You are on page 1of 17

PERATURAN MENTERI

KESEHATAN NO .1438

RUMAH SAKIT BEN MARI


Jalan Raya Kendalpayak Nomor 17, MALANG
Tel (0341) 837666 / 837777, Fax (0341) 837444
E-mail : rs_benmari@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMENRUMAH SAKIT BEN MARI


Panduan Pelayanan Anestesi

KETERANGAN TANDATANGAN TANGGAL

PembuatDokumen

Valentin Riniati, S.S.T., M.M.Kes Authorized Person

dr. Muhammad Ilyas, M.M.R.S., Sp.An. Direktur

ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BEN MARI
NOMOR: /Per/RSBM/II/2017
TENTANG

PANDUAN PELAYANAN ANESTESI


RUMAH SAKIT BEN MARI

Direktur Rumah Sakit Ben Mari,


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan tindakan bedah diperlukan
tindakan anestesi di Rumah Sakit Ben Mari;
b. Bahwa agar pelayanan anestesi dilaksanakan dengan baik dan
standar serta menjamin keselamatan pasien perlu dibuat
Panduan Pelayanan Anestesi;
c. Bahwa penetapan dan pemberlakuan Panduan Pelayanan
Anestesi tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Ben Mari.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri KesehatanNomor 519/Menkes/Per/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi
danTerapi Intensif di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7. Peraturan Direktur Utama PT Rumah Sakit Ben Mari Sehat
Nomor /Per/Dirut/RSBMS/II/2017 tentang Penetapan
Hospital Bylaws;
8. Peraturan Direktur Utama PT Rumah Sakit Ben Mari Sehat
Nomor /Per/Dirut/ RSBMS /II/2017 tentang Penetapan dan
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ben Mari.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BEN MARI TENTANG PANDUAN
PELAYANAN ANESTESI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT BEN MARI
KEDUA : Panduan Pelayanan Anestesi di lingkungan Rumah Sakit Ben Mari
sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Panduan Pelayanan Anestesi di lingkungan Rumah Sakit Ben Mari
digunakan dalam pemberian dan penatalaksanaan pelayanan anestesi di
Rumah Sakit Ben Mari.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

3
Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 1 Februari 2017

Direktur,

dr. Muhammad Ilyas, M.M.R.S., Sp.An.

4
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI
........................................................................................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
........................................................................................................................................................................
7
A. DEFINISI
7
B. TUJUAN
7
BAB II RUANG
LINGKUP
........................................................................................................................................................................
8
A. PEMBERI
SEDASI
8
B. INSTALASI/UNIT
TERKAIT
8
C. PELAYANAN ANESTESI DAN
SEDASI
8
D. STANDAR
PERALATAN
9
BAB III TATA
LAKSANA
........................................................................................................................................................................
10
A. PERSIAPAN
PASIEN
10
B. PERSIAPAN DI KAMAR
OPERASI
12
C. JENIS
ANESTESI
14
D. MONITORING SELAMA
ANESTESI
14
E. KRITERIA PEMINDAHAN PASIEN KE RUANG PULIH
SADAR
15
F. MONITORING DI RUANG PULIH
SADAR
15
G. PEMINDAHAN PASIEN KE RAWAT
INAP
15
H. PEMULANGAN
PASIEN
16
BAB
IVDOKUMENTASI
........................................................................................................................................................................
17
A. Form Persetujuan Operasi/ Inform
Consent
17
B. Form Persiapan Pre
Operasi
17
C. Form
Anestesi
17
D. Form Keselamatan Pasien Yang tercantum proses sign in, time out, sign
out 17
E. Form Pemantauan di
RR 17
F. Form Serah
Terima
17
G. Form Pemulangan
Pasien
17

vi
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ben Mari
Nomor : /Per/RSBM/II/2017
Tanggal : 1 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Sedasi adalah pemberian obat untuk menenangkan pasien dalam suatu periode yang
dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman atau gelisah. Dan diberikan kepada pasien
segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak nyaman. Sedasi
menggunakan obat-obat sedative.
1. Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi obat pasien
berespon normal terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan
koordinasi terganggu, tetapi fungsi kardiovaskuler dan ventilasi tidak dipengaruhi.
2. Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi kesadaran setelah
terinduksi obat di mana pasien dapat berespon terhadap perintah verbal secara
spontan atau setelah diikuti oleh rangsangan taktil. Tidak diperlukan intervensi
untuk menjaga jalan napas paten dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi
kardiovaskuler tidak dipengaruhi.
3. Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi depresi kesadaran
setelah terinduksi obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan berespon terhadap
rangsangan berulang atau rangsangan sakit. Kemampuan untuk mempertahankan
fungsi ventilasi dapat terganggu dan pasien memerlukan bantuan untuk menjaga
jalan napas paten. Fungsi kardiovaskuler tetap dijaga.

B. TUJUAN
1. Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan lain.
2. Pemilihan teknik tindakan dan obat anestesi yang sesuai dengan keadaan fisik dan
kehendak pasien. Untuk meminimalkan komplikasi.
3. Menentukan klasifikasi pasien menurut ASA yang sesuai hasil pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan prognosis pasien secara umum.

7
BAB II RUANG LINGKUP

A. PEMBERI SEDASI
1. Ahli anestesi bertanggung jawab terhadap pembiusan yang dilakukan baik di kamar
operasi maupun di HCU.
2. Ahli bedah bertanggung jawab terhadap pembiusan baik di kamar bersalin (VK),
kamar operasi maupun di poliklinik bedah.
3. Dokter umum bertanggung jawab terhadap pembiusan di IGD.
4. Dokter gigi dan spesialis gigi bertanggung jawab terhadap pemberian pembiusan di
poliklinik gigi.
5. Dokter spesialis mata bertanggung jawab terhadap pemberian pembiusan di
poliklinik mata.
6. Penata Perawat anestesi yang sudah mendapatkan pelatihan anestesi.
7. Perawat ruang pulih sadar (perawat yang sudah mengikuti pelatihan anestesi atau
PPGD).

B. INSTALASI/UNIT TERKAIT
1. Kamar operasi
2. HCU
3. IGD
4. Kamar bersalin (VK)
5. Poliklinik mata
6. Poliklinik Bedah
7. Poliklinik gigi

C. PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI


1. Pelayanan anestesi mencakup tindakan anestesi (pra anestesi, intra anestesi dan
pasca anestesi)
2. Penanggulangan nyeri Resusitasi jantung paru otak
3. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan
4. Pelayanan Pasien Kritis
5. Pelayanan Paska Anestesi.

Pelayanan anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi
dan atau dokter spesialis anestesiologi konsultan., dan atau dokter peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiolog dan dibantu oleh perawat serta dapat dibantu
oleh dokter umum.
1. Dokter spesialis Anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di pusat pendidikan yang diakui atau
lulusan luar negeri yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi
2. Dokter Spesialis anestesi Konsultan, yaitu doter spesialis anestesiologi yang telah
mendalami salah satu cabang ilmu anestesiologi yang telah diakui
3. Dokter Peserta Program Dokter Spesialis anestesiologi yaitu dokter yang sedang
menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan telah mendapatkan
kompetensi sesuai standatr pendidikan di pusat pendidikan yang diakui
4. Dokter umum yaitu dokter yang selama pendidikan kedokteran mendapatkan
kompetensi melakukan tindakan anestesi atau dokter umum yang telah bekerja di
pelayanan anestesiologi dan reanimasi sekurang - kurangnya 6 ( enam ) bulan.

8
D. STANDAR PERALATAN
Standart fasilitas untuk pelayanan anestesi yang tersedia di rumah sakit:
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Mesin anesthesi yang mempunyai anti hipoksi device dengan 2
circle syatem dengan O2 dan N2O dan udara tekan ( air )
dengan vaporizer untuk volatine agent,sirkuit bisa untuk anak
- anak dan dewasa
2 Set anestesi pediatric 2
3 Ventilator yang digerakkan dengan O2 tekan atau udara tekan, 2
ventilator ini harus dapat dihubungkan dengan mesin
anestesi
4 Nasopharingeal airway ukuran dewasa (semua ukuran), 2
Oropharingeal airway,Resusitasi set, Defribilator unit, sarana
krikotirotomi
5 Laringoskop dewasa dengan daun lengkang ukuran 1-4, 2
bougie dan LMA
6 Laringoskop bayi 2
7 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin 2
anestesi
8 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff (plain endotraeheal tube) 2
no. 2 , 3, 3 , 4,5
9 Pipa trakea spiral no. 5, 5 , 6, 6 ,7, 7 , 8 2
10 Pipa orotrakea dengan cuff (cuff orotracheal tube) no. 5 , 6, 2
6 , 7, 7, 8,
11 Pipa nasotrakea dengan cuff no. 5 ,6, 6 , 7, 7 , 8 2
12 Magill forceps ukuran dewasa 2
13 Magill forceps ukuran anak 1
14 Stetoskop 3
15 Tensimeter non invansif 2
16 Timbangan berat badan 1
17 Termometer 2
18 Infusion standard 6
19 Perlengkapan anastesia regional 5
20 Suction pump 3
21 Medicine troley + +
22 Defibrilator with monitor 1
23 CVP Set +
24 Monitor EKG 4
25 Tabung N2O +
26 Sistem pemberian oksigen portable +
27 Sungkup muka +
28 Alat memonitoring gas anestesi, O2 dang gas medik 1
29 Anestesi peridural +
30 LMA +
31 Alat pemanas infuse 2
32 Syringe Pump 1

9
BAB III TATA LAKSANA

Pasien pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi atau pembedahan baik yang elektif
maupun darurat hendaknya dipersiapkan dengan baik, karena keberhasilan dari tindakan
anestesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh pre operasi yang setidaknya
dilaksanakan 1-2 hari sebelum operasi pada pembedahan elektif, sedangkan pada
pembedahan darurat perlu dilakukan dengan segera.

A. PERSIAPAN PASIEN
1. RAWAT INAP
a. Persiapan Pada Pasien Bayi/ Anak
Pada prinsipnya sama dengan pasien dewasa:
1) Anamnese, kalau bayi dengan orang tua / keluarga dekat yang mengetahui
tentang kondisi pasien. Pasien sendiri bila sudah bisa mengerti tentang
masalah kesehatannya.
2) Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya
3) Pemakaian obat tertentu yang sedang dijalani
4) Riwayat diet, perlunya puasa sebelum operasi. Anak/ bayi puasa susu paling
lama 6 jam, puasa air bening 2-4 jam sebelum operasi. Pada operasi darurat
tidak perlu puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung
5) Pemeriksaan laboratorium rutin (kadar hemoglobin, lekosit, bleeding time,
APPTdan PPT). pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula
kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan, faal hemostatis.
6) Bila orang tua pasien sudah setuju, maka dilakukan pengisian surat
persetujuan anestesi/ inform consent anestesi
b. Persiapan Pada Pasien Dewasa
1) Anamnese awal dengan menanyakan nama, umur, alamat, pekerjaan dan
lain sebagainya yang menyangkut identitas pasien.
2) Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya
3) Riwayat penyakit sistemik ( diabetes mellitus, hipertensi,kardiovaskuler,
TB, asma)
4) Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik,antikoagulan, kortikosteroid,
antihipertensi secara teratur.
5) Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir, jelaskan perlunya puasa
sebelum operasi). Lama puasa pada orang dewasa 6-8 jam, pada operasi
darurat pasien tidak perlu puasa, maka dipasang NGT untuk dekompresi
lambung.
6) Pengosongan kandung kemih
7) Surat persetujuan operasi dan pembiusan
8) Pemeriksaan fisik ulang, EKG,
9) Pemeriksaan laboratorium rutin ( kadar hemoglobin, leukosit, bleeding
time, APTT dan PPT), kadar gula darah puasa, fungsi liver, fungsi ginjal.
Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa kadar albumin,
globulin, elektrolit darah,faal paru, faal hemostasis
10) Pemeriksaan radiologi, CT Scan, foto toraks
11) Pelepasan kosmetik, gigi palsu,lensa kontak dan aksesoris lainnya.
c. Perencanaan Jenis Anestesi

10
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dipeoleh gambaran
tentang keadaan fisik dan mental pasien.Sehingga dapat merencanakan teknik
dan obat obatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Status fisik pasien dan
digunakan oleh America Society of Anesthesiologist (ASA) diklasifikasikan
menjadi 5 kelas, yaitu ASA 1- ASA 5 dengan uraian sebagai berikut:
1) ASA 1, Pasien tanpa gangguan organic, fisiologik, biokemik maupun
psikiatrik. Proses patologik yang akan dilakukan operasi terbatas pada
lokalisasinya dan tidak menyebabkan gangguan sistemik.
2) ASA 2, Pasien dengan ganguan sistemik ringan sampai sedang yang
disebabkan baik karena keadaan yang harus diobati dengan jalan
pembedahan maupun oleh proses patofisiologi
3) ASA 3, Pasien dengan gangguan sistemik berat, apapun penyebabnya
4) ASA 4, pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, yang
tidak selalu dapat dikoreksi dengan tindakan pembedahan
5) ASA 5, pasien yang hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk hidup.

2. Rawat Jalan/ One Day Surgery/Ambulatory


a. Kriteria pasien ambulatory yang akan dilakukan pembedahan dan anestesi
adalah sebagai berikut:
1) Pasien termasuk ASA I pada pasien kelainan sistemik ringan terkontrol (PS
ASA 2) dapat juga dilakukan.
2) Pembedahan superfisial, bukan tindakan bedah di dalam cranium, toraks
atau abdomen.
3) Lama pembedahan tidak melebihi 60 menit.
4) Perdarahan dan perubahan fisik yang terjadi minimal
b. Jenis operasi ambulatory
1) Bedah plastik superfisial, eksisi dan eksterpasi
2) Bedah urologi minor: sirkumsisi
3) Operasi-operasi kecil lainnya, misalnya:
a) Mata: hordeolum
b) THT: tonsilektomi
c) Kebidanan dan kandungan: kuret
d) Ortopedi: reposisi
4) Operasi-operasi yang relative mayor: hernia dan varices
5) Anestesi untuk pemeriksaan invasive: bronkoskopi
c. Persiapan operasi
Yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum operasi diantaranya
adalah perdarahan yang mungkin terjadi, lamanya operasi jangan melebihi 3 jam
dan masa pulih total diusahakan secepatnya. Setelah pasien dipastikan akan
dioperasi, selanjutnya harus dipersiapkan pula hal-hal seperti:
1) Surat persetujuan operasi/ inform consent yang ditandatangani oleh pasien
atau orang yang dapat dipertanggungjawabkan
2) Anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut tentang penyakit yang pernah atau
sedang diderita atau pengobatan yang sedang dijalani, seperti:
a) Keadaan paru-paru dan jalan napas: sesak,batuk, merokok
b) Keadaan kardiovaskuler: sesak, dyspnoe, kaki bengkak, nyeri dada
c) Riwayat sakit kuning ataau penyakit kencing manis
d) Keadaan ginjal dinilai dengan pemeriksaan rutin
e) Perlu juga diketahui kecenderungan muntah-muntah dan alergi
f) Apakah pasien gelisah menghadapi operasinya
g) Pengobatan apa yang sedang dijalani sekarang, seperti anti hipertensi,
kortikosteroid, insulin, digitalis dan penenang
3) Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: Hb, lekosit, urine. Kalau perlu ditambah
dengan pemeeriksaan lain. Misalnya, fungsi hati, EKG dan foto toraks

11
4) Bila didapatkan kelainan atau hal-hal yang akan menyulitkan dan memberatkan
operasi atau anestesi, maka harus diatasi lebih dulu dan operasi dilakukan pada
saat kondisi pasien sudah baik.
Bila persiapan persiapan pra operasi lancar semua, kemudian diberikan instruksi
yang jelas dan singkat, mudah dipahami kalau perlu pasien diberi catatan, yaitu:
a) Puasa bagi orang dewasa minimal 6 jam sebelum operasi dimulai, tidak boleh
makan dan minum. Anak/ bayi puasa susu paling lama 6 jam puasa air bening 2-
4 jam sebelum operasi.
b) Pasien tidak diperbolehkan pulang sendiri harus ada keluarga yang menemani
c) Dilarang mengemudikan kendaraan
5) Perlu diterangkan tentang pentingnya puasa, mengingat bahaya seperti muntah
dan aspirasi. Bila pada hari operasi perut masih penuh, maka ada beberapa hal yang
dapat dipertimbangkan:
a) Operasi ditunda beberapa jam atau keesokan harinya
b) Tindakan mengosongkan lambung
c) Pemberian antacid (lebih kurang 15cc) untuk menetralkan isi lambung yang
bersifat asam.jadi, bila sewaktu-waktu terjadi aspirasi yang masuk bersifat
netral
d) Kalau mungkin dilakukan local/regional anestesi dan sedative
e) Kalau terpaksa dilakukan anestesi umum, harus digunakan endotracheal tube
dengan cuff. Meskipun hal ini masih belum menjamin tidak adanya aspirasi.
Endotracheal ini dipertahankan sampai dengan pasien betul- betul bangun.
6) Persiapan persiapan pada hari operasi antara lain adalah:
a) Penderita harus datang 1-2 jam sebelum operasi
b)Dilakukan pemeriksaan fisik ulang
c) Berikan penjelasan apa yang akan dialami nanti, baik pada operasinya maupun
anestesinya
d)Tidak diijinkan memakai perhiasan, gigi palsu, lensa kontak, cat kuku, lipstick,
yang nantinya akan meyulitkan pemantauan keadaan waktu anestesi
e) Pasien diberi premedikasi
f) Persiapkan alat-alat resusitasi bila sewaktu-waktu diperlukan
Pemberian sedasi dalam kalau tidak perlu sekali dihindari karena akan
memperpanjang waktu pemulihan. Obat narkotik jarang dipakai karena terjadi
efek. Atropine digunakan terutama bila memakai zat-zat yang punya efek iritasi
kuat seperti ether dan diduga akan ada muntah-muntah.

B. PERSIAPAN DI KAMAR OPERASI


1. Premedikasi
Premedikasi secara intramuskuler - 1 jam menjelang operasi atau secara
intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi. Pemberian premedikasi
di kamar operasi bertujuan untuk :
a. Menghilangkan kecemasan
b. Mendapatkan analgesia
c. Mendapatkan amnesia
d. Menaikkan pH cairan lambung
e. Mengurangi volume cairan lambung
f. Mencegah terjadinya reaksi alergi
2. Pemilihan obat premedikasi didasarkan:
a. Umur
b. Berat badan
c. Status fisik
d. Derajat kecemasan
e. Riwayat hospitalisasi sebelumnya

12
f. Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya
g. Riwayat penggunaan obat tertentu. Misalnya, kortikosteroid, antibiotic tertentu.
h. Perkiraan lamanya operasi
i. Macam operasi
j. Rencana obat anestesi yang akan digunakan
3. Obat obat yang digunakan dalam premedikasi anestesi:
a. Golongan sedative: benzodiazepine ( diazepam, midazolam),
b. Golongan narkotik: opium alkaloid (morfin), sintetik (Pethidin, fentanyl)
c. Golongan neuroleptic: Droperidol (dehydrobenzperidol)
d. Antikolinergik: atrium sulfat
4. Persiapan obat dan alat anestesi:
a. Alat anestesi umum: bisa inhalasi (masker dan intubasi), intravena
1) Masker disesuaikan dengan ukuran wajah pasien
2) Laringoskop (terdiri dari holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk
pasien dewasa dengan ukuran sedang. Bila lebih besar pakai ukuran nomor
4. Untuk anak - anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mengecek
lampunya apakah nyala cukup terang).
3) Endotracheal
a) Endotracheal dengan 3 ukuran, biasanya disediakan nomor 6, 6.5, 7.
b) Untuk anak dengan BB di bawah 20 Kg, ukuran endotracheal digunakan
rumus sebagai berikut: Umur + 2 /2. Biasa juga mengukur besarnya
endotracheal disamakan dengan besarnya jari kelingking.Siapkan satu
nomor di atas dan satu nomor di bawahnya. Jangan lupa mengecek
endotracheal dengan memompa cuff berfungsi atau tidak, karena cuff
tersebut untuk memfiksir Endotracheal agar posisinya tidak berubah.
c) Guedel ukuran 3,4,5
d) Hoarness dan ring hoarness (untuk memfiksir masker wajah)
e) Stilet (kawat guide saluran napas)
f) Jakson rees (system pemompaan digunakan untuk anak anak)
g) Jelly
h) Prekordial
i) Plester
j) Xilocain spray
k) Naso ( buat hidung. Tidak selalu digunakan)
4) Obat obat untuk anestesi umum
a) Sulfas atropine
b) Petidhine
c) Propofol
d) Succinil scolin
e) Tracrium
f) Ephedrine
Obat inhalasi anestesi umum: halothane, nitrogen oksida (N20),enflurane,
isoflurane, sevoflurane. Kontra indikasi dari anestesi umum: hipertensi sistolik
160mmHg diastolic 100mmHg, riwayat cerebro vaskuler disease (CVD),
dekompensasi kordis. Yang perlu diperhatikan riwayat gangguan jiwa, operasi-
operasi pada daerah faring karena reflex masih baik. Dosis induksi 1-2mg/kg BB

b. Alat dan obat anestesi spinal

13
1) jarum spinal no. 25-29
2) spuit 3cc,5cc,10cc
3) lidokain 5%, marcain
4) epedrin, SA
5) Petidine, katapres, adrenalin
6) Obat emergency

C. JENIS ANESTESI
1. Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
a. Anestesi permukaan
Injeksi yang digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk
mencabut geraham atau oleh dokter di IGD dan poliklinik bedah untuk
pembedahan kecil seperti jahit luka di kulit.
b. Anestesi blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
c. Anestesi spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai
tulang dada.Indikasi untuk anestesi spinal: bedah ekstremitas bagian bawah,
bedah panggul, tindakan sekitar rectum/ perineum, bedah obstetric ginekologi,
urologi, bedah abdomen bagian bawah,pada bedah abdomen atas dan bedah
pediatrik biasanya dikombinasi dengan anestesi umum ringan. Anestesi spinal
ini dapat menimbulkan komplikasi:
1) Akut, dapat berupa hipotensi, bradikardi (blok terlalu tinggi,dapat diberi
SA), hipoventilasi berikan O2,mual, muntah.
2) Pasca tindakan, nyeri tempat suntikan, nyeri punggung, nyeri kepala,retensi
urine.
d. Anestesi epidural
Anestesi epidural (blockade subaraknoid atau intratekal) disuntikkan di ruang
epidural yakni ruang antar kedua selaput keras dari sumsum belakang.
Perbedaan anestesi spinal dan epidural ada pada teknik injeksi.Pada epidural,
injeksi dapat dipertahankan dengan meninggalkan selang kecil untuk
menambahkan obat anestesi jika diperlukan waktu tindakan. Sedang pada
spinal membutuhkan jarum yang lebih panjang dan hanya bisa dilakukan dalam
sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.
e. Anestesi kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui
tempat yang berbeda yaitu dalam kanalis sakralis melalui hiatus sakralis.
f. Anestesi umum/ general anestesi
Terbagi dalam 2 tipe pemberian, yaitu secara inhalasi dan melalui
intravena.Dengan inhalasi bisa dengan masker saja atau dengan endotracheal
tube yang ukurannya disesuaikan dengan pasiennya. Secara inhalasi ini
menggunakan beberapa pilihan zat gas anestesi yang penggunaannya
disesuaikan dengan kondisi pasien. Anestesi umum dengan injeksi intravena,
dapat diberikan bentuk kombinasi dengan anestesi lainnya untuk mempercepat
tercapainya stadium anestesi ataupun sebagai obat penenang pada pasien
gawat darurat yang mendapat bantuan pernapasan untuk waktu yang lama.

D. MONITORING SELAMA ANESTESI


Selama anestesi berlangsung harus selalu diawasi:
1. Kedalaman anestesi

14
2. Kardiovaskuler:
a. Tekanan darah
b. EKG
c. CVP
3. Ventilasi respirasi:
a. Gunakan stetoskop
b. Pulse oksimetri saturasi
c. Analisa gas darah
4. Suhu: Hypertermia: naiknya suhu tubuh sangat cepat
5. Produksi urine : - 1cc/ kg BB/jam
6. Terapi cairan: maintenance cairan dan cairan pengganti perdarahan bila
diperlukan, lebih dari 20% perdarahan diberikan tranfusi whole blood
7. Sirkuit anestesi pada mesin anestesi

E. KRITERIA PEMINDAHAN PASIEN KE RUANG PULIH SADAR


Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan/ Post Anesthesia Care Unit
(PACU)memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan ini
diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler. Letak insisi bedah harus
selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operasi dipindahkan. Banyak luka
ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi dan setiap pergerakan dilakukan untuk
mencegah adanya komplikasi pada luka operasi atau perdarahan luka operasi. Pasien
selalu diposisikan dengan posisi tertentu, sehingga tidak menyumbat drain dan slang
dain yang terpasang.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke
posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke
posisi telentang. bahkan memindahkan pasien yang masih dalam keadaan anestesi,
dapat menimbulkan masalah vaskuler juga. Untuk itu memmindah pasien harus secara
hati-hati, perlahan-lahan dan cermat.Linen yang basah oleh darah atau cairan yang
lainnya harus segera diganti dengan yang kering dan bersih untuk menghindari
kontaminasi.Selama perjalanan menuju ke ruang pulih sadar pasien diselimuti dan
diberikan pengaman side rail tempat tidur harus terpasang untuk mencegah terjadinya
injury.
Proses transportasi ini merupakan tanggungjawab perawat sirkuler dan perawat
anestesi dengan koordinasi dari dokter ahli anestesi yang bertanggungjawab.

F. MONITORING DI RUANG PULIH SADAR


Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien.Terutama untuk resusitasi pernapasan dan kardiovaskuler.
Alat di ruang pulih sadar seperti O2, suction, obat obat, alat alat untuk keadaan
darurat. Untuk pasien anak anak kalau perlu salah satu keluarga boleh menunggu di
ruang pulih sadar, untuk membantu mengawasi terutama dan pasien anak anak akan
merasa tenang / aman bila orang tua/ keluarga hadir.

G. PEMINDAHAN PASIEN KE RAWAT INAP


Pasien dapat dikeluarkan atau dipindahkan ke ruang rawat inap bila sadar penuh,
kooperatif, tanda-tanda vital baik, reflex proteksi baik dan komplikasi lain tidak ada,

15
begitu pula dengan perdarahan ulang, rasa sakit yang hebat, mual muntah tidak ada.
Khusus untuk pasien post anestesi dengan endotracheal tube perlu diawasi minimal 2
jam kemungkinan dapat terjadi oedem laring. Sebelum pasien dipindahkan ke ruang
rawat inap/HCU, terlebih dahulu dilakukan penilaian kondisi pasien dengan
menggunakan:
1. Aldrete Score ( dewasa)
Nilai warna: Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis,0
Pernapasan: Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnoe atau obstruksi, 0
Sirkulasi : Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran : Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tidur, 1
Tidak berespon, 0
Aktivitas : Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan, 1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya >8, pasien dapat dipindahkan ke ruangan atau dipulangkan untuk
pasien ambulatory.
2. Steward score (anak-anak)
Pergerakan: Gerak bertujuan, 2
Gerak tak bertujuan, 1
Tidak bergerak, 0
Pernapasan : Batuk, menangis, 2
Pertahankan jalan napas, 1
Perlu bantuan,0
Kesadaran: Menangis, 2
Bereaksi terhadap rangsangan, 1
Tidak bereaksi, 0
Jika jumlah >5, pasien dapat dipindahkan ke ruangan atau dipulangkan untuk
pasien ambulatory.
3. Bromage score (spinal anestesi)
Kriteria nilai: Gerakan penuh dari tungkai, 0
Tak mampu ekstensi tungkai, 1
Tak mampu fleksi lutut, 2
Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3
Jika Bromage score 2 dapat dipindah ke ruangan.

H. PEMULANGAN PASIEN
Pada pasien ambulatory dengan pembiusan umum dapat dipulangkan bila sudah tidak
ada keluhan dan pada aldrete score/ steward score. Diberi catatan pesanan tentang
diet, aktifitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama dalam masa
penyembuhan. Jadwal kontrol dokter. Dengan menggunakan form yang sudah
disediakan.

16
BAB IVDOKUMENTASI

A. Form Persetujuan Operasi/ Inform Consent


B. Form Persiapan Pre Operasi
C. Form Anestesi
D. Form Keselamatan Pasien Yang Tercantum Proses Sign In, Time Out, Sign Out
E. Form Pemantauan Di Recovery Room
F. Form Serah Terima
G. Form Pemulangan Pasien

Rumah Sakit Ben Mari


Direktur,

dr. Muhammad Ilyas, M.M.R.S., Sp.An.

17

You might also like