You are on page 1of 31

LAPORAN PENELITIAN

BERBEKAM

ALTERNATIF PENGOBATAN PADA


MASYARAKAT BANJARMASIN

Oleh:
Tutung Nurdiyana, MA.,. (Ketua)
Dra. Rochgiyanti, M.Si. (Anggota)
Sigit Ruswinarsih, S.Sos. (Anggota)
Lumban Arofah, S.Sos., M.Sc. (Anggota)
Yuli Apriati, S.Sos. (Anggota)
Alfisyah, S.Ag., M.Hum. (Anggota)
Nasrullah, S.Sos.I.MA. (Anggota)
Syahlan Mattiro, SH.,M.Si. (Anggota)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas manusia untuk memenuhi ragam kebutuhan hidupnya dapat

terlaksana bila manusia mempunyai kondisi fisik dan mental yang sehat. Oleh

karenaitu kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi manusia. Orang

tidak dapat beraktivitas dengan baik jika kondisi kesehatannya terganggu.

Jika kondisi kesehatan terganggu, atau sakit, seseorang akan melakukan

usaha untuk menyembuhkan sakitnya atau berobat. Pengobatan yang dapat

ditempuh terbagi dua yaitu pengobatan konvensional dan pengobatan alternatif.

Sistem pengobatan konvensional digunakan untuk menyebut pengobatan medis

yang dibangun Barat (Anonim, 2010a:42). Sementara itu pengobatan alternatif

juga bisa disebut sebagai pengobatan tradisional (Sudarma, 2008:109). Menurut

Jean-Francois Sobiecki (Sudarma, 2008:109) sistem pengobatan tradisional

(traditional healing system) cenderung dikembangkan dari sumber kepercayaan

spiritual atau agama (spiritual or relegius belief system) dan lebih jauh lagi

tambahnya yaitu berkembangnya dari sistem kepercayaan animisme atau

kepercayaan tradisional lainnya.

Berbagai pengobatan alternatif begitu menjamur di tengah-tengah

masyarakat. Bisa dikatakan pengobatan alternatif mampu menjadi pesaing dan

penyeimbang pengobatan konvensional. Hal ini ditambah dengan rumitnya


pelayanan pada pengobatan konvesional dan cenderung mahal. Diantara

pengobatan alternatif untuk penyembuhan penyakit adalah bekam (hijamah).

Bekam merupakan salah satu metode penyembuhan alternatif yang terkategori

sebagai thibbun nabawi atau metodologi pengobatan Nabi. Istilah thibbun nabawi

ini dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad 13 untuk memudahkan

klasifikasi kedokteran. Salah satu maksudnya adalah untuk memudahkan dalam

membedakan dengan pengobatan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan

prinsip Islam (Sunardi, 2008:75).

Bekam atau hijamah merupakan suatu metode pengobatan yang sudah

dikenal sejak jaman dahulu. Berawal dari kerajaan Sumeria, kemudian terus

berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba dan Persia. Selanjutnya bekam juga

digunakan oleh umat Islam, kemudian berkembang juga pada jaman Cina kuno

dan di Eropa pada kurun waktu abad ke-18 atau abad ke-13 Hijriyah (Kasmui,

2007:10). Oleh sebab itu istilah bekam dapat dikatakan beragam sesuai dengan

tempat atau daerah berkembangnya bekam.

Kini pengobatan alternatif bekam tidak hanya dikembangkan secara

individual saja, melainkan juga oleh lembaga-lembaga kesehatan berbentuk rumah

sehat atau klinik. Ketua Umum Asosiasi Bekam Indonesia (ABI), Ahmad

Fatahillah mengatakan bahwa bekam mulai dikenal di Indonesia sejak 1996 dan

mendapat minat yang menggeliat dari masyarakat pada tahun 2000 (Anonim,

2010b:46). ABI sampai dengan saat ini sudah mempunyai cabang di seluruh

provinsi di Indonesia, kecuali Papua (Anonim, 2010b:47).


Di Kota Banjarmasin khususnya perkembangan pengobatan bekam cukup

signifikan. Diantaranya dengan bermunculannya klinik-klinik pengobatan yang

menyediakan pengobatan bekam. Pengobatan bekam secara normatifnya

merupakan pengobatan yang disunnahkan bagi umat Islam. Sementara Kota

Banjarmasin dikenal sebagai kota yang penduduknya religius. Oleh karena itu

menarik untuk diteliti perihal gambaran pengobatan alternatif bekam dan motivasi

masyarakat yang menggunakan pengobatan bekam di Kota Banjarmasin

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mengkaji

tentang:

1. Bagaimana gambaran umum pengobatan bekam di Kota Banjarmasin?

2. Apa motivasi masyarakat yang memanfaatkan pengobatan bekam di Kota

Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengobatan

alternatif bekam di Kota Banjarmasin dan motivasi masyarakat yang

menggunakan bekam sebagai alternatif pengobatan di Kota Banjarmasin.


D. Manfaat Penelitian

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan

untuk memilih pengobatan guna penyembuhan penyakit. Bagi penyelenggara

pengobatan alternatif bekam, semoga penelitian ini menjadi masukan agar bisa

meningkatkan pelayanan yang perlu dibenahi. Bagi intitusi pendidikan semoga

penelitian ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang masyarakat dan

pengobatan yang mereka pilih.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sakit

Keadaan sehat yang dimiliki oleh manusia sangat membantu manusia

dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Oleh karena itu manusia akan selalu

menjaga kesehatannya dan mengembalikan kesehatannya jika mereka dilanda

sakit.

Mengenai gangguan kesehatan maka akan ditemukan keluhan sakit

(illness) dan gejala penyakit (disease). Sarwono (2007:31) mengatakan secara

ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fisiologis dari suatu

organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Penyakit atau

disease ini bersifat obyektif kata Sarwono. Sebaliknya, sakit (illnes) merupakan

penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Sarwono

menyebutnya sebagai fenomena subyektif.

Sudarma (2008:54) mengemukakan bahwa rasa sakit bukan penyakit bila

tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok misalnya makan, minum, buang air

besar buang air kecil, tidur dan aktivitas sehari-hari lainnya. Dari pendapatnya ini

secara impilisit Sudarma juga mengatakan7 bahwa rasa sakit yang dialami oleh

manusia kemungkinan juga penyakit. Dikatakan demikian ketika rasa sakit

tersebut sudah menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia.

Dari beberapa pandangan tentang konsep sakit di atas terdapat perbedaan

pengertian antara keluhan sakit (illness) dengan penyakit (disease). Keluhan sakit

dapat dikatakan bersifat subjektif karena berasal dari penilaian atau prasangka
orang yang merasa mengalami gangguan kesehatan. Orang tersebut memberikan

penilaian berdasarkan pada pengalamannya ketika mengalami gangguan

kesehatan. Asumsi perasaan sakit ini bisa tepat bisa tidak, karena bisa saja ketika

dilakukan pengobatan oleh ahli medis tidak ada gangguan dengan fungsi

tubuhnya. Jadi keluhan sakit ini sifatnya merupakan dugaan kuat saja. Hal tersebut

menurut Foster dan Anderson merata ada disetiap masyarakat, perbedaannya

hanya pada tingkat persepsi atau pemaknaan terhadap kedua konsep tersebut.

B. Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternatif atau terapi alternatif biasa disebut untuk

menunjukkan pengobatan non-medis (Mangoenprasojo & Hayati, 2005:3).

Pengobatan alternatif juga disebut sebagai pengobatan tradisional (Sudarma,

2008:109). Pengobatan alternatif atau terapi alternatif merupakan bentuk

pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak

termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran

standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan

kedokteran modern tersebut (Mangoenprasojo & Hayati, 2005:4).

Pengobatan alternatif bisa didefinisikan sebagai (1) penyembuhan seni

tradisional yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah kedokteran Barat yang

mempromosikan opsi untuk obat konvensional yang diajarkan di sekolah-sekolah

ini. (2) praktek pengobatan alternatif yang digunakan sebagai pengganti

perawatan medis standar. Pengobatan alternatif berbeda dari pengobatan

komplementer yang dimaksudkan untuk menemani, bukan untuk menggantikan,


standar praktek medis. Praktik pengobatan alternatif umumnya tidak diakui oleh

komunitas kedokteran sebagai standar atau pendekatan medis konvensional.

Pengobatan alternatif juga dapat dimaksudkan sebagai jenis pengobatan yang

tidak dilakukan oleh paramedis atau dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang

ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan non-

medis (Anonim, 2010a:42).

Jean-Francois Sobiecki (Sudarma, 2008:109) menyebutkan bahwa sistem

pengobatan tradisional (traditional healing system) cenderung dikembangkan dari

sumber kepercayaan spiritual atau agama (spiritual or relegius belief system) dan

lebih jauh lagi tambahnya yaitu berkembangnya dari sistem kepercayaan

animisme atau kepercayaan tradisional lainnya. Demikian menurut Jean-Francois

Sobiecki bahwa pengobatan tradisional lahir dan berkembang dari sumber agama,

animisme dan kepercayaan tradisional lainnya. Sehingga pengobatan tradisional

berbeda dengan pengobatan modern.

Dari sudut pandang budaya penyakit adalah hal yang berbeda; penyakit

adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak dapat menjalankan peran

normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi

tersebut (Foster & Anderson, 1986:50). Pandangan ini menyebutkan bahwa

lingkungan sosial turut berperan dalam memberi keputusan tentang sakit atau

tidaknya seseorang. Lingkungan sosialnya akan mengatakan seseorang sakit

ketika peran sosial dari orang tersebut tidak dapat dilaksanakan. Sebaliknya meski

seseorang mengalami gangguan fisiologis, namun keadaan itu juga sering atau
menimpa yang lain maka hal itu dapat dikatakan oleh kelompok sosialnya bukan

sebagai penyakit.

Dalam antropologi terdapat pembahasan mengenai kepercayaan dan

pelaksanaan medis oleh kelompok masyarakat tradisional disebut dengan

etnomedisin (Foster & Anderson, 1986:63). Pada masyarakat non Barat menurut

Foster dan Anderson secara garis besar terdapat dua penjelasan untuk menjelaskan

tentang adanya penyakit (disease), yaitu sistem medis personalistik dan sistem

medis naturalistik.

Foster dan Anderson (1986:63) menjelaskan sistem medis personalistik

untuk menyebut pada suatu sistem di mana penyakit disebabkan oleh intervensi

dari suatu agen yang aktif berupa makhluk supranatural, makhluk bukan manusia

seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat, dapat juga dari manusia seperti tukang

sihir atau tukang tenung.

Pandangan lainnya yaitu sistem medis naturalistik, menurut Foster dan

Anderson (1986:64) memandang gangguan kesehatan sebagai pengaruh dari

keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh seperti panas, dingin dan cairan tubuh.

Misalnya dalam konsep pengobatan Cina, apabila yin dan yang berada dalam

keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah keadaan

sehat dan begitu pula sebaliknya.

C. Bekam (Hijamah)

Hijamah/bekam/cupping/kop/chantuk dan banyak istilah lainnya sudah

dikenal sejak zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang
sampai Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau

menggunakan kaca berupa cawan atau mangkuk tinggi. Pada zaman China kuno

mereka menyebut hijamah sebagai perawatan tanduk karena tanduk

menggantikan kaca (Kasmui, 2007:10). Praktik bekam telah dikenal bangsa-

bangsa purba sejak Kerajaan Sumeria berdiri, lalu berkembang di Babilonia,

Mesir, Saba dan Persia. Cara pengobatan dengan bekam juga sudah dipakai sejak

2000 tahun sebelum Masehi di Cina, jauh sebelum masa Rasulullah saw (Sunardi,

2008:36).

Kata "hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al hijmu yang berarti

pekerjaan membekam. Al hajjam berarti ahli bekam. Al hijmu berarti menghisap

atau menyedot. Al hajjam sama dengan al mashshah, yaitu tukang menghisap atau

tukang menyedot. Ashawi dalam Abdul Fattah (2010:114) menuliskan bahwa

mihjam dan mihjamah ialah alat yang digunakan untuk membekam, baik alat yang

dipergunakan untuk membekam yakni menyedot darah dengannya- mapun alat

untuk mengumpulkan darah bekam ataupun pisau bekam. Sementara Kasmui

(2007:10) al mihjam atau al mihjamah merupakan alat untuk bekam yang berupa

tabung gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit.

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah

yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan

kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah Oxidant Release Therapy

atau Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih populer adalah

detoksifikasi. Petunjuk praktis dan kaidah medis tersebut banyak sekali

didemonstrasikan oleh Rasulullah SAW dan diajarkan kepada para sahabatnya


(Kasmui, 2007:4). Definisi lainnya menyebutkan bekam adalah mengeluarkan

darah kotor atau racun dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan

melakukan penyedotan dan penyayatan pada bagian tertentu (Anonim, 2010c:90).

Sementara Sunardi (2008:36) mengemukakan hijamah atau bekam menurut

bahasa berarti peristiwa penghisapan darah dan mengeluarkannya dari permukaan

kulit, yang kemudian ditampung dalam gelas khusus yang menyebabkan

penarikan dan penyedotan darah, kemudian dilakukan penyayatan pada kulit

dengan pisau atau jarum sehingga darah akan keluar. Abdullah (2009:6)

mengatakan bahwa tidak ada definisi yang baku tentang bekam. Hal itu

menurutnya disebabkan perbedaan alat yang digunakan atau dengan kata lain alat

yang berbeda otomatis mempengaruhi perubahan definisi bekam. Abdullah

mencontohkan definisi bekam mangkuk dan bekam gelas kop yang berbeda meski

keduanya dinamakan bekam. Menurutnya yang penting adalah memahami prinsip

dasar bekam yaitu menyedot, mengumpulkan dan mengeluarkan darah.

Sementara itu, dalam khasanah pengobatan tradisonal masyarakat Banjar

juga ada pengobatan yang dinamakan dengan dikop atau basungu. Aziddin

dan Syarifuddin (1988:153) mengemukakan pengobatan ini digunakan untuk

mengeluarkan darah kotor yang ada di kepala. Penyakit yang diobati dengan

basungu ini ditujukan pada sakit kepala yang tidak mau sembuh. Berbeda dengan

pengobatan bekam yang disebutkan di atas, basungu dilakukan dengan media

segumpal kain yang dicelupkan ke minyak serta botol kaca. Pada praktiknya, kain

yang telah dicelupkan ke minyak diletakkan di atas kepala yang digundul, lalu

kain disulut dengan api hingga menyala. Selanjutnya kain di tutup dengan botol
kaca hingga api pada kain itu padam. Ketika selesai maka pada bagian kepala

tersebut akan nampak merah kehitaman, bahkan di botol yang digunakan ada

darahnya.

D. Motivasi

Motif kata Gerungan (1991:140) merupakan suatu pengertian yang

melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri

manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motivasi kata Salim dalam Safuri

(2009:218) berasal dari kata motif yang berarti alasan seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam

diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat (Safuri,

2009:218). Lindzey, Hall dan Thompson (Ahmadi, 2002:191) menyebut motif

sebagai sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Beberapa pendapat di atas

menyebutkan bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang melakukan tingkah

laku.

Tevan dan Smith (Martaniah, 1984:13-14) mengatakan bahwa motivasi

adalah kontruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan motif adalah komponen

yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu.

Martaniah (1984:14; Ahmadi, 2002:192) memberikan pengertian pada motif

sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh

pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun

kemungkinan berubah masih ada dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan

perilaku ke tujuan tertentu.


Menurut Gerungan (1991:141-142) motif yang ada pada kegiatan-kegiatan

manusia dapat berupa motif tunggal ataupun motif bergabung. Ditinjau dari sudut

asalnya motif berasal dari biogenetis, sosiogenetis dan teogenetis.

Motif biogenetis adalah motif-motif yang berasal dari kebutuhan-

kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis.

Contoh: lapar, haus, bernafas, istirahat dan buang air. Motif ini umum dimiliki

oleh setiap manusia karena tidak terkait dengan lingkungan kebudayaan serta

motif ini berkembang sebagai respon kebutuhan jasmani yang ada dalam diri

manusia (Gerungan, 1991:142).

Motif sosiogenetis lain lagi, motif ini berasal dan berkembang dari

lingkungan kebudayaan tempat manusia berada. Motif ini juga tidak timbul dari

dalam diri manusia, tetapi dipelajari dan berkembang dari interaksi sosial dengan

orang-orang atau hasil kebudayaan (Gerungan, 1991:143). Mengenai motif

sosiogenetis ini motivasi antara beberapa individu di lingkungan yang berlainan

atau berbeda juga akan berbeda. Dikarenakan lingkungan dan interkaksi sosial di

sekitarnya lah yang menentukan motif suatu aktivitas.

Sementara motif teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara

manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupan

sehari-hari di mana dia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu

(Gerungan, 1991:143). Berbeda dengan motif sosiogenetis, motif ini lebih

ditentukan oleh norma-norma agama yang diyakini. Sehingga sekalipun beberapa

individu berada pada lingkungan sosial yang sama, namun berbeda dalam

keyakinan agama maka motif suatu aktivitasnya juga akan terdapat perbedaan,
Dari beberapa pendapat di atas, motif atau motivasi merupakan sebuah

dorongan yang mampu menggerakkan serta mengarahkan perilaku seseorang.

Sementara dilihat dari asalnya, dorongan tersebut dapat berasal dari tujuan yang

hendak diraih atau berasal dari interaksi dan pengalaman-pengalaman.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang luas dan mendalam tentang

pengobatan berbekam sebagai pengobatan alternatif, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang menekankan pada usaha untuk mencari keunikan-

keunikan masing-masing individu sebagai producer of reality. Untuk itu,

penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara yang mendalam, panjang dan

terbuka. Cara seperti itu, memungkinkan peneliti untuk memberikan kesempatan

yang luas bagi informan untuk mengungkapkan pandangan- pandangannya

menurut perspektif yang mereka yakini.

Pengambilan metode kualitatif sebagai metode penelitian, terkait dengan

pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologis.

Pendekatan fenomenologi, sebagaimana diungkapkan Cribe (1986: 129), sebagai

suatu pendekatan dalam sosiologi, tertarik mengidentifikasi masalah dari dunia

pengalaman inderawi yang bermakna kepada dunia yang penuh dengan objek-

objek yang bermakna, suatu hal yang semula terjadi dalam kesadaran individual

secara terpisah dan kemudian secara kolektif, di dalam interaksi- interaksi antara

kesadaran-kesadaran.

Penelitian ini banyak diwarnai oleh pendekatan grounded theory yang

menempatkan peneliti sebagai orang yang belajar dari informan dan menjadikan
diri peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Dalam memahami data tidak

berdasarkan teori tertentu tapi dari data itulah dibentuk suatu teori tertentu sedang

teori digunakan sebagai pembanding saja.

B. Cara Penentuan Informan

Penelitian ini menentukan informan dengan cara snow ball, yaitu informan

yang dipilih berdasar informasi dari informan sebelumnya yang menunjuk

seseorang yang layak untuk diwawancarai. Untuk itu, penentuan informan ini

dimulai dari Informan kunci yang dianggap sangat menguasai terhadap masalah

penelitian ini.

C. Pengumpulan Data

Untuk kepentingan pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara

secara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara

(guide interview) terhadap informan yang telah terpilih sedangkan untuk data

sekunder, peneliti mencari ke berbagai pihak yang mempunyai data terkait yang

dibutuhkan.

Hasil wawancara itu kemudian dicatat. Dalam pencatatan data tadi,

peneliti membedakan dalam dua hal yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif.

Catatan deskriptif menyajikan rinci kejadian dari pada hanya sebuah ringkasan,

dan catatan ini bukan evaluasi. Kedua Catatan reflektif lebih mengetengahkan
kerangka pikiran, ide, dan perehatian dari peneliti. Dalam catatan ini, peneliti

mengomentari dan menganalisis apa yang menjadi pernyataan informan.

D. Analisis Data

Catatan catatan tadi, yang berupa transkrip wawancara selanjutnya

diklasifikasikan menurut tema-tema yang relevan dari tema yang umum kemudian

diklasifikasikan lagi dalam tema yang lebih spesifik. Namun, Sebelum

pengklasifikasian data, ada beberapa langkah yang dilakukan. Pertama,

membuat kategorisasi masalah atau temuan dan menyusun kodenya. Kategori

tersebut tentunya menggunakan pola pikir tertentu. Kedua, menata sekuensi atau

urutan penelaahannya.

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan grounded, maka dalam

menganalisa data di dalam pengembangan kategori dan konsep-konsep dari data

bersumber dari pemikiran individual sebagai sesuatu yang penting atau relevan

pada issu yang khusus. Informasi dari informanlah yang pada akhirnya akan

membentuk suatu teori. Karenanya teori-teori yang digunakan pada penelitian ini

bukan berarti tidak berguna. Teori itu digunakan sebagai penghubung konsep

terhadap konteks yang lebih luas yang terdapat dalam karya teoritis yang telah

mapan. Karenanya semua kutipan pada studi ini dibuat oleh diri subyek itu

sendiri.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Pengobatan Bekam yang ada di Banjarmasin ada beberapan klinik, seperti

Pondok Sehat al Wahida di Jalan Manggis, Komplek Arjuna kilometer 3,5;

Rumah Sehat el Iman dan Rumah Sehat Senyum, keduanya di Jalan Sultan Adam.

Selain dua tempat tersebut, klinik bekam banyak sekali menjamur di Kota

Banjarmasin.

Pelayanan kesehatan dengan pengobatan alternatif berbeda dengan

pelayanan pengobatan medis konvensional. Dilihat secara ketenagakerjaan

pelayanan pengobatan konvensional misalnya, dilakukan oleh pelayan kesehatan

seperti dokter, apoteker dan profesi lainnya yang terdidik melalui lembaga-

lembaga pendidikan kesehatan formal. Sementara itu pengobatan alternatif

sendiri, merupakan pengobatan non konvensional. Meski demikian, pelayan

kesehatan pada pengobatan alternatif juga mesti memiliki kemampuan atau

kompetensi di bidangnya.

Demikian pula pada pelayanan kesehatan bekam di Kota Banjarmasin,

tenaga terapisnya harus memiliki keahlian di bidang bekam. Proses rekrutmen

tenaga terapis dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada calon tenaga

terapis. Selama pelatihan tersebut para calon terapis diberikan bekal keilmuan
tentang medis secara umum dan mengenai metode pengobatan Nabi, termasuk

bekam. Menyangkut bekam, para calon terapis akan dibimbing dalam melakukan

prakteknya. Para calon terapis tersebut tidak langsung menangani pasien yang

datang, tetapi mereka melakukan praktek kepada para terapis lain.

Selanjutnya untuk menjaga kompetensi terapis dan profesionalitas

klinik, pihak klinik memberikan tambahan keilmuan dan wawasan tentang medis.

Di samping itu, pihak klinik juga mendorong dan menyertakan para tenaga

terapisnya untuk mengikuti sertifikasi terapis bekam. Sertifikasi terapis bekam

dilakukan oleh Asosiasi Bekam Indonesia sebagai lembaga refresentatif dari para

terapis dan klinik penyedia pengobatan bekam di Indonesia. Perihal kostum atau

penampilan, para terapis perempuan mengenakan pakaian Islami berupa kerudung

dan jilbab atau baju kurung sedangkan para terapis laki-laki mengenakan pakaian

lengan pendek dan celana berbahan kain.

Para terapis yang bekerja di klinik bekam yang ada di Kota

Banjarmasin berasal dari lulusan perguruan tinggi atau akademi jurusan kesehatan

dan kebanyakan berasal dari non pendidikan medis secara formal seperti akademi

kesehatan atau perguruan tinggi jurusan medis. Namun bagi para terapis, sebelum

terlibat dengan praktek telah mendapatkan pembekalan keilmuan tentang medis

dan pengobatan metode Nabi secara informal.

B. Gambaran Umum Pengobatan Bekam


1. Bekam dan Khasiatnya

Mengenai apa itu pengobatan bekam, Bapak Humaidi Ideris owner Salah

satuklinik bekam yang ada di Kota Banjarmasin, yang sewaktu-waktu juga masih

melakukan pembekaman pada pasien (masyarakat Kota Banjarmasin yang

menggunkan bekam sebagai alternatif pengobatan) mengatakan bahwa bekam

adalah mengeluarkan darah kotor. Bekam, al hijmah, cantuk, kemudian sungu itu

adalah proses mengeluarkan darah kotor yang ada di dalam tubuh kita dan itu

tidak berfungsi lagi. Lantas mengenai permasalahan yang membuat darah kotor

dikeluarkan dari tubuh, dia menjelaskan:

Darah kotor itu dia bisa mengandung racun, kolesterol, ada apa
namanya asam urat, kemudian keping-keping darah yang sudah mati
gitu kan yang ada dalam tubuh kita. Itu kalau tidak kita keluarkan dari
permukaan kulit kita itulah yang membuat darah kita statis, dia tidak
bisa bergerak. Hari ini dunia kedokteran menyebutkan bahwa
penyebab berbagai macam penyakit itu adalah darah yang statis, darah
yang mengendap di bawah permukaan kulit kita. Sehingga darah yang
segar itu tidak bisa bergerak secara maksimal.

Mengenai pengaruh yang dihasilkan dengan dikeluarkannya darah kotor

dalam tubuh manusia lebih lanjut Bapak Humaidi menjelaskan:

Nah fungsi bekam adalah mengambil darah kotor itu dan sangat
efektif. Maka Rasul shalallahualaihi wa salam menganjurkan kita
berbekam minimal sebulan itu satu kali. Ternyata dunia medis pun
mengakui bahwa kenapa bisa terjadi, o... karena ternyata ahli
peredaran darah menyebutkan bahwa umur 28 hari sel-sel yang ada
dalam tubuh kita termasuk darah itu mati. Dia menumpuk di bawah
permukaan kulit, jadi itu tidak berfungsi lagi. Tidak bisa difungsikan
lagi.
Sebagaimana media pengobatan bekam tentunya memiliki pengaruh

terhadap kondisi tubuh manusia. Perihal fungsi pengobatan bekam terhadap

kesehatan, Hidayatullah memberikan gambaran:

Bekam itu untuk mereka yang sehat dia akan berfungsi preventif,
pencegah. Untuk mereka yang sakit dia akan berfungsi untuk
menyembuhkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah, inna
fil hajmi syifaaun, dalam bekam terdapat kesembuhan. Ada dalam tiga
hal yang itu akan membantu kesembuhan adalah dengan minum
madu, dengan bekam, dengan kay gitu kan, tapi Rasul tidak menyukai
kay. Jadi berbekam itu pun akan memberikan kesembuhan. Seperti
yang dikatakan Rasulullah.

Kemudian tentang penyakit apa saja yang bisa diobati atau disembuhkan

dengan berbekam, dia menjelaskan:

Baik ya, karena kata Rasul sebaik-baiknya pengobatan yang kalian


lakukan adalah dengan al hijamah, bekam. Maka dari sini saja bisa
kita simpulkan bahwa semua penyakit-penyakit ya dan faktanya di
sini pasien-pasien yang menderita apapun pernah kita terapi dan
alhamdulillah testimoninya banyak sekali. Penyakit jantung karena
terjadi penyumbatan pada jantung, asma karena ternjadi penyumbatan
pada pembuluh, pada saluran-saluran pernafasan, asam urat kolesterol
sakit kepala menahun tidak sembuh-sembuh ya, kemudian kanker,
kanker payudara, jenis-jenis kanker, kemudian gagal ginjal, liver,
alhamdulillah memberi efek yang luar biasa.

Selama ini setiap pengobatan di luar medis modern atau konvensional,

maka akan disebut sebagai pengobatan alternatif. Atas dasar itu maka pengobatan

metode nabi, termasuk bekam dapat disebut sebagai pengobatan alternatif.

Bekam bertujuan untuk mengeluarkan darah-darah kotor yang ada dalam

tubuh. Dalam tubuh manusia terdapat darah-darah yang tidak bisa bergerak lagi

atau statis. Darah itu tidak berfungsi lagi, sehingga membuat aliran darah menjadi
tidak lancar dan menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Kasmui, 2007:11).

Darah yang statis tersebut mengendap di permukaan bawah kulit dan dengan

berbekam darah statis itu disedot keluar.

Fungsi pengobatan bekam terhadap kesehatan ada dua yaitu sebagai

pencegah dan penyembuh. Sebagai pencegah atau pemeliharaan kesehatan bekam

dapat dijalankan kepada orang yang relatif tidak mengalami gangguan kesehatan

yang berarti. Sementara bagi orang yang memiliki gangguan kesehatan tertentu,

bekam berfungsi untuk menyembuhkan. Hal ini serupa dengan pernyataan

Kasmui (2007:12) bahwa bekam berguna sebagai pencegahan (preventive

medicine) dan penyembuh (curative medicine).

Mengenai penyakit yang dapat diobati dengan berbekam, dikatakan semua

jenis penyakit bisa. Sebabnya bekam sebagai salah satu pengobatan ala Nabi

memiliki konsep sakit dan penyembuhan yaitu bahwa setiap penyakit dapat

disembuhkan (Sunardi, 2008:37). Namun para terapis bekam tidak akan memberi

garansi pada pasiennya bahwa setelah bekam penyakit pasti sembuh. Para terapis

bekam lebih pada mengajak pasiennya untuk mengharap dan meminta

kesembuhan pada Allah swt, Yang Maha Penyembuh. Jadi bekam merupakan

salah satu usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan penyakit dan menjaga

kesehatan. Bagi umat Islam, bekam merupakan usaha untuk menjaga kesehatan

dan menyembuhkan penyakit yang telah dicontohkan serta direkomendasikan oleh

Rasul saw. Pengobatan bekam merupakan pengobatan yang bertujuan

mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh pasien. Sementara darah kotor tidak

bisa dikeluarkan begitu saja tanpa menggunakan alat. Dari pengamatan, alat yang
digunakan oleh para terapis selama melakukan pembekaman pada tubuh pasien

antara lain adalah gelas kop, penarik gelas kop, jarum atau yang disebut lancet dan

pulpen stainles atau lancing. Sedangkan bahan lainnya meliputi masker, sarung

tangan, kain kasa, tisu, minyak zaitun dan kantong tempat sampah.

2. Proses Berbekam

Ada tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengobatan berbekam. Pasien

yang sudah melakukan registrasi biasanya akan didiagnosa oleh terapis dan pasien

mengkonsultasikan apa yang dirasakan menganggu kesehatannya. Terapis

kemudian melihat atau memperhatikan telapak tangan dan mata pasien. Di

samping itu terapis juga melakukan tindakan tensi darah terhadap pasien.

Hidayatullah memaparkan bagaimana proses pra bekam, terutama

mengenai diagnosa:

Untuk menjalani terapi bekam biasanya kita melakukan konsultasi


pada pasien itu tentang apa saja keluhan pasien. Lalu kita tambah dari
kita sendiri melakukan diagnosa ya. Kita dalam melakukan diagnosa
bisa melalui telapak tangan atau melalui mata. Di sana bisa kelihatan
ya organ-organ mana yang bermasalah dari pasien itu sendiri. Dari
kedua diagnosa itu ya, baik keluhan atau diagnosa yang kita lakukan
di sanalah kita melakukan tindakan bekam, titik-titik mana yang akan
kita ambil untuk dibekam.

Bapak Humaidi lebih lanjut menyampaikan adab atau tata cara selama

menjalani pengobatan bekam:

Adab berbekam, adab berbekam karena mengamalkan sunnah Rasul


saw, adab yang pertama adalah harus berwudhu, baik laki-laki dan
perempuan. Lebih afdhol (utama) sebenarnya kita berwudhu, karena
kita mengamalkan sunnah. Apakah orang yang haid tidak boleh
berwudhu? Boleh saja berwudhu. Menghadap kiblat, idealnya seperti
itu. Kemudian kita berdoa kepada Allah. Karena walau Rasul
mengatakan sebaik-baik pengobatan adalah bekam, tapi tetap
keyakinan bahwa yang menyembuhkan itu adalah Allah swt. Kalau
kita di Pondok Sehat al Wahida sebelum dibekam pasien itu diruqyah.
Ruqyah dulu untuk memposisikan dia pada tingkat spiritual yang
bagus. Ruqyah itu untuk menghilangkan pengaruh jin sehingga dia
nyaman berbekam. Kemudian adab yang lain ditempatkan pada
tempat yang tertutup tidak ada aurat yang keliatan begitu. Kemudian
terapis laki-laki melayani laki-laki, perempuan melayani perempuan
karena dia lain muhrim (tidak halal). Karena bekam itu kan dia
membuka aurat. Masa laki-laki harus membekam perempuan, itu ga
bener (tidak benar), dan sebagainya.

Praktek bekam yang ada di Banjarmasin persis dengan praktek bekam

yang dikemukakan oleh Sunardi (2008:36) yang mengemukakan hijamah atau

bekam adalah proses penghisapan darah dan mengeluarkannya dari permukaan

kulit dengan melakukan penyayatan pada kulit dengan pisau atau jarum sehingga

darah akan keluar, yang kemudian ditampung dalam gelas khusus yang

menyebabkan penarikan dan penyedotan darah.

Secara antropologis, penggunaan bekam oleh pasien berarti merupakan

sebuah sistem medis yang bersifat naturalistik seperti yang dikatakan oleh Foster

dan Anderson (1986:64) yang memandang gangguan kesehatan sebagai pengaruh

dari keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh seperti panas, dingin dan cairan

tubuh. Hal tersebut karena pengobatan menekankan pada keseimbangan dalam

tubuh akibat dari pola makan dan pola hidup secara keseluruhan.

C. Motivasi Masyarakat Memilih Bekam

Mengenai motivasi pasien memilih atau melakukan pengobatan bekam,

Salah satunya informanadalah Bapak Bambang Nur Setiyo, beliau adalah seorang
konsultan PNPM Mandiri Perkotaan di Banjarmasin. Bapak tiga orang anak yang

rambutnya memutih itu mengungkapkan keluhan sakit yang ia derita:

Keluhan sakit? Karena satu ya, dari perilaku makanan yang terus
terang salah, tidak pas. Yang kedua umur, umur sudah, sudah 52 tahun
itu mesti uzur kan ada beberapa yang sudah mulai aus, jadi sudah
tidak optimal. Makanan itu karena sering tugas di luar, sebelum jadi
konsultan ini selalu ada penelitian-penelitian, kemana-mana hampir
semua provinsi. Ya itu makannya lupa, tidak terkontrol dengan baik.
Apalagi sudah di lapangan itu mesti e... kolesterol dan lain-lain itu ya
makanan yang mengandung itu tidak bisa terkontrol dengn baik. Ya
sekarang ini yang saya rasakan dari hasil lab, untuk yang lain-lainnya
normal, kecuali dua hal, yang pertama itu asam urat sudah di bawah
ambang, di bawah, sorry di atas yang seharusnya. Kemudian
kolesterol, ada, ada lima poin kolesterol. Satu yang wah itu sudah
mengkhawatirkan apa itu, TG, terigerilsida, apa itu, istilah medisnya
seperti itu. Itu kolesterol dalam darah dan itu yang bisa mengarah ke
stroke.

Berkaitan ketertarikan untuk memilih pengobatan bekam, berikut

penuturan Bapak Bambang:

Ya anu ya, ini sunnah Rasul. Dulu pengobatan ini pernah dilakukan
jaman Rasulullah itu masih ada, waktu itu ada. Kemudian
dikembangkan di sana-sini. Sekarang ini masih dipraktekkan, saya
coba sekali. Sebelum, sebelum, e... ke lab itu badan terasa enak, jadi
enteng gitu, ringan dan itu e... tidur nyenyak terus badan ini menjadi
lebih ringan, kaki yang agak berat itu menjadi ringan. Terus wah ini
sudah ada hasilnya, tapi kita tidak bisa percaya begitu saja. Lewat
treatmen di lab itu tadi, saya harus ke lab dulu. Jadi setelah di
treatmen lewat itu tadi di pelayanan pengobatan itu tadi ada hasilnya
atau tidak? Ya itu tadi, hasilnya untuk kolesterol turun, untuk asam
uratnya jalan di tempat. Karena memang dari perilaku, perilaku makan
saya menyadari....

Pasien bernama H. Sarbani (45 tahun) yang bertempat tinggal di

Marabahan menuturkan perihal pengobatan bekam sebagai berikut:


bekam itu sama haja lawan (saja dengan) basungu. Dulu, di
kampung kita rancak jua (sering juga) basungu. Cuma lantaran
dikampung itu basungu sudah kada (tidak) dipakai lagi, akhirnya iya
pina (perlahan) hilang. Memang ada pang (juga) perbedaan basungu
lawan berbekam ini. Mun (kalau) basungu tu kita kawa maambil (bisa
menyedot) anginnya haja (saja). Nah, mun (kalau) berbekam ni
selajur maambil (sekaligus menyedot) darah, mambuangi
(mengeluarkan) darah kotornya kaya (seperti) itu nah.

Sementara dari pasien perempuan, Ummi Kalsum, ibu rumah tangga,

tentang penyakit yang dirasakan menurutnya:

Banyak, pencernaan, pernafasan, aku polip. Berbekam ni banyak


kaya itu na (seperti) perubahan. Model kaya dulu ngalih guring (susah
tidur), nyaman guring (jadi enak tidur). Ibaratnya tu kan aku ni ada
gawian (pekerjaan) tu na, mengkreditkan barang. Kauyuhan lo bulang
bulik (Keletihan bukan pulang pergi) Banjar (Banjarmasin) nih.
Kadang uyuh kalo (letih bukan) sehari ni, ni kada (ini tidak)
alhamdulillah, nang samingguan bulang bulik banjar tu kada papa
(seminggu pulang pergi ke Banjarmasin baik-baik saja). Banyak
pengaruhnya kaya itu nah (seperti itu) .

Ibu Ummi Kalsum menuturkan bagaimana kemudian berbekam:

Abahnya ni pang (bapaknya, anak-anak). Takutan pang (takut juga)


asalnya, jar ku bedarah-darah kaya itu lo (pikir saya berdarah-darah
begitu kan). Tapi mbah anu kada papa ai (setelah itu tidak apa-apa),
kada tapi sakit banar kaya itu na (tidak terlalu sakit begitu), awak
nyaman (badan jadi enak), banyak lah manfaatnya. Tiga bulanan ni
(selama tiga bulan) sudah. Kalo pertama tu kam (Mas) seminggu
sekali, tapi aku ni biar lamak kaya ni (walaupun agak gendut) darah
rendah, tapi ni normal pang (saja) sudah. Kayaknya bagus kaya itu
nah (seperti itu). Ni yang ketiga. Kalo obat tu kaya itu pang lah
(begitu lah adanya), selarang-larangnya (semahal-mahalnya) obat
kaya itu pang (ya begitu lah). Kan ngarannya (namanya) pantangan
makan dimakan lo, kalo ini kada anu, lawan (juga) ada haditsnya kalo
orang.

Dilihat dari segi alasan yang membuat pasien menempuh pengobatan

bekam, dari informasi yang diperoleh lewat informan, alasan mereka antara lain
adalah karena ingin mencari kesembuhan, mencoba alternatif pengobatan,

memelihara kesehatan dan mengikuti sunnah pengobatan Nabi.

Pasien bekam yang menjalani pengobatan bekam tentu saja memiliki

tujuan untuk mendapatkan kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Beberapa

informan dari pasien memang menuturkan memiliki keluhan atau gangguan

kesehatan yang sedikit banyak memberikan rasa tidak nyaman terhadap kesehatan

mereka. Tanpa memandang apakah pasien berkerja atau sebagai pengurus rumah

tangga, penyakit yang mereka rasakan cenderung mengganggu kondisi tubuh dan

aktivitas mereka. Pada kondisi ini pasien yang menempuh pengobatan, secara

alami dipengaruhi oleh tuntutan biologisnya. Dalam konteks ini maka motivasi

pasien dalam menempuh pengobatan bekam dilandasi oleh motif biogenetis.

Motif biogenetis kata Gerungan (1991:142) adalah motif-motif yang berasal dari

kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara

biologis. Motif ini umum dimiliki oleh setiap manusia karena tidak terkait dengan

lingkungan kebudayaan serta motif ini berkembang sebagai respon kebutuhan

jasmani yang ada dalam diri manusia. Pada klasifikasi ini setiap pasien

memilikinya, yaitu tuntutan biologis untuk mengatasi gangguan kesehatan yang

dialami mereka.

Pasien yang menempuh pengobatan bekam berarti telah menetapkan

sebuah keputusan untuk mengatasi gangguan kesehatannya. Keputusannya yang

memilih untuk menempuh pengobatan bekam dapat disebabkan sedikit banyak

juga oleh pengaruh lingkungan sosialnya. Pengaruh itu berupa testimoni dari

orang-orang yang ada di sekitarnya mengenai khasiat dari pengobatan bekam


yang dirasakan. Itu kemudian juga mengarahkan pasien selanjutnya untuk

mendapatkan kesembuhan dari pengobatan bekam.

Keputusan dan kecendrungan pasien untuk menempuh pengobatan bekam

juga dapat disebabkan dari informasi yang didapat pasien dalam bentuk

pengasosian bekam dengan basungu. Pengalaman pasien yang pernah melakukan

basungu akhirnya turut mempengaruhi keputusan mereka menjalani pengobatan

bekam. Memang ada diantara para pasien yang menjalani pengobatan bekam

menganggap bekam sebagai basungu modern.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengobatan bekam atau al hijamah adalah pengobatan yang

direkomendasikan atau disunnahkan oleh Rasul saw kepada umat Islam.

Pengobatan bekam menggunakan alat-alat seperti gelas kop, penarik gelas

kop, jarum atau yang disebut lancet dan pulpen stainles atau lancing.

Sedangkan bahan lainnya meliputi masker, sarung tangan, kain kasa, tisu,

minyak zaitun dan kantong tempat sampah. Secara umum pengambilan atau

penyedotan darah kotor pada pasien dilakukan pada enam titik pada tubuh

bagian belakang. Titik-titik itu meliputi daerah punuk, pundak sebelah kiri-

dan kanan, belakang dada kiri dan kanan dan daerah sebelah atas pinggang

belakang kiri dan kanan. Sementara itu proses bekam terbagi dalam tahapan

pra berbekam, saat berbekam dan sesudahnya. Pra berbekam yaitu pasien

menjalani diagnosa penyakitnya serta terapi sebat rotan. Saat berbekam

pasien menjalani bekam kering dan bekam basah. Setelah berbekam pasien

dibersihkan badannya dengan minyak zaitun.

2. Mengenai pasien yang meminati dan menjalani pengobatan bekam, secara

motivasi pasien terbagi dalam tiga kelompok yaitu motivasi biogenetis,

motivasi sosiogenetis dan motivasi teogenetis. Motivasi biogenetis yaitu

pasien sekedar ingin menyembuhkan penyakitnya. Pada motivasi sosiogenetis

pasien yang menempuh pengobatan bekam karena pengaruh dari

lingkungannya. Keputusan pasien untuk menempuh pengobatan bekam


disebabkan oleh ajakan, testimoni atau sugesti dari orang terdekat. Sementara

pada motivasi teogenetis, pasien yang menjalani pengobatan bekam karena

dorongan untuk mengikuti norma agama terutama pasien yang beragama

Islam. Bahwa bekam adalah pengobatan yang diperintahkan oleh malaikat

kepada Rasul, dan Rasul kepada umatnya. Pada akhirnya memang pasien

yang menjalani pengobatan bekam di Pondok Sehat al Wahida khususnya

memiliki motivasi yang tidak tunggal, melainkan motivasi bergabung.

B. Saran

1. Bagi Klinik kesehatan yang menyediakan pengobatan ala Nabi, terutama

bekam, agar lebih dalam menginternalisasikan serta lebih luas

mensosialisasikannya sebagai pengobatan yang disunnahkan oleh Rasul

saw kepada masyarakat yang beragama Islam. Juga agar umat Islam di

Banjarmasin mengetahui betapa Islam bukan sebuah agama yang sempit

dan dangkal, melainkan merupakan pedoman yang lengkap, tidak saja

mengurus peribadatan tetapi juga kesehatan, bahkan juga pendidikan,

sosial budaya, politik dan ekonomi. Kepada pasien yang non Muslim,

pihak klinik dapat lebih menekankan informasi bahwa bekam yang

disediakan terbukti secara medis khasiatnya. Disamping itu juga agar lebih

meningkatkan pelayanan yang profesional sebagaimana fungsinya sebagai

institusi kesehatan.

2. Bagi pemerintah agar dapat mengangkat pengobatan bekam ke permukaan

dan menyediakan kemudahan bagi pasien untuk mengaksesnya.


3. Bagi pembaca, tentang apa yang terkandung di dalam penelitian ini dapat

menjadi bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

pengobatan bekam dewasa ini. Di samping itu juga dapat menjadi topik

dalam rangka penelitian mengenai pengobatan bekam.

You might also like