You are on page 1of 10

Bahasa dan Peranannya

Masyarakat dalam menggunakan bahasa harus memiliki pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan ini
berupa sistem bahasa dan konteks. Bahasa merupakan sebuah sistem. Sistem artinya cara atau aturan.
Sebagai sebuah sistem bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa
tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak secara sembarangan. Sistemis artinya bahasa
itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem atau sistem bawahan. Bahasa
terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu
dan membentuk suatu kesatuan. Jenjang subsistem dalam linguistik dikenal dengan nama tataran
linguistik atau tataran bahasa. Kajian linguistik dibagi dalam beberapa tataran yaitu tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon.

Kajian linguistik dapat dikotomikan menjadi dua, yaitu kajian mikrolinguistik meliputi teori linguistik,
linguistik deskriptif, dan linguistik historis komparatif, sedangkan kajian makrolinguistik fonetik terapan,
meliputi bidang interdisipliner (fonetik, stilistika, filsafat bahasa, psikolinguistik, sosiolinguistik,
etnolinguistik, semiotika, dll.) dan bidang terapan (pengajaran bahasa, penerjemahan, mekanolinguistik,
pembinaan bahasa khusus, dll.).

Masyarakat, khususnya individu sebagai pengguna bahasa harus memiliki pengetahuan terhadap
konteks penggunaan bahasa. Konteks ini meliputi knowledge of the world yang berupa knowledge
structures, yaitu struktur pengetahuan tentang kehidupan dan knowledge of language yang
berupa language competency.

Jika pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa dapat dipahami disertai konteksnya, bahasa dapat
digunakan oleh pemakai bahasa yang tergabung dalam masyarakat bahasa. Masyarakat ini sangat
berpotensi dalam melakukan perubahan makna atau menciptakan makna baru.

Bahasa memiliki berbagai fungsi. Munif (2008) menyatakan bahwa Finocchiaro (1974) telah membagi
fungsi bahasa menjadi 6 (enam), yaitu (1) fungsi personal, yaitu bahasa digunakan untuk
mengekspresikan emosi, kebutuhan kebutuhan, , pikiran, sikap seseorang seseorang, (2) fungsi
interpersonal, yaitu bahasa digunakan untuk memelihara relasi relasi-relasi sosial sosial. Contoh sapaan,
ucapan selamat , dll. (3) fungsi direktif, yaitu bahasa bisa digunakan untuk mengontrol perilaku orang
lain dalam bentuk nasihat, , perintah, ajakan, diskusi, dll. (4) fungsi referensial, yaitu bahasa digunakan
untuk membicarakan objek atau kejadian dalam lingkungan atau budaya tertentu tertentu, (5) fungsi
imaginatif, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan
imaginasi imaginasi. Contoh novel, puisi, cerpen, dll. Lebih lanjut dijelaskan bahwa menurut Halliday
fungsi bahasa dibagai menjadi 9 (sembilan), yaitu (1) fungsi instrumental, I want function, bahasa
digunakan untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan, (2)fungsi regulatori: Do as I tell you
function; bahasa digunakan untuk memberikan instruksi dan aturan, (3) fungsi interaksional; Me and
you function; bahasa digunakan untuk menentukan dan mengkonsolidasi kelompok, (4) fungsi
personal, (5) fungsi heuristic, Tell me why function; bahasa sebagai alat untuk mempelajari sesuatu,
(6) fungsi imaginatif, (7) fungsi informatif; bahasa digunakan untuk menjelaskan dunia nyata, (8) fungsi
permainan, dan (9) fungsi ritual.

Untuk mengenali apa itu bahasa atau bukan dapat dilihat melalui karakter bahasa. Banyak para ahli
merumuskan karakter-karakter bahasa. Karakter-karakter ini adalah (1) bahasa merupakan seperangkat
bunyi, (2) hubungan antara bunyi bahasa dan objek referensinya, (3) bersifat arbitrer, (4) bahasa itu
bersistem, (5) bahasa adalah seperangkat lambang, dan (6) bahasa bersifat sempurna (Archibal A Hill
dalam Munif, 1998)

Widyartono (2008) menyatakan bahwa ditinjau dari penggunaannya, ragam bahasa dapat dipilah
menjadi empat, yaitu (1) ragam beku digunakan dalam khutbah Jumat, naskah kesejarahan misalnya
misalnya teks Proklamasi, Piagam Jakarta, Sumpah Pemuda, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dll.
(2) ragam formal digunakan dalam situasi formal, misalnya pidato kenegaraan, pidato kepala
pemerintahan, sambutan resmi, dll., (3) ragam semiformal digunakan dalam situasi yang semiformal.
Situasi ini misalkan dapat ditemukan dalam pengajaran yang menuntut aksi-reaksi dosen/guru dengan
mahasiswa/siswa. Dalam situasi pengajaran seorang dosen/guru kurang tepat jika menggunakan ragam
bahasa baku, dan (4) ragam santai digunakan antarteman/saudara dalam situasi yang santai, akrab,
hangat, antarteman, sesama anggota keluarga, bukan dalam situasi yang formal.

Menurut Imam Syafii (2009) bahwa ragam bahasa dapat dibedakan menjadi lima, yaitu ragam beku,
ragam baku, ragam formal, ragam kasual, ragam sehari-hari. Masyarakat dalam menggunakan bahasa
dilandasi oleh kepentingan. Kepentingan ini dilakukan untuk memperoleh kekuasaan melalui politik
dalam menggunakan bahasa. Bahasan ini akan dibahas lebih detil dalam bab bahasa dan politik.

Telaah Kritis

Shan Wareing dalam buku Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan ini tidak melakukan kajian terhadap
hakikat bahasa secara utuh. Kajian yang dilakukan hanya melihat bahasa sebagai sistem. Walaupun
fokus kajian hanya mengkorelasikan bahasa, masyarakat, dan kekuasaan tetap dipandang perlu untuk
menghadirkan karakter-karakter yang lain.

Fungsi bahasa hanya dijelaskan secara umum. Untuk mengetahui peranan bahasa dipandang perlu
untuk menjelaskan fungsi-fungsi bahasa. Melalui fungsi-fungsi ini dapat diperoleh gambaran tentang
peranan bahasa. Sebagai pengantar, fokus kajian hanya berdasarkan fungsi referensi yang mengacu
pada sesuatu dan fungsi afektif yang mengacu pada siapa yang berhak mengatakan apa, di mana. Hal ini
erat kaitannya dengan kekuasaan dan status sosial. Fokus kajian ini tidak berdampak negatif karena
kajian yang akandilakukan lebih fokus terkait hubungan bahasa dan peranannya di masyarakat.

Daftar Rujukan

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Munif. 2008. Bahasa: Pengertian, Karakteristik, dan Fungsinya. (Slide Presentasi).

SyafiI Imam. 2009. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia. Ceramah Perkuliahan Magister
Pendidikan Bahasa Indonesia. Malang: PPS UM

Tim Penyusun dari Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Thomas, Linda dan Shan Wareing. Ibrahim, Abdul Syukur (ed). 1999. Bahasa, Masyarakat, dan
Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widyartono, Didin. 2008. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. Handout. Malang: Indus Nesus
Private
Sedangkan Fungsi Bahasa menurut (Finocchiaro, 1974) dibedakan menjadi :

a. Fungsi Personal : Bahasa digunakan untuk mengekspresikan emosi, kebutuhan, pikiran dan sikap
seseorang.

b. Fungsi Interpersonal : bahasa digunakan untuk memelihara relasi-relasi sosial. Contoh : sapaan,
ucapan selamat dan lain-lain.

c. Fungsi Direktif : Bahasa bisa digunakan untuk mengontrol perilaku orang lain dalam bentuk nasihat,
perintah, ajakan, diskusi dan lain-lain.

d. Fungsi Referensial : bahasa digunakan untuk membicarakan objek atau kejadian dalam lingkungan
atau budaya tertentu.

e. Fungsi Imaginatif : bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan
imaginasi. Contoh novel, puisi, cerpen dan lain-lain.

Finachiaro(1977)
Salah seorang ahli bahasa yang membagi fungsi bahasa adalah Finachiaro(1977).Dia
mengadakan pembagian fungsi bahasa menjadi lima kelompok.Kelima kelompok yang dimaksud
adalah (1) fungsi personal, (2) fungsi interpersonal, (3) fungsi direktif , (4) fungsi referensial, dan
(5) fungsi imajinatif.
a. Fungsi personal,yaitu fungsi bahasa untuk menyatakan diri.Ukurannya adalah hal yang
disampaikan itu berasal dari diri atau bukan.Hal yang terdapat pada diri manusia itu secara garis
besar dibedakan menjadi dua macam,yakni persaan dan pikiran.Jadi jika sseorang menyatakan isi
perasaan atau pikirannya,maka dia sedang menggunakan bahasa untuk menyatakan diri.
Contoh,seorang pemuda yang ingin menyampaikan rasa cintanya kepada seorang gadis.Untuk itu
,dia harus menggunakan bahasa,katakanlah bahasa cinta.Ketika pemuda itu mengatakan cinta
kepada sang gadis,ia menggunakan bahasa untuk menyatakan diri.Dan bahasa yang digunakan
itu menegmbang fungsi personal.Berbagai macam perasaan dan pikiran tentu dapat
dinyatakan,seperti perasaan susah,kalut,senang,dan marah.
b. fungsi interpersonal, yaitu fugsi bahasa yang menyagkut hubungan antarpentur atau antarprsona.
Fungsi bahsa yang denikian di arahkan ntukmembina hubungan sosial. Dampak yang menonjol
adalh terciptanya hubungan antarpemaikai bahsa itu.
Dalam kehidupan sehar-hari,conto fungsi intrpersonal itu dapat ditemukan. 2 orang yang saling
tidak kenal secara kebetulanduduk berdampingan didalm sbuah bus. Mereka bisa saja mereka isa
saja tidak melakukan komunikasiapapun selama dalam perjalanan. Kalau lama perjalanan hnya
beberapa menit memang tidak menibulkan kejanggalan. Akan tetapi,jika perjalanan
tumemerlukan waktu beberap jam, bahkan berjam-jam,seperti jika keduanya naik bus malam
seperti Ujung pandang-palopo,Ujung pandang-Tator, dan lain-lain arah, kejanggalan akan terjadi
jika diantara mereka tidak ada komunikasi sama seklai adalah sangat wajar jika merka saling
menyapa,ling bertanya, dan saling menjawab. Untuk itu bahasa memeggang peranan penting.
Pemakaian bahasa dalam ilustrasi itu menunjukkan pemakaian bahasa yang berfungsi
interpersonal.
c. Fungsi direktif,yaitu merupakan fungsi bahasa untuk mengatur orang lain.
Menurut Fasold (1984) ,pemakaian bahasa direktif membawa resiko.Disamping penutur harus
menyampaikan bentuk bahasa yang sesuai,penutur juga harus menganalisis
situasi,menginterpretasi,dan mempredikasi konteks sosial dan budaya yang berlaku.Hal yang
dinyatakan Fasold tersebut dapat dihubungkan dngan kenyataan sehari-hari .Orang dipaksa
memilih bentuk yang cocok
Pemakaian bahasa dengan fungsi direktif dapat diamati,misalnya,ketika seorang ibu menyuruh
anakna belajar.Kalimat yang terlontar bisa bermacam-macam,tetapi kalimat apapun yang
dinyatakan oleh si ibu memiliki maksud yang sama,yakni agar anaknya belajar .Mungkin si
ibu menyatakan dengan kalimat langsung . belajarlah Nak! Mungkin juga dengan kalimat
langsung Mengapa tidak segera ke kamar belajar ? kedua kalimat itu memilki fungsi yang
sama.Memang,seperti yang dinyatakan oleh Searle (1969) tidk selalu pararel antara fungsi
bahasa dan bentuk bahasa.
d. Fungsi Referensial,yaitunfungsi bahasa untuk menampilkan suatu referen (banda yang disebut
atau ditunjuk) dengan menggunakan bahasa.Dengan fungsi itu,pemakai bahasa mampu
membicarakan apa saja yang berkenaan dengan lingkungannya.Satu kelebihan bahasa tampak
juga dalam fungsi ini.Kalau ingin membicarakan Sang maha Pencipta,cukup menggunakan
lambing Allah.Untuk menyebut sang pencabut nyawa dapat digunakan lambing Israil.Demikian
seterusnya.Pendek kata,manusia dimudahkan dengan fungsi ini.Orang tua dapat membicarakan
tanpa membawanya ke konteks dan situasi tuturan.
e. Fungsi Imajinatif, yaitu fungsi bahasa untuk menciptakan sesuatu dengan imajinasi.Karya-karya
sastra,sepperti prosa,puisi,cerpen,novel,dan roman-roman merupakan karya-karya yang lahir
berkat fungsi bahasa sebagai alat untuk berimajinasi.Menurut Finachiaro,fungsi imajinasi ini
sukar dipelajari/diajarkan.Bakat yang ada pada diri yang bersangkutan ikut menentukan
berkembangnya kemampuan manusia untuk berimajinasi dengan bahasa.
Roman-roman merupakan karya-karya yang lahir berkat fungsi bahasa sebagai alat untuk
berimajinasi. Menurut Finochiaro, fungsi imajinasi ini sukar dipelajari/diajarkan. Bakat yang ada
pada diri yang bersangkutan ikut menentukan berkembangnya kemampuan manusia untuk
berimajinasi dengan bahasa.
3. Halliday (1973)
Tokoh lain yang membicarakan fungsi bahasa adalah Halliday (1973). Ia mengungkapkan
tujuh fungsi bahasa. Ketujuh fungsi bahasa itu diuraikan secara sederhana berikut ini.
a. Fungsi instrumental, yaitu fungsi bahasa untuk mengatur lingkungan, yakni menciptakan situasi
atau peristiwa tertentu. Dalam konteks itu, bahasa mengembang sebagai alat. Dengan bahasa itulah
kondisi tertentu dapat diciptakan. Seorang pemilik rumah yang mempersilahkan tamunya untuk
masuk kedalam rumah menggunakan kalimat perintah persilahkan, misalnya, silahkan masuk!
demikian juga jika pemilik rumah itu mempersilahkan duduk tamunya. Dia akan menggunakan
kalimat perintah Duduklah! atau Silahkan duduk! Dan terjadilah kondisi yang diharapkan.
Kondisi tamu yang masuk rumah atau tamu yang duduk! Akan tercipta dengan penggunaan
kalimat persilahkan itu.
b. Fungsi repsresentasional, yaitu fungsi bahasa untuk dapat menghadirkan dunia nyata. Fakta dan
khasana ilmu pengetahuan tidak akan terkomunikasikan jika tidak dinyatakan dengan bahasa.
Dengan kata lain, fakta keduniawian dan khasana, pengetahuan sebenarnya merupakan benda yang
memerlukan perujukan. Dalam keperluan itu bahasa memainkan fungsinya, yakni fungsi
repsresentasional. Seseorang dapat menghadirkan dunia dengan fungsi repsresentasional.
Uraian di atas dapat dilengkapi dengan ilustrasi berikut. Seseorang yang mengetahui ada
kecelakaan di suatu tempat, akan menyampaikan berita kejadian itu kepada orang lain. Dengan
kata lain, dia akan menghadirkan fakta atau dunia yang dilihatnya itu dengan misalnya,
mengatakan Tadi ada kecelakaan dan seorang korban meninggal dunia.
Seorang ilmuan memiliki khasana ilmu. Khasana itu merupakan fakta keduniaan yang di
luar manusia. Karena itu, jika seorang ilmuan menyampaikan khasana ilmu atau informasi ilmiah,
maka dia menggunakan bahasa dengan fungsi repsresentasional.
c. Fungsi interaksional, yaitu fungsi yang mengacu pada fungsi bahasa sebagai alat untuk
berinteraksi. Fungsi interaksional yang ditampilkan Holliday ini mirip dengan fungsi interpersonal
yang ditampilkan Finochiaro di depan. Fungsi interaksional ini dapat dilaksanakan seseorang
dengan baik jika dia mengetahui dan memahami benar-benar nilai-nilai atau karakteristik budaya
yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Kalau orang ingin menggunakan bahasa Inggris,
Misalnya, dia harus memahami aspek budaya Inggris, Misalnya, dia harus memahami aspek
Budaya bahasa Inggris, seperti leluconnya, jargon-jargonnya, sopan santunnya, dan lain-lainnya.
Pemahaman aspek budaya memang penting. Pemakain bahasa akan salah dalam dan dari
ukuran konteks komunikasi. Dalam kaitan itu, Widowson (1978) mengajukan perlu perbedaan
antara kebenaran (correctness) dan kecocokan (appropriacy). Walaupun yang dimaksudkan
dengan kecocokan oleh Widdowson tidak seluas aspek budaya, perinsip yang dikemukakan
Widdowson memiliki relevansi dengan fungsi bahasa Interaksional.
d. Fungsi Personal, yakni fungsi bahasa yang menyiratkan makna bahwa bahasa merupakan alat
untuk menyampaikan diri, menyatakan pribadi. Fungsi bahasa yang dimaksudkan dalam
klasifikasi Halliday itu sama dengan fungsi yang dimaksudkan oleh Finocchiaro.
e. Fungsi Heuristik, yaitu fungsi bahasa yang dimanfaatkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Khasana ilmu pengetahuan bukanlah wahyu. Dengan kata lain, manusia dipersyaratkan untuk
mendapatkan informasi pengetahuan itu. Dalam konteks itulah bahasa mengemban fungsi. Dengan
bahasa, orang akan mendapatkan khasanah ilmu pengetahuan. Bahasa yang dimanfaatkan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan merupakan bahasa yang mengemban fungsi heuristis.
Dalam karya ilmiah, fungsi heuristis itulah tampak pada rumusan masalah, seperti rumusan
masalah berikut.
a. Bagaimana ular dapat mengenali lingkungannya, pada hal dia tidak memiliki gendang telinga ?
b. Mengapa orang enggan duduk di deretan depan pada forum pertemuan ?
f. Fungsi Imajinatif, yaitu fungsi bahasa yang dapat digunakan untuk berimajinasi atau menciptakan
sesuatu. Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dengan segala kelebihannya. Salah satu kelebihan
manusia dibandingkan dengan makhluk lain adalah kemampuan berimajinasi. Manusia dapat
menciptakan sesuatu dengan imajinasinya. Seperti telah dikemukakan di depan, dengan bahasa
yang berfungsi imajinasi itu dapat menciptakan berbagai karya. Berbeda dengan fungsi referensial,
fungsi imajinasi itu tidak bergantung pada dunia factual. Acuan yang dilambangkan dengan bahasa
bukanlah dunia nyata.
Salah satu hal yang harus disadari adalah kenyataan bahwa manusia tidak dapat
berimajinasi jika tidak menguasai bahasa sebagai alatnya. Orang tidak dapat berimajinasi dalam
bahasa bahasa Inggris jika tidak menguasai bahasa Inggris. Dapat dikatakan bahwa aktivitas
berimajinasi baru dapat dilakukan oleh seseorang jika dia telah menguasai bahasa yang relevan.
Hal itu dapat dipahami karena imajinasi sebenarnya adalah aktivitas mental untuk mengkreasikan
referen imajinatif. Aktivitas itu baru mungkin terjadi jika pada otak manusia sudah tersedia
lambing bahasa beserta hubungan antarlambang dalam rangka mewujudkan acuan itu.
g. Fungsi Regulatori, yaitu fungsi bahasa yang mengemban tugas memelihara atau mengontrol
keadaan atau peristiwa. Peristiwa negoisasi berupa persetujuan atau penolakan, pengendalian
tingkah laku, yang dilakukan dengan menggunakan bahasa untuk membuktikan fugsi regulator.

Klasifikasi fungsi seperti di atas sebenarnya tidaklah mutlak dalam pengertian bahwa
penggunaan sebuah bentuk bahasa digunakan dalam mengemban sat fungsi. Sebuah pernyataan
dapat berfungsi regulatori yang sekaligus juga instrumental. Dengan kata lain, fungsi-fungsi
bahasa itu bisa bertumpang tindih.

4. Blumdell el al
Pembagian lain mengenai fungsi bahasa itu dikemukakan oleh Blumdell el al, seperti telah
diungkapkan Sadtono (dalam Dardjowijoyo (ed.) 1987). Menurutnya, fungsi bahasa dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian. Keempat fungsi itu adalah (1) fungsi informasioanal,
altitudinal, dan aktif, (2) fungsi formula social, (3) fungsi pelumas komunikasi, dan (4) fungsi
informasi kebahasaan.
Fungsi informasional, penyikapan, dan aktif, yakni fungsi yang didasarkan pada kenyataan
bahwa sikap (attitude) terhadap sesuatu (perasaan, pendapat, penilaian) dapat ditentukan setelah
seseorang terlebih dahulu mendapatkan informasi. Bentuk dan fungsi kalimat dapat dilihat pada
contoh berikut (Sadtono dalam Dardjowijoyo, 1987 : 138).
Informasional Fungsi
You Wont fogt to write to Adam, will you ? Mengingatkan
Penyingkapan
I cant it this evening if I were you, Menasihati orang untuk
Otherwise youll never do it. mengerjakan sesuatu.
Fungsi formula social atau fungsi basa-basi merupakan fungsi yang sekedar dimaksudkan
untuk memantapkan hubungan social. Pemakain bentuk-bentuk bahasa yang digunakan dalam
komunikasi tidak mengandung makna dan maksud yang sebenarnya. Banyak contoh yang dapat
kita temukan. Dalam bahasa Inggris, kita temukan kalimat Hello! How are you jawaban
terhadap kalimat itu juga jawaban yang bernilai basa-basi, yakni jawaban yang dinyatakan dengan
kalimatFine thank you atau Just fine thank.
Contoh bahasa Inggris yang digunakan tersebut di atas tidak memiliki arti dan maksud
yang serius, yang sebenarnya. Penanya tidak bermaksud mengorek keadaan yang sebenarnya.
Demikian juga jawabannya. Jadi, walaupun yang ditanya itu dalam keadaan tidak baik, dia akan
menyatakan begitu. Karena itulah bentuk yang digunakan memiliki patron dan ola yang pasti.
Tidak pernah kita temukan dalam bahasa Inggris, misalnya, oh, not so fine, I have some trouble.
Kita juga dapat menemukan contoh dalam bahasa Indonesia. Jika dua orang yang sudah
lama tidak bertemu, slah satuya yang bertindak sebagai inisiator komunikasi, biasa menyatakan,
he! Apa kabar? atau baik-baik saja. Walaupun penjawab sebenarnya dalam keadaan kurang
baik, dalam kesulitan, dalam kesusahan, dia akan mengatakan begitu dalam jawabannya.
Pada suatu pertemuan terakhir dan semua pihak akan berpisah, kalimat sampai bertemu
merupakan kalimat yang lazim terlontar. Kalimat itu juga bernilai basa-basi.
Fungsi pelumas komunikasi merupakan fungsi bahasa yang digunakan oleh slah satu
partisipan dalam komunikasi menjadi lancar. Fungsi itu memungkinkan pembicaraan berjalan
terus. Dalam bahasa Inggris, kalimat-kalimat are you sure? I see ., Really? atau dalam
kalimat bahasa Indonesia ah, masak ! Atau, oh ya? Merupakan kalimat kalimat yang
berfungsi untuk memperlancar komuikasi. Kalimat tersebut memungkinkan partisipan yang lain
menindaklanjuti kalmia-kalimat itu sehingga komunikasi verbal bisa berjalan terus.
Fungsi informasi kebahasaan merupakan fungsi bahasa untuk mengungkapkan bahasa itu
sendiri. Fungsi ini tampaknya sama dengan metabahasa.

5. Brown dan Yule (1985)


Brown dan Yule (1985) membedakan dua macam fungsi bahasa. Fungsi bahasa yang
berkaitan dengan ekspresi isi merupakan fungsi transasional dan fungsi bahasa yang berkenaan
dengan ekspresi relasi social dan sikap personal disebut fungsi interaksional. Brown dan Yule
(1985) mengatakan bahwa pembedaan tersebut berhubungan denga dikotomi fungsional
representative dan ekspresif, refensial dan emotif, ideasional dan interpersonal, dan deskriptif dan
social ekspresif.
Berdasarkan pandangan fungsi transaksional, fungsi bahasa yang paling penting adalah
komunikasi informasi. Nilai pemakaian bahasa untuk memindahkan informasi merupakan bagian
mitos kebudayaan. Harus dipercayai bahwa, nilai tersebut merupakan pengakuan dan kecakapan
bahasa yang memungkinkan manusia mengembangkan kebudayaan yang bermacam-macam
dengan bermacam-macam adat istiadat, ketaatan beragama, hokum, tradisi lisan, aturan-aturan
perdagangan, dan sebagainya. Harus diyakini pula bahwa pengembangan itu dapat terjadi berkat
kemampuan bahasa untuk mentransfer informasi melalui pemakaian bahasa, yang memungkinkan
manusia untuk memanfaatkan pengetahuan nenek moyangnya dan pengetahuan orang lain dalam
kebudayaan lain.
Bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi proposional tau informasi factual
adalah bahasa transaksional utama (primarily transactional language). Dalam bahasa
transaksional utama itu, orang harus beranggapan bahwa yang dimiliki penutup dalam benaknya
adalah pemindahan informasi yang efisien. Bahasa yang digunakan dalam situasi yang demikian
itu, terutama diorientasikan pada pesan (message oriented). Dalam komunikasi demikan itu, hal
yang penting untuk didapatkan penerima adalah informasi yang benar dan terinci. Tujuan
komunikasi menurut fungsi transaksional adalah agar apa yang dikemukakan oleh penutur dapat
dikemukakan dengan jelas. Seorang polisi yang memberikan instruksi kepada pengemudi,
misalnya, bermaksud agar instruksinya dapat dipahami pengemudi dengan jelas. Ilmuan yang
menyampaikan hasil penelitiannya juga bermaksud agar orang lain dapat memperoleh informasi
yang disampaikan dengan jelas. Demikian pentingnya fungsi transaksional itu sehingga Brown
dan Yule menyatakan : There will be unfortunate (even disastrous) concequences in the real
world ig the message is not properly understood by the recipient. (Brown dan Yule,1985:2).
Pandangan fungsi bahasa seperti diatas dikemukakan oleh para linguis, filosof bahasa, dan
ahli psikologi. Ahli sosiologi dan ahlipsikolinguistik lebih tertarik terutama pada pemakaian
bahasa untuk memantapkan dan memelihara hubungan social. Hal itu tampak, misalnya, dari
pemakaian fatik suatu bahasa yang sering dimaksudkan untuk membuka atau menutup
percakapan (talkexochange).
Fungsi bahasa kategori interaksional itu tampak jelas dalam bahasa percakapan. Kebutuhan
fungsi interaksional itu bagi manusia sangat vital, terutama jika dikaitkan dengan kebutuhan
sehari-hari. Kehidupan manusian sehari-hari lebih banyak ditandai oleh pemakaian bahasa dengan
fungsi interaksional daripada fungsi transaksional.
Pandangan fungsi bahasa seperti diatas dikemukakan oleh paralinguis,filosof bahasa, dan
ahli psikologi. Ahli sosiologi dan ahli psikolinguistik lebih tertarik terutama pada pemakaian
bahasa untuk memantapkan dan memelihara hubungan sosial. Hal itu tampak, misalnya, dari
pemakaian fatik suatu bahasa yang sering dimaksudkan untuk membuka atau menutup
percakapan (talkexochange).
Fungsi bahasa kategori interaksional itu tampak jelas dalam bahasa percakapan.
Kebutuhan bahasa interaksional itu di bagi manusia sangat vital, terutama jika dikaitkan dengan
kebutuhan sehari-hari. Kehidupan manusia sehari-hari lebih banyak ditandai oleh pemakaian
bahasa dengan fungsi interaksional daripada fungsi transaksional.
Uraian diatas memberikan penilaian yang jelas antara bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Bahasa lisan mengemban dua fungsi sekaligus, yakni transaksional dan interaksional.
Bahasa lisan mengemban fungsi interaksional, bukan transaksional. Hal itu dibaca dari tulisan
Brown dan Yule berikut :
Whereas, as we shll note, written language is, in general, used fopri,arilly
transactioanal purpose, it is possible to fine written genres whosperposse is not primarelly to
inform but to maintain social relationship thank you letters, love letters, games of consequences,
etc. (Brown dan Yule, 1985: 4).

6. Nababan (1984)
Nababan (1984) memiliki pandangan yang agak berbeda dengan pandangan tersebut di
atas. Menurut Nababan, bahasa di samping memiliki fungsi umum sebagai alat komunikasi,
masih memiliki empat fungsi, yakni (1) fungsi kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan, (3)
fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan. Keempat fungsi itu berhubungan satu sama lain,
dan berguna untuk di kaji satu per satu.
Bahasa dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Bahasa dalam kebudayaan
ini mengemban fungsi kebudayaan. Fungsi kebudayaan ini mencakup fungsi bahasa sebagai (1)
sarana pengembangan kebudayaan, (2) jalur penerus kebudayaan, dan (3) investasi nilai-nilai
kebudayaan dalam konteks itu, bahasa merupakan unsure kebudayaan yang memungkinkan
pengembangan dan perkembangan kebudayaan.
Kebudayaan tumbuh dan berkembang. Selama masyarakat memiliki budaya itu tidak
musnah, kebudayaan masyarakat akan senantiasa mengalami perkembangan. Kekayaan/
kahsanah budaya sangat ditentukan oleh bahasa yang mewadahinya.Khasanah kebudayaan itu
merupakan hasil komulatif pengembangan kebudayaan itu. Persoalannya adalah mengapa
kondisi komulatif itu terjadi ? jawaban jelas, yakni berkat fungsi bahasa sebagai sarana
perkembangan kebudayaan.
Kebudayaan suatu masyarakat, suatu bangsa, tidak mungkin begitu saja. Masyarakat
tumbuh dan berkembang. Dalam perkembangannya itu terjadi generasi, tetapi generasi itu
bukanlah peristiwa yang revolusioner.Artinya, perkembangan/ peralihan generasi itu berlangsung
secara bertahap sehingga tidak mustahil jika dalam proses pertumbuhan masyarakat itu terjadi
pewarisan kebudayaan. Untuk itu, bahasa memainkan fungsinya sebagai jalur penerus
kebudayaan.
Unsur-unsur kebudayaan sebenarnya akan hilang begitu saja jika tidak diabadikan.
Pengabdian unsur kebudayaan itu bermacam-macam. Peninggalan benda-benda purba kala
merupakan perekaman budaya. Demikian juga dengan peninggalan candi-candi. Akan tetapi,
semua unsur kebudayaan beserta ciri cirinya masih memerlukan alat perekam verbal, yakni
bahasa. Jadi bahasa dalam konteks itu mengemban fungsi sebagai inventaris kebudayaan.
Menurut Nababan, fungsi kemasyarakatan bahasa menunjukkan peranan khusus suatu
bahasa itu dapat dipilih menjadi dua, yakni (1) fungsi yang berdasarkan ruang lingkup dan (2)
fungsi yang berdasarkan bidang pemakaian. Yang pertama mengandung dua ruang lingkup,
yakni bahasa nasional dan bahasa kelompok. Dalam ruang lingkup nasioanal itu suatu bahasa
dapat berfungsi sebagai (1) lambing kebanggaan bangsa, (2) lambing identitas bangsa, (3) alat
pemersatu aneka suku, (4) alat penghubung antar daerah dan antar budaya.Fungsi seperti ini
berlaku untuk Indonesia, dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasioanal.
Bahasa tidak selalu memiliki penggunaan berskala nasional. Kelompok-kelompok
tertentu dalam suatu Negara mungkin memiliki bahasanya sendiri dalam kelompok itu. Jika hal
itu terjadi, bahasa yang digunakan itu bukan bahasa nasional. Tetapi bahasa kelompok. Bahasa
kelompok yang berciri daerah suatu negera disebut bahasa daerah.
Bahasa daerah memiliki fungsi yang tidak sama dengan bahasa nasional. Bahasa daerah
itu berfungsi sebagai (1) lambing identitas daerah atau kelompok dan (2) alat pelaksanaan
kebudayaan daerah atau kelompok. Bahasa daerah di Indonesia memiliki fungsi (1) lambing
kebanggaan daerah, (2) lambing identitas daerah, dan (3) alat penghubung dalam keluarga dan
masyarakat daerah.

Sebagai lambing kebanggaan daerah, bahasa daerah itu menumbuhkan rasa bangga
pemakainya sebagai orang daerah. Sebagai lambing identitas daerah tertentu. Dengan kata lain,
penutur bahasa daerah akan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang daerah tertentu ketika
yang bersangkutan menggunakan bahasa daerahnya. Sebagai alat penghubung dalam keluarga
dan masyarakat daerah, bahasa daerah itu digunakan dalam keluarga dalam berbagai peristiwa
yang berciri khas daerah.
Ruang lingkup penilaian bahasa bisa menjadi lebih luas daripada bahasa nasional, yakni
jika bahasa itu dipakai sebagai komunikasi antarbangsa dan antarnegara. Bahasa Indonesia
termasuk kategori itu, jika bahasa Indonesia itu dipakai ditingkat ASEAN, atau sebagai bahasa
resmi dan komunikasi antarbangsa Indonesia dengan bahasa Malaysia, atau bangsa Indonesia
dengan bangsa.
PENUTUP
Kesimpulan
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang
terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Fungsi bahasa terbagi menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi umum
bahasa itu sendiri adalah :
1) Bahasa sebagai sarana komunikasi
2) Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
3) Bahasa sebagai sarana kontrol social
4) Bahasa sebagai sarana memahami diri
5) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
6) Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
7) Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
8) Bahasa sebagai sarana berfikir logis
9) Bahasa membangun kecerdasan
10) Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
11) Bahasa membangun karakter
12) Bahasa Mengembangkan profesi
13) Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru

Sedangkan fungsi khusus bahasa nasional terbagi atas berdasarkan kedudukan dan
berdasarkan fungsinya.Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi bahasa,
diantaranya adalah : (a) Sumiati Budiman (1987), (b) Finachiaro (1977), (c) Halliday (1973), (d)
Blumdell el al, (e) Brown dan Yole (1985) dan (f) Nababan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal; Tasai, S. Amran (2012). Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: Pustaka Mandiri

Drs. E. Kosasih, M.Pd. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan


Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung : CV. Yrama Widya.

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo.

Wardihan, Andi. 2013. Pengantar Linguistik. Makassar : Badan Penerbit UNM.

You might also like