Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya,
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS,
yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:
10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum
tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di
RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.
Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan (wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% (wanita) serta
nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat
beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau
pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan
lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan,penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah pedoman K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya program kerja K3 RS
2. Meningkatkan kesehatan lingkungan kerja RS
3. Meningkatkan kesehatan karyawan RS
4. Terselenggaranya deteksi dini dan pencegahan kebakaran dan bencana
5. Meningkatkan SDM yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja
Manfaat :
1. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS.
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Sasaran :
a. Pengelola RS
b. Karyawan RS
c. Pasien dan pengunjung RS
d. Masyarakat sekitar
D. Landasan Operasional
Pengertian
Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Manajemen K3 RS
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS .
Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen
K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Bahaya Potensial di RS
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja.Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik,
gas anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama
karyawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik,
fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologic (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); factor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
pemroduksi darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat
darurat dan bangsal penyakit jiwa).
Respon Kegawatdaruratan di RS
Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau
luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha,
mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial
dan citra RS. RS mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari
Manajemen
K3 RS.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
11. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
12. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan RumahSakit
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan
Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/Per/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
1. Rumah Sakit Graha Husadaberdiri pada Tahun 1989 di bawah naungan Yayasan
Raden Saleh merupakan rumah sakit umum swasta yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan pada awalnya dengan 52 (lima puluh dua) tempat tidur yang
meliputi: Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III
2. Tahun 1990 Rumah Sakit Graha Husadamendapat izin tetap dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 150/Yanmed/RSKS/XII/1990
tanggal 20 Desember 1990.
3. Tahun 1997 Rumah Sakit Bumi Waras memperoleh izin perpanjangan operasional
pertama dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
YM.02.04.3.5.3514.
4. Tahun 2000 dilaksanakan pembangunan gedung baru RS. Graha Husada(4 lantai)
sesuai dengan rencana pengembangan fisik gedung dan penambahan jumlah tempat
tidur menjadi 148 tempat tidur.
5. Tahun 2002 Kepemilikan Rumah Sakit Graha Husada dialihkan dari Yayasan Raden
Saleh kepada PT. Andall Waras. Kemudian Rumah Sakit Graha Husadamemperoleh
izin perpanjangan operasional ke dua dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. YM.02.04.2.2.910.
6. Tahun 2008 Rumah Sakit Graha Husadamemperoleh izin perpanjangan operasional
ke tiga dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
445/1700/III.03.3/V/2008
7. Tahun 2009 Rumah Sakit Graha Husadamemperoleh Penetapan Kelas Rumah Sakit
umum Swasta Madya setara Rumah Sakit Kelas C. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 097 Menkes/SK/I/2009
8. Tahun 2011 Rumah Sakit Graha Husadaterakreditasi penuh 5 (lima) Pelayanan dasar
dengan Surat Keputusan Menteri No. HK. 03.05/111/764/11.
9. Tahun 2012 dilaksanakan pengembangan dan renovasi gedung RS. Graha
Husadadengan upaya memenuhi standar dan peningkatan point if interest Rumah
Sakit Bumi Waras.
10. Tahun 2014 Rumah Sakit Graha Husadamemperoleh izin perpanjangan ke empat
dengan Keputusan Walikota Bandar Lampung No. 655/IV.41/HK/2014.
11. Tahun 2015 dan sampai saat ini Rumah Sakit Graha Husadaterus mengembangkan
pelayanan dan fasilitas untuk menuju Akreditasi Versi 2012 dengan paradigma
mengutamakan mutu dan keselamatan Pasien.
B. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Graha Husada
Sesuai dengan type rumah sakit kelas C, Rumah Sakit Graha Husada menyelenggarakan
pelayanan kesehatan paripurna yaitu : Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Rawat jalan
(Poli Umum dan Poli Spesialis serta Sub Spesialis), pelayanan Rawat Inap dengan
152 tempat tidur, pelayanan Kamar Bedah dan Kamar bersalin. Pelayanan Kesehatan
Penunjang : Pelayanan Radiologi dan CT Scan serta USG, Laboratorium, Farmasi, Gizi
dan Rehabilitasi Medik. Pelayanan unggulan di Rumah Sakit Graha Husadaadalah
pelayanan CT Scan dan Pelayanan Gawat Darurat lengkap laboratorium klinik dan
radiologi dalam satu ruangan.
5. Pelayanan Perinatologi
6. Pelayanan Intensif
ICU : Intensif Care Unit
9. Pelayanan Hemodyalisa
Tersedia layanan dengan 9 tempat tidur dan 8 mesin peralatan dialisa (cuci darah).
Unit ini buka jam 8.00 sampai dengan jam 21, namun diluar jam tersebut dapat
melayani kasus emergency
15. Ambulance
Rumah Sakit Graha Husa damenyediakan 2 (dua) Unit armada ambulance untuk
kebutuhan pasien rujukan, evakuasi kasus gawat darurat serta menjemput atau
mengantar pasien didalam atau keluar kota.
BAB III
FALSAFAH, VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI
dan MOTTO RUMAH SAKIT
A. FALSAFAH
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan prima yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa
Mengutamakan kepentingan masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, agama atau
kepercayaan dan status.
B. VISI
Menjadi rumah sakit pusat rujukan kesehatan di Propinsi Lampung dan rumah sakit kelas B
non pendidikan pada tahun 2021.
C. MISI
Memberikan pelayanan kesehatan terpadu yang profesional, dinamis, inovatif dan berdedikasi
tinggi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Lampung
D. TUJUAN
Tercapainya pelayanan kesehatan terpadu meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
E. NILAI-NILAI
Mengutamakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal tanpa membeda-
bedakan bangsa, suku, agama dan statusnya.
F. MOTTO
5 S (Senyum, salam, sapa, sopan, sigap)
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
DIREKTUR
UTAMA
KOMITE K3 RS KOMITE PPI KOMITE KOMITE ETIK KOMITE FT KOMITE MEDIK KOMITE KEPERAWATAN
PMKP
R.Merpati R.Anggrek R.Kemuning R.Cendana R.Cempaka R.Melati dr. Sofyan Saleh, Sp.OG
BAGAN ORGANISASI KOMITE-KOMITE RS BW
BAB V
STUKTUR ORGANISASI KOMITE KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
Direktur Utama
Dr. Kuswandi, Sp. JP
Ketua Komite K3
Dr. Arief Yulizar, MARS
Sekretaris Komite K3
Agus Faisal, SST
Ketua Sub Komite K3 Ketua Sub Komite.Kesling Ketua Sub Komite Ketua Sub Komite. Bancana
Yunizar, Amd. Rad Agus Faisal, SST Kebakaran Eksternal & Internal
Tarmono Jimilaz Sulaiman, F, SE
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Direktur Utama RS. Graha
HusadaLampung
Persyaratan : A. Formal
Berijazah minimal D III Kesehatan Lingkungan
B. Informal
Pengalaman mengelola Kesehatan Lingkungan minimal satu tahun
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Ketua Komite K3 RS.
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Ketua Komite K3 RS.
Graha HusadaBandar Lampung
Pengertian : Suatu Tim yang dibentuk Direksi untuk pengawasan, edukasi dan
pertolongan keselamatan kepada pengunjung / keluarga pasien,
masyarakat dan karyawan. Khususnya yang berada di lingkungan RS.
Graha HusadaLampung
Persyaratan : A. Formal
Staf medis dan non medis yang dianggap cakap dam mampu
melaksanakan tugas tersebut.
B. Informal
Memahami isi
a. UU No. 1 Tahun 1971 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan
c. UU No. 44 / 2009 Tentang Rumah Sakit
Hak & Wewenang : 1. Berhak menggunakan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya.
2. Memberikan usulan dan saran kepada Direksi sehubungan dengan
pelaksanaan di lapangan.
3. Mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan kemampuan RS. Graha
HusadaLampung
Pengertian : Suatu Tim yang dibentuk Direksi untuk pengawasan, edukasi dan
pertolongan keselamatan kepada pengunjung / keluarga pasien,
masyarakat dan karyawan. Khususnya yang berada di lingkungan RS.
Graha HusadaLampung
Persyaratan : A. Formal
Staf medis dan non medis yang dianggap cakap dam mampu
melaksanakan tugas tersebut
B. Informal
Memahami isi
a. UU No. 1 Tahun 1971 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan
c. UU No. 44 / 2009 Tentang Rumah Sakit
Hak & Wewenang : 1. Berhak menggunakan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya
2. Memberikan usulan dan saran kepada Direksi sehubungan dengan
pelaksanaan di lapangan
3. Mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan kemampuan RS. Graha
HusadaLampung
Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RS.
Graha HusadaBandar Lampung untuk membantu Ketua Sub Komite K3
RS. Graha HusadaBandar Lampung dalam hal mengumpulkan, mengelola
dan pelaporan data semua kegiatan K3RS sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku.
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Ketua Sub Komite K3 RS.
Unit DIKLAT
KOMITE
Unit SATPAM K3RS Unit PEMELIHARAAN
MCU
Mekanisme kerja
- Ketua Komite K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan unit pelaksana K3
RS.
- Sekretaris Komite K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas
kesekretariatan dan melaksanakan keputusan Ketua Komite K3 RS.
- Anggota Komite K3 RS mengikuti rapat Komite K3 RS dan melakukan pembahasan
atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan Ketua Komite K3 RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Komite K3 RS mengumpulkan data
dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di RS. Sumber data antara lain dari bagian personalia
meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan
perawatan RS, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa
dari tempat pengobatan RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik
karena kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama
berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja RS,
terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi
berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan
K3 dan analisisnya. Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan preventif.
Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur utama RS.
Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari Komite K3 RS serta alternatif-alternatif pilihan
serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Komite K3 RS dan unit K3 membantu melakukan upaya promosi di lingkungan RS baik
pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu mengenai segala upaya pencegahan KAK dan
PAK di RS. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di
lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya
mendapat reward dari direktur utama RS.
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL KOMITE K3RS
3. Tenaga dokter umum /dokter gigi minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan K3 /
Hiperkes yang berakreditasi mengenai K3RS
5. Tenaga Diploma III /S1 Kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan K3
Kebakaran dasar yang terakreditasi mengenai K3RS.
8. Tenaga Diploma III / S1 Teknik Kimia minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan
K3 Limbah B3 yang terakreditasi mengenai K3RS.
9. Tenaga Diploma III / S1 teknik Komputer minimal 1orang, yang mendapat pelatihan
K3 yang terakreditasi mengenai K3RS.
10.Tenaga Diploma III / S1 Teknik Listrik minimal 1 orang, yang mendapat pelatihan K3
Listrik yang terakreditasi mengenai K3RS
Perhitungan tenaga kerja berdasarkan Beban Kerja, ( Workload Indicator Staff Need )
Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja meliputi :
a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
1. Waktu kerja yang tersedia
2. Standar beban kerja
3. Standar kelonggaran masing-masing katergori tenaga.
b. Kuantitas kegiatan Pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun
Disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan
di tiap unit kerja di rumah sakit selama kurun waktu satu tahun.
Kuantitas kegiatan pokok
Kebutuhan Tenaga = + Standar Kelonggaran
Standar beban kerja
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
KEGIATAN ORIENTASI
A. KEGIATAN ORIENTASI SECARA UMUM
Kegiatan orientasi adalah kegiatan orientasi bagi Calon karyawan (peserta magang), yang
akan bekerja di RS. Graha HusadaLampung
Kegiatan orientasi terbagi :
1. Orientasi khusus di Bagian Personalia/Sumber Daya Manusia (HRD)
2. Orientasi umum yaitu bersama-sama calon karyawan (peserta magang) di bagian lain
di Rumah Sakit Graha HusadaLampung
No Penanggung
Materi Waktu Metoda Jawab
1 Visi, misi unit kerja Hari ke -1 Ceramah Ketua
2. Struktur Organisasi unit Hari ke -1 Ceramah Ketua
3. Pengenalan lingkungan Hari ke -2 Ceramah Koordinator
kerja & rekan kerja Sekretariat
4. Pengenalan UTW, SPO Hari ke -2 Ceramah Koordinator
dan sistem kerja unit Sekretariat
5. Melatih pekerjaaan sesuai Hari ke 3 Praktik langsung Kepala
UTW dan SPO seksie
6. Pengenalan lingkungan Hari ke 3 Praktik langsung Kepala
kerja di unit-unit RS seksie
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
KETERANGAN :
Pertemuan Insidental dapat melibatkan petugas dalam lingkup unit RS, kepala Bagian,
Kepala Seksie dan staf petugas unit kerja terkait diluar Komite K3RS.
PELAPORAN
Dalam melaksanakan kegiatannya, Komite K3Rs mencatat / merekam kegiatan rumah
sakit dan melakukan pelaporan dalam bentuk laporan - laporan sebagai berikut :
A. Pelaporan Ekternal
1. Laporan Bulanan Komite K3 RS eksternal kepada Dinas Kesehatan, sesuai dengan
formulir pelaporan yang ada pada standar K3RS menurut Menteri Kesehatan.
2. Laporan Semester (6 bulan) Komite K3 RS eksternal kepada Dinas Kesehatan, sesuai
dengan formulir pelaporan yang ada pada standar K3RS menurut Menteri Kesehatan.
B. Pelaporan Internal
1. Laporan Triwulan Komite K3 RS Internal kepada Direktur Utama, meliputi semua
program dan kegiatan yang di lakukan oleh komite K3RS pada setiap bulannya dan
dilaporkan setiap tiga bulan.
2. Laporan Tahunan Komite K3 RS Internal kepada Direktur Utama, meliputi semua
program dan kegiatan yang di lakukan oleh komite K3RS pada setiap bulannya dan
direkaputilasi selama satu tahun.
Direktur Utama