You are on page 1of 7

A.

JUDUL :
Argentometri
B. TUJUAN :

Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dengan metode Mohr dan
Volhard

C. DASAR TEORI :

Titrasi pengendapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag + dan anion-anion X-


yaitu : halide, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini dimana AgNO 3 dipergunakan sebagai
larutan standar dinamakan argentometri.

Ag+ + X- AgX(p)

Suatu reaksi pengendapan berlagsung berkesudahan bila endapan yang


terbentuk mempuyai kelarutan yang cukup kecil. Didekat titik ekivalennya akan terjadi
perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menentukan berakhirya
suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indicator yang baru menghasilkan suatu
endapan bila reaksi dipergunakan degan berhasil baik untuk titrasi pegendapan ini. Cara
mohr menggunaka ion kromat untuk mengendapkan Fe 3+ untuk membentuk kompleks
berwarna dengan ion tiosianat dan cara fajans menggunakan indikator adsorbsi[1].

Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai
indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit
alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi
adalah :

2
-
Asam : 2CrO4- + 2H CrO 7 + H 2O

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2AgOH 2AgOH Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat.
Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan
dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat
mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.

Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana
netral atau agak katalis Dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator
kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perakion kromat
akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhir titrasi.

*. Titrasi Penetapan Klorida Secara Mohr

Titrasi ini berdasarkan atas reaksi :

Ag+ + Cl AgCl (p)

Jika membandingkan hasil kali kelaruta AgCl dan Ag 2CrO4, maka AgCl akan
mengendap terlebih dahulu.

Ksp AgCl = 1,8 x 10-10

Ksp agCrO4 =1,9 x10-12

Dengan demikian maka CrO42- dapat diguakan sebagai indikator untuk titrasi Mohr
ini.jika di dalam labu titrasi terdapat ion Cl - yang megandung sedikit ion kromat ,dengan
menambahkan larutan Ag + , mula-mula AgCl akan mengendap dan setelah terjadi
pegendapan sempurna dari AgCl ,maka terjadi endapan merah kuning dari AgCl, maka
terjadi endapan merah kuning dari Ag 2CrO4, pH larutan di antara 7 dan 10

1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai
indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit
alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi
adalah :

2
Asam : 2CrO4- + 2H- CrO 7 + H2O

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH 2AgOH Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat.
Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan
dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat
mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.

Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana
netral atau agak katalis Dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator
kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perakion kromat
akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhir titrasi.

*. Titrasi Penetapan Klorida Secara Mohr

Titrasi ini berdasarkan atas reaksi :

Ag+ + Cl AgCl (p)

Jika membandingkan hasil kali kelaruta AgCl dan Ag 2CrO4, maka AgCl akan
mengendap terlebih dahulu.

Ksp AgCl = 1,8 x 10-10


Ksp agCrO4 =1,9 x10-12

Dengan demikian maka CrO42- dapat diguakan sebagai indikator untuk titrasi Mohr
ini.jika di dalam labu titrasi terdapat ion Cl - yang megandung sedikit ion kromat ,dengan
menambahkan larutan Ag + , mula-mula AgCl akan mengendap dan setelah terjadi
pegendapan sempurna dari AgCl ,maka terjadi endapan merah kuning dari AgCl, maka
terjadi endapan merah kuning dari Ag 2CrO4, pH larutan di antara 7 dan 10[2].

Metode ini didasarkan atas pembentukan merah tiosianat dalam suasana asam
nitrat , dengan ion besi(III) sebagai indikator untuk mengetahui adanya ion tiosianat
berlebih .metode ini dapat di pakai untuk penetapan langsung ion perak dalam larutan
,dengan larutan tiosianat .di samping itu juga dapat dipakai untuk penetapa kadar ion
klorida secara tidak langsung dalam suasana agak kuat .

Dalam hal ini kepada larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam
jumlah yang sedikit berlebihan .kelebihan ion perak dititrasi terhadap larutan baku tiosianat
dengan memakai ion besi (III) sebagai oksidator .ion-ion asing yang dapat meggangu ialah
ion merkuri, Co (II),Ni(II), dan Cu (II) dalam konsentrasi yang cukup besar.

Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br-, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO 3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran
NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah
larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO 3 dititrasi dengan larutan standar KCNS,
sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe 3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan
diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.

Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan
dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam
anion yang diendapkan oleh Ag+.

Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung


pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat
diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator
yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl - berada dalam lapisan primer
dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO 3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder[3].

Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk titrasi
asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan
lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari
klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator.
Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu
diambil sebagai titik akhir (TE).

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4 - hanya
terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan
dengan dikromat terjadi reaksi :

2
2H+ + 2CrO4 - 2HCrO4 Cr2O 7 - + 2H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan
galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut[4].

Kurva titrasi argentometri Seperti pada titrasi asam basa, kurva titrasi argentometri
merupakan grafik yang memperlihatkan bagaimana suatu pereaksi berubah jika titran
ditambahkan. Dengan kurva titrasi argentometri perubahan yang terjadi pada titrasi
pegendapan akan dapat diamati. Seperti diketahui untuk membuat kurva titrasi asam basa,
dibuat plot antara pH atau log [H+] terhadap volume titran. Dengan cara yang sama kita
dapat membuat kurva titrasi argentometri dengan memplot log [pereaksi] terhadap
volume titran. Sebelum membuat kurva titrasi argentometri perlu dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan harga log [pereaksi]. Seperti halnya titrasi asam basa, perhitungan
didasarkan pada empat lokasi titrasi yaitu sebelum penambahan titran, sebelum titik
ekivalensi, pada titik ekivalen, dan setelah titik ekivalen.
Penentuan titik akhir titrasi argentometri Ketika melakukan titrasi asam basa digunakan
indikator untuk mendeteksi titik akhir titrasi asam basa. Demikian pula dengan titrasi
argentometri, indikator harus digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi argentometri.
Berbagai cara dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi, yaitu cara
potensiometri, cara turbidimeteri, dan cara indikator. Dikenal tiga metode penentuan titik
akhir titrasi argentometri yaitu metode mohr, metode volhard, metode fajans. Metode mohr
didasarkan pada pembentukan endapan berwarna, pembentukan larutan senyawa
kompleks berwarna merupakan dasar metode volhard. Sedangkan metode fajans
didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh endapan pada titik ekivalen.
Sebelum membahas ketiga metode tersebut secara rinci berikut akan dibahas lebih dahulu
faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian titik akhir titrasi[5].
DAFTAR PUSTAKA

1. Day RA. Jr dan Al Underwood.1992, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,


Jakarta, Erlangga.
2. Harizul, Rivai. 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta, UI Press 22.
3. Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
4. Sahril, 2012, Titrasi Argentometri, http://argentometri.pdf.com Diakses pada hari
Senin, 14 November 2016 pukul 17.08 wita.

5. Stella, Arin, 1990, Buku Teks Analisis Organik dan Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro, Jakarta, PT, Kalman Media Pustaka.

You might also like