Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah
kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja
tersebut tidak dapat dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang
tidak sedap, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat tahun 2010, jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang
efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Mempunyai dan menggunakan jamban bukan hanya untuk kenyamanan
melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga maupun
masyarakat.
Data dari studi dan survei sanitasi tahun 2010, proporsi rumah tangga di
Indonesia yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah
76,2%, milik bersama sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation)
yaitu sebesar 12,9%. Sepuluh provinsi tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki
fasilitas BAB/open defecation adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi
Tengah (28,2%), Papua (27,9%), Gorontalo (24,1%), Maluku (23,4%), Aceh (22,7%),
Kalimantan Barat (21,8%), Nusa Tenggara Barat (21,3%), dan Sumatera Barat(21%).
Wilayah kerja Puskesmas Kauman meliputi desa Kauman, Sumoroto, Carat,
Plosojenar, semanding, Gabel, Ciluk, Nongkodono, Maron, Tosanan, dan Tegalombo.
Dibandiungkan dengan desa lainnya, desa Tosanan merupakan desa yang mempunyai
cakupan jamban sehat yang paling rendah, yakni sekitar 84%.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya untuk meningkatkan penggunaan jamban sehat?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menentukan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan jamban
sehat
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui berbagai alasan masyarakat kenapa tidak memiliki jamban sehat.
b. Mengetahui proporsi pengguna jamban sehat
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat serta bisa melakukan perubahan perilaku yang
berhubungan dengan penggunaan jamban sehat.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Puskesmas mengetahui permasalahan penggunaan jamban sehat di wilayah
kerjanya.
b. Puskesmas mengetahui cara pemecahan masalah terkait permasalahan penggunaan
jamban.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam
suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik
sehari-hari bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada
dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran
manusia, demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan
syarat pembuangan air limbah.
B. Jenis-jenis jamban
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:
1. Jamban cubluk (pit privy)
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5
sampai 8 meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata
ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat
dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air
minum sekurang-kurangnya 15 meter.
5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic
tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu
rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan
cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya
sukar dan memerlukan tanah yang luas.
b. Jamban Cemplung
c. Jamban Plengsengan
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga
ditutup
C. Cara memilih jamban
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60cm dari permukaan air pasang.
a. Pipa ventilasi
Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya
pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya
dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan
gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas
dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas
dapat langsung terlepas di udara bebas. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter
pipa 175mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa.
b. Dinding septic tank
1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
c. Pipa penghubung
1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.
d. Tutup septic tank:
1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah
permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu
hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).
1. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
2. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.
3. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat.
4. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit.
5. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih
setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi
kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih
merupakan bahan yang ada di rumah jamban didekat jamban.
6. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air
dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
7. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.
11,297
22,691 Produktif
Non Produktif
Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya; 1995.
Notoatmodjo, S.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).
Jakarta: PT. Rineka Cipta.