetes, dinyatakan dalam jumlah
tetes atau ml.

1.2. Petunjuk Penggunaan Obat Oral Untuk Bayi / Anak Balita


Sediaan cairan untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya.
Gunakan sendok takar yang tersedia didalam kemasannya.
Berikan minuman kesukaan anak setelah minum obat yang
terasa pahit/ kurang enak.

2. Obat Luar
2.1. Sediaan Kulit
Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu
bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim,
salep).
Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai
wadah harus tetap tertutup rapat.

59
Cara penggunaan bubuk halus (bedak) :
1. Cuci tangan.
2. Oleskan/taburkan obat tipistipis pada daerah yang terinfeksi.
3. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat.
Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan
sampai sembuh, atau tidak ada gejala lagi.

2.2. Sediaan Obat Mata


Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat
tetes mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua
sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya
dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam
penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman.
Apabila mengalami peradangan pada mata (glaukoma atau
inflamasi), petunjuk penggunaan harus diikuti dengan benar.
Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah
obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata)
dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan.

Cara penggunaan :
1. Cuci tangan.
2. Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak
mata bagian bawah.
3. Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep
masuk dalam kantung mata bagian bawah .
4. Tutup mata pasien perlahanlahan selama 1 sampai 2 menit.
5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung
selama 1-2 menit; untuk penggunaan salep mata, gerakkan
mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke bawah.
6. Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung
wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci
dengan air hangat.
7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata.
8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

60
PERHATIAN

Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah


dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi.

Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih
dari satu orang, agar tidak terjadi penularan infeksi.

2.3. Sediaan Obat Hidung


Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung
dan obat semprot hidung.
Cara penggunaan obat tetes hidung :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung.
3. Tengadahkan kepala.
4. Teteskan obat di lubang hidung.
5. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk
ke lubang hidung.
6. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan
dengan kertas tisu kering.
7. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
Cara penggunaan obat semprot hidung :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala.
3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas
dengan cepat.
4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua
paha.
5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air
masuk ke dalam botol) dan keringkan dengan tissue bersih
setelah digunakan.
6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
PERHATIAN

Hindari penggunaan obat tetes hidung oleh lebih dari satu


orang, agar tidak terjadi penularan infeksi.

61
2.4. Sediaan Tetes Telinga
Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes
telinga atau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk
telinga), untuk mencegah kontaminasi.

Cara penggunaan obat tetes telinga :


1. Cuci tangan.
2. Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud.
3. Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi.
4. Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan
telinga yang akan ditetesi obat, menghadap ke atas.
5. Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa)
atau tarik telinga ke bawah dan ke belakang (untuk anak-
anak).
6. Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit.
7. Keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan.
8. Tutup wadah dengan baik.
9. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat.
10. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

2.5. Sediaan Supositoria


Cara penggunaan supositoria :
1. Cuci tangan.
2. Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengan
sedikit air.
3. Pasien dibaringkan dalam posisi miring.
4. Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung
jari.
5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

Jika supositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan


kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan supositoria
ditempatkan di dalam lemari pendingin selama 30 menit
kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka
bungkus kemasan aluminium foil.

62
2.6. Sediaan Krim/Salep Rektal
Cara penggunaan krim/salep rektal :
a. Tanpa aplikator
1. Bersihkan dan keringkan daerah rektal.
2. Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam
rektal.
3. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
b. Dengan menggunakan aplikator
1. Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang
sudah dibuka.
2. Masukkan kedalam rektum.
3. Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.
4. Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun.
5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

2.7. Sediaan Ovula /obat vagina


Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator:
1. Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat,
sebelum digunakan.
2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan.
3. Ambil obat vagina dengan menggunakan aplikator.
4. Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa
dipaksakan.
5. Biarkan selama beberapa waktu.
6. Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat
setelah digunakan.

PERHATIAN

Jika penderita sedang dalam keadaan hamil, sebelum


menggunakan obat sebaiknya konsultasi terlebih dahulu
dengan tenaga kesehatan/ dokter.

Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan


yang disertakan dalam kemasan.

63
POKOK BAHASAN 8 :
EFEK SAMPING OBAT

A. Pengantar
Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal,
sering timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi
setelah beberapa saat minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada
saluran pencernaan berupa rasa mual, diare, perut sembelit, dapat juga
terjadi pada kulit, berupa bercak merah, gatal, rasa panas pada kulit, selain
itu juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak nafas dan
sebagainya.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang masalah efek samping obat.

Tujuan khusus :
1. Menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya efek samping setelah
minum obat tertentu.
2. Menjelaskan jenis efek samping obat biasa timbul.
3. Menjelaskan cara menanggulangi apabila terjadi efek samping obat.

C. Efek samping obat


Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat
penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping obat, adalah
sebagai berikut :
2. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat.
3. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-
anak, penderita gagal ginjal, jantung dan sebagainya. Pada penderita
tersebut harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat.
4. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya
terdapat pada brosur kemasan obat, oleh karena itu bacalah dengan
seksama kemasan atau brosur obat, agar efek samping yang mungkin

64
timbul sudah diketahui sebelumnya, sehingga dapat dilakukan rencana
penanggulangannya.
Efek samping yang biasa terjadi :
1. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas.
2. Pada kepala, terasa pusing.
3. Pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare.
4. Pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas.
5. Pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar).
6. Urin berwarna merah sampai hitam.

Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat :


1. Hentikan minum obat.
2. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas/ rumah sakit/
dokter terdekat.

65
POKOK BAHASAN 9 :
CARA PENYIMPANAN OBAT

A. Pengantar
Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis
obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya.
Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu dipikirkan cara
menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan
cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat
tersebut, sampai terjadi kerusakan obat.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan obat yang benar.

Tujuan khusus :
4. Menjelaskan cara penyimpanan obat.
5. Menjelaskan akibat penyimpanan obat yang tidak tepat.

C. Cara penyimpanan obat


Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut :
Umum :
1. Jauhkan dari jangkauan anak anak.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.
5. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.
Khusus :
1. Tablet dan kapsul
Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab.
2. Sediaan obat cair
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer)
agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.

66
3. Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di
lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
4. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi
karena dapat menyebabkan ledakan.

67
POKOK BAHASAN 10 :
OBAT RUSAK DAN KADALUARSA

A. Pengantar
Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa
aktif untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau
lembar informasi. Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu
terjadi perubahan bentuk cairan, perubahan warna, timbul bau atau timbul
gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut. Sementara sediaan obat
dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa, biasanya
terjadi perubahan fisik.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang kadaluarsa suatu obat, dan obat rusak.

Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan penyebab kerusakan obat.
2. Mampu menjelaskan tanda-tanda obat rusak.

C. Kerusakan Obat
Kerusakan obat dapat disebabkan oleh :
1. Udara yang lembab.
2. Sinar Matahari.
3. Suhu.
4. Goncangan fisik.

D. Cara Mengetahui Obat Rusak


1. Tablet
Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintikbintik noda,
lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan
lembab.
2. Tablet Salut
Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan
lainnya dan terjadi perubahan warna.

68
3. Kapsul
Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar,
melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan.
4. Puyer
Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab
sampai mencair.
5. Salep / Krim / Lotion / Cairan
Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan,
mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras,
sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak rusak.

69
POKOK BAHASAN 11 :
CARA PEMBUANGAN OBAT

A. Pengantar
Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya disimpan di
suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang-barang lain dan
tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Tetapi apabila obat tersebut sudah
rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan oleh orang lain yang
tidak mengetahui mengenai masalah obat.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan dan menerapkan tentang cara pembuangan obat.

Tujuan khusus :
1. Menjelaskan cara pembuangan obat.
2. Menjelaskan cara pembuangan kemasan obat.

C. Cara pembuangan obat


Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan
yang lama atau kadaluwarsa.
Obat yang rusak dibuang dengan cara :
1. Penimbunan di dalam tanah
Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.
2. Pembuangan ke saluran air
Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air.

D. Cara Pembuangan Kemasan Obat


1. Wadah berupa botol atau pot plastik
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang
di tempat sampah, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas
wadah obat.
2. Boks / dus / Tube
Gunting dahulu baru dibuang.

70
BAB IV
MATERI DISKUSI
TATA CARA PELAKSANAAN CBIA

I. Tahapan Kegiatan
Kegiatan dibagi menjadi 3 tahap,
Kegiatan I dan II dilakukan dalam kelompok, dan kegiatan III dilakukan
secara individual di rumah.
Kegiatan I dan II memakan waktu 2 - 3 jam, tergantung dari dinamika
kelompok.
Makin tinggi tingkat dinamika, makin besar gairah untuk berdiskusi sehingga
akan semakin lama waktu yang diperlukan. Sebaiknya kegiatan dalam
kelompok dibatasi maksimal 4 jam.

Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6 - 8 orang.


Lembar kerja (Lampiran 2) dibagikan kepada tiap peserta.
Petunjuk kegiatan (Lampiran 3) diberikan kepada ketua kelompok.

Kegiatan I ( kelompok)
1 paket obat dibagikan kepada tiap-tiap kelompok.
Kelompok diminta :
1. Mengamati kemasan obat untuk :
(1) Mengenali nama dagang.
(2) Mengenali nama bahan aktif.
(3) Mengenali Kekuatan bahan aktif.
(4) Mengenali bahan utama dan tambahan pada obat kombinasi.
2. Mengelompokkan obat berdasarkan jenis bahan aktif bukan berdasarkan
indikasi.
3. Mendiskusikan hasil - hasil pengamatan di atas.

Dengan pimpinan ketua kelompok dan bila perlu dibantu Tutor/ Narasumber,
diskusi diharapkan dapat mengungkapkan hal - hal berikut :
1. Ternyata informasi dalam kemasan obat lebih lengkap dibanding iklan.
Kemasan obat selalu mencantumkan informasi bahan aktif.

71
Apabila dijumpai keraguan terhadap iklan, informasi dapat dicek langsung
ke kemasan obat.
2. Ternyata dari berbagai macam obat yang ada di pasaran, baik sirup atau
tablet, sebagian besar isi bahan aktifnya sama atau hampir sama.
Bila gejala sakit yang diderita memerlukan jenis obat tertentu, periksa dulu
persediaan obat di rumah, apakah jenis obat tersebut tersedia, apapun
nama dagangnya.
3. Peserta dapat mengenali perbedaan atau persamaan kandungan zat aktif
antara sediaan untuk orang dewasa dan anak-anak.
Nama dagang untuk dewasa dan anak sering dibuat mirip, misalnya
Bodrex-Bodrexin, Inza-Inzana, Mixagrip-Minigrip, padahal kandungan zat
aktif berbeda walaupun indikasi sama.
Peserta perlu diingatkan hati - hati dengan perbedaan tersebut.
Selain itu, peserta juga diharapkan dapat mengenali perbedaan dosis
antara anak dan dewasa.
4. Harga obat bisa sangat bervariasi, walaupun kandungan isinya sama.
Sirup umumnya jauh lebih mahal dari pada tablet.
Merek dengan nama Forte, Plus, dan sebagainya perlu dipelajari
perbedaannya dengan yang biasa.
Diskusi kemudian bisa dikembangkan ke arah upaya efisiensi biaya.
5. Untuk tujuan promotif, seringkali nama bahan aktif ditulis dengan nama
sinonim yang jarang diketahui awam, padahal tersedia nama yang lazim.
Sebagai contoh :
Pencantuman 1.3.7 trimetilxanthin untuk mengganti nama kafein,
acetaminophen dan para-aminophenol untuk mengganti parasetamol,
para-hidroksibenzamid untuk salisilamid.
Kandungan vitamin B1 dalam produk Pil Sehat ditulis dengan nama kimia
yang sangat panjang.
Pencantuman nama paten bahan aktif yang sebenarnya sudah umum
diketahui, misal : Silentium sebagai nama paten dekstrometorfan dalam
produk obat batuk Vicks-Formula 44 kemasan lama.
6. Makin banyak obat yang disediakan untuk kegiatan ini, makin dijumpai
keanehan dari produk, yang dalam aktifitas sehari-hari mungkin tidak
diperhatikan.

72
Kegiatan II (Kelompok)
Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari
kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tercantum dalam
kemasan maupun package insert.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu :
1. nama bahan aktif,
2. indikasi,
3. aturan penggunaan,
4. efek samping, dan
5. kontraindikasi.
Peran Tutor dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua
kebutuhan informasi, yakni 5 komponen utama informasi ditemukan secara
lengkap.
Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan (Lampiran
2).
Jumlah lembar kerja tidak perlu dibatasi.
Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas
peserta pada tahap selanjutnya.
Dengan dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara
bersama - sama, sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu
nama dagang dengan nama dagang yang lain.
Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus
mencatat untuk diri masing masing.
Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara
sederhana, kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap
kemasan.

Kegiatan 3 (individual)
Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi
sendiri.
Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja pada kegiatan 2 telah terisi
dengan baik.
Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan pencatatan informasi
seperti kegiatan 2, terhadap obat yang ada di rumah masing - masing.

73
Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh
salah satu Tutor atau Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan-temuan
penting yang diperoleh di masing - masing kelompok, dan memberikan
pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi.

II. Petunjuk Kegiatan

Persiapan
Bentuklah kelompok-kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 6-8 orang.
Pilih ketua kelompok.
Dipimpin ketua kelompok, lakukan kegiatan I, II dan III dibawah ini dengan
sungguh - sungguh.

Kegiatan I
Kepada masing-masing kelompok diberikan 1 (satu) paket obat yang terdiri dari
bermacam-macam jenis. Tugas yang diberikan adalah :
1. Amati, apa nama bahan aktif dari masing-masing obat ?
2. Kelompokkan obat tersebut berdasarkan jenis bahan aktif.
3. Diskusikan, apa yang dapat diperoleh atau dimanfaatkan dari kegiatan
ini?

Kegiatan II
Setelah obat dikelompokkan, carilah informasi atau keterangan yang tertera
pada kemasan obat.
Gunakan lembar kerja yang telah disediakan.
Masing - masing peserta menulis untuk dirinya sendiri.
Urutan tugas adalah sebagai berikut :
1. Apa nama bahan aktif obat tersebut ?
2. Apa saja nama obat yang mengandung bahan aktif yang sama ?
3. Bagaimana aturan pakainya ?
4. Apakah ada peringatan efek samping ? Bila tidak ditemukan, tanyakan
pada Tutor.
5. Adakah pembatasan untuk siapa obat tersebut tidak boleh dipakai ? Bila
tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor/ nara sumber.

74
Kegiatan III (untuk dilakukan di rumah)
Amati obat yang sering digunakan untuk keluarga di rumah.
Pelajari kemasannya.
Dilanjutkan pencatatan sendiri seperti pada kegiatan II.
Bila ragu - ragu, bicarakan dengan tenaga kesehatan yang berwenang.

III. Pelaksana CBIA


1. Peserta
Kriteria
(1) Tokoh Masyarakat.
(2) Kader Puskesmas.
(3) Mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Fasilitator
(1) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi (dokter/ apoteker).
(2) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kab/ Kota (dokter/ apoteker).

3. Tutor
Tutor dapat :
(1) Petugas Kesehatan
(2) Mahasiswa Farmasi
(3) Mahasiswa Kedokteran
(4) Orang dari lingkungan yang akan diintervensi.
Sebelum bertugas, tutor harus menjalani pelatihan agar menguasai semua
permasalahan.

4. Penyelenggara
Kepanitiaan yang berasal dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/
Kota

5. Jumlah
(1) Setiap puskesmas diwakili oleh :
a. 1 orang fasilitator
b. 3 orang tutor

75
c. 3 grup kader yang masingmasing grup terdiri dari 6 orang kader,
sebelum bertugas kader kesehatan harus menjalani pelatihan agar
dapat menguasai semua materi pelatihan.
(2) Jumlah peserta sebaiknya tidak lebih dari 40 orang.

IV. Sarana
1. Alat bantu
Alat bantu yang diperlukan untuk kegiatan ini :
(1) Paket obat
(2) Lembar kerja
(3) Petunjuk kegiatan
Setiap kelompok diskusi memerlukan satu paket obat yang terdiri dari :
(1) kurang lebih 40 obat yang masih lengkap dalam kemasan aslinya dan
dilengkapi dengan label harga toko.
(2) Obat yang dijadikan contoh harus beredar dan sering terdapat di
daerahnya, yang mudah didapat serta sering digunakan.
(3) Jenis obat dibatasi 3-4 jenis obat saja, misalnya :
a. Analgetik atau antipiretik
b. Vitamin atau mineral
c. Obat batuk
d. Obat flu atau pilek
e. Obat gangguan lambung atau cerna
(4) Untuk tiap jenis obat disediakan kurang lebih 10 nama dagang.

2. Tempat
Diperlukan tempat atau ruangan yang cukup luas sehingga kelompok dapat
mengatur duduk secara melingkar.
Ada alat tulis dan Narasumber/Tutor yang dapat dengan mudah berpindah -
pindah tempat.
Jika tidak memungkinkan kegiatan tulis menulis ditiadakan dan diganti
dengan memperbanyak diskusi.

76
Lampiran 1

OBAT YANG DIANJURKAN SEBAGAI ALAT BANTU, ANTARA LAIN :

Analgetika/antipiretika Vitamin, mineral, penyegar

Bodrex tablet Cerebrovit kapsul


Bodrex Forte tablet Cerebrofort sirup
Bodrexin tablet Pil Sehat
Bodrexin sirup Ultracap
Mixagrip tablet Vitamin C ICI tablet
Minigrip tablet Enervon C tablet
Inza tablet Calcium D redoxon tablet
Inzana tablet Vitamin B1 ICI tablet
Feminax tablet Neurobion
Esepuluh tablet Viliron tablet
Refagan tablet Engran tablet
Aspirin Bayer tablet Ercevit sirup
Biogesic tablet Calcivit sirup
Ultraflu tablet Sakatonik Liver
Sanaflu tablet Tonikum Bayer
Dan lain-lain Dan lain-lain

Obat gangguan lambung Obat batuk

Neosanmag tablet Bombat tablet


Promag tablet Komix sirup
Magazida tablet Vicks Formula 44 sirup
Alumy tablet Allerin sirup
Alumy sirup Laserin sirup
Mylanta tablet Dan lain-lain
Mylanta sirup
Dan lain-lain

77
Lampiran 2

CATATAN OBAT

Nama Untuk Siapa yang


Nama dagang Aturan pemakaian? Efek samping ?
bahan aktif mengobati apa? tidak boleh memakai?
Dewasa:

Anak:

Lainnya:

Dewasa:

Anak:

Lainnya:

Dewasa:

Anak:

Lainnya:

78
Lampiran 3

CATATAN OBAT DI RUMAH TANGGA

Nama Untuk Siapa yang


Nama dagang Aturan pemakaian? Efek samping ?
bahan aktif mengobati apa ? tidak boleh memakai?
Dewasa:

Anak:

Lainnya:

Dewasa:

Anak:

Lainnya:

Dewasa:

Anak:

Lainnya:

79
BAB V
RENCANA TINDAK LANJUT

A. Pengantar
Tindak lanjut yang akan dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan harus
direncanakan dengan rinci dan seksama. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
perencanaan yang kurang matang akan mengakibatkan pelaksanaan yang
kurang optimal. Salah satu upaya agar pelaksanaan pelatihan dimasa datang
dapat tercapai sesuai dengan tujuan, maka perlu disusun rencana tindak
lanjut kegiatanpelatihan disertai dengan langkah-langkah yang jelas.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut kegiatan pelatihan di
wilayah masing-masing.

Tujuan Khusus :
1. Mampu menganalisis masalah yang dihadapi.
2. Mampu menyusun rencana pelatihan, sesuai dengan tujuan.
3. Mampu melaksanakan pelatihan, dan menetapkan langkah - langkah
kegiatan, meliputi : rekrutmen pelatih, mencari sumber dana, menyusun
jadwal dan melaksanakan evaluasi.

C. Rencana Tindak Lanjut


Dalam merencanakan tindak lanjut kegiatan pelatihan, tenaga kesehatan
diharapkan dapat menyusun dengan sangat rinci dan bertahap melalui
langkah-langkah yang jelas, sebagai berikut :
1. Mengidentiikasi masalah yang dihadapi, antara lain cara memperoleh
sumber dana, dan sumber daya manusia untuk menjadi pelatih atau nara
sumber. Serta sarana lain yang akan digunakan untuk pelatihan, termasuk
penetapan gedung/ruang pelatihan.
2. Menyusun pengorganisasian pelaksanaan pelatihan meliputi penetapan
sumber daya administrasi dan keuangan serta pendukung lainnya.
3. Menyusun jadwal pelatihan, dan keperluan administrasi lainnya.
4. Mempersiapkan materi, dan sarana pelatihan.

1
5. Melaksanakan pre test
6. Melaksanakan pelatihan
7. Melaksanakan evaluasi pelatihan
Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dapat mengetahui tentang
penggunaan obat dan sekaligus dapat melatih kader kesehatan /masyarakat.
Selain itu diharapkan kedepan peserta dapat memilih dan memberikan
penjelasan mengenai khasiat dan cara penggunaan obat kepada anggota
rumah tangga yang mengeluh sakit, sebagai pertolongan pertama sebelum
mereka membawa ke sarana kesehatan yang terdekat.

2
BAGIAN VII
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat saat ini, timbul


kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) terhadap
penyakitpenyakit tertentu yang ringan, yang sering diderita oleh masyarakat,
dengan menggunakan obat yang mudah diperoleh baik di sarana kesehatan
maupun di toko obat atau ditempat lain yang menyediakan obat bebas dan obat
bebas terbatas.

Melalui Buku Pedoman Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan


Memilih Obat, diharapkan masyarakat mampu memilih dan menggunakan obat
secara benar, setelah mendapatkan pelatihan yang diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan yang terlebih dahulu mendapatkan pelatihan serupa. Pengetahuan
dan keterampilan para tenaga kesehatan akan sangat membantu para kader
kesehatan dan masyarakat dalam pengobatan sendiri.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dan juga


masyarakat dalam melaksanakan pengobatan sendiri, merupakan hasil
rangkaian pelatihan dengan menggunakan Buku Pedoman ini, yang berprinsip
pada sistem Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). Diharapkan ke depan hasil
peningkatan pengetahuan dan keterampilan para kader dan masyarakat
merupakan salah satu pendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sesuai dengan tujuan Pemerintah, terutama dalam era globalisasi
saat ini.

Semoga Buku Pedoman Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan


Memilih Obat ini dapat dimanfaatkan diseluruh wilayah Indonesia.

You might also like