You are on page 1of 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil
Nama Perbandingan Nilai Rf Gambar
Sampel Eluen
PCT Etil : Metanol 0,71
3:1

Jamu Pegal Etil : Metanol 0,67


Linu 3:1

IV.2 Pembahasan
Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang
didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang
merupakan bercak pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Densitometri
dimaksudkan untuk analisis kuantitatif analit dengan kadar kecil, yang
sebelumnya dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
(Rohman, 2009).
Adapun prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan
fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut (Lipsy P, 2010).
Pada percobaan ini dilakukan pengujian dengan tujuan untuk
mengetahui apakah jamu pegal linu mengandung PCT atau tidak dimana
sekarang ini sudah banyak beredar di pasaran jamu pegal linu yang

18
19

menggandung PCT. Pegujian ini menggunakan sampel PCT sebagai


sampel pembanding.
Langkah pertama yang dilakukan dengan menyiapkan alat dan
bahan. Semua alat dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Tujuan dari
pembersihan menggunakan alkohol 70% yaitu untuk membersihkan alat
dari kotoran dan mikroba karena alkohol dapat membunuh bakteri gram
positif dan gram negatif, termasuk patogen , virus dan jamur (Yunanto,
2005).
Kemudian mengukur etil sebanyak 3 ml dan metanol sebanyak 1 ml
(3:1), karena dimasukkan ke dalam wadah dan di jenuhkan dengan
menggunakan tisu. Tujuan penjenuhan yaitu untuk menghilangkan uap air
atau gas lain yang mengisi fase penyerap yang akan menghalangi laju
eluen.
Selanjutnya campuran etil dan metanol di buat dalam dua wadah,
dimana wadah 1 untuk sampel PCT, dan yang kedua untuk sampel jamu
pegal linu. Setelah itu, ditimbang jamu pegal linu dan parasetamol murni
masing-masing sebanyak 0,05 gram dan dilarutkan dalam 2 mL metanol
kemudian dijenuhkan. Setelah proses penjenuhan selesai, sampel PCT dan
jamu pegal linu yang telah dilarutkan tadi di totolkan pada lempeng KLT
masing-masing. Hasil penotolan sampel pada lempeng dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi larutan etil dan metanol. Diusahakan larutan etil
dan metanol tidak mengenai garis pada lempeng KLT karena akan
menganggu pendistribusian warna yang dihasilkan.
Selanjutnya wadah ditutup dengan aluminium foil agar pelarut tidak
menguap yang nantinya dapat menganggu kesetimbangan pelarut
(Gibbons, 2006). Kemudian menunggu hingga larutan yang digunakan
mencapai garis batas atas pada lempeng atau biasa disebut migrasi. Proses
migrasi eluen ini diharapkan agar sampel juga ikut bermigrasi ke atas.
Ketika kedua sampel telah mencapai pada garis atas masing-masing
lempeng KLT, kedua lempeng diangin-anginkan. Tujuannya untuk
20

menghentikan proses distribusi warna dan memudahkan pada saat


identifikasi warna (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).
Setelah itu, lempeng tersebut dilihat nodanya dengan menggunakan
sinar UV 366 nm dan di beri tanda batas noda dari ke dua sampel tersebut
lalu diukur jarak noda ke dua sampel dan dibandingkan apakah sampel
jamu pegal linu mengandung PCT atau tidak.
Sebaliknya, pada UV 366 nm lempeng berwarna gelap dan
bercak berfluoresensi terang. Mekanisme kerja lampu UV 366 nm ialah
terjadinya flouresensi pada noda atau penampakkan pada noda, ini
disebabkan karena daya interaksi antara lampu UV 366 nm dengan gugus
kromofor yang terdapat pada sampel merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi
yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat
menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas (Gibbons, 2006).
Dari percobaan analisis paracetamol pada sampel jamu pegal linu
maka didapatkan hasil bahwa jamu pegal linu pada plat KLT menimbulkan
bercak kuning pudar jika disinari UV 366 nm. Nilai Rf yang di dapat
adalah 0,67. Berdasarkan penelitian Lestari (2013), pengamatan dibawah
lampu UV 366 nm bercak dengan nilai Rf 0,67 adalah senyawa yang
diduga tanin. Sedangkan Rf Paracetamol yaitu 0,71-0,75. Maka didapatkan
hasil bahwa jamu pegal linu tidak terdapat paracetamol melainkan
senyawa tannin.

You might also like