Professional Documents
Culture Documents
Stroke Iskemik
Disusun Oleh:
11 2015 370
Pembimbing:
LEMBAR PENGESAHAN
Stroke Iskemik
di Departemen Saraf
Disusun Oleh:
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 12Agustus 2017
Dirawat yang ke :
Tanggal Periksa : 12 Agustus 2017
No. RM : 845960
II. ANAMNESA
Alloanamnesa dengan istri pada tanggal 15 Agustus 2017 pukul 21.00 WIB di
Unit Stroke RSPAD Gatot Subroto
KELUHAN UTAMA
Lemah pada lengan kanan dan tungkai kanan
KELUHAN TAMBAHAN
Bicara pelo
STATUS PSIKIATRI
Tingkah Laku : Wajar
Perasaan Hati : Hipothym
Orientasi : Kurang Baik
Jalan Pikiran : Koheren
Daya Ingat : Kurang
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Somnolen, E 4 M 6 V4 GCS: 12
Sikap Tubuh : Berbaring
Cara Berjalan : Tidak dapat dinilai
Gerakan Abnormal : Tidak ada
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba pulsasi A.Temporalis dextra dan sinistra
Nyeri tekan : Tidak ada
LEHER
Sikap : Normal
Gerakan : Terbatas
Vertebra : Tidak dilakukan
Nyeri tekan : Tidak ada
NERVI CRANIALIS
N I. Olfaktorius
Daya Penghidu : normosmia / normosmia
N II. Optikus
Ketajaman Penglihatan : pasien dapat mengetahui hitungan jari
Pengenalan Warna : pasien dapat mengetahui warna pisang
Lapang Pandang : baik, sama dengan pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan
N V. Trigeminus
Menggigit : baik
Membuka Mulut :Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Sensibilitas
Atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Reflek Masseter : (+) (+)
Reflek Zigomatikus : (+) (+)
Reflek Kornea : (+) (+)
Reflek Bersin : Tidak dilakukan
N VII. Fasialis
Pasif
Kerutan kulit dahi : Simetris kanan kiri
Kedipan mata : Simetris kanan kiri
Lipatan nasolabial : lipatan nasolabial kanan menghilang
Sudut mulut : sudut mulut kanan menurun
Aktif
Mengerutkan dahi : simeteris kanan dan kiri
Mengerutkan alis : simeteris kanan dan kiri
Menutup mata : Simetris kanan kiri
Meringis : bibir
Menggembungkan pipi : dadad
Gerakan bersiul : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : tidak ada
Lidah kering : tidak ada
N VIII. Vestibulocochlearis
Mendengan suara gesekan jari tangan : (+) (+)
Tes swabach : Tidak dilakukan
Tes rinne : Tidak dilakukan
Tes webber : Tidak dilakukan
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx : Simeteris kanan dan kiri
Posisi uvula : ditengah tidak ada deviasi
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
N X. Vagus
Denyut nadi : Teraba pulsasi reguler
Arcus pharynx : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Bersuara : Melemah
Menelan : Baik
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Sikap bahu : Simetris kanan kiri
Mengangkat bahu : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Kekuatan lidah : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Atrofi lidah : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Artikulasi : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Tremor lidah : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
SISTEM MOTORIK
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Gerakan : Bebas Terbatas
Bebas Terbatas
Kekuatan : 5555 3333
5555 2222
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
SISTEM REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+) (+)
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Achilles : (+) (+)
Refleks Periosteum : Tidak dilakukan
Refleks Permukaan :
Dinding perut : Simetris
Cremaster : Tidak dilakukan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan
Refleks Patologis : Kanan Kiri
Hoffman Trommer : (-) (-)
Babinski : (+) (-)
Chaddock : (+) (-)
Openheim : (+) (-)
Gordon : (+) (-)
Schaefer : (+) (-)
Rosolimo : (-) (-)
Mendel Bechterew : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Tekan dalam : Tidak dapat dinilai
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Fungsi emosi : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Fungsi orientasi : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Fungsi memori : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Fungsi kognisi : Tidak dapat dinilai
(pasien tidak kooperatif)
Koagulasi
Kimia Klinik
Ureum 20 50 mg/dL - 27 -
24
Kreatinin 0.5 1.5 mg/dL - 0.6 -
HbA1C < 5.7% 0.8 - - -
Natrium 135 147 mEq/L 125 116 120
-
Kalium 3.5 5.0 mEq/L 3.7 4.5 3.9
Klorida 95 105 mEq/L 132 91 82 84
Gula Darah Sewaktu 70 140 mg/dL - - 91
4.0
Aseton - -
Natrium (urine) Negatif 100 - 32
Urin lengkap
- Kuning - -
Kuning
Warna - Keruh - -
Jernih - 1.015 - -
Kejernihan - - -
1.000-1.030
Berat jenis - 7.0 - -
5.0-8.0 - - -
pH - Negatif - -
negatif
protein - Negatif - -
negatif - - -
Glukosa - Negatif - -
negatif
Keton - +++ - -
negatif - - -
Darah - - -
negatif Negatif
Bilirubin
negatif 0.1
Urobilinogen Negatif
negatif
Nitrit +/positif 1
negatif
Leukosit Esterase
Foto thoraks AP pada tanggal 17Juli 2017
Kesan :
Infiltrat minimal lapangan atas paru kanan yang superposisi dengan bayangan costae
Ukuran jantung tidak membesar
CT Scan Kepala tanpa Kontras (17/07/2017)
Kesan :
Infark multiple di kapsula eksterna kanan, kapsula interna krus posterior, basal
ganglia kiri, subkortikal lobus frontal kanan kiri, mesencephalon dan pons, disertai
pelebaran ventrikel lateralis bilateral dapat sesuai gambaran meningitis
Tidak tampak SOL intraparenkim cerebri/cerebelli.
V. RESUME
Seorang laki laki berusia 42 tahun, dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1
hari SMRS, disertai nyeri kepala, demam dan kaku leher. Saat ini terdapat keluhan
lemah pada anggota gerak kiri sejak hari perawatan ke 5. Pasien menyangkal adanya
riwayat TB. Namun pasien memiliki riwayat sering batuk berdahak berwarna putih,
sering demam dengan sebab yang tidak jelas, anoreksia, penurunan berat badan
signifikan dalam 1 tahun terakhir, sering berkeringat pada malam hari, riwayat kontak
dengan penderita TB (-). Penyakit ini baru pertama kali dialami pasien. Pasien selama ini
memiliki riwayat mengkonsumsi rokok 1 bungkus per hari sejak pasien masih muda.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pembesaran KGB di daerah leher. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan tanda rangsang meningeal positif yaitu kaku kuduk (+), laseque
(+), kernig (+) dan pada pemeriksaan motorik didapatkan hasil tidak terdapat atrofi, dan
normotonus dengan gerakan yang terbatas pada ektremitas kiri dengan kekuatan motoric
untuk ekstremitas atas kiri 3 dan ekstremitas bawah 2.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu darah lengkap didapatkan hasil hemoglobin
rendah, leukositosis, HIV non reaktif, CD4 menurun, dan hiponatremia. Pada
pemeriksaan urin lengkap terdapat darah (+++) dan leukosit esterase (+). Foto thorax AP
didapatkan hasil infiltrat minimal lapangan atas paru kanan yang superposisi dengan
bayangan costae, dan CT scan tanpa kontras didapatkan hasil sesuai dengan gambaran
meningitis.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran, Cephalgia dengan Rangsang meningeal
dan Hemiparesis sinistra tipe UMN
Diagnosis Topis : Leptomeningens
Diagnosis Etiologi : WD : Susp. Meningitis TB
DD : Meningitis bakterialis
Encephalitis
Subarachnoid hemorrage
Abses cerebri
Diagnosis Sekunder : Hiponatremia
Infeksi Saluran Kemih
Anemia Normositik Normokrom
VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam
- Inj. Ampicilin 3x 1gr
- Paracetamol 500mg (IV) bila suhu >38 C
- Inj. Omeprazole 1x40mg
- NaCl caps 3 x 100mg (PO)
- KSR 3x2 caps (PO)
- Fluconazole 1x200 mg (PO)
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Head up 30
- Konfirmasi lab untuk ketersediaan jarum spinal untuk dilakukan Lumbal
Punksi
- Konsul PD hiponatremia
- Konsul Paru foto thoraks ulang posisi top lordotik, sputum BTA, jamur
- Teratur dan rutin minum obat setiap hari
- Makan dan minum yang teratur dan bergizi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad sanam : Dubia ad malam
Quo ad cosmeticum : Dubia ad malam
BAB II
DISKUSI KASUS
Meningitis adalah peradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak
(meningens) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu
Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang lain.1
Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor
yang mempengaruhi gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi yang ditemukan.
Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu beberapa
minggu.1
Pada pasien ini dapat didiagnosis penurunan kesadaran dengan hemiparesis sinistra
tipe UMN et causa suspek meningitis TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada tanggal 19 Juli 2017 sebagai berikut:
Dari alloanamnesis terhadap istri pasien didapatkan keterangan pasien laki-laki
berusia 42 tahun, datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto diantar oleh istrinya dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS, disertai nyeri kepala, demam, dan kaku leher yang
sudah dirasakan kurang lebih 3 minggu. Hal ini sesuai dengan manifestasi awal meningitis
TB yaitu: demam yang tidak terlalu tinggi, lemas, nyeri kepala, lethargi, confusion, dan kaku
leher. Manifestasi ini berkembang dengan perlahan pada meningitis TB dibandingkan dengan
meningitis bakterialis, yaitu 1 minggu atau 2 minggu bahkan lebih. 2
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami penurunan
kesadaran yaitu delirium dengan GCS 11 E3M6V2 dan ditemukan pembesaran KGB di
daerah leher. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tanda rangsang meningeal positif yaitu
kaku kuduk (+) dan hemiparesis sinistra tipe UMN dengan kekuatan motorik:
5555 3333
5555 2222
Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap kesadaran adalah:
1. Ascending Articular Activating System (ARAS). ARAS terletak di batang otak dan
bertanggung jawab atas bangkitnya kesadaran.
2. Korteks serebri, talamus dan saraf saraf penghubung yang berfungsi normal. Struktur
tersebut bertanggung jawab atas fungsi kognitif.3
Perubahan kesadaran terjadi bila salah satu dari dua bagian otak tersebut mengalami
gangguan fungsi. Defek minor, misalnya kerusakan memori dan disorientasi dapat sangat
sulit terdeteksi, terutama bila ada gangguan bahasa, visus atau fungsi wicara yang menyertai.3
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/
lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/
lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai dengan kelainan
fokal.3
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
Gangguan iskemik
Gangguan metabolik
Intoksikasi
Infeksi sistemis
Hipertermia
Epilepsi
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
Perdarahan subarakhnoid
Radang selaput otak
Radang otak
Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
Tumor otak
Perdarahan otak
Infark otak
Abses otak
Karena proses penyakitnya yang kronis, tanda-tanda keterlibatan saraf kranial
(biasanya kelumpuhan mata, kelumpuhan wajah atau tuli) dan papilledema mungkin ada pada
saat masuk ke rumah sakit (20% kasus). Kadang-kadang penyakit ini dapat timbul bersamaan
dengan defisit neurologis fokal akibat infark hemoragik, dengan tanda tekanan intrakranial
yang meningkat atau dengan gejala yang dapat ditemukan pada sumsum tulang belakang dan
akar saraf. Hipotermia dan hiponatremia telah menjadi gejala tambahan dalam beberapa
kasus ini.2
Inflamasi akut pada pia arahnoid menyebabkan pelebaran ruangan subarakhnoid
karena eksudat yang dihasilkan dari inflamasi tersebut. Selanjutnya saat korteks subpia dan
jaringan ependim yang menyelimuti ventrikel juga ikut meradang maka akan menyebabkan
terjadinya serebritis dan atau ventrikulitis. Pembuluh darah yang terpapar dengan dengan
eksudat inflamasi subarakhnoid mengalami spasme dan atau trombosis yang selanjutnya akan
menyebabkan iskemia dan akhirnya infark. Pada CT scan kepala penderita dengan meningitis
kronik yang berat akan ditemukan gambaran hiperdensitas ruangan subarakhnoid yang lebih
terlihat pada fisura hemisfer serebri. Selanjutnya gambaran CT tanpa kontras akan
menunjukkan peningkatan densitas pada sisterna basalis dan fisura hemisfer serebri, serta
menghilangnya kecembungan sulkus. Pada pemeriksaan foto roentgen dada, jarang
ditemukan pembesaran hilus, adenopati dan bayangan inflitrat. Gambaran radiologi dapat
berkisar dari bayangan samar pada apeks sampai adanya kalsifikasi. Tes tuberkulin tidak
bermanfaat pada penderita dewasa karena jarang menunjukkan hasil yang positif, sekitar 35%
sampai 60% penderita meningitis TB tidak bereaksi pada tes tuberkulin, faktor yang dapat
menjelaskan hal tersebut adalah karena adanya malnutrisi, imunosupresi, debilitasi, dan
imunosupresi umum karena penyakit sistemik.5,6
Dari pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, didapatkan hasil elektrolit
imbalans dan leukositosis. Dari pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan kesan terdapat
infiltrat minimal pada lapang paru kanan atas yang superposisi dengan costae. Sehingga
disarankan untuk dilakukan foto thoraks ulang dengan posisi top lordotik, untuk mendapatkan
hasil yang lebih jelas. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan kesan infark multiple di kapsula
eksterna kanan, kapsula interna krus posterior, basal ganglia kiri, subkortikal lobus frontal
kanan kiri, mesencephalon dan pons, disertai pelebaran ventrikel lateralis bilateral dapat
sesuai gambaran meningitis.
Pemeriksaan penunjang yang paling penting adalah lumbal punksi, yang sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Namun pada pasien ini belum dilakukan karena
tidak tersedianya jarum. Pada meningitis tuberkulosis, cairan serebrospinalnya jernih, tidak
berwarna, dan bila didiamkan akan membentuk cob web atau pellicle atau sarang laba-
laba. Tekanan sedikit meninggi dan jumlah sel kurang dari 500/ mm3 dengan dominan
limfosit. Protein meninggi sampai 200mg% dan kadar glukosa menurun sampai dibawah
40mg%. Keberhasilan kultur dan identifikasi bakteri tuberkulum pada lapisan endapan CSF
yang diwarnai dengan metode Ziehl-Neelsen juga sangat penting untuk menegakkan
diagnosis dan terapinya.2
Berikut ini merupakan kriteria diagnostik dari meningitis TB:4
1. Definit
- Klinis meningitis / meningoensefalitis plus
- Analisa CSF tidak normal plus
- Pewarnaan Basil tahan asam positif pada cairan serebrospinal ( secara
mikroskopis) dan atau kultur positif untuk for M. Tuberculosis dan atau
PCR TB positif.
2. Probable
- Klinis meningitis / meningoensefalitis plus
- Analisa CSF tidak normal plus
- Salah Satu dari
o Basil tahan asam ditemukan pada jaringan lain
o Foto torak sesuai dengan TB paru aktif
3. Possible
- Klinis meningitis / meningoensefalitis plus
- Analisa CSF tidak normal plus
- Salah satu dari
o Riwayat TB
o Sakit > 5 hari
o Gangguan kesadaran
o Tanda neurologis fokal
o Dominasi mononuclear pada cairan serebrospinal, Rasio glukosa
serum dengan LCS < 0,5 cairan serebrospinal berwarna
kekuningan (xantokrom)
Stadium ini berlangsung selama 1-2 minggu, ditandai dengan gejala-gejala non
spesifik seperti demam, sakit kepala, iritabilitas, mengantuk (drowsiness), dan malaise.
Tidak terdapat kelainan neurologis fokal, tapi infants dapat mengalami stagnasi
pertumbuhan dan gangguan perkembangan.
Biasanya mulai dengan lebih mendadak. Tanda yang paling umum adalah letargi,
kaku kuduk, kejang, tanda Brudzinski atau Kerniq positif, hipertoni, muntah, gangguan
saraf kranial, dan tanda-tanda kelainan neurologis fokal yang lain. Perburukan penyakit
secara klinis biasanya sejalan dengan perkembangan hidrosefalus, peningkatan tekanan
intrakranial, dan vaskulitis. Pasien tampak mengantuk, disorientasi disertai tanda
rangsang meningeal. Refleks tendon meningkat, refleks abdomen menghilang, disertai
klonus patela dan pergelangan kaki.
3. Grade III (terminal) : GCS 10
Stadium ketiga ditandai dengan koma, hemiplegia atau paraplegia, hipertensi, postur
deserebrasi, deteriorasi tanda vital dan pada akhirnya kematian. Pasien koma, pupil
terfiksasi, spasme klonik, pernafasan ireguler disertai peningkatan suhu tubuh.
Hidrosefalus terdapat pada dua pertiga kasus dengan lama sakit 3 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminorf, J.M., Greenberg, A.D., and Simon, P.R., 2005. Clinical Neurology. Edisi
7. USA:Lange Medical Books/McGraw-Hill.p 155-157
2. Adam R.D., Victor M., Ropper A.H. 2005. Principles of Neurology.8th ed. McGraw Hill.
New York.
3. Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates in
Neuroemergencies. FKUI. Jakarta. Hal.1-7
4. Thwaites et al. 2005. Journal of Infectious Diseases.
5. Schossberg, D. 2006. Infections of the Nervous System. Springer Verlag. Philladelphia,
Pennsylvania.
6. Tsumoto, S. 2001. Guide to Meningoencephalitis Diagnosis. JSAI KKD Chalenge.