You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angkakematianibu di Indonesia masihtinggi. Berdasarkan SDKI tahun 2012
AKI Indonesia mencapaiangka 309.000/100.000 kelahiranhidup.
Angkainimeningkatdibanding AKI Indonesia Tahun 2007 denganangka
228/100.000 kelahiranhidup (Depkes RI, 2007).

Penyebabkematianibu yang paling umum di Indonesia adalahpenyebab


obstetric langsungyaituperdarahan 28%,Preeklampsia/eklampsia 24%. Infeksi
11%. Sedangkanpenyebabtidaklangsungadalah trauma obstetric 5% dan lain-lain
11% (WHO, 2007).

Angkakematianibu di Indonesia akibatperdarahanmasihcukuptinggi,


salahsatudiantaranyaadalahretensioplasentayaitubelumlahirnyaplasentasetelahseten
gah jam bayilahiratau 30 menitsetelahbayilahir,
sehinggamemerlukanadanyapengawasan yang insentifdanpenanganan yang
tepatuntukmengurangiterjadinyapedarahanterutamakarenaretensioplasenta.

Manajemenaktif kala III sangatpentingdilakukanpadasetiapasuhanpersalinan


normal dengantujuanuntukmenurunkanAngkaKematianIbu. Saatinimanajemenaktif
kala III telahmenjadiprosedurtetappadaasuhanpersalinan normal. Dan
menjadikompetensidasar yang
harusdimilikisetiaptenagakesehatanpenolongpersalinan.
(DokterdanBidan).Tujuanpenatalaksanaanaktif kala III
untukmenghasilkankontraksi uterus yang
lebihefektifsehinggadapatmempersingkatwaktu, mencegahperdarahan,
mengurangikehilangandarahdanmencegahretensioplasenta.

Berdasarkanmasalahtersebutpenulistertarikuntukmengambilstudikasusdengan
judul " AsuhanKebidananIbuBersalin Kala III PadaNy. J Umur 29 Tahun P3A0
DenganRetensioPlasenta Di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.

B. RumusanMasalah
BagaimanapenatalaksanaandanpenangananAsuhanKebidananIbuBersalinKal
a III PadaNy. J Umur 29 Tahun P3A0 DenganRetensioPlasenta Di Ruang VK
Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
C. TujuanPenulisan

1. TujuanUmum
MampumelaksanakandanmemberikanpenangananAsuhanKebidananIbu
Bersalin Kala III PadaNy. J Umur 29 Tahun P3A0 DenganRetensioPlasenta Di
Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

2.TujuanKhusus

a. Mengumpulkan data dasar/ pengkajianibubersalin kala III


denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
b. Melakukaninterpretasipadaibubersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
c. Menetapkandiagnosapotensialpadaibubersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
d. Menetapkanantisipasipadaibubersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
e. Merencanakanintervensipadaibubersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasentadi Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
f. Melakukanimplementasipadaibubersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
g. Mengevaluasitindakanpdaibubersalinbersalin kala III
denganretensioplasentapadaNy. J umur 29 Tahun P3A0
denganretensioplasenta di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.

D. ManfaatPenulisan

1. Teoritis

HasilPenelitianstudikasusinidapatdijadikansebagaitambahanreferensikep
erpustakaandanpengembanganteori di PoltekkesKemenkesPalangka Raya
dalamasuhanibunersalin kala III denganretensioplasenta.

2. Praktis

a. Bagipenulis

MenambahIlmuPengetahuan, wawasan,
danketerampilandalammenanganiAsuhanKebidananIbuBersalin Kala III
PadaNy. J Umur 29 Tahun P3A0
DenganRetensioPlasentaagardapatmemberikanpelayanan yang
bermututinggidanmenurunkanAngkaKematianIbu (AKI).

b. BagiProfesi

Mampumengenalitanda-
tandaretensioplasentadanmemberikanpertolonganpertamatermasuk
manual plasenta, danbisamenanganiperdarahan,
supayaibutidakmengalamisyok.
SehinggabisamengurangiAngkaKematianIbu (AKI).

c. BagiPasiendanKeluarga

Ibudankeluargadapatmengetahuitanda-
tandadangejalapadaretensioplasenta.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Retensio Plasenta


1. Pengertian
a. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Wiknjosastro,
2007).
b. Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. (Manuaba, 2006).
2. Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2
golongan ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
a. Sebab fungsional
1) His yang kurang kuat (sebab utama)
2) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut
tuba)
3) Ukuran plasenta terlalu kecil
4) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
b. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
1) Plasenta akreta : vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam
dinding rahim daripada biasa ialah sampai ke batas antara
endometrium dan miometrium
2) Plasenta inkreta : vili korialis masuk ke dalam lapisan otot rahim
3) Plasenta perkreta : vili korialis menembus lapisan otot dan mencapai
serosa atau menembusnya
3. Faktor predisposisi
a. Grandemultipara
b. Kehamilan ganda sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak
luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.
d. Plasenta previa, karena dibagian istmus uterus pembuluh darah sedikit,
sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas oprasi pada uterus
4. Patogenesis
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.
Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir
persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
menjadi lebih pendek dan lebih tebal.Dengan kontraksi yang berlangsung
kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil
sehingga ukuran juga mengecil.Pengecilan mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang
tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus.Tegangan yang
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar
memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu.Pembuluh darah
yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang
saling bersilangan.Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah
dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan
berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan
pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru
tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi
ke dalam 4 fase, yaitu:
a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
c. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang
terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta.Terpisahnya plasenta
disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus
yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi
permukaan tempat melekatnya plasenta.Akibatnya sobek di lapisan
spongiosa.
d. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta
bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil
darah terkumpul di dalam rongga rahim.Ini menunjukkan bahwa
perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan
sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya
fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89%
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.Tanda-
tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan darah yang
mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat,
uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan
turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih
panjang.Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan
yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke
arah bagian bawah rahim atau atas vagina.Kadang-kadang, plasenta
dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal.Namun,
wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat
mengeluarkan plasenta secara spontan.Umumnya, dibutuhkan tindakan
artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala IV. Metode yang biasa
dikerjakan adalah dengan menekan secara bersamaan dengan tarikan
ringan pada tali pusat.
4. Tanda dan Gejala
Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang banyak Sedang Sedikit / tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali,
kecuali akibat
inversion oleh
tarikan kuat pada
tali pusat

5. Jenis Jenis Retensio Plasenta


Menurut Saifuddin. AB, (2008) beberapa jenis Retensio Plasenta antara lain:
a. Plasenta inkarserata adalah plasenta yang sudah lepas dari insersinya
tetapi belum keluar dari kavum uteri karena terhalang oleh lingkaran
kontriksi di bagian bawah rahim.
b. Plasenta adhesive adalah plasenta yang belum lahir dan masih melekat di
dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk
melepaskan plasenta.
c. Plasenta akreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena vili
korialisnya menembus desidua sampai miometrium.Plasenta akreta ada
yang kompleta dimana seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat
pada dinding rahim dan ada yang parsialis di mana hanya beberapa
bagian saja dari plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim.
d. Plasenta inkreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena villi
korialisnya masuk kedalam lapisan otot rahim.
e. Plasenta perkreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena villi
korialisnya menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau
menembusnya.

6. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahayayaitu :
a. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat
membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port dentre dari tempat perlekatan
plasenta.
c. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
d. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis. Dengan masuknya mutagen, perlukaan
yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-
diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal
dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun
kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi
kanker.
e. Syok haemoragik (Manuaba, 2006)

7. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah :
a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah : Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder. (Sulisetiya, 2010).

8. Prognosis

Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan

sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat

sangat penting.

9. Pemeriksaan Penunjang

b. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan

hematokrit (Hct),melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.

Pada keadaan yang disertaidengan infeksi, leukosit biasanya meningkat

c. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time

(PT) danactivated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana

dengan Clotting Time(CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk

menyingkirkan perdarahan yangdisebabkan oleh faktor lain.

10 Diagnosa Banding

Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada

miometrium tanpagaris pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.


11. Pencegahan

a. Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat

proses separasi danmelahirkan plasenta dengan memberikan

uterotonika segera setelah bayi lahir danmelakukan penegangan

talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan

aktifkala III

b. Mengamati dan melihat kontraksi uterus.

B. MANUAL PLASENTA
1. Pengertian
Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta.Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus
diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita. (Wiknjosastro, 2007)
2. Faktor Predisposisi
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
a. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
b. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
1) Darah penderita terlalu banyak hilang.
2) Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan
tidak terjadi.
3) Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
3. Indikasi
Manual Plasenta dengan segera dilakukan:
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
4. Alat-alat
a. Alat dan bahan untuk pemberian cairan intravena
b. Kateter
c. Analgesia atau anastesia
d. Kocher
e. Sarung tangan steril
f. Desinfektan
g. Partus set
5. Tindakan
a. Berikan analgesia secara intramuskuler (misalnya pethidin 25 mg) dan
sedatif (misalnya diazepam 10 mg i.m, fenobarbital 30mg atau fenergan
50 mg melalui karet infus) untuk menenangkan ibu. Jika obat tersebut
tidak tersedia, langsung lakukan pengeluaran plasenta secara manual. Ibu
mungkin tidak tenang dan tidak nyaman, tetapi tindakan ini dilakukan
untuk menyelamatkan nyawanya. Catatan : ibu sudah datang dalam
keadaan perdarahan dan janin telah lahir.
b. Pasang infus 5% Dextrose dalam cairan NaCl atau cairan infus apapun
yang tersedia. Cairan infus kan menggantikan sebagian cairan yang
hilang akibat perdarahan. Hal ini dapat mencegah syok.
c. Catatan : ibu sudah datang dalam keadaan perdarahan dan janin telah
lahir.
d. Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan. Baringkan ibu terlentang
dengan kedua lututnya ditekuk. Jika ia tidak dapat buang air kecil
sendiri, pasang kateter dengan benar dan kosongkan kandung
kencingnya. Kandung kencing yang penuh dapat menahan lahirnya
plasenta. Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan. Jika
plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan sedikit.
e. Jika plasenta belum keluar dalam 15 menit, berikan oksitosin 10 unit
I.M sekali lagi. Dan minta suami untuk memilin-milin putting susu ibu
dan meminta keluarga menyiapkan surat rujukan.
f. Lakukan masase uterus agar berkontraksi. Jepit tali pusat dengan kocher
kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai. Jika plasenta belum
dilahirkan setelah 30 menit cobalah untuk melakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
g. Cuci tangan dengan 6 langkah. Kenakan sarung tangan steril. Waktu
sangat menentukan, lanjutkan prosedur.
h. bersihkan vulva dan perineum dengan cairan antiseptic kemudian jari
tangan kiri membuka labia minora.
i. Kemudian masukkan tangan dengan posisi obstetric (ibu jari ditekuk ke
dalam telapak tangan dengan punggung tangan ke bawah) ke dalam
vagina. Telusuri tali pusat bagian bawah sampai ke plasenta. Jika tangan
sudah, dimasukkan ke dalam uterus, jangan mengeluarkannya sampai
plasenta berhasil dilepaskan dan dikeluarkan. Tangan tidak boleh keluar
masuk dari uterus, karena hal ini dapat memperbesar resiko infeksi.
j. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus
uteri. Hal ini akan mencegah uterus bergerak dan membantu kontraksi
uterus.
k. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6. Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus
Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk. Jaringan terasa seperti spons (bahan busa) yang
terlepas ketika plasenta terpisah dari uterus.Tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta yang paling bawah.
a. Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila di bagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
b. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap ke dinding
dalam uterus.
c. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan
pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak
tangan kanan.
Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

7. Mengeluarkan Plasenta
a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus.
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan.
c. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta keluar (hindari percikan darah).
d. Keluarkan plasenta dengan hati-hati pada saat uterus berkontraksi.Jangan
hanya menarik sebagian plasenta karena plasenta dapat robek. Selaput
ditarik keluar secara perlahan dan hati-hati, dengan cara yang sama
seperti mengeluarkan plasenta. Ingat, selaput sekecil apapun yang
tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan perdarahan pasca
persalinan dan/atau infeksi.
e. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
f. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir.
g. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar tidak
lebih dari 500 cc.

Gambar. Pengeluaran plasenta secara manual


C. Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian
a. Data Subyekyif
- Biodata
Umur : resiko tinggi terjadi pada umur > 30 tahun
- Keluhan utama
Adanya keluhan plasenta belum lepas 30 menit, perdarahan
sedikit atau perdarahan banyak, persalinan lama
- Riwayat penyakit sekarang
Apakah mempunyai riwayat penyakit fibroid dan kelainan letak
rahim.
- Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah mempunyai riwayat endometritis sehubungan TBC dan
menjalani momektomi
- Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Apakah mempunyai riwayat gemeli, atonia, uteri, plasenta
adhesive, ikreta, perkreta inkarserasio plasenta, kelainan plasenta
fenestrate, membranacea bilobata, plasenta succenturiata, plasenta
spiria, atonia rahim, overdistensi rahim, kontraksi uterus hipertonik,
grademulti.
b. Data Obyektif
- Pemeriksaan umum
KU : Composmentis sangat syok
Tensi : Normal (110/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal 60-90 x/menit)
Suhu : Normal (36,5 37,3oC)
Pernafasan : Normal (16-24 x/menit)
- Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Muka : Apakah pucat/ tidak , berkeringat bila terjadi
perdarahan banyak
b. Mata : Conjungtiva pucat apabila terjadi perdarahan banyak
c. Genetalia : Perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak,
tali pusat terjulur sebagian
Palpasi
- TFU sepusat pada retensio plasenta separasi atau akreta
parsial
- TFU 2 jari bawah pusat pada retensio plasenta inkorserata
- TFU sepusat pada retensio plasenta akreta
- Bentuk uterus diskoit pada retensio plasenta separasi atau
akreta parsial
- Bentuk uterus agak globuler pada retensio plasenta
inkarserata
- Kontraksi uterus keras pada retensio plasenta inkarserata
- Kontraksi uterus cukup pada retensio plasenta akreta
- Kontraksi uterus lembek
- Ekstremitas teraba dingin
Pemeriksaan penunjang
- Golongan darah
- Hb
Pemeriksaan genekologi
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di
dalam kanalis serviks tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterys

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : P .. Ab kala II dengan retensio plasenta
Ds : Adanya keluhan plasenta belum lepas 30 menit setelah bayi
lahir, perdarahan sedikit atau banyak, persalinan lama
Do : KU : Composmentis sampai syok
Tensi : Normal sampai syok
Nadi : Normal hingga meningkat bila terjadi syok
Suhu : Normal hingga menurun bila terjadi syok
Pernafasan : Normal hingga meningkat bila terjadi syok
Genetalia : perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak, tali
pusat terjulur sebagian
TFU sepusat pada retensio plasenta separasi atau akreta parsial
TFU 2 jari bawah pusat pada retensio plasenta inkorserata
TFU sepusat pada retensio plasenta akreta
Bentuk uterus diskoit pada retensio plasenta separasi atau akreta
parsial
Bentuk uterus agak globuler pada retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus keras pada retensio plasenta inkarserata
Kontraksi uterus cukup pada retensio plasenta akreta
Kontraksi uterus lembek
Ekstremitas teraba dingin

III. Antisipasi Masalah Potensial


- Perdarahan
- Syok
- Infeksi
- Gangguan rasa nyaman

IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi


- Perbaikan KU dengan pemasangan infuse dan observasi TTV
- Kolaborasi dengan dr. A.Halim, SPOG
- Plasenta manual

V. Intervensi
Tujuan : Perdarahan terhenti dan tidak terjadi komplikasi
Criteria hasil :
- Plasenta lahir lengkap
- Ku dan TTV kembali normal
Intervensi
1. Lakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga.
R/ Dengan pendekatan dengan pasien dan keluarga lebih kooperatif
dalam setiap tindakan perawatan
2. Lakukan cuci tangan dengan sabun antiseptic sebagai tindakan
pencegahan infeksi.
R/ Dengan melakukan pencegahan infeksi dapat mencegah terjadinya
infeksi dan penularan penyakit
3. Lakukan observasi TTV dan KU
R/ Dengan TTV dapat mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi
4. Pasang infuse Na Cl atau Rl
R/ Pemberian infuse dapat mengganti cairan yang hilang karena
perdarahan
5. Lakukan pelepasan plasenta secara manual sesuai dengan standar
R/ Dengan dilakukanya plasenta manual, plasenta dapat lahir segera dan
perdarahan tidak terjadi
6. Periksa pelepasan plasenta
R/ Dengan melakukan pemeriksaan pelepasan plasenta dapat mengetahui
kelengkapan dari plasenta tersbut
7. Kolaborasi dengan dr. Sp OG dalam memberikan antibiotic spectrum
luas
R/ Mencegah terjadinya infeksi
8. Mengajari pada ibu cara massase pencegahan infeksi
R/ Menjaga kontraksi uterus agar tetap baik sehingga tidak terjadi
perdarahan

VI. Implementasi
Sesuai dengan intervensi

VII. Evaluasi
- Plasenta lahir lengkap
- Ku dan TTV kembali normal
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Yayan. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Dewi. 2012. Asuhan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Dian Press

Depkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan. Departemen Kesehatan RI

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Saifuddin. 2008. Asuhan persalinan normal, Jakarta : EGC

Manuaba. 2006. Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta : EGC

Nanik Setyawati, dkk. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Wiknojosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono

Widjanarko, Bambang. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Yanti. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

You might also like