You are on page 1of 19

Membuang Hajat di Dalam

Rumah atau Bangunan

Ketika hendak memasuki tempat buang


air, disunnahkan mendahulukan kaki kiri
dan mengakhirkan kaki kanan

Disunnahkan mengucapkan doa dan


berlindung kepada Allah swt
Diriwayatkan dari Anas bin Malik:












Adalah Nabi saw ketika memasuki tempat buang hajat,
beliau saw berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari jin laki-laki dan jin perempuan.
(HR. Bukhari, Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan an-Nasai)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik:






















Adalah Nabi saw ketika memasuki kakus, beliau saw
berkata: Dengan menyebut nama Allah, ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jin laki-laki
dan jin perempuan.
(HR. Ibnu Abi Syaibah)
Diriwayatkan dari Ali ra, bahwasanya ia berkata:
Rasulullah saw bersabda:







Penutup antara jin dengan aurat anak Adam ketika
memasuki kakus adalah dengan ucapan: Dengan
menyebut nama Allah
(HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih)
Membuang Hajat di Dalam
Rumah atau Bangunan

Ketika hendak keluar tempat buang air,


disunnahkan mendahulukan kaki kanan
dan mengakhirkan kaki kiri

Disunnahkan memohon ampun kepada


Allah swt
Diriwayatkan dari Yusuf bin Abu Burdah, dia berkata:
Aku mendengar ayahku berkata:











Aku mengunjungi Aisyah, lalu aku mendengarnya berkata:
Rasulullah saw ketika keluar dari tempat buang hajat,
beliau saw berkata: Aku memohon ampunan-Mu
(HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, Ahmad Abu Dawud dan Ibnu
Khuzaimah)
Membuang Hajat di Dalam
Rumah atau Bangunan

Dimakruhkan buang air kecil di ruangan


yang biasa digunakan untuk mandi, karena
air kencing bisa jadi masih tersisa di lantai,
sehingga ketika mandi bisa terkena
cipratan sisa air kencing

Hal ini jika tidak ada tempat/saluran


khusus untuk buang air atau lantainya tidak
bisa menyerap air kencing
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal, dia berkata:
Rasulullah saw bersabda:








Janganlah salah seorang dari kalian buang air kecil di
tempat mandinya, karena sebagian besar rasa was-was itu
disebabkan olehnya.
(HR. Ibnu Majah, an-Nasai, Abu Dawud, Ahmad dan
Tirmidzi)
Membuang Hajat di Dalam
Rumah atau Bangunan

Buang air kecil boleh dilakukan


menggunakan wadah karena hajat
tertentu, khususnya untuk orang yang
sakit
Diriwayatkan dari Umaimah binti Ruqaiyah, dia
berkata:






Nabi saw memiliki wadah dari aidan (kayu kurma) yang
ditempatkan di bawah tempat tidur beliau, yang
digunakan untuk buang air kecil di waktu malam.
(HR. Baihaqi, Abu Dawud, dan an-Nasai)
Membuang Hajat di Dalam
Rumah atau Bangunan

Buang air kecil boleh dilakukan dalam


keadaan duduk atau berdiri

Jika tanah tempat buang air


padat/keras, lalu khawatir terkena
cipratan air kencingnya, maka sebaiknya
buang air dengan duduk
Diriwayatkan dari Abu Wail, dia berkata:































Sesungguhnya Abu Musa sangat ketat dalam persoalan air
kencing. Dia suka kencing didalam botol, lalu dia berkata:
Sesungguhnya Bani Israil ketika kulit salah seorang dari
mereka terkena air kencing, maka mereka memotongnya
dengan gunting. Maka Hudzaifah berkata: Sungguh aku
ingin agar sahabat kalian ini tidak terlalu keras dalam
masalah ini. Sungguh aku telah melihat Rasulullah saw
berjalan bersama-sama, lalu beliau saw mendatangi
tempat pembuangan hajat di belakang sebuah kebun,
kemudian berdiri sebagaimana salah seorang dari kalian
berdiri, dan beliau saw kencing. Saat aku berusaha
menjauh dari beliau saw, maka beliau saw memberikan
isyarat kepadaku untuk mendekat, maka aku mendekat,
lalu berdiri di samping tumit beliau, hingga beliau
menyelesaikan kencingnya.
(HR. Muslim, Bukhari dan Ahmad)
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Hasanah,
dia berkata:






























Rasulullah saw pernah menemui kami dan di tangan
beliau ada sesuatu yang mirip perisai dari kulit. Beliau
saw lalu meletakkannya dan duduk di belakangnya,
kemudian buang air kecil ke arah perisai tersebut. Maka
sebagian orang berkata: Lihat, beliau buang air kecil
seperti perempuan. Maka kam mendengar beliau
berkata: Atau tidakkah kalian mengetahui apa yang
terjadi pada Bani Israil. Mereka ketika terkena sesuatu
dari air kencing, maka mereka memotongnya dengan
gunting. Maka melarang sebagian dari mereka, maka
mereka diadzab didalam kuburnya.
(HR. an-Nasai dan al-Baihaqi)
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, dia
berkata:






Rasulullah saw melarang seorang lelaki kencing dalam
keadaan berdiri.
(HR. Baihaqi dan Ibnu Majah)

Hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya terdapat Adi


bin al-Fadhl. Dia perawi yang dituduh suka berdusta,
yang disepakati kedhaifannya.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, dia berkata:








Barangsiapa yang bercerita kepada kalian bahwa
Rasulullah saw kencing dalam keadaan berdiri, maka
janganlah kalian membenarkannya. Rasulullah saw
tidaklah kencing melainkan dalam keadaan duduk.
(HR. An-Nasai, Ahmad, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)
Hadits Hudzaifah lebih shahih dibandingkan
hadits Aisyah, karena di dalam hadits Aisyah
terdapat perawi bernama Syarik. Syarik
seorang yang jujur, tetapi suka keliru.

Hadits Aisyah menunjukkan bahwa


sepengetahuan Aisyah, Rasulullah saw selalu
kencing dalam keadaan duduk. Sementara
hadits Hudzaifah menunjukkan bahwa
Hudzaifah melihat langsung Rasulullah saw
kencing dalam keadaan berdiri.

You might also like