Professional Documents
Culture Documents
dan kadar feritin yang normal atau tinggi. Disamping itu, kadar hemoglobin berkisar antara 7-12
g/dL.1 Anemia jenis ini paling sering ditemukan pada pasien lupus eritematosus.2 Kini, anemia pada
penyakit kronik disebut pula anemia inflamasi (AI) akibat ditemukan gejala yang sama tanpa disertai
penyakit kronik pada orang yang lebih tua. Prevalensi AI menduduki peringkat ketiga setelah anemia
defisiensi besi dan talasemia.1
Etiologi dan Patogenesis
1.Infeksi: AIDS/ HIV, tuberkulosis, malaria, osteomielitis, abses kronik, dan sepsis,
2.Inflamasi: arthritis rheumatoid, kelainan reumatologi, inflammatory bowel disease, sindrom respons
inflamasi sistemik,
3.Keganasan: karsinoma, myeloma multipel, limfoma,
Penyebab utama dari AI adalah ketidakmampuan tubuh meningkatkan produksi eritrosit.1 Ciri khas
dari AI adalah disregulasi homeostasis besi dimana terjadi pengambilan dan penyimpanan besi
melalui sistem retikuloendotelial. Dengan demikian, jumlah besi untuk sel progenitor eritroid dan
eritropoeisis tidak memadai.3
Mekanisme pasti dari AI masih belum dimengerti. Dari beberapa penelitian, AI pada arthritis
rheumatoid melibatkan banyak faktor seperti gangguan pelepasan besi oleh sistem fagositik
mononuklear, besi yang terikat kuat dengan protein, penurunan respons eritropoeitin, dan efek supresif
interleukin dalam eritropoeisis.2
Adapun patogenesis dari AI adalah:
1.Destruksi eritrosit yang disebabkan oleh aktivasi faktor pejamu seperti makrofag yang memfagosit
yang eritrosit secara prematur. Hal ini ditandai dengan ditemukannya eritrosit muda dalam jumlah
besar. Keterlibatan faktor ekstrinsik seperti toksin bakteri dan pengobatan belum diketahui. 1
2.Resistensi dan inadekuasi eritropoetin. Penurunan produksi eritropoetin disebabkan oleh efek
inhibisi sitokin inflamasi seperti TNF alfa dan interleukin 1. Inhibisi ini diperantarai oleh GATA
1 pada promoter eritropoetin. Disamping itu, berdasarkan penelitian, terjadinya resistensi dibuktikan
melalui pasien dengan kadar eritropoetin yang tinggi, memiliki hemoglobin yang rendah.1
3.Keterbatasan besi sehingga menghambat eritropoeisis. Hal ini dapat disebabkan oleh:
Pengeluaran sitokin inflamasi yaitu IL-6 merangsang pengeluaran hepsidin . Hepsidin ini
akan menginduksi internalisasi serta degradasi ferroportin, transpor keluar besi. Oleh karena itu,
pengeluaran hepsidin akan menghambat pengeluaran besi dari makrofag, hepatosit, dan
enterosit. Pada akhirnya, akan terjadi hipoferemia.
Inhibisi absorpsi besi pada usus oleh IL-6 dan hepsidin selama inflamasi. Setiap hari, 1-2 mg besi
yang berasal dari makanan dibutuhkan untuk eritropoeisis.
Keterbatasan besi menyebabkan protoporfirin yang seharusnya berikatan dengan besi untuk
membentuk heme, lebih cenderung mengikat zinc. Oleh karena itu, kadar protoporfirin-zinc
meningkat pada pasien AI.1,3
4.Kegagalan proliferasi sel progenitor eritroid terutama oleh efek inhibisi interferon gamma. Selain itu,
sitokin seperti NO yang diproduksi oleh makrofag bersifat toksik terhadap sel progenitor. 3
Manifestasi Klinis
Gejala berupa pucat, sesak napas, dan sakit kepala.4 Namun, pada anemia moderat dengan Hb<10 g/dL
akan menimbulkan gejala penyakit jantung iskemik atau penyakit respiratorik, kelelahan, dan
intoleransi terhadap aktivitas berat. Namun, diagnosis baru dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
laboratorium.1
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran apus darah tepi menunjukkan sel yang normositik dan normokrom yang seiring keparahan
penyakit menjadi mikrositik dan hipokrom. Selain itu, ditemukan pula:
Table 1.Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Anemia Defisiensi Besi dengan Anemia Inflama
Referensi:
1Litchman MA, Beutler E, Kipps TJ, Seligsohn U, Kaushansky K, Prchal JT. Anemia of chronic
disease. In Williams Hematology. 7th ed. USA: Mc.Graw-Hill: 2009, chapter 43.
2Djoerban Z. Kelainan hematologi pada lupus eritematosus sistemik. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
4 Gardner LB, Benz Jr . Anemia of chronic diseases. In Hematology: Basic Principles and Practice. 5th