Professional Documents
Culture Documents
Mater :
a. Prosedur prosedur K3
b. Pencegahan kecelakaan kerja
c. Pencegahan penyakit akibat kerja
d. Pengendalian potensi bahaya
e. Analisa kecelakaan kerja
f. PPPK
g. Pemeriksaan Kesehatan
h. Kewajiban untuk menyediakan dan memakai APD
i. APD pada pekerjaan konstruksi
j. Hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
k. Acuan/standar yang digunakan
Tujuan Akhir :
Setelah pembelajaran selesai siswa dapat:
1. Menyebutkan dan menjelaskan prosedur-prosedur dari K3
2. Menjelaskan Peralatan K3 di Proyek
3. Menjelaskan Upaya Pencegahan Kecelakaan
4. Menjelaskan upaya-upaya pencegahan penyakait akibat kerja (Sustisi, Isolasi, Ventilasi,
Alat Pelindung Diri, Pemeriksaan Kesehatan, Latihan dan Informasi sebelum Kerja,
Istirahat dalam bekerja)
5. Menjelaskan cara mengenalisis pontensi bahaya
6. Menjelaskan meniadakan dan mengendalikan potensi bahaya
7. Menjelaskan kegunaan analisa kecelakaan kerja
8. Menjelaskan teknik-teknik menganalisa kecelakaan kerja
9. Menjelaskan jenis-jenis P3K di Proyek
10. Memperagakan/simulasi pelaksanaan P3K
11. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kesehatan
12. Menjelaskan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bab V, Bab III dan Bab X
13. Menjelaskan macam-macam dan fungsi APD
14. Meperagakan pengunaan APD
15. Menerapkan penggunaan APD
16. Menjelaskan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
17. Menjelaskan Acuan/standar yang dipakai dalam pengadaan APD
Cek Kemampuan :
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan cara menulis oftion jawaban (a, b, c, d dan e) yang
dianggap paling benar !
4. Pihak mana yang bertanggung jawab, jika salah seorang pekerja mengalami kecelakaan tanpa
disengaja pada saat bekerja ?
a. Keluarga pekerja
b. Orang yang mengakibatkan pekerja celaka
c. Perusahaan tempat dimana pekerja bekerja
d. Seluruh pekerja
e. Pemerintah
5. Seorang pekerja mengalami kecelakaan karena tidak atau lalai memakai APD, padahal
perusahaan ditempat dia bekerja menyediakan alat APD tersebut, dalam kejadian ini pihak
mana yang harus bertanggungjawab ?
a. Keluarga pekerja
b. Orang yang mengakibatkan pekerja celaka
c. Perusahaan tempat dimana pekerja bekerja
d. Seluruh pekerja
e. Pemerintah
6. Pekerja diharuskan memakai sabuk pengaman (safety belt) pada saat bekerja pada batas
ketinggian berapa ?
a. 2 meter d. 3 meter
b. 4 meter e. 5 meter
c. 6 meter
7. Ada berbagai sarung tangan pelindung yang digunakan pada saat bekerja, diantaranya sarung
tangan kulit, katun dan karet. Sarung tangan mana yang digunakan pada pekerjaan
pengelasan?
a. Sarung tangan kulit d. Sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
9. Pekerja pada waktu menaiki tangga untuk pekerjaan ketinggian sarung tangan yang digunakan
adalah :
a. Sarung tangan kulit d. sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
10. Untuk pekerjaan listrik agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik, pekerja harus memakai :
a. Sarung tangan kulit d. sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
11. Untuk mengindari kecelakaan tersandung kayu, terhimpit benda berat diperlukan sepatu
keselamatan (safety sous), sebaiknya sepatu yang terbuat dari bahan apa yang nyaman
dipakai :
a. Besi d. kaca
b. Kain e. karet
c. Kulit
12. Bagi kariawan baru, untuk mengindari kecelakaan kerja, pengusaha atau pengurus
diwajibkan menjelaskan tentang K3, kecuali :
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerjanya
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan dalam tempat kerja
c. Kondisi keuangan dalam perusahaan
d. APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan
e. Rambu-rambu K3
13. Setelah pekerja selesai pekerjaan masing-masing, APD yang digunakan harus :
a. Dibawa pulang d. Dibersihkan dan disimpan
b. Dibuang e. dijual
c. Menjadi tanggung jawab perusahaan
14. Apakah pekerja berhak menyatakan keberatan atau menolak untuk melakukan pekerjaan jika
APD yang disiapkan tidak lengkap ?
a. Tidak d. a,b,c semua benar
b. Ya e. a,b,c semua salah
c. Ragu-ragu
15. Bagi para pengunjung proyek untuk mengindari kecelakaan diwajibkan memakai :
a. Sarung tangan d. Topi keselamatan
b. Masker pelindung e. Sabuk pengaman
c. Sepatu karet
16. Salah satu keuntungan pengusaha menyedikan APD untuk pekerja adalah, kecuali :
a. Waktu kerja tidak terganggu
b. Biaya pengobatan kariyawan berkurang
c. Keuntungan perusahaan semakin besar
d. Pekerjaan semakin cepat diselesaikan
e. Berkurangnya aset nasional berupa tenaga kerja terampil
17. Kariyawan yang tiba-tiba meninggal dunia pada saat bekerja, tanpa diakibatkan sesuatu
apapun. Kejadian seperti ini apakah keluarga korban berhak mendapatkan Jasa Raharja dari
perusahaan :
a. Ya d. Tidak
b. Tergantung Kebijakan Perusahaan e. No Comment
c. Diberikan setengah tanggungan
18. Pekerja yang perlu waktu menyelesaikan pekerjaan hanya 5-10 menit, apakah pekerja perlu
memakai APD ?
a. Tidak d. a,b,c semua benar
b. Ya e. a,b,c semua salah
c. Ragu-ragu
20. Bahaya yang ditimbulkan oleh pekerja yang menggunakan bahan peledak adalah :
a. Kepala pusing d. Lemah syawat
b. Influenza e. Keracunan
c. Keracunan terutama oleh asam nitrat
23. Apa yang perlu disediakan di proyek sebagai petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan
atau musibah :
a. Bahan dan alat-alat P3K d. Radio
b. Walkman e. Televisi
c. Obat merah
24. Bagaimana cara pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa faktor manusia:
a. Kampanye dan penyuluhan K3 secara berkala untuk menumbuhkan kesadaran
ber- K3
b. Melaksanakan workshop K3
c. Membuat dan melengkapi rambu-rambu K3 di proyek
d. Menyipakan MCK
e. A, b, c dan d semua benar
25. Penyebab terjadinya kecelakaan terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan, yaitu :
a. Karena tidak memakai kaca mata
b. Karena adanya kabel-kabel listrik dan panel-panel yang rusak dan terpegang oleh
pekerja (karena terstrum listrik)
c. Tidak adanya perlengkapan P3K
d. Banyak bakteri dan virus
e. Ruang kerja yang tidak tertata dengan baik
27. Di bawah ini cara-cara pengelolaan potensi bahaya yang dianjurkan adalah :
a. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur
b. Membuat dan menyebarkan brosur-brosur, leaflet dan membuat rambu-rambu K3
c. Menggunakan daftar periksa (checklist) atau berdasarkan pengalaman pada
unit/bagian sejenis dan diskusi
d. Memakai metode identifikasi bahaya sekaligus analisisnya
e. A, b, c dan d benar semua
28. Salah satu tujuan menganalisis potensi bahaya (hazard analysis) dalah :
a. Seberapa seriusnya bahaya d. Menentukan Prosedur K3
b. Mentukan APD e. Menentukan P3K
c. a, b, c dan d semua salah
29. Tindakan-tindakan penanggulangan potensi bahaya (hazard recovery) adalah :
a. Penanganan bahaya jika upaya pengendalian bahaya mengalami kegagalan
b. Upaya mengurangi akibat
c. Rehabilitasi
d. Pemasangan rambu-rambu K3
e. a, b, c dan d semua benar
30. Pertolongan pertama perlu dilakukan pada saat terjadinya kecelakaan. Contoh pertolongan
pertama yaitu dengan member nafas buatan bila pernafasan terhenti. Pemberian nafas buatan
dilakukan dengan cara :
a. Membuka mulut korban dengan jari-jari
b. Tangan yang masuk kemulut korban harus bersih
c. Tekan sudut rahangnya kedepan dari belakang untuk menyakinkan bahwa lidahnya
terjulur dan nafasnya bebas.
d. Memegang tengkuk atau leher si korban dengan hati-hati dan membaringkannya
sambil kepalanya dibawahkan.
e. a, b, c dab d beanar semua
II. PEMBELAJARAN
1. Prosedur K3
Prosedur k3 memiliki fungsi yang sama namun keadaannya berbeda beda karena kondisi
dan keadaan yang berbeda beda, oleh karena itu setiap jenis pekerjaan memiliki prosedur yang
berbeda-beda pula. Sehingga prosedur k3 tidak sembarangan ditetapkan dalam suatu pekerjaan,
karena harus sesuai prosedur di lapangan.
Prosedur kerja adalah Aturan-aturan atau cara kerja yang berlaku saat melakukan suatu
pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu. Biasanya prosedur kerja ditunjukan kepada pekerja
yang akan memulai suatu pekerjaan.
Prosedur kerja yang lengkap dan benar akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu para
pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun wajib mentaati prosedur kerja yang ditetapkan.
Resiko kerja akan ada disetiap pekerjaan, hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh
jenis pekerjaan, besar pekerjaan, pekerja yang telibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan
kompetensi pekerja.
b. Mesin Uap
STANDARD OPERATING PROCESS (SOP) Keselamatan Kerja Peralatan Uap
Panas Bertekanan
Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan sterilisasi pada pengalengan,
sterilisasi media, peralatan gelas dengan menggunakan suhu 121 C dengan tekanan 15
Psi. Resiko yang dapat ditimbulkan dari kecerobohan mengoperasikan alat akan
menyebabkan ledakan, kerusakan bahan dan kerusakan
Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja yang harus diikuti untuk keselamatan kerja:Periksa
kondisi alatsehingga siap untuk dioperasikan meliputi : ?Pemeriksaan aliran listrik pada
stop kontak, steker dan panel.? Pemeriksaan voltage ?Pemeriksaan kabel dan
kelengkapan alat
Periksa kebersihan alat yang akan digunakan meliputi pencucian dan penggantian air sebelum
digunakan sesuai volume yang diprasyartakan.
Masukkan bahan/alat yang akan disterilisasi ke dalam alat kemudian tutup dan kunci dengan
benar Tutup ketel dan kunci dengan rapat. Caranya tempatkan posisi penutup rata dengan bibir
ketel uap, pasang skrup pengaman kemudian putar kanan dan kiri bersamaan sampai betul
betul rapat.
Ingat! Pemasangan skrup pengaman tidak benar, uap akan keluar lewat celah celah
penutup.Lubang pengeluaran uap yang tertutup bahan dan tidak terkontrol akan sangat
membahayakan karena tutup ketel bisa lepas dan terjadi semburan liar uap panas
Operasikan alat sesuai dengan prosedur. Lakukan pengaturan panas dan waktu operasi dengan
mengatur instrumen yang ada. Jangan sekali-kali anda mengoperasikan alat tersebut
sebelum anda dilatih. Akhir dari proses ditandai dengan bunyi alarm berarti tercapainya suhu,
tekanan dan waktu sesuai yang telah ditentukan.
Uap dan tekanan yang terbentuk pada alat dibuang dengan cara membuka saluran pembuangan
uap sampai indikator menunjukkan angka 0. Ingat ! Uap yang terbuang sangat panas hati-hati
jangan mengenai anggota tubuh anda.
Buka tutup dan kunci dengan hati hati pastikan uap dan tekanan telah habis serta pada waktu
membuka posisi badan berada disamping. Hindari uap panas yang keluar menerpa wajah anda.
Gunakan sarung tangan anti panas. Angkat bahan yang sudah disterilisasi bersama keranjang
dengan hati hati karena bahan masih keadaan panas
Setelah alat dalam keadaan dingin bersihkan alat yang digunakan dengan cara membuang dan
mencuci sisa air pada alat dan keringkan. Cabut steker dari stop kontak. Lakukan perawatan
secara berkala khususnya saluran pengeluaran uap, pembuangan air dan kabel.
Perhatian !!
Jangan sekali-kali membuka tutup dan skrup pengaman sebelum uap panas dan tekanan
dikeluarkan sampai manometer ke posisi 0. Resiko kecelakaan akan terjadi jika uap panas
menyembur keluar dan mengenai anggota badan anda.
c. Pemadaman Kebakaran
STANDARD OPERATING PROCESS (SOP) Keselamatan Kerja Penanggulangan
Kebakaran
Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan penanggulangan kebakaran, yang
ditimbulkan oleh kayu, minyak, kain, kertas, gas, konslet listrik dan kecorobohan. Resiko yang
dapat ditimbulkan dari kebakaran akan menyebabkan kerugian baik materi maupun nyawa anda.
Pencegahan yang harus dilakukan meliputi dilarang merokok, dilarang membawa/menggunakan
korek api, dilarang menggunakan kalkulator yang tidak flame proof, dilarang memindahkan atau
mempermainkan alat pemadam kebakaran kecuali keperluan kebakaran/pengecekan.
No Penanggulangan Ya Tidak
1 Apakah semua bahan bahan yang mudah terbakar dan
meledak disimpan dan digunakan dengan aman ?
d. Prosedur dalam Memasang Tabung Gas Elpiji dan Menggunakan Kompor Gas.
a. Lepaskan segel plastik pada Tabung Elpiji terlebih dahulu.
b. Selanjutnya pasang regulator pada katup tabung Elpiji.
c. Setelah regulator terpasang, putar knopnya searah jarum jam sebesar 90ohingga posisinya
horizontal. Pastikan regulator tidak kendur atau dapat terlepas.
Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung atau yang mempunyai potensi
terjadinya kecelakaan kerja yang cukup besar. Berbagai macam kecelakaan ditempat kegiatan
konstruksi antara lain akibat benda yang jatuh dari atas, karena terpukul, terkena benda tajam ,
terkena aliran listrik atasu kebakaran, twerpeleset, dan lain-lain.
Dari data yang ada prosentasi kecelakaan pada pekerjaan konstruksi adalah sbb:
Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah : kepala, tangan, kaki padahal bagi para
pekerja bagian tubuh itu sangat penting dalam melakukan tugasnya sehari-hari.
Data tentang kecelakaan kerja ditempat kegiatan konstruksi disemua Negara pada umumnya
menunjukkan angka yang tinggi. Di Jepang kecelakaan kerja konstruksi rata-rata 42% dari total
kecelakaan kerja pada tahun 1989 dengan jumlah yang meninggal sebanyak 2412 orang. Disisi
lain gangguan akibat kerja cukup banyak, apalagi pada pekerja konstruksi yang sifat pekerjanya
keras dan dilasksanakan pada lingkungan kerja yang umumnya terbuka. Pekerjaan konstruksi
terkadang harus dilakukan dalam cuaca yang kurang bersahabat, terkadang dingin terkadang
panas, hujan, atau angin kencang. Disamping pekerjaan konstruksi harus dilakukan pada tempat
yang berair, lembab gelap dan sebagainya.Bahan yang dipergunakan pada pekerja konstruksi
disamping berasal dari bahan-bahan alami juga banyak dari bahan buatan yang tidak jarang
mengandung bahan kimia yang mempunyai efek berbahaya bagi para pekerja.
Hal-hal seperti itu merupakan sumber penyakit akibat kerja atau juga dapat disebut sebagai
penyakit jabatan, karena pekerja sakit akibat kerja atau sakit yang diperoleh pada waktu
melakukan pekerjaan.
Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungan
kerja dalam hal ini juga termasuk kecelakaan kerja.
Telah diurikan pada modul 1, bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia dan
faktor konstruksi, alat dan lingkungan. Kunci pencegahan terjadinya kecelakaan adalah
mendorong adanya ketertiban dan disiplin kerja serta menjaga agar keadaan lapangan tertata
dengan baik, teratur dan bersih.
Perencanaan K3 meliputi:
1. Pemilihan sistim dan peralatan
a. Metode kerja
b. Penggunaan peralatan berat (crane, excavater, shovel,dll)
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas dari sarana kerja seperti:
a. Platform
b. Jaring pengaman
c. Tangga darurat
d. Penutup lubang, dll
3. Penentu prosedur kerja
4. Penempatan prasarana kerja baik bahan maupun peralatan
5. Mengidentifikasi potensi bahaya dengan mengantisipasinya:
a. Terjatuhnya dari ketinggian
b. Kebakaran
c. Peledakan akibat mesin atau listrik
d. Benda yang jatuh dari atas
e. Merencanakan biaya yang diperlukan
Kunci utama yang harus dilakukan pekerja untuk menghindari terjadinya krecelakaan kerja yaitu
disiplin dalam bekerja serta selalu menjaga tempat kerjanya agar tetap bersih, rapi dan
tertata dengan baik. Selain itu hal lain yang dapat dilakukan untuk terus menumbuhkan
kesadaran pekerjaan adalah :
1. Mengadakan Kampanye dan penyuluhan K3 secara teratur untuk menumbuhkan
kesadaran mengenai arti penting K3.
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi K3 bagi para pekerja maupun staf
kontraktor.
3. Melakukan pengecekan secara teratur.
4. Memasang poster-poster dan tanda-tanda K3 pada tempat-tempat yang strategis.
5. Memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi
peraturan K3 serta memberi penghargaan bagi mereka yang disiplin dan patuh
melaksanakan K3.
6. Usahakan adanya pertemuan, diskusi dan dialog tentang K3 baik dengan pekerja
maupun staf, sebelum mulai atau setelah selesai bekeraja, selama proyek berjalan dan
dilakukuan secara berkala.
Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh factor teknis yang meliputi konstruksi,
penggunaan alat, bahan dan factor lingkungan telah secara rinci diuraikan dalam buku Pedoman
Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi yang merupakan Surat Keputusan
Bersama Mentri Tenaga Kerja dan Mentri Pekerjaan Umum dan dijadikan buku acuan di tempat
kegiatan konstruksi.
Pada buku ini disajikan beberapa hal yang penting berupa suatu ilustrasi dan contoh-contoh yang
didasarkan pada praktik lapangan anatra lain :
Kecelakaan yang disebabkan oleh angkutan lalu lintas termasuk sebanyak (30%). Pengaturan
lalu lintas, pengangkutan bahan, alat serta cara penggunaan alat perlu mendapat perhatian.
Penempatan bahan, alat pada lokasi proyek perlu diencanakan sebaik-baiknya, agar pada waktu
bahan dan alat tersebut akan diangkut dan digunakan tidak membahayakan para pekerja dan
tidak mengganggu lalu lintas di tempat kerja.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, antara lain :
a. Perancah harus dibuat yang baik dam kokoh, tidak ada perancahyang dibuat
secara darurat.
b. Perancah harus terkait pada bangunan sehingga tidak roboh.
c. Perancah tidak boleh dimuati melampaui kekuatanya.
d. Papan untuk injakan kait dibuat dari papan kayu yang kuat dan harus lebih dari
satu papan.
Maksudnya bila ada satu papan yang patah masih ada papan yang lain:
1) Papan injakan/plat form agar diberi tanda maximum kemampuan atau 80% x kemampuan.
2) Injakan harus diberi pegangan.
e. Lantai perancah harus tetap bersih dan tidak licin.
f. Pekerja menggunakan sabuk dan tali pengaman.
c. Ledakan.
Pada proyek besar kadang kadang perlu meledakkan bagian lapangan yang terlalu keras. Untuk
meledakkan lapangan itu perlu ada ijin dan harus mengikuti prosedur yang ditetapkan.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan sekitar daerah yang akan diledakkan harus diamankan
denga cara memberi tanda dilarang masuk. Pada saat akan memberi peledakan perlu diadakan
penjagaan
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja merupakan suatu hambatan pada tingkat pengamanan
maupun keamanan dalam bekerja. Hal ini tentu dapat menghambat produktivitas kerja. Untuk itu
perlu adanya pengenalan terhadap lingkungan kerja, pengendalian lingkungan kerja, pengertian
serta usaha pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan kerja, serta perlu adanya
hubungan baik antara sesama tenaga kerja maupun pimpinan.
Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis dibidang konstruksi dapat dilakukan dengan
desain kerja yang baik, serta organisasi/pengaturan kerja.
Dalam lingkungan kerja, sering kali manusia dihadapkan dengan berbagai macam hazard dan
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Manifestasi dari bahaya industri
tidak hanya terjadi pada tenaga kerja, melainkan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Potensi bahaya ini perlu dikelola melalui empat tahap yaitu:
1. Mengenal potensi bahaya (hazard identification)
a. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur misalnya pada petunjuk teknis,
brosur,leaflet, MSDS dan sebagainya
b. Menggunakan daftar periksa(check list) atau berdasarkan pada pengalaman pada unit/bagian
sejenis dan diskusi
c. Memakai metode identifikasi bahaya, sekaligus analisisnya
Analisa kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, menentukan
penyebab kecelakaan, mengukur resiko kecelakaan, menentukan kecendrungan kecelakaan serta
mengembangkan pengawasan yang harus dilakukan. Analisis ini sangat diperlukan sehingga
kecelakaan yang sama tidak terulang kembali. Kecelakaan yang perlu dianalisis yaitu :
o. 1. Setiap kecelakaan baik yang membawa kerugian maupun tidak membawa kerugian.
p. 2. Keadaan nyaris celaka (near-miss)
Pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi perlu disiapkan kemampuan untuk dapat melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta tindak lanjutnya. Untuk dapat melakukan
PPPK dan tindak lanjutnya di proyek, perlu adanya orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan
bahan PPPK, daftar nama, alamat, nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi
apabila terjadi kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan
lain-lain.
Di proyek perlu disediakan petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau musibah.
1. Orang yang dapat melakukan PPPK.
Orang ini dapat sebagai petugas khusus tentang PPPK ataupun mereka yang pernah mengikuti
latihan PPPK. Mereka itu boleh staf kontraktor maupun para tukang yang pernah mengikuti
kursus PPPK. Bila dipandang perlu dapat mengutus orang untuk mengikuti latihan PPPK.
4. Petunjuk.
Petunjuk yang jelas, berupa poster ataupun papan-papan petunjuk yang dipasang dikantor proyek
atau ditempat tempat yang strategis harus dilakukan dalam jumlah yang memadai. Petunjuk
mengingatkan kepada semua pihak untuk berhati-hati. Petunjuk yang ditempelkan pada papan
yang menghalangi sering sangat membantu bahwa sekitar tempat tersebut berbahaya.
Bila bekerja sendirian, pijitan jantung masih dapat diterapkan sambil melakukan pernafasan dari
mulut ke mulut.
a. Berlutut di samping korban dekat dadanya;
b. Lakukanlah beberapa kali pernafasan buatan seperti yang telah diuraikan sebelumnya;
c. Gantilah dengan cara pijitan jantung dan tekanlah lima kali selang satu detik;
d. Berilah hembusan lagi;
e. Ulangi pijitan lima kali, lanjutkan pernafasan buatan ini berganti-ganti, yaitu satu kali
hembusan dan lima kali penekanan dada sampai pertolongan datang.
Bila memingkinkan ada seseorang yang membantu, yakni dengan melakukan pemijitan jantung
guna mebantu meningkatkan peredaran darah yakni:
a. Berlutut samping korban dekat dadanya;
b. Letakkan tangan pada tulang rusuk dada korban;
c. Tekan kedua tanganmu dengan kuat kedepan si korban sampai kira-kira 5 cm (tidak boleh
lebih dari 5 cm);
d. Ulangi gerakan ini terus menerus selang satu detik dan lakukan dengan hati-hati, karena bila
dikerjakan dengan kekerasan akan berbahaya.
8. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan kerja perlu dilakukan secara teratur, lebih-lebih bila diketahui adanya
penyakit berjangkit secara cepat di tempat kerja. Misalnya sakit mata yang biasanya dianggap
sakit ringan itu, bila terjadi pada pekerja maka sakit mata tersebut sebaiknya mendapat perhatian
karena penyakit tersebut mudah atau cepat menular. Bayangkan sebagian pekerja sakit mata, bisa
menimbulkan pekerjaan terganggu. Untuk pekerja yang bertugas pada pekerjaan yang berpolusi
menimbulkan penyakit, perlu dilakukan pengobatan secara kontinu.
Bila pekerjaan dilaksankan bertahun-tahun, bahkan sampai purna bakti, pemeriksaan kesehatan
secara berkala sangat dianjurkan. Ini dilakukan agar penyakit akibat kerja dapat dicegah sedini
mungkin, sehingga tenaga kerja selalu keadaan sehat dalam bekerja. Maka akan terjadi
efektivitas dan efisiensi baiaya akhirnya perusahaan akan menuai keuntungan yang berlipat.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala ditangani oleh petugas yang diberikan wewenang untuk
mengatur pengelolaannya dan memberikan informasi kepada setiap staf/kariawan yang telah tiba
waktunya untuk mengontrol kesehatan serta memberikan rekomendasi/rujukan pada
tempat/rumah sakit yang dituju.
Sejak dahulu para pengusaha dan para pekerja sudah berusaha untuk melindungi diri mereka dari
terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat menimpa mereka. Alat pelindung diri itu dapat
berupa pakaian, topi untuk melindungi diri dari serangan cuaca atau sepatu yang kuat agar
meraka dapat bekerja dengan nyaman tanpa terganggu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, alat pelindung diri (APD) semakin beragam bentuk dan
fungsinya dan ini sangat membantu menurunkan jumlah pekerja yang cidera atau meninggal
akibat kecelakaan kerja.
Di Negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan APD relative masih
sangat kurang. Menurut data yang ada pada jamsostek, lebih dari 8000 kecelakaan kerja yang
terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari terjadi kecelakaan kerja. Angka tersebut baru
dari laporan PT. Jamsostek untuk keperluan pemberian santunan, belum lagi kecelakaan yang
didiamkan, atau tidak berakibat fatal yang terkadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh
kontraktor untuk menghindari masalah dengan pihak yang berwajib (polisi dan departemen
tenaga kerja).
Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja ini cukup besar, disamping pengeluara biaya
untuk berobat juga kerugian waktu yang hilang serta berkurangnya asset nasional berupa tenga
terampil di bidang jasa konstruksi.
Banyak kontraktor secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan APD yang
memadai dengan alasan tidak dianggarkan dalam proyek dan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya dengan penyedian APD yang cukup, kontraktor
justru telah menjaga dirinya untuk tidak mengeluarkan biaya yang tak terduga yang timbul akibat
kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih tak kan berkurang.
Pemerintah dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja telah mewajibkan kepada para pengelola pekerjaan untuk menyediakan APD dan
mewajibkan para pekerja untuk memakainya. Undang-undang ini diperkuat dengan peraturan-
peraturan dari menteri yang terkait seperti peraturan menteri tenaga kerja dan menteri pekejaan
umum dengan terbitnya pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi
Penggunaan APD yang standar sangat diperlukan, karena banyak kasus dimana pekerja yang
sudah menggunakan APD masih bisa terkena kecelakaan akibat alat yang dipakainya tidak
memenuhi standar.
BAB V
Pembinaan
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul ditempat kerja
b. semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya
c. alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
BAB VIII
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
Dengan Peraturan dan Perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk :
1. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
2. Semua dan memntaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
3. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana keselamatan kerja yang diwajibkan
diragukan olehnya dst.
BAB X
Kewajiban Pengurus
Pasal 14
Menyediakan secara Cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya .dst
Disamping alat pelindung diri diatas, pekerja harus berpakaian yang komplit sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus dilengkapi jaket/rompi kulit atau minimal
harus memekai kaos dan celana panjang.
Di bawah ini beberapa contoh standar APD dengan SNI dam standar internasional lainnya.
a. Helmet (topi pengaman) : ANZI Z 89,1997 standar
b. Sepatu pengaman (safety boot) : SII-0645-82, DIN 4843,
c. Australian standard AS/NZS 2210.3.2000.ANZI Z 41PT 99,SS 105,1997
d. Sabuk pengaman : EN 795 Class C ANZI OSHA
Banyak lagi standard-standard yang diberlakukan di Negara maju, tetapi yang lebih penting
kalau kita memakai produk dalam negeri ujilah ketahanannya terhadap suatu beban yang akan
diberikan kepadanya dengan toleransi minimal 50%. Hal ini penting karena mungkin bagi
kontraktor kecil dan menengah apabila harus menyediakan pridu impor akan menjadi beban yang
berat bagi keuangan perusahaan. Perlu juga dipertimbangkan daya tahan dan kualitas barang
yang ada untuk pemakaian beberapa proyek pekerjaan atau beberapa periode pekerjaan sehingga
akan menghemat pengeluaran.
BAB III
PENILAIAN
Soal Esay :
1. Buatlah 5 Prosedur Kerja yang anda ketahui untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja bila
prosedur tersebut diterapkan !
2. Jelaskan minimal 3 upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja !
3. Pencegahan penyakit akibat kerja bidang konstruksi dapat dikalukan dengan beberapa upaya.
Sebutkan dan jelaskan !
4. Sebutkan dan Jelaskan potensi-potensi yang mengakibatkan kecelakaan kerja pada pekerjaan
konstruksi !
5. Bila terjadi kecelakaan kerja di lokasi kerja, anda wajib melakukan tindakan PPPK pada si
korban. Buatlah satu contoh pertolongan pertama yang anda lakukan bila seseorang pekerja
mengalami kecelakaan jatuh dari tempat ketinggian !
6. Jelaskan fungsi-fungsi APD dibawah ini :
a. Safety helmet
b. Safety Belt
c. Safty Booth
d. Sarung tangan kulit
e. Sarung tangan katun
f. Sarung tangan karet
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982. Keselamatan Kerja dalam Tatalaksana Bengkel
1, Jakarta: Direkturat Pendidikan Menengah Kejuruan
Ervianto Wulfran I, 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: CV. Andi Offset
John Ridley, 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar, Jakarta: Penerbit Erlangga
Manahara R. Siahaan, 2006. K3 dan Lingkungan, Jakarta: Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia.