Professional Documents
Culture Documents
Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan
mereka atas dasar :
1) Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai
pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan.
2) Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam laporan tersebut
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan terbukti kewajarannya.
3) Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan kualitas laporan
keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau belum.
4) Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan kemampuan auditor
untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan menekan risiko informasi.
a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1) Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki latar
belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) dibidang
auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan
berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit. Jika auditor
menugaskan orang yangkurang/belum berpengalaman, maka orang tersebut harus
disupervisi(dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
2) Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3) Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang pendidikan dan
memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi yang
berlaku. Demikian pula denganauditor yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara
melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian. Jika auditor
kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan
tenaga ahli yang sesuai.
b. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung
jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para penggunalaporan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait,
sehingga pelaksanaan danhasil auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif.Independensi
yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan (infact) dan dalam penampilan (in
appearance). Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang
tidak terpengaruh olehpihak manapun. Sedangkan independensi dalam penampilan
ditunjukkanoleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lainterhadap
independensi auditor.Contoh penampilan yang dapat mempengaruhi pendapat orang terhadap
independensi auditor, apabila dia (auditor) sering tampak makan-makan ataubelanja bersama-
sama dengan dan dibayari oleh auditinya. Walaupun padahakekatnya (in fact) auditor tetap
memelihara independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra
independensinya dimata publik.Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi juga dari
sisi pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada suatu perusahaan
atau membantu perusahaan menyusunkan laporan keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut,
Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
c. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Kriteria wajar dalam laporan auditor terdiri dari wajar tanpa syarat, wajar tanpa syarat
dengan paragraph penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan tidak memberikan
pendapat (Darmawan: 2012).
a. Wajar Tanpa Syarat (Unqualified Opinion)
diterbitkan bila :
1) Seluruh laporan keuangan neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus
kas telah lengkap.
2) Semua aspek dari ketiga standar umum telah dipatuhi dalam penugasan audit
tersebut.
3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa
ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4) Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasikan kalimat dalam laporan audit.
b. Wajar tanpa Syarat dengan paragraf penjelasan atau dengan Modifikasi Kalimat
(Unqulified Opinion with Explanatory Language)
ditambahkan apabila :
1) Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
4) Penekanan pada suatu masalah.
5) Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
c. Wajar dengan pegecualian (Qualified Opinion)
diterbitkan bila :
1) Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan
secara wajar.
2) Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut
bersifat material.
3) Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan
dalam standar profesional akuntan publik.
4) Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh kondisi
yang ada, yang mencegah auditor untuk melaksanakan proses audit secara lengkap.
d. Tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian.
1) Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak
menyajikan secara wajar atas laporan keuangan.
2) Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
3) Ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya tidak dapat dikumpulkan.
4) Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang
disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai
oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
disebabkan beberapa kondisi :
1) Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian
karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
b. Membantu menentukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian resiko.
Asersi sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana laporan
keuangan mungkin disalah sajikan dan menuntun auditor dalam mengumpulkan bukti (Anonim
:2009).
2. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor
secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas
yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling dapat
dipercaya. Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi
penghitungan, dan observasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti
fisk berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian, kelengkapan, dan penilaian atau
alokasi.
3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang diperiksa
dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan obyek audit.
Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayanya catatan akuntansi tergantung
kuat lemahnya struktur pengendalian intern.
4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya
karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi
sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya. Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:
a. Konfirmasi positif
b. Blank confirmation
c. Konfirmasi negatif
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
a. Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien.
b. Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan.
c. Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke penjaga atau
kepala gudang.
d. Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor .
5. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurut sumber dan
tingkat kepercayaannya bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien
Bukti dokumenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi
daripada kelompok b. Bukti dokumenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi
daripada kelompok c.
Bukti dokumenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank (bank
statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber
dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat
kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.
Bukti dokumenter banyak digunakan secara luas dalam auditing. Bukti dokumenter dapat
memberikan bukti yang dapat dipercaya (reliable) untuk semua asersi.
8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan antara
lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi
yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tak
tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus
dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan
semua asersi.
9. Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran
atau standar prestasi, trend industri, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan
dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan dan kewajaran
hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung
pada relevansi data pembanding. Bukti analitis berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan
tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Perbandingan in dilakukan untuk
meneliti adanya perubahan yang terjadi dan untuk menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini
dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obyek pemeriksaaan yang memerlukan
pemeriksaan yang lebih mendalam.
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan
perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :
Untuk Artikel yang Lebih lengkap Klik Disini
1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan,
dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat
profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi
laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan
dipatuhi dengan semestinya.
1. 3. Unsur Struktur Pengendalian Intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
(1) Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat
memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi
personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara
manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan
mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
(5) Pengawasan
Sifat, saat dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh
pemahaman akan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas,
pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat pengendalian khusus yang terkait,
dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang diselenggarakan oleh entitas.
Apakah suatu pengendalian telah dioperasikan adalah berbeda dari efektivitas
operasinya. Dalam memperoleh pengetahuan tentang apakah pengendalian
telah dioperasikan, auditor menentukan bahwa entitas telah menggunakannya.
Di lain pihak, efektivitas operasi, berkaitan dengan bagaimana pengendalian
tersebut diterapkan, konsistensi penerapannya, dan oleh siapa pengendalian
tersebut diterapkan.
. Pada prosedur audit ini, auditor harus memusatkan perhatian pada rancangan
dan operasi dari aspek-aspek SPI sampai seluas yang diperlukan untuk dapat
merencanakan audit dengan efektif. Lima jenis prosedur audit yang
berhubungan dengan pemahaman auditor atas SPI, yaitu
Prosedur analitis
Jenis-jenis pengujian biasanya diurutkan berdasarkan pada makin besarnya biaya yang diperlukan.
Prosedur analitis
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI dan pengujian atas pengendalian
Pengujian substantif atas transaksi
Pengujian terinci atas saldo
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah karena relatif mudah untuk membuat
perhitungan dan perbandingan. Pengujian atas pengendalian juga relatif murah karena dapat dilakukan
dalam sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.
Pengujian substantif lebih mahal karena seringkali diperlukan perhitungan kembali dan penelusuran.
Pengujian terinci atas saldo paling mahal dibandingkan dengan pengujian yang lain karena dibutuhkan
biaya untuk mengirim konfirmasi dan melakukan penelusuran.
Biaya untuk masing-masing bahan bukti bervariasi dalam berbagai situasi.
Hubungan antara Pengujian Atas Pengendalian dan Pengujian Substantif.
Kekecualian dalam pengujian atas pengendalian hanya indikasi kemungkinan kekeliruan atau
ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah L/K, sedangkan kekecualian dalam pengujian
substantif adalah salah saji L/K.
Deviasi pengujian pengendalian yang cukup sering menyebabkan auditor percaya terdapat salah saji
dalam rupiah yang material dalam L/K. Pengujian substantif biasanya dilakukan untuk menentukan
apakah salah saji dalam rupiah terjadi secara aktual. Penyimpangan antara Pengujian atas
Pengendalian dan Pengujian Substantif.
Auditor dapat membuat keputusan saat perencanaan, apakah akan menetapkan risiko pengendalian
dibawah maksimum. Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, risiko penemuan
yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantif yang
direncanakan dapat dikurangi.
Jenis-jenis pengujian biasanya diurutkan berdasarkan pada makin besarnya biaya yang diperlukan.
Prosedur analitis
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI dan pengujian atas pengendalian
Pengujian substantif atas transaksi
Pengujian terinci atas saldo
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah karena relatif mudah untuk membuat
perhitungan dan perbandingan. Pengujian atas pengendalian juga relatif murah karena dapat dilakukan
dalam sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.
Pengujian substantif lebih mahal karena seringkali diperlukan perhitungan kembali dan penelusuran.
Pengujian terinci atas saldo paling mahal dibandingkan dengan pengujian yang lain karena dibutuhkan
biaya untuk mengirim konfirmasi dan melakukan penelusuran.
Biaya untuk masing-masing bahan bukti bervariasi dalam berbagai situasi.
Hubungan antara Pengujian Atas Pengendalian dan Pengujian Substantif.
Kekecualian dalam pengujian atas pengendalian hanya indikasi kemungkinan kekeliruan atau
ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah L/K, sedangkan kekecualian dalam pengujian
substantif adalah salah saji L/K.
Deviasi pengujian pengendalian yang cukup sering menyebabkan auditor percaya terdapat salah saji
dalam rupiah yang material dalam L/K. Pengujian substantif biasanya dilakukan untuk menentukan
apakah salah saji dalam rupiah terjadi secara aktual. Penyimpangan antara Pengujian atas
Pengendalian dan Pengujian Substantif.
Auditor dapat membuat keputusan saat perencanaan, apakah akan menetapkan risiko pengendalian
dibawah maksimum. Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, risiko penemuan
yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantif yang
direncanakan dapat dikurangi.