You are on page 1of 17

MINI PROJECT

JAMBAN SEHAT DI WILAYAH PUSKESMAS KAUMAN

Oleh :

dr. Agista Khoirul Mahendra

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KAUMAN
KABUPATEN PONOROGO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah
kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja
tersebut tidak dapat dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang
tidak sedap, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat tahun 2010, jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang
efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Mempunyai dan menggunakan jamban bukan hanya untuk kenyamanan
melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga maupun
masyarakat.
Data dari studi dan survei sanitasi tahun 2010, proporsi rumah tangga di
Indonesia yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah
76,2%, milik bersama sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation)
yaitu sebesar 12,9%. Sepuluh provinsi tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki
fasilitas BAB/open defecation adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi
Tengah (28,2%), Papua (27,9%), Gorontalo (24,1%), Maluku (23,4%), Aceh (22,7%),
Kalimantan Barat (21,8%), Nusa Tenggara Barat (21,3%), dan Sumatera Barat(21%).
Wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi desa Kauman, Sumoroto, Carat,
Plosojenar, semanding, Gabel, Ciluk, Nongkodono, Maron, Tosanan, dan Tegalombo.
Dibandiungkan dengan desa lainnya, desa Tosanan merupakan desa yang mempunyai
cakupan jamban sehat yang paling rendah, yakni sekitar 84%.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya untuk meningkatkan penggunaan jamban sehat?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menentukan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan jamban
sehat
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui berbagai alasan masyarakat kenapa tidak memiliki jamban sehat.
b. Mengetahui proporsi pengguna jamban sehat
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat serta bisa melakukan perubahan perilaku yang
berhubungan dengan penggunaan jamban sehat.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Puskesmas mengetahui permasalahan penggunaan jamban sehat di wilayah
kerjanya.
b. Puskesmas mengetahui cara pemecahan masalah terkait permasalahan penggunaan
jamban.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembuangan tinja atau Buang Air Besar


Pembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam dokumen
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut
sebagai sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air
besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam
laporan MDGs 2010, kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan
fasilitas tempat BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis
latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL). Kriteria yang digunakan Joint Monitoring Program
(JMP) WHO-UNICEF, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu improved, shared,
unimproved dan open defecation. Dikategorikan sebagai improved bila penggunaan
sarana pembuangan kotorannya milik sendiri, jenis kloset latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.

Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam
suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik
sehari-hari bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada
dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran
manusia, demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan
syarat pembuangan air limbah.

B. Jenis-jenis jamban
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:
1. Jamban cubluk (pit privy)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5
sampai 8 meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata
ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat
dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air
minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilated improved pit latrine)


Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan
ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

3. Jamban empang (fish pond latrine)


Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang
memungkinkan terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan
ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian
seterusnya.
4. Jamban pupuk (the compost privy)
Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal galiannya,
di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah, dan daun-daunan.

5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic
tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu
rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan
cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya
sukar dan memerlukan tanah yang luas.

Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan digunakan


pembagian 3 jenis jamban, yaitu:

a. Jamban Leher Angsa


Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher
angsa adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.

b. Jamban Cemplung

Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk


mengurangi bau serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.

c. Jamban Plengsengan
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga
ditutup
C. Cara memilih jamban
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60cm dari permukaan air pasang.

D. Manfaat dan Fungsi Jamban


Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan.
Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit


2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
E. Kriteria Jamban Sehat
Jamban Sehat (improved latrine) merupakan fasilitas pembuangan tinja yang
memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tidak mengkontaminasi badan air.


2. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.
3. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga
vektor lainnya termasuk binatang.
4. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau
5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna
F. Septic Tank
1. Mekanisme Kerja Septic Tank
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja
dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan
berada selama beberapa hari.
2. Desain Septic Tank
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :

a. Pipa ventilasi
Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya
pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya
dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan
gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas
dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas
dapat langsung terlepas di udara bebas. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter
pipa 175mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa.
b. Dinding septic tank
1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.

c. Pipa penghubung

1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.
d. Tutup septic tank:

1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah
permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu
hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).

G. Cara Pemeliharaan Jamban


Cara yang dapat dilakukan untuk memelihara jamban antara lain:
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki

H. Persyaratan Pembuangan Tinja


Terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja antara lain:

1. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
2. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.
3. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat.
4. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit.
5. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih
setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi
kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih
merupakan bahan yang ada di rumah jamban didekat jamban.
6. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air
dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
7. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.

I. Penggunaan Jamban Sehat di Indonesia


Sampai saat ini diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia (khususnya yang
tinggal di daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun,
sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan
untuk buang air besar di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban
sangat mahal, lebih enak BAB di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan alasan
lain yang dikatakan merupakan kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek moyang.
Perilaku tersebut sangat merugikan kesehatan, karena tinja merupakan media tempat hidup
bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan berisiko menjadi
wabah penyakit bagi masyarakat.
Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan
masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus
dibuang pada suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang
digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua
anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak
(termasuk bayi dan balita) dan orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang sehat,
sebaiknya mengikuti beberapa syarat, yaitu: tidak mengotori tanah maupun air permukaan
di sekeliling jamban tersebut, tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan
kecoak, tidak menimbulkan bau, mudah dipergunakan dan dipelihara, sederhana serta dapat
diterima oleh pemakainya.
BAB III
METODE

A. Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat


Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, wawancara dan
observasi langsung melalui Home Visite. Puskesmas Kauman mempunyai program yang
dijalankan oleh promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pada program esensial
tersebut masih terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih satu
masalah yaitu penggunakan jamban sehat. Masalah tersebut ditentukan berdasarkan data
laporan tahunan puskesmas, wawancara, dan observasi langsung melalui Home visite.
Menggunakan jamban sehat merupakan salah satu indikator PHBS. Walaupun
sebagian besar masyarakat sudah memiliki jamban, tetapi angka open defecation di
masayarakat masih tinggi. Kepemilikan dan penggunaan jamban bukan hanya nyaman,
melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Masyarakat yang menggunakan jamban sehat akan mencegah berbagai ancaman penyakit
menular berbasis lingkungan.

B. Analisis faktor-faktor penyebab masalah


1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab masyarakat tidak mempunyai
jamban karena memang pendapatan keluarga untuk memenuhi kehidupan pokok
sehari-hari masih kurang.
2. Faktor Pengetahuan
Masyarakat banyak yang belum paham fungsi dari jamban sehat secara
baik. Selain itu, pengetahuan masyarakat mengenai efek buruk dari open
defecation juga masih sangat rendah.
3. Faktor Lahan
Tidak adanya lahan untuk pembuangan akhir tinja menjadi salah satu
penyebab penduduk tidak mempunyai jamban sehat.
4. Faktor Perilaku Hidup
Terdapatnya aliran sungai di wilayah pemukiman penduduk yang biasa
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) sehari-hari,
sangat susah untuk merubah kebiasaan masyarakat melakukan open defecation di
sungai. Selain itu, sebagian masyarakat mengaku merasa lebih nyaman jika BAB
di sungai.
C. Perencanaan Tindakan
1. Segi Ekonomi
Puskesmas Kauman bisa bekerjasama dengan lembaga-lembaga sosial untuk
pengadaan bantuan jamban sehat.
2. Segi Pengetahuan
Dilakukannya penyuluhan mengenai pentingnya jamban sehat dan efek
buruk yang bisa ditimbulkan.
3. Segi Lahan
Puskesmas Kauman bisa menyarankan kepada msyarakat yang tidak
mempunyai jamban sehat karena alasan lahan dengan system multiple latrine,
dimana satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa
jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
4. Segi Perilaku Hidup
Dilakukannya penyuluhan mengenai pentingnya jamban sehat dan efek
buruk yang bisa ditimbulkan dan menyarankan kepada masyarakat agar
membiasakan diri untuk BAB di jamban yang sehat melalui Key Person.
D. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan pada saat masyarakat melakukan
kegiatan sosial. Diharapkan setelah mendapat pengetahuan yang cukup dan tindakan -
tindakan dari Puskesmas Kauman, masyarakat mampu mengubah perilaku hidup yang
kurang sehat dan diharapkan mempunyai jamban sehat agar cakupan jamban sehat setiap
desa mencapai 100%.
BAB IV
HASIL

A. Profil Komunitas Umum


Dalam upaya mewujudkan wilayah kerja Puskesmas Kauman 2016, pembangunan
kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi
harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat.
Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi masalah kesehatan
perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu informasi kesehatan. Hal ini
menjadikan peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan terasa semakin
diperlukan dalam manajemen kesehatan yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan
disemua program, tahapan dan jenjang administrasi. Selain itu juga diperlukan guna
mengevaluasi keberhasilan program-program pembangunan kesehatan yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Kauman.
B. Data Geografis
Puskesmas Kauman terletak di Jalan Diponegoro Nomor 4,Desa
Kauman,Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas
Kauman meliputi :
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja kecamatan jambon,
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Ponorogo,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah balong,
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Kecamatan Sukorejo
Wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi 11 desa, dan secara umum semua desa dapat
diakses ke Puskesmas Kauman. Dari ke 11 desa terbagi dalam 1 Puskesmas Kauman (Ds.
Kauman), 1 Puskesmas Pembantu (Pustu Tegalombo), 1 Polindes (Polindes Kauman) dan
9 Ponkesdes (Ds. Maron, Ds. Somoroto, Ds. Plosojenar, Ds. Carat, Ds. Gabel, Ds. Ciluk,
Ds. Semanding, Ds. Tosanan, Ds. Nongkodono).
C. Data Demografik
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga merupakan
beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan kepada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk di Puskesmas Kauman Tahun 2016
adalah sebasar 30.688 jiwa.
Sumber : Data Dasar Puskesmas Kauman 2016

Diagram di atas memperlihatkan jumlah penduduk terbanyak adalah di desa Kauman


(6.408 jiwa), paling sedikit Desa Ciluk (1.002 jiwa)

2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk


Rasio Jenis Kelamin (Sex ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan
jenis kelamin. Ratio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki
dan perempuan di suatu daerah tertentu.

Sumber : Data Dasar Puskesmas Kauman 2016


Dari diagram di bawah ini menunjukkan bahwa di 11 desa, perempuan lebih banyak
daripada laki-laki. Untuk desa yang perbandingan laki-laki-perempuan tertinggi adalah
desa Kauman (99,4%) dan desa Somoroto (97,4%).
3. Komposisi Penduduk Menurut Usia Produktif dan Non Produktif

Usia Produktif & Non


Produktif

11,297

22,691 Produktif
Non Produktif

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo Tahun 2016


D. Sarana Pelayanan Kesehatan
Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan
di tingkat dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana,
Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan.
Puskesmas Kauman merupakan puskesmas rawat inap, dan untuk meningkatkan
pelayanannya, Puskesmas Kauman dilengkapi dengan adanya satu Puskesmas Pembantu,
yaitu Pustu Tegalombo, 1 Polindes (Polindes Kauman) dan 9 Ponkesdes (Ds. Maron, Ds.
Somoroto, Ds. Plosojenar, Ds. Carat, Ds. Gabel, Ds. Ciluk, Ds. Semanding, Ds. Tosanan,
Ds. Nongkodono).
E. Data Home Visite
1. Cakupan Jamban Sehat per Desa
Wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi desa Kauman, Sumoroto, Carat,
Plosojenar, semanding, Gabel, Ciluk, Nongkodono, Maron, Tosanan, dan Tegalombo.
Desa carat dan Nongkodono mempunyai cakupan jamban sehat yang tergolong baik,
yakni 100%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kedua desa tersebut sadar akan
pentingnya penggunaan jamban sehat. Berbeda dengan desa-desa lainnya. Desa
Kauman mempunyai cakupan jamban sehat sekitar 90,33 %, desa Sumoroto sekitar
91,58 %, desa Plosojenar sekitar 87.78%, desa Semanding 87,55%, desa Gabel sekitar
86,67%, desa ciluk sekitar 90,74%, desa Maron sekitar 86,47%, desa Tegalombo sekitar
88.51%, dan yang paling rendah adalah desa Tosanan, yaitu sekitar 84,02%.
Cakupan Jamban sehat per Desa
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Jamban Sehat Jamban Tidak Sehat

2. Faktor yang Memengaruhi Penggunakan Jamban Sehat


Dari 15 responden Kepala Keluarga (KK) yang tidak mempunyai jamban
sehat, 5 KK mengaku karena alasan ekonomi, 4 KK karena kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya jamban sehat, 2 KK karena tidak adanya lahan untuk tempat
pembuangan akhir tinja, dan 4 KK karena perilaku hidup yang kurang sehat.

Faktor Tidak Menggunakan Jamban Sehat

Ekonomi Pengetahuan Tidak Ada Lahan Perilaku kurang sehat


DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya; 1995.
Notoatmodjo, S.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chandra B.2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Depkes RI.2010.Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta: Depkes RI.

Soeparman dan Suparmin.2002.Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu Pengantar).


Jakarta: EGC.

Puskesmas Kauman.2016. Laporan tahunan Puskesmas Kauman.Ponorogo.

Soemaji.P.2005.Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo.

Widyati, Y.2002.Hygiene dan Sanitasi Umum. Jakarta: Gramedia.

You might also like