You are on page 1of 4

BAB III

METODE EVALUASI

3.1 Tolak Ukur Penilaian

Evaluasi dilakukan pada program penemuan dan penanganan penderita

penyakit diare di Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan periode Januari 2016

- Desember 2016. Adapun sumber rujukan tolak ukur penilaian yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 2, Departemen Kesehatan RI, Tahun


2004.

2. Pedoman Penatalaksanaan Diare, Kementrian Kesehatan 2014

3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan berupa:

1. Sumber data primer

Wawancara dengan koordinator pelaksana Progam Penemuan dan

Penanganan Penderita Penyakit Diare di Puskesmas Rawat Inap Gedong

Tataan.

2. Sumber data sekunder

Laporan bulanan dan tahunan Progam Penemuan dan Penanganan

Penderita Penyakit Diare di Puskesmas Rawat Inap Gedong Tataan

periode Januari 2016-Desember 2016.

28
3.3 Cara Analisis

Evaluasi Program Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Diare di

Puskesmas Gedong Tataan periode Januari 2016-Desember 2016 dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Menetapkan satu dari beberapa tolak ukur

Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari

pencapaian hasil output adalah dengan menetapkan beberapa tolak

ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau tolak ukur ini

dapat diperoleh dari Pedoman Kerja Puskesmas Tahun 2004.

2. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur

keluaran. Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah.

3. Menetapkan prioritas masalah

Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi

secara bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas.

Selain itu adanya kemungkinan masalah-masalah tersebut berkaitan

satu dengan yang lainnya dan bila diselesaikan salah satu masalah

yang dianggap paling penting, maka masalah lainnya dapat teratasi

pula. Oleh sebab itu, ditetapkanlah prioritas masalah yang akan dicari

solusi untuk memecahkannya.

4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan

Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan

tersebut, maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan

untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah

29
diprioritaskan sebelumnya yang berasal dari komponen sistem yang

lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik.

Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan semua faktor

penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak

ada yang tertinggal.

5. Identifikasi penyebab masalah

Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep

selanjutnya akan diidentifikasi. Identifikasi penyebab masalah

dilakukan dengan membandingkan antara tolak ukur atau standar

komponen-komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik

dengan pencapaian di lapangan. Bila terdapat kesenjangan, maka

ditetapkan sebagai penyebab masalah yang diprioritaskan tadi.

6. Membuat alternatif pemecahan masalah

Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat

beberapa alternatif pemecahan masalah. Alternatif -alternatif

pemecahan masalah tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-

penyebab masalah yang telah ditentukan. Alternatif pemecahan

masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan serta situasi

dan kondisi Puskesmas.

7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah

Dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka

akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing

penyebab masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan.

30
Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar,

yakni dengan memberikanangka 1 (paling tidak efektif) sampai angka

3 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai

efektifitasnya paling tinggi. Untuk menilai efektifitas jalan keluar,

diperlukan kriteria tambahan sebagai berikut:

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude). Makin besar

masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar

tersebut.

b. Pentingnya jalan keluar (Importancy). Pentingnya jalan keluar

dikaitkan dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan

selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.

c. Sensitifitas jalan keluar (Vulnerability). Sensitifitas dikaitkan

dengan kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin

cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap

alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya

(cost ) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar

biaya yang diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri

angka 1 (biaya paling sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar).

Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternatif jalan keluar.

Dengan membatasi hasil perkalian nilai MxIxV dengan C. Jalan

keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.

31

You might also like