You are on page 1of 98

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA

DENGAN TINDAKAN 3M DI DESA BALOKANG KECAMATAN


BANJAR TAHUN 2016

Oleh :
Syahputra Sakyrianto 26.01 988 2012
Faizah Afnita K 26.20 1035 2012
Hafizhan Ilmi 26.21 1038 2012
Rima Mustafa 26.31 1064 2012
Hasepta Murfa Yesi 26.49 1108 2012
Sarah Shabrina 26.49 1109 2012
Chang Jin Young 17.03 620 2009

PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Kepaniteraan

Kedokteran Komunitas Tahap 1 Wilayah Dinas Kesehatan Kota Banjar

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA
DENGAN TINDAKAN 3M DI DESA BALOKANG KECAMATAN
BANJAR TAHUN 2016

Oleh :
Syahputra Sakyrianto 26.01 988 2012
Faizah Afnita K 26.20 1035 2012
Hafizhan Ilmi 26.21 1038 2012
Rima Mustafa 26.31 1064 2012
Hasepta Murfa Yesi 26.49 1108 2012
Sarah Shabrina 26.49 1109 2012
Chang Jin Young 17.03 620 2009

PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Kepaniteraan

Kedokteran Komunitas Tahap 1 Wilayah Dinas Kesehatan Kota Banjar

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

i
ii

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA


DENGAN TINDAKAN 3M DI DESA BALOKANG KECAMATAN
BANJAR TAHUN 2016
Syahputra Sakyrianto, Faizah Afnita K, Hafizhan Ilmi, Rima Mustafa, Hasepta
Murfa Yesi, Sarah Shabrina, Chang Jin Young*
*Mahasiswa Prodi Kedokteran, Fakultas Kedoktean dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta

+ halaman + Tabel + Bagan + Lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang:.
Tujuan..
Metologi Penelitian.
Hasil.
Kesimpulan..

Kata Kunci:.
iii

THE RELATION BETWEEN HOUSWIFES KNOWLEDGE AND


ATTITUDES WITH 3MS ACTION IN BALOKANG VILLAGE BANJAR
DISTRICT 2016

Syahputra Sakyrianto, Faizah Afnita K, Hafizhan Ilmi, Rima Mustafa, Hasepta


Murfa Yesi, Sarah Shabrina, Chang Jin Young *
*Student of Medical Programe, Faculty of Medicine and Health, Universitas
Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT
Background..
Objective..
Research Methology..
Result.
Conclusion..

Keywords:.
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Sidang Penelitian Profesi Dokter Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pada hari :
Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Iin Solikin, SKM dr. Rida Nengsih


NIP. 196812301989031007 NIP. 198512022014072002
v

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN


TINDAKAN 3M DI DESA BALOKANG KECAMATAN BANJAR
TAHUN 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh

Syahputra Sakyrianto 26.01 988 2012 Hasepta Murfa Yesi 26.49 1108 2012
Faizah Afnita K 26.20 1035 2012 Sarah Shabrina 26.49 1109 2012
Hafizhan Ilmi 26.21 1038 2012 Chang Jin Young 17.03 620 2009
Rima Mustafa 26.31 1064 2012

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI


TANGGAL ...

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Iin Solikin, SKM dr. Rida Nengsih


NIP. 196812301989031007 NIP. 198512022014072002

Penguji Penguji

Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar
vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT, dengan Rahmat,
Anugerah dan Hidayah-Nya sehingga penelitian ini yang berjudul Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Tindakan 3M di Desa Balokang
Kecamatan Banjar Tahun 2016 dapat terselesaikan. Shalawat dan Salam bagi
Nabi Muhammad SAW.
Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Kepaniteraan Kedokteran Komuitas Tahap 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Keberhasilan tim penulis sampai ke tahap penulisan penelitian ini tak lepas
dari bantuan, baik berupa materi, motivasi dan doa dari orang-orang di lingkungan
penulis. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Iin Solikin, SKM selaku kepala Puskesmas Banjar 1 Kota Banjar, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan dan
petunjuk kepada tim penulis selama penelitian dan penyusunan laporan
penelitian ini.
2. dr. Rida Nengsih selaku dokter pembimbing di Puskesmas Banjar 1 Kota
Banjar yang telah bersedia disibukkan untuk memberikan petunjuk,
bimbingaan, masukan dan arahan, serta memotivasi penulis selama penelitian
dan penyusunan laporan penelitian ini.
3. Para bidan, perawat dan staf di Puskesmas Banjar 1 Kota Banjar yang telah
memberikan motivasi, saran dan bimbingan selama penelitian ini, sehingga
penelitian berjalan lebih baik
4. Para ibu kader setiap dusun yang ada di Desa Balokang yang telah bersedia
membantu penelitian inni
5. Seluruh rekan teman sejawat yang telah memberikan dukungan dan bantuan
demi menyelesaikan penelitian ini

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari
sempurna, serta banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu,
vii

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan


laporan penelitian ini.
Penulis juga berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaaat bagi
para pembaca dan bagi semua pihak, khususnya bagi dunia pendidikan kedokteran di
Indonesia dan wilayah kerja Puskesmas Banjar 1 Kota Banjar.

Banjar, April 2016

Tim Penulis
viii

DAFTAR ISI
ix

DAFTAR BAGAN
x

DAFTAR TABEL
xi

DAFTAR ISTILAH
xii

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit
tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerja sama antar daerah.1
Salah satu penyakit menular adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan kematian yang besar. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.2
Menurut Suroso T (2003), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Penyakit DBD dapat menyerang semua umur atau orang. Sampai saat
ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak, tetapi dalam dekade terakhir
ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada
orang dewasa. Tanda dan gejala penderita penyakit DBD yang sering terjadi adalah
demam, adanya pendarahan, hepatomegali (pembesaran hati), renjatan (shock),
trombositopeni, hemokonsentrasi (meningkatnya jumlah hematokrit) juga ditemukan
gejala anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Indonesia
pada tahun 1986 oleh Dr. Kho Lien Keng di Jakarta dan oleh Dr. Linda Partana di
Surabaya. Pada tahun 1971 ditemukan di daerah Bandung dan mulai sejak saat itulah
penyakit DBD menjadi masalah kesehatan yang selalu dialami oleh masyarakat
Indonesia.3
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah terhadap pencegahan telah banyak
dilakukan, seperti pada peringatan hari kesehatan pada tanggal 19 April 1998
Menteri Kesehatan mencanangkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) dimana Pemerintah mensosialisasikan Gerakan 3M

1
2

yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur barang yang bisa menampung air, sebagai
upaya untuk menghilangkan sarang nyamuk. Usaha yang dilakukan pemerintah
nampaknya belum berhasil bila melihat angka kejadian pada tahun 2007 yang relatif
tinggi. Hal ini kemungkinan pelaksanaan Gerakan 3M dilakukan secara individual,
temporer dan kurangnya kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam menyikapi
upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Penanganan masalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini adalah
dengan memberantas sarang nyamuk penularnya (PSN DBD), namun belum optimal
dan memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu partisipasi
tersebut perlu lebih ditingkatkan melalui strategi yang lebih bersifat akomodatif,
fasilitatif / bottom up, kemitraan dimana masyarakat termasuk lembaga swadaya
masyarakat termasuk swasta dan lain-lain mempunyai peran yang lebih besar,
terfokus (prioritas, local specific, bertahap), lebih mengoptimalkan kerjasama lintas
sektor, didukung data (evidence base) terutama data sosial-budaya serta
diprogramkannya PSN DBD secara luas di propinsi, kabupaten/kota dan puskesmas.4
Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana individu,
keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan vektor nyamuk Aedes aegypti di wilayahnya. Kegiatan PSN
dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program PSN perlu dilaksanakan
oleh masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada dilingkungannya.
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45
tahun terakhir, sejak tahun 1968 samapai 2013 telah menyebar di 33 provinsi dan di
436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (88%). Angka kesakitan atau incidence
rate (IR) penyakit DBD dari tahun 1968 2013 saat ini cenderung terus meningkat.
Kemudian dari tahun 2010 ke 2011 menurun drastis dengan IR dari 65,7 / 100.000
penduduk menjadi hanya 27,67 / 100.000 penduduk. Namun meningkat kembali dari
tahun 2012 ke 2013 (41,25 / 100.000 penduduk).5
Menurut data dari Ditjen P2PL, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
tahun 2014 telah tercatat penderita DBD di seluruh Indonesia sebanyak 100.347
orang, dan 907 diantaranya meninggal dunia. Penyakit ini juga menjadi
permasalahan serius di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2014, tercatat 19.138 kasus DBD, dengan 188 orang
diantaranya meninggal dunia. IR di Jawa Barat ialah 41,3 / 100.000 penduduk
3

dengan CFR 1.0%. Dari data yang sama dikatakan bahwa Kota Banjar memiliki
jumlah kasus penderita DBD sebanyak 129 orang dengan 2 orang diantaranya
meninggal dunia. Dari seluruh data di provinsi Jawa Barat, Kota Banjar memiliki IR
sebesar 1.6%.6
Pada kenyataan angka insiden DBD di Jawa Barat, khususnya Kota Banjar tetap
tinggi dari tahun ke tahun. Dan berdasarkan fakta tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga
Dengan Tindakan 3M Di Desa Balokang Kecamatan Banjar Tahun 2016.

I.2. Rumusan Masalah


Kasus DBD yang tercatat di Puskesmas Banjar 1 mengalami peningkatan
pada dua tahun terakhir, yaitu sebesar 13 orang dalam kurun waktu satu tahun pada
tahun 2015 dan meningkat menjadi 25 orang dalam kurun waktu tiga bulan sejak
Januari hingga Maret 2016. Diantara data diatas, penduduk Desa Balokang memiliki
penderita DBD terbanyak yaitu 6 penderita pada tahun 2015 dan meningkat menjadi
19 penderita pada tahun 2016 hingga akhir Maret kemarin. Berdasarkan data dari
program Penyelidikan Epidemiologi (PE) Puskesmas Banjar 1 tahun 2015, dari 772
rumah / bangunan yang diperiksa di Desa Balokang, terdapat 744 rumah / bangunan
bebas jentik atau sebesar 96,3%. Perilaku 3M sebagai bagian dari pencegahan
penyakit DBD yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga di
Desa Balokang yang diteliti juga dilihat.
Jumlah kasus yang semakin meningkat ini menjadikan alasan yang kuat
untuk melakukan penelitian di lokasi ini. Adapun rumusan masalah dari penelitian
ini adalah Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan
tindakan 3M di Desa Balokang Kecamatan Banjar tahun 2016

I.3. Tujuan Penelitian


I.5.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap keluarga dengan tindakan 3M di Desa Balokang
Kecamatan Banjar tahun 2016.
I.5.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah
4

a. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi pengetahuan keluarga di


Desa Balokang Kecamatan Banjar tentang pelaksanaan 3M dalam
usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue.
b. Mengetahui sikap keluarga di Desa Balokang Kecamatan Banjar
tentang pelaksanaan 3M dalam usaha pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue.
c. Mengetahui tindakan keluargadi Desa Balokang Kecamatan Banjar
tentang pelaksanaan 3M dalam usaha pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue.
d. Mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan keluarga
tentang pelaksanaan 3M dengan tindakan melakukan kegiatan 3M di
Desa Balokang Kecamatan Banjar
e. Mengetahui apakah ada hubungan antara sikap keluarga tentang 3M
dengan tindakan melakukan kegiatan 3M di Desa Balokang
Kecamatan Banjar.

I.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian kepada ibu rumah tangga per
kepala keluarga yang dilakukan di Desa Balokang Kecamatan Banjar pada bulan
Maret April. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan
desain cross sectional, dengan menggunakan data primer yang diambil langsung dari
responden dan data sekunder dari Puskesmas. Pengambilan data di ambil melalui
kuisioner.

I.5. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
I.5.1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam hal penelitian serta meningkatkan wawasan
dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.
I.5.2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Menambah bahan referensi kepustakaan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, sehingga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
5

b. Sebagai bahan masukan dalam upaya untuk mengevaluasi sistem


akademik dan pembelajaran.
I.5.3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi masyarakat
dalam meningkatkan perilaku sehat terhadap penanggulangan penyakit
Demam Berdarah Dengue.
I.5.4. Bagi Puskesmas Banjar 1 dan Dinkes Kota Banjar
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui
permasalahan dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit
ini
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam melaksanakan usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESIS

II.1. Tinjauan Pustaka


II.1.1. Demam Berdarah Dengue
A. Pengertian
Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
(Suroso, T, dkk, 2003). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus (Sugijanto, 2006).
Menurut Depkes RI (2005), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit yang ditandai dengan : (1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang
jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari; (2) Manifestasi perdarahan
(petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan
mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji
Tourniquet (Rumple Leede) positif, (3) Trombositopeni (jumlah trombosit
100.000/I); (4) Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%); dan (5)
Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
penyakit ini bisa menimbulkan kematian

B. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus dengue sampai sekarang dikenal 4
serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4) termasuk dalam group B
Arthropod Borne Virue (Arhovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan
bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan
serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1, dan
Dengue-4.

6
7

Vektor utama di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypty, disamping Aedes


albopiztus. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah (1)
genangan air yang terdapat dalam wadah penampungan tempat air seperti bak
mandi, drum penampungan air, gentong, ember dan sebagainya, (2) tempat
penampungan air alamiah seperti lubang pohon, daun pisang, pelepah daun
keladi, lubang batu dan atau bukan tempat penampungan misalnya vas bunga,
ban bekas, botol bekas, tempat minum burung dan sebagainya.
Menurut Depkes, 1996, adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan
beberapa faktor yaitu kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk
keperluan sehari-hari, sanitasi yang lingkungan yang kurang baik dan
penyediaan air yang kurang. Menurut Depkes, 2004 daerah yang sering
berpotensi terjangkit DBD adalah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk,
karena berbagai pertimbangan yaitu jarak rumah yang berdekatan
memungkinkan penularan karena kemampuan terbang nyamuk Aedes aegypty
sekitar 40-100 meter, nyamuk Aedes aegypty betina mempunyai kebiasaan
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multibilter)
dan lancarnya hubungan lalu ljntas antara daerah kota, pedesaan mengakibatkan
mudah penyebaran penyakit DBD dari sumbernya.
Pada musim penghujan tempat perkembangbiakan Aedes aegypty yang pada
musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim penghujan semakin
banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat
digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ini.
Oleh karena itu pada musim hujan populasi Aedes aegypti meningkat.
Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue.

C. Manifestasi
Manifestasi klinik dari penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah
demam mendadak, tinggi dan terus menerus, berlangsung selama 2-7 hari.
Terdapat beberapa gejala perdarahan (termasuk sekurang-kurangnya uji
torniquet yang positif), petekei, purpura,ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
dan hematemesis dan/atau melena. Pembesaran hati dijumpai bervariasi pada 90-
8

98% anak. Syok ditandai dengan denyut nadi yang menjadi cepat, lemah,
penyempitan tekanan nadi (10mm Hg atau kurang) ataupun timbulnya hipotensi
disertai rasa dingin, kulit terasa lembab dan pasien menjadi gelisah.

D. Morfologi
Berdasarkan struktur morfologinya, tubuh nyamuk Aedes Aegypti terdiri
dari 3 bagian yaitu bagian kepala, dada dan perut (Soegiyanto, 2004). Nyamuk
Aedes Aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain. Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian dada, kaki dan sayap. Nyamuk Aedes Aegypti
seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur-
larva-pupa-nyamuk dewasa (Depkes RI, 2005).
a. Stadium telur
Nyamuk Aedes Aegypti betina meletakkan telurnya satu persatu pada
benda yang terapung di air atau dinding tempat air pada batas permukaan air.
Telurnya tidak mempunyai pelampung, berbentuk elip oval, memanjang,
warnanya hitam dengan ukuran sekitar 0,5-0,8 mm, telurnya dapat bertahan
sampai 6 bulan ditempat kering.
b. Stadium jentik (larva)
Larva Nyamuk Aedes Aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan
bulu bulu sederhana. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami 4 kali pergantian kulit dan jentik yang terbentuk langsung
bergerak sangat lincah dan waktu istirahat berbentuk sudut tegak lurus
dengan bidang permukaan air. Pada stadium jentik belum terdapat perbedaan
antara jantan dan betina. Pada pergantian kulit terakhir berubah menjadi
kepompong. Umur rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong
berkisar antara 7 15 hari. Ukurannya sekitar 0,5 1 cm, dengan gerakan
dari bawah ke atas permukaan air untuk bernapas dan kembali ke bawah.
c. Stadium pupa (kepompong)
Pada stadium pupa ini bentuknya gemuk, bulat dan tajam seperti tanda
koma, Masa kepompong merupakan masa istirahat untuk menjadi bentuk
dewasa. Bentuk pupa Nyamuk Aedes Aegypti sulit dibedakan dengan pupa
spesies nyamuk lain. Pada stadium pupa berlangsung antara 1 2 hari.
9

d. Stadium Nyamuk dewasa


Setelah pupa berubah menjadi nyamuk dewasa akan memiliki ciri ciri
tertentu yaitu: Bagian kepala berwarna hitam dengan dua garis putih pada
tengahnya; Bagian dada berwarna coklat, terdapat garis putih sejajar pada
bagian belakang dada, kaki pertama dan kedua terdapat garia putih, kaki
belakang terdapat lima garis putih; Bagian perut berwarna hitam dengan garis
garis putih.

E. Habitat Nyamuk
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes Aegypti adalah tempat
tempat penampungan air di dalam rumah, sekitar rumah atau tempat umum yang
umumnya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah (Depkes RI, 1999). Tempat
pembiakan Nyamuk Aedes Aegypti dapat berupa genangan air yang tertampung
di suatu tempat atau bejana. Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti tidak
dapat pada genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.
Menurut Depkes RI (2005), jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes
Aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut: Tempat penampungan air (TPA)
untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak
mandi/wc, dan ember; Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-
hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-
barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain); Tempat penampungan
air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
pelepah pisang dan potongan bambu.

F. Perilaku Nyamuk Dewasa Aedes Aegypti


Menurut Depkes RI (2005), Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk
istirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu
sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari
mangsa/darah.
Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk
betina ini lebih banyak menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat
antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika
10

dibuahi oleh sperma nyamuk jantan dapat menetas. Waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah
sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas
antara pukul 09.00 10.00 dan 16.00 17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites)
untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk Aedes
aegypti sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah menghisap darah nyamuk Aedes aegypti hinggap (beristirahat) di
dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Di
tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah
beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan
meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit diatas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu
2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu berada di tempat yang kering
(tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2 derajat celcius sampai
42 derajat celcius, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau
kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

G. Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah Dengue


Menurut WHO (1986), penyakit demam berdarah dengue ini dibagi /
diklarifikasikan menurut berat ringannya penyakit:

a. Derajat I
Disebut derajat I apabila terdapat tanda tanda demam disertai gejala
gejala yang lain, seperti: mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri otot,
dan lain lain, tanpa adanya perdarahan spontan dan bila dilakukan uji
tourniquet menunjukkan hasil positif (+) terdapat bintik bintik merah.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda tanda
hemokonsentrasi dan trombositopenia.
11

b. Derajat II
Disebut derajat II apabila terdapat tanda tanda dan gejala yang terdapat
pada DBD derajat Idisertai adanya perdarahan spontan pada kulit ataupun
tempat lain (gusi, mimisan, dan lain lain).
c. Derajat III
Disebut derajat III apabila telah terdapat tanda tanda shock, yaitu dari
pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah; tekanan darah menurun;
penderita gelisah; dan tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, dan
ujung-ujung jari.
d. Derajat IV
Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada keadaan shock,
penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock Syndrome).
Penderita berada dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan yang
intensif di ruang ICU

H. Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes Aegypti


a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
penyemprotan (pengasapan/pengabutan = fogging) dengan insektisida. Alat
yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin Fog atau mesin ULV dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu.
Pemberantasan penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus
dengan interval 1 minggu.
Menurut Depkes RI (2005), pada penyemprotan siklus pertama,
semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk Infektif) dan
nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tahap selanjutnya segera muncul
nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya menghisap darah penderita viremia
yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh
karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang
kedua dilakukan 1 minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sampai
menularkan pada orang lain.
12

b. Pemberantasan Jentik
Menurut Depkes RI (1999); Depkes RI (2005), pemberantasan
terhadap jentik Aedes Aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan
cara fisik, kimia, dan biologi. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara
fisik dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu menguras dan menyikat bak
mandi, bak WC, dan lain-lain; menutup tempat penampungan air rumah
tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); serta mengubur, menyingkirkan atau
memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lainlain).
Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan
secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak di tempat itu. Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes
RI, 2007, Pada saat ini juga dikenal dengan istilah 3M Plus yaitu Plus
menghindari gigitan nyamuk, diantaranya menggunakan kelambu, memakai
obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk bakar,
semprot, oles/diusap ke kulit, dan lain-lain.
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara kimia dilakukan dengan
menggunakan abatisasi dengan ukuran 1 gram abate untuk 10 liter air. Cara
ini biasanya dengan menaburkan abate ke dalam bejana tempat
penampungan air seperti bak mandi, drum, gentong dan lainnya. Abate ini
dapat mencegah adanya jentik nyamuk selama 2-3 bulan. Cara
pemberantasan sarang nyamuk dengan cara biologi dilakukan dengan cara
memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang /
tempalo dan lain lain.

I. 3M (Menguras, Menutup, Memanfaatkan Kembali)


Oleh karena vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah belum
ditemukan, maka satu-satunya upaya pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan memberantas nyamuknya (Aedes aegypti). Membunuh
nyamuknya saja belum cukup selama jentik-jentiknya masih dibiarkan hidup.
Oleh karena itu upaya yang paling tepat adalah dengan memberantas jentik-
jentiknya.
13

Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai


saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
3M Plus, yaitu : 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2) Menutup,
yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah. PSN perlu
ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena
meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.7
1) Menguras bak mandi
Menguras tempat penampungan air secara rutin dan terus menerus.
Menguras harus dilakukan setiap minggu dengan pertimbangan nyamuk
harus dibunuh sebelum menjadi nyamuk dewasa, karena periode
pertumbuhan telur, jentik dan kepompong selama 8-12 hari, sehingga
sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum menjadi
nyamuk dewasa.

2) Menutup tempat penampungan air


Menutup adalah kegiatan menutup semua tempat penyimpanan air yang
diperkirakan air akan disimpan dalam waktu lama (lebih dari satu
minggu). Namun apabila tetap ditemukan jentik, maka air harus dikuras
dan dapat diisi kembali kemudian ditutup rapat

3) Memanfaatkan kembali barang bekas


Banyak barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan benilai
ekonomis, dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media
penampungan air menjadi produk atau barang- barang yang telah
diperbaharui menjadi bernilai ekonomis
14

Jadi perilaku 3M adalah suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan


oleh seseorang atau masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk
yang menyebabkan terjadinya penyakit demam berdarah dengue (DBD)
dengan cara 3M yaitu menguras, menutup tempat penampungan air dan
memanfaatkan kembali barang-barang bekas.

II.1.2. Tinjauan Tentang Ibu Rumah Tangga


A. Pengertian Ibu Rumah Tangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumahtangga dapat
diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai
macam pekerjaan rumahtangga, atau ibu rumahtangga merupakan seorang
istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumahtangga
(tidak bekerja di kantor).
Jadi, ibu rumahtangga merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan
pekerjaan rumah keluarga merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan
rumah dan tidak bekerja di luar rumah. Seorang ibu rumahtangga sebagai
wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumahtangganya.

B. Peranan Ibu Rumah Tangga Dalam Keluarga


Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku yang berkenan dengan
siapa yang memegang posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau
tempat seseorang dalam suatu sistem sosial.
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang dirapkan oleh orang lain
terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan sentuhan atau
tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah dan
memperbaiki suatu sistem. Suatu sistem membutuhkan peran dari seseorang.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil (Ali, 2002).
Menjadi seorang ibu dalam rumahtangga adalah profesi yang tidak
bisa dianggap remeh. Menjadi ibu rumahtangga bukanlah hal yang mudah.
Dari sederet peran yang bisa dimainkan seorang ibu rumahtangga, menurut
15

Sharif Baqhir (2003) ada 7 peran penting ibu rumah tangga dalam keluarga,
yaitu:8
1. Ibu sebagai manager
Sebagai seorang manager, seorang ibu rumah tangga mampu
mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam
keadaan/kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumah tangga.
Ibu rumahtangga berperan menjadi sosok pengatur kelangsungan roda
rumahtangganya sehari-hari.

2. Ibu sebagai guru


Sebagai seorang teacher (guru), seorang ibu mampu mendidik putra-
putrinya, mengajarkan sesuatu yang baru, melatih, membimbing
mengarahkan serta memberikan penilaian baik berupa reward maupun
punishment yang mendidik. Ibu merupakan sekolah yang paling utama
dalam pembentukan kepribadian anak, serta sarana untuk memenuhi
mereka dengan berbagai sifat mulia.

3. Ibu sebagai chef


Sebagai seorang chef tentunya seorang ibu harus pandai memutar otak
untuk berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua
anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan
malam. ibu rumahtangga juga berperan menjaga kesehatan keluarga.

4. Ibu sebagai perawat


Sebagai seorang perawat, seorang ibu bagaimana dengan telatennya
merawat putra-putrinya, dari mulai mengganti popok ketika bayi,
memandikan, menyuapi makan, sampai segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh putra-putrinya sekecil apapun beliau perhatikan, dan tidak bosan-
bosannya mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya yang begitu tulus.

5. Ibu sebagai accountant


Sebagai seorang akuntan, seorang ibu mampu mengelola APBK
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaik-baiknya,
16

bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar


listrik, telepon, PAM, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang tak terduga. Dan bahkan bagaimana seorang ibu
rumahtangga mampu membantu perekonomian keluarganya dengan tidak
melupakan kodratnya sebagai ibu.

6. Ibu sebagai design interior


Ibu sebagai seorang design interior seorang ibu harus mampu
menciptakan / menata furnitur yang ada di dalam rumanya untuk
menciptakan suasana baru, tidak membosankan anggota keluarganya.
Sehingga rumah nyaman untuk ditempat keluarga.

7. Ibu sebagai dokter


Ibu sebagai seorang dokter bagaimana seorang ibu harus mampu
mengupayakan kesembuhan dan menjaga putra-putrinya dari berbagai
hal yang mengancam kesehatan. Berbagai cara dilakukan untuk menjaga
anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat.

II.1.3. Pengetahuan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue


A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu mengenai suatu objek dan
terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
suatu objek terjadi melalui panca indera manusia yakti penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo,
2012).9

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2003), yaitu:10
17

a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima
informasi.
2) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
3) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengukang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi di masa lalu.

b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
2) Sosial Budaya (Kebudayaan)
Kebudayaan merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
orang-orang tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan itu baik
atau buruk. Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita.
3) Informasi / Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan.
18

C. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari
pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2012), yang mengutip dari Bloom menyatakan
bahwa tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi8:
b. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
c. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap obyek yang telah dipelajari.
d. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.
e. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
f. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
g. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan
19

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang


sudah ada.

D. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012), ada berbagai macam cara untuk mencari
atau memperoleh kebenaran pengetahuan, yaitu8 :
1) Cara Tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai
orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis.
2) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktuitu seseorang apabila
menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan cara coba-coba saja, dimana metode ini telah di gunakan orang
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.
Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering di pergunakan
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah.
3) Kekuasaan Atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun menurun dari generasi berikutnya, dimana
pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu
pengetahuan.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat
20

menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka


perlu berfikir kritis dan logis.
5) Melalui Jalan Pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan mannusia
telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi.
6) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian,
dimana cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya
tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil
kesimpulan umum.

II.1.4. Sikap Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk


A. Pengertian
Sikap (attitude) adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku atau merespons sesuatu baik terhadap rangsangan positif
maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum
merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor
predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku. Respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
tidaklangsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai
tingkah laku yang tertutup.11

B. Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005),
sikap mempunyai pokok :
1) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
2) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu konsep.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
21

C. Tingkatan dari Sikap


Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :
a) Menerima (Receiving)
Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya
dengan segala risiko.

D. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertantangan dengan
sikapnya dan bisa juga merubah sikapnya sesudag yang bersangkutan
merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa
perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

II.1.5. Tindakan
A. Pengertian Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
beavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

B. Tingkatan dari Tindakan


Tindakan dibedekan atas beberapa tingkatan :
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan meilih berbagai objek sehubungan dengan tinakan yang
akan diambil adlah merupakan praktek tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guided response)
22

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c) Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.

II.2. Kerangka Teori

Pengetahuan: Sikap:
- Tahu
- Menerima
- Memahami - Merespon
- Aplikasi - Menghargai
- Analisis - Bertanggung jawab
- Sintesis
- Evaluasi

Tindakan 3M (Mengubur, Menguras,


Memanfaatkan Kembali)

Bagan 1. Kerangka Teori


Sumber: modifikasi Green dalam Notoatmodjo (2007)

Menurut Notoatmodjo (2007) 12 , bahwa faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap dilakukannya tindakan 3M (Mengubur, Menguras dan Memanfaatkan
Kembali) ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu pengetahuan dan sikap keluarga
terhadap tindakan 3M.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, masyarakat akan dapat
melakukan tindakan 3M demi mencegah penyakit menular Demam Berdarah
Dengue. Dari landasan teori diatas, terdapat dua variabel yang akan diteliti pada
penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi dilapangan bahwa
variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan kepustakaan yang ada
23

menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel pengetahuan tentang 3M dan
Sikap terhadap 3M.

II.3. Kerangka Konsep


Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat korelatif atau menghubungkan
variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini meneliti variabel independent
yaitu pengetahuan tentang 3M dan.
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dibuatkan kerangka konsep dan
digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Variabel Bebas Variabel Bergantung


(Independent Variable) (Dependent Variable)
Pengetahuan Tentang 3M
- Baik
- Kurang
Tindakan 3M
Sikap Terhadap 3M
- Baik
- Kurang

Bagan 2. Kerangka Konsep

II.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dikembangkan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga
dengan tindakan 3M di Desa Balokang Kecamatan Banjar tahun 2016
Ha : Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga dengan
tindakan 3M di Desa Balokang Kecamatan Banjar tahun 2016.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian


III.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Balokang, Kecamatan
Banjar.
III.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan April
tahun 2016.

III.2. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain studi
cross-sectional dimana mampu memberikan gambaran apakah ada hubungan
antara variabel pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga dengan melakukan
tindakan 3M di Desa Balokang, di mana dependen dan independen di observasi
atau pengumpulan data sekaligus dalam satu saat (point time approach).

III.3. Populasi dan Sampel Penelitian


III.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan di teliti yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.13
Populasi target dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) di
Desa Balokang yang berjumlah 2.960 jiwa.

III.3.2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian populasi saja
yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari populasi.14

24
25

III.3.2.1. Cara Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah probability
sampling dengan teknik simple random sampling (secara acak
sederhana), dimana semua individu (ibu rumah tangga) mempunyai
kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

III.3.2.2. Besar Sampel


Perhitungan sampel ini menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:

=
1 + ( 2 )
2.752
=
1 + 2.752(0,052 )
2.752
=
1 + 6,88
= 349,23
Keterangan :
n = besar sampel minimal yang diperlukan
N = besar populasi
d = presisi mutlak / kesalahan (absolut) yang ditolerir 5%
(0,05%)

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh 349,23 responden maka


besar sampel minimal yang dibutuhkan dibulatkan menjadi 350
responden.

Sampel yang sudah ditentukan kemudian dibagi kembali sesuai


proporsi kepala keluarga (KK) di setiap dusun yang ada di Desa
Balokang yaitu Dusun Cibeureum, Dusun Parung, Dusun Gardu, Dusun
Karang Tengah, Dusun Karang Pucung, Dusun Ciaren dan Dusun
Balokang, yang diambil dengan menggunakan teknik proporsionate
clustering sampling. Dengan hasil yaitu:
26

No. Dusun Jumlah Kepala Keluarga


1 Cibeureum 516
2 Parung 496
3 Gardu 415
4 Kr. Tengah 404
5 Kr. Pucung 437
6 Ciaren 428
7 Balokang 264
Jumlah 2.960 kepala keluarga

516
Dusun Cibeureum = 2960 350 = 61
496
Dusun Parung = 2960 350 = 59
415
Dusun Gardu = 2960 350 = 49
404
Dusun Kr. Tengah = 2960 350 = 48
437
Dusun Kr.Pucung = 2960 350 = 52
428
Dusun Ciaren = 2960 350 = 51
264
Dusun Balokang = 2960 350 = 31

Sehingga besar sampel adalah 350 responden dengan pembagian


yaitu 61 responden dari dusun Cibeureum, 59 dari dusun Parung, 49
dari dusun Gardu, 48 dari dusun Kr. Tengah, 52 dari dusun kr. Pucung,
51 dari dusun Ciaren dan 31 dari dusun Balokang.

III.3.2.3. Kriteria Sampel


Pada penelitian ini, kriteria inklusi dan ekslusi nya adalah:
a) Kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah:
1) Sampel yang akan diwawancarai adalah ibu rumah tangga
2) Yang bersedia menjadi responden dan di wawancarai
b) Kriteria ekslusi sampel adalah:
1) Ibu rumah tangga yang tidak bersedia diwawancarai
2) Tidak memberikan data yang lengkap
27

3) Tidak ada ditempat saat pengambilan data / penelitian

III.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Adapun variabel sampel yang diteliti terdiri dari usia responden,
pendidikan terakhir, pekerjaan responden, pengetahuan tentang 3M, sikap
terhadap 3M dan tindakan 3M. Untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti, perlu sekali variabel-
variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional untuk variabel sampel yang diteliti di rangkum dalam tabel
berikut:

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Sampel

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Usia Umur adalah usia Kuisioner Mengisi 1. 20 30 Interval
individu yang pertanyaan 2. 31 40
terhitung mulai saat pada data 3. 41 50
dilahirkan sampai karakteristik 4. 51 60
saat beberapa 5. 61 70
tahun. (KBBI) 6. 71 80

Pendidikan Pendidikan adalah Kuisioner Mengisi 1. Tidak Ordinal


terakhir suatu usaha untuk pertanyaan Sekolah
mengembangkan pada data 2. Tamat SD
kepribadian dan karakteristik 3. Tamat SMP
kemampuan di 4. Tamat SMA
dalam dan di luar 5. Akademi/
sekolah dan Perguruan
berlangsung Tinggi
seumur hidup.
Pekerjaan Satu tugas atau Kuisioner Mengisi 1. Tidak Ordinal
kerja yang meng- pertanyaan bekerja
hasilkan sebuah pada data 2. Petani
28

karya bernilai karakteristik 3. Jasa / Buruh


imbalan dalam 4. Pedagang /
bentuk uang bagi Wiraswasta
seseorang. 5. PNS
6. TNI / Polri
Pengetahuan Segala sesuatu Kuisioner Mengisi Dikategorikan Ordinal
Tentang 3M yang diketahui pertanyaan menjadi 2:
responden tentang pada a. Baik, bila nilai
3M kuisioner benar yang
bagian diperoleh
pengetahuan responden
>50%
b. Kurang, bila
nilai benar
yang diperoleh
responden
<50%
Sikap Tanggapan atau Kuisioner Mengisi Dikategorikan Ordinal
Terhadap 3M reaksi responden pertanyaan menjadi 2:
tentang 3M pada a. Baik, bila nilai
kuisioner benar yang
bagian sikap diperoleh
responden
>50%
b. Kurang, bila
nilai benar
yang diperoleh
responden
<50%
Tindakan 3M Segala sesuatu Kuisioner Mengisi Dikategorikan Nominal
yang telah pertanyaan menjadi 2:
dilakukan pada - Ya
sehubungan dengan kuisioner - Tidak
29

pengetahuan dan bagian


sikap tentang 3M tindakan

III.5. Teknik Pengumpulan Data


III.5.1. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan sejauh
mana hubungan alat ukur tersebut dengan variabel terkait. Apabila hubungannya
rendah maka alat ukur tersebut tidak bisa digunakan. Pada penelitian ini penulis
menggunakan kuisioner yang terdiri dari 10 (seputuh) butir pertanyaan mengenai
tingkat pengetahuan 3M dan 6 (enam) butir pernyataan mengenai sikap terhadap
3M sehingga jumlah keseluruhannya adalah 16 butir pertanyaan. Setiap
pertanyaan dihitung skore nya dengan menggunakan rumus Tanpa Tebakan
(Non-Guessing Formula), yaitu dengan penilaian True or False. Responden
yang menjawab Benar diberi skor 1, sedangkan yang menjawab Salah diberi
skor 0.
Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang
responden yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya
kemudian diolah menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences) v16.0 dimana pada uji validitas yang dilihat adalah nilai
Corrected Item-Total Correlation. Hasil uji validitas dan reliabilitas akan di
sajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kuisioner


Scale Scale Cronbachs
Corrected
Nomor Mean if Variance Alpha if
Variabel Item-Total
Pertanyaan Item if Item Item
Correlation
Deleted Deleted Deleted
Pengetahuan 1 12.92 8.493 0.477 0.841
2 13.00 7.667 0.493 0.825
3 13.04 7.873 0.495 0.836
4 13.00 7.333 0.557 0.814
5 13.12 7.110 0.492 0.818
6 13.00 7.917 0.423 0.833
30

7 13.08 7.327 0.430 0.822


8 13.08 6.993 0.594 0.810
9 13.00 7.083 0.708 0.805
10 12.96 7.623 0.486 0.819
Sikap 1 13.00 7.417 0.507 0.817
2 13.00 7.333 0.557 0.814
3 13.08 7.160 0.511 0.817
4 12.96 7.290 0.720 0.808
5 13.00 7.417 0.507 0.817
6 12.96 8.040 0.408 0.832

Berdasarkan output pada tabel di atas, maka dilihat pada Corrected Item
Total Correlation, adalah nilai korelasi atau fhitung yang didapat. Nilai ini
kemudian di bandingkan dengan nilai ftabel, ftabel dicari pada signifikasi 0.05 dan
jumlah data (N) = 25, maka didapat ftabel sebesar 0,396 (lihat pada lampiran tabel
r). Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa semua butir pertanyaan diatas memiliki
nilai fhitung lebih besar dari ftabel 0,396 yaitu 0.477, 0.493, 0.495, 0.557, 0.492,
0.423, 0.430, 0.594, 0.708, 0.486, 0.507, 0.557, 0.511, 0.720, 0.507 dan 0.408 >
0,396 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan dalam variabel
tingkat pengetahuan tentang 3M dan sikap terhadap 3M diatas telah valid atau
lolos uji validitas.
Setelah butir-butir pernyataan lolos uji validitas, uji yang dilakukan
selanjutnya adalah uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas diperlukan untuk
mengukur tingkat keandalan kuisioner dengan tujuan untuk melihat apakah alat
ukur itu akan menghasilkan jawaban yang sama apabila di lakukan berulang-
ulang di waktu yang berbeda. Untuk itu, dilakuan uji reliabilitas internal pada
instrumen penelitian dengan teknik Cronbachs Alpha dengan kriteria
pengambilan keputusan:
1. Instrumen dinyatakan reliabilitas apabila nilai Cronbachs Alpha lebih
besar dari 0.6
2. Instrumen dinyatakan tidak reliabilitas apabila nilai Cronbachs Alpha
lebih kecil dari 0.6
31

Tabel 3. Hasil Uji Reabilitas Kuisioner


Cronbachs Alpha N of Items
0.830 16

Berdasarkan hasil analisis uji reabilitas kuisioner pada tabel diatas, didapat
nilai Alpha sebesar 0.830. Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilainya diatas
0.6 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel tingkat pengetahuan
tentang 3M dan sikap terhadap 3M dalam penelitian ini telah reliabel atau lolos
uji reliabilitas

III.5.2. Data Primer


Berupa data yang diperoleh dengan mengisi identitas dan kuesioner
kepada seluruh ibu rumah tangga di Desa Balokang Kecamatan Banjar.
Kuesioner yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari penelitian Meutia
Wardhanie Ganie Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan judul
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Tentang 3M (Mengubur Barang
Bekas, Menutup dan Menguras Tempat Penampungan Air) Pada Keluarga Di
Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009 yang telah memenuhi uji validitas.
Pengumpulan data dimulai dari MaretApril 2016.

III.5.3. Data Sekunder


Berupa data tentang profil Desa Balokang dan data tentang jumlah kasus
DBD yang tercatat pada data Puskesmas Banjar 1. Data diambil dari arsip di
Puskesmas Banjar 1 dan Kantor Kepala Desa Balokang Kecamatan Banjar.
32

III.6. Alur Penelitian


Pengumpulan data penelitian berdasarkan prosedur di bawah ini:

Penduduk Desa Balokang, Kecamatan Banjar

Ibu Rumah Tangga

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Responden Mengisi kuisioner

Input data & analisis data

Gambar 3.1 Alur Penelitian

III.7. Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam
penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian yang
masih mentah, belum memberikan informasi jelas, dan belum siap untuk
disajikan. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
sistem pengolahan data manual dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010):
1. Editing
Tahap melakukan pengecekan kuisioner dengan memastikkan
kelengkapan, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban responden.
Pengecekan kuisioner dilakukan setiap kali peneliti menerima hasil
kuisioner yang telah diisi oleh responden dengan melakukan checklist
pada lembar pengecekan kuisioner.
2. Coding
Tahap mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
Coding bermanfaat untuk mempermudah saat melakukan analisa data dan
mempercepat pemasukkan data penelitian. Kuisioner yang telah dilakukan
33

proses editing terkait pengecekan terhadap kelengkapan informasi yang telah


diberikan oleh responden, selanjutnya akan dilakukan pengubahan dari data
yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka.
3. Processing
Tahap memasukkan (entry) data kuisioner yang telah diisi oleh
responden ke paket komputer. Data kuisioner yang telah dilakukan proses
editing (pengecekkan kelengkapan data) dan coding (pengubahan data yang
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka) akan dilanjutkan dengan
memasukkan hasil editing ke program komputer.
4. Cleaning
Tahap melakukan pengecekkan kembali data yang sudah
dimasukkan ke paket komputer. Setelah data hasil penelitian mengalami
proses editing, coding, dan telah dimasukkan ke paket komputer
(processing), maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti
adalah mengecek kembali kelengkapan data yang sudah dimasukkan ke
dalam paket komputer sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
tahap analisa data.

III.8. Analisis Data


III.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan pada
variabel dependen (tindakan dalam melakukan 3M), dan variabel
independen (pengetahuan dan sikap tentang 3M)

III.7.2. Analisis Bivariat


Bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu
variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang
digunakan adalah uji chi-square. Uji ini digunakan untuk melihat adanya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila
p-value < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna (Ho ditolak),
sedangkan apabila p-value > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan (Ho
gagal ditolak).
BAB IV
HASIL PENELITIAN

IV.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 pada ibu rumahtangga per
kepala keluarga (KK) yang ada di Desa Balokang Kecamatan Banjar.

IV.1.1. Gambaran Umum Desa Balokang


A. Deskripsi Wilayah
a. Data Geografis
Desa Balokang memiliki luas wilayah mencapai 465,000 ha. Kondisi iklim
memiliki curah hujan rata-rata 6,6 mm/th dengan suhu berkisar antara 20 26
celcius. Adapun kelembaban udara ini hanya mencapai 32 % dan kecepatan angin
28 knot. Keadaan geografis sebagian besar dataran dan sebagian kecil perbukitan.
Status desa termasuk non perkotaan.

Adapun data pokok Desa/Kelurahan Balokang adalah sebagai berikut:

Tahun 2014

Kode Desa (PUM) 3279012003

Desa/Kelurahan BALOKANG

Kecamatan BANJAR

Kabupaten/Kota KOTA BANJAR

Provinsi JAWA BARAT

Tahun Pembentukan 1840

Luas Desa/Kelurahan (Ha) 465,000000

Penetapan Batas

Dasar Hukum Perdes No.

Dasar Hukum Perda No.

Peta Wilayah Ada

34
35

Koordinat 108.527801 BT / -7.372178 LS

Tipologi PERSAWAHAN

Klasifikasi SWAKARYA

Kategori LANJUT

Batas Wilayah:

a. Desa/Kelurahan Sebelah Utara a. KELURAHAN CISAGA


b. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan b. DESA NEGLASARI
c. Desa/Kelurahan Sebelah Timur c. KELURAHAN BANJAR
d. Desa/Kelurahan Sebelah Barat d. DESA CIBEUREUM

b. Data Demografi
Jumah penduduk Desa Balokang adalah 9.499 jiwa yang terdiri dari 4.652
jiwa laki-laki dan 4.847 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata 1.127
jiwa/km2. Desa Balokang memiliki 7 Dusun yaitu Dusun Cibeureum, Dusun
Parung, Dusun Gardu, Dusun Kr. Tengah, Dusun Kr. Pucung, Dusun Ciaren dan
Dusun Balokang dimana Pemerataan Penduduk tidak merata bervariasi setiap
dusun yang paling padat adalah Dusun Gardu hal ini karena pada dusun tersebut
lebih banyak perumahan.
Kependuduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa:

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
01 01 67 13 80 128 122 527
02 01 39 12 51 82 83 165
03 01 28 12 40 59 53 112
04 02 41 11 52 83 70 153
CIBEUREUM
05 02 40 6 46 71 74 145
52 02 88 18 106 162 175 337
06 02 29 7 36 54 45 99
07 03 26 8 34 47 55 102
08 03 35 2 37 63 58 121
42 03 26 8 34 50 62 112
JUMLAH 419 97 516 799 797 1596
36

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
09 04 48 5 53 85 88 173
10 04 42 7 49 75 70 145
11 04 69 8 77 123 125 248
PARUNG
41 04 46 6 52 90 86 176
51 04 61 5 66 108 106 214
12 05 43 14 57 83 90 173
13 05 45 20 65 83 86 169
14 05 63 14 77 129 122 251
JUMLAH 417 79 496 776 773 1549

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
15 06 57 7 64 98 101 199
16 06 40 11 51 74 76 150
GARDU 17 06 54 6 60 92 99 191
18 06 44 8 52 90 78 168
19 06 46 14 60 93 97 190
20 07 45 10 55 90 98 188
21 07 56 17 73 103 116 219
JUMLAH 342 73 415 640 665 1305

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
22 08 54 11 65 162 133 295
KR. 23 08 53 16 69 107 105 212
TENGAH 24 08 63 12 75 116 130 246
25 09 56 13 69 108 118 226
26 09 65 9 74 128 114 242
27 09 44 8 52 97 89 186
JUMLAH 335 69 404 718 689 1407

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
28 10 42 14 56 81 88 169
29 10 80 10 90 138 144 282
KR. 30 10 47 9 56 80 82 162
PUCUNG 31 10 36 7 43 74 62 136
32 11 32 9 41 40 88 128
33 11 31 15 46 66 69 135
34 11 43 12 55 73 101 174
43 11 41 9 50 70 77 147
37

JUMLAH 352 85 437 622 711 1333

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
35 12 66 12 78 128 126 254
36 12 28 13 41 52 62 114
37 12 48 9 57 91 88 179
CIAREN
49 12 28 5 33 54 60 114
38 13 34 8 42 49 69 118
39 13 70 12 82 108 123 231
40 13 41 6 47 73 71 144
50 13 40 8 48 87 65 152
JUMLAH 355 73 428 642 664 1306

JML KK JML JIWA


RT RW
L P L/P L P L/P
44 14 50 9 59 101 91 192
BALOKANG 45 14 35 6 41 66 70 136
46 14 40 8 48 85 102 187
47 15 58 7 65 118 189 307
48 15 42 9 51 85 96 181
JUMLAH 225 39 264 455 548 1003

c. Sumber Daya
1. Komposisi Usia Penduduk

Komposisi usia terbanyak di Desa Balokang adalah golongan usia 26


40 tahun. Berikut ini tabel komposisi usia penduduk berdasarkan jenis
kelamin.

Laki-laki Perempuan

Usia 0 5 tahun 660 Usia 0 6 tahun 665

Usia 7- 12 tahun 499 Usia 7 12 tahun 467

Usia 13 18 tahun 665 Usia 13 18 tahun 577

Usia 19 25 tahun 408 Usia 19 25 tahun 374

Usia 26 40 tahun 949 Usia 26 40 tahun 912

Usia 41 55 tahun 727 Usia 41 55 tahun 804


38

Usia 56 65 tahun 277 Usia 56 65 tahun 323

Usia 65 75 tahun 100 Usia 65 75 tahun 167

Usia > 75 tahun 26 Usia > 75 tahun 29

Jumlah laki-laki (orang) 4.285 Jumlah perempuan (orang) 4.289

2. Kesejahteraan Keluarga

Jumlah keluarga miskin / keluarga prasejahtera cukup tinggi yaitu


458 kepala keluarga (KK), dengan keluarga sejahtera 1 sebanyak 515
KK, keluarga sejahtera 2 sebanyak 675 KK, keluarga sejahtera 3
sebanyak 816 KK dan keluarga sejahtera 3+ sebanyak 94 KK.

Keluarga Prasejahtera (KK) 508

Keluarga Sejahtera 1 (KK) 665

Keluarga Sejahtera 2 (KK) 775

Keluarga Sejahtera 3 (KK) 916

Keluarga Sejahtera 3+ (KK) 96

Jumlah kepala keluarga 2.960

3. Pekerjaan / Mata Pencaharian

Perkembangan perekonomian di Desa Balokang masih kurang dengan


mayoritas penduduknya adalah tidak memiliki pekerjaan, selain itu petani dan
pedagang adalah mata pencaharian utama di Desa Balokang.

Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah


(orang) (orang) (orang)

Petani 204 0 204


39

Buruh Tani 495 213 708

Pegawai Negeri Sipil 133 119 252

Pengrajin 70 5 75

Pedagang barang kelontong 2 0 2

Peternak 36 0 36

Montir 7 0 7

Bidan swasta 0 5 5

TNI 6 0 6

Polri 6 0 6

Pengusaha kecil, menengah dan besar 2 1 3

Seniman / artis 4 6 10

Pedagang Keliling 103 122 225

Pembantu rumah tangga 0 26 26

Dukun tradisional 0 5 5

Karyawan perusahaan swasta 2 0 2

Karyawan perusahaan pemerintah 2 0 2

Wiraswasta 10 0 10

Tidak mempunyai pekerjaan tetap 100 63 163

Belum bekerja 987 1.083 2.070

Pelajar 747 418 1.165

Ibu rumah tangga 0 3.030 3.030

Purnawirawan/pensiunan 61 41 102

Buruh harian lepas 15 4 19

Jumlah total (orang) 2.992 5.141 8.133

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat


40

Tingkat pendidikan rerata masyarakat Desa Balokang adalah Tamat


SD/sederajat yang kemudian diikuti masyarakat dengan pendidikan
Tamat SMP/sederajat, Tamat SMA/Sederajat dan Akademisi
(D1/D2/D3/S1/S2/S3).

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah


(orang) (orang) (orang)

Tamat SD/sederajatnya 1.133 1.247 2.380

Tamat SMP/sederajatnya 466 457 923

Tamat SMA/sederajatnya 440 393 833

Akademisi (D1/D2/D3/S1/S2/S3) 539 146 685

Jumlah total (orang) 2.578 2.243 4.821

IV.1.2. Gambaran Umum Puskesmas Banjar 1


A. Dekripsi Wilayah
a. Data Geografi
Kec.Banjar merupakan daerah dataran dengan ketinggian tanah 32 dpl.Luas
Kec.Banjar mencapai 2.472.125 ha, yang terdiri dari tanah darat seluas 1,041,086
ha.Kondisi iklim memiliki curah hujan rata-rata 6,6 mm/th dengan suhu berkisar
antara 20 26 celcius. Adapaun kelembaban udara ini hanyya mencapai 32 %
dan kecepatan angin 28 knot.Musim hujan di Kec.Banjar berkisar antara bulan
daratan perbukitan dan tanah datar.Adapaun tingkat kesuburan tanah pada
umumnya tergolong sedang dengan tekstur tanah sebagian besar halus dengan
jenis tanah alufial.

Wilayah kec.Banjar beriklim tropis, Puskesmas Banjar 1 berada di desa


Balokang Kec.Banjar.Keadaan geografis sebagian besar dataran dan sebagian
kecil perbukitan.Status desa termasuk non perkotaan dan satu-satunya puskesmas
di Kota Banjar yang secara langsung tidak berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Ciamis.
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Banjar 1
41

Kec. Cisaga Kec. Cisaga

Wil. PKM Banjar 3

Kec. Cimaragas

Keterangan :
: Batas Desa Wil. PKM Banjar 2
: Batas Dusun
: Sungai Citanduy
: Puskesmas
: Poskesdes

Wilayah kerja Puskesmas Banjar 1 terdiri dari 3 desa, yaitu Desa Balokang,
Cibeureum dan Jajawar.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- di sebelah utara berbatasan dengan sungai Citaunduy masuk Kec.Cisaga,
- di sebelah selatan berbatasan dengan desa Neglasari wilayah kerja
Puskesmas Banjar 2
- di sebelah barat berbatasan dengan sungai citanduy masuk kec.Cimaragas
- di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Banjar masuk wilayah
kerja Puskesmas Banjar 3

b. Data Demografi
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Banjar 1 menurut registrasi
sampai dengan akhir Desember tahun 2015 sebesar : 14.261 jiwa, dibandingkan
tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 62 jiwa, menjadi 14.323 terdiri dari
7.194 jiwa penduduk laki-laki dan 7.126 jiwa penduduk perempuan

Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Di Wilayah Puskesmas Banjar 1 Tahun 2015
42

Luas Jumlah Kepadatan Distribusi


wily.(hektar) Penduduk Penduduk Penduduk
No. Desa perhektar

1 Balokang 462,075 9.602 20,8 Menyebar

2 Cibeureum 304,896 2.206 7,23 Menyebar

3 Jajawar 274,114 2.515 9,17 Menyebar

Total 1,041,085 14.323 13,75 Menyebar

Sumber : Profil desa 2015

B. Penyakit Potensial Wabah


a. Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sebelumnya telah menyebar luas ke
seluruh wilayah desa di Puskesmas Banjar I. Penyakit ini sering muncul sebagai
KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah
kasus DBD Puskesmas selama kurun waktu 2009 adalah sebanyak 10 kasus
dengan 0 kematian. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah kasus menurun menjadi 7
kasus dengan 0 kematian, pada tahun 2011 sebanyak 3 kasus dan tahun 2013
sebanyak 6 kasus. Pada tahun 2014 terjadi lagi kenaikan 8 kasus, akan tetapi
distribusi hanya terjadi di desa Balokang. Kemudian pada tahun 2015 terdapat 12
kasus. Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan
sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta
pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Kegiatan lain dalam
upaya pemberantasan DBD adalah pengasapan (fogging), Abathesasi dan
penyuluhan .

b. Tujuan
Dengan dirumuskannya tujuan ini maka Puskesmas telah mengetahui
apa yang harus dilaksanakan dan kondisi yang akan dicapai dalam kurun
waktu satu tahun yaitu sebagai berikut:
Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
43

Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu,


merata dan terjangkau.
Mewujudkan lingkungan sehat dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Meningkatkan sumber daya kesehatan yang memadai dan
manajemen kesehatan yang efektif dan efisien.
Mewujudkan kerjasama lintas sektor dan kemitraan LSM / swasta
serta peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
c. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka
diperlukan adanya strategi atau cara pencapaian tujuan yang dipilih secara
tepat agar dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Strategi untuk mencapai misi Puskesmas mencakup beberapa sasaran
yang cara pencapaiannya dengan kebijakan dan program yang telah
ditetapkan.

C. Struktur Organisasi

Bagan 3. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Serpong I


44

IV.2. Analisis Hasil Penelitian


A. Uji Instrumen Data
A.1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan sejauh
mana hubungan alat ukur tersebut dengan variabel terkait. Apabila
hubungannya rendah maka alat ukur tersebut tidak bisa digunakan. Pada
penelitian ini penulis menggunakan kuisioner yang terdiri dari 17 (tujuh belas)
butir pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD
(X) dan 9 (sembilan) butir pernyataan mengenai minat pemakaian IUD (Y)
sehingga jumlah keseluruhannya adalah 26 butir pertanyaan. Setiap pertanyaan
menggunakan skala likert yaitu terdiri dari 3 (tiga) alternatif jawaban:
- Tahu / Setuju =3
- Kurang Tahu / Kurang Setuju =2
- Tidak Tahu / Tidak Setuju =1
Pengujian validitas instrumen ditujukan kepada 109 WUS di wilayah
kerja Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten. Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) v16.0 dimana pada
uji validitas yang dilihat adalah nilai Corrected Item-Total Correlation.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pengetahuan WUS Tentang


Kontrasepsi IUD (X)
Scale Mean Scale Cronbach's
Corrected Item-
if Item Variance if Alpha if Item
Total Correlation
Deleted Item Deleted Deleted
Item_1a 31.08 93.741 0.567 0.936
Item_2a 31.07 93.228 0.609 0.935
Item_3a 31.39 90.801 0.669 0.934
Item_4a 30.96 95.438 0.485 0.937
Item_5a 31.74 94.605 0.533 0.936
Item_6a 31.69 93.261 0.617 0.935
Item_7a 31.43 90.247 0.717 0.932
Item_8a 31.64 90.794 0.728 0.932
45

Item_9a 31.56 92.156 0.636 0.934


Item_10a 31.63 92.983 0.609 0.935
Item_11a 31.65 91.426 0.684 0.933
Item_12a 31.42 92.787 0.608 0.935
Item_13a 31.74 91.502 0.733 0.932
Item_14a 31.79 90.674 0.765 0.931
Item_15a 31.68 90.614 0.793 0.931
Item_16a 31.56 90.211 0.755 0.932
Item_17a 31.68 91.137 0.734 0.932

Berdasarkan output pada tabel 9 di atas, maka dilihat pada Corrected


Item Total Correlation, adalah nilai korelasi atau fhitung yang didapat. Nilai ini
kemudian di bandingkan dengan nilai ftabel , ftabel dicari pada signifikasi 0.10
dan jumlah data (n) = 109, maka didapat ftabel sebesar 0.158 (lihat pada
lampiran tabel r). dari hasil analisis dapat dilihat bahwa semua butir pertanyaan
diatas memiliki nilai fhitung lebih besar dari ftabel 0.158 yaitu 0.567, 0.609, 0.669,
0.485, 0.533, 0.617, 0.717, 0.728, 0.636, 0.609, 0.684, 0.608, 0.733, 0.765,
0.793, 0.755 dan 0.734 > 0.158 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir
butir pertanyaan dalam variabel tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi
IUD (X) diatas telah valid atau lolos uji validitas.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Minat Pemakaian IUD (Y)


Scale Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if
Variance if Total Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted Correlation Deleted
Item_1b 14.70 31.546 0.810 0.942
Item_2b 14.69 31.457 0.826 0.941
Item_3b 14.73 30.975 0.821 0.942
Item_4b 14.92 32.391 0.768 0.944
Item_5b 14.74 31.322 0.799 0.943
Item_6b 14.70 31.195 0.802 0.943
Item_7b 14.94 32.015 0.780 0.944
Item_8b 14.83 32.121 0.804 0.943
46

Item_9b 14.66 31.634 0.772 0.944

Berdasarkan output pada tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa semua


butir pernyataan diatas memiliki nilai fhitung lebih besar dari ftabel 0.158 yaitu
0.810, 0.826, 0.821, 0.768, 0.799, 0.802, 0.780, 0.804 dan 0.772 > 0.158
sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir pernyataan dalam variabel minat
pemakaian IUD (Y) diatas telah valid atau lolos uji validitas.

A.2. Uji Reliabilitas


Setelah butir-butir pernyataan lolos uji validitas, uji yang dilakukan
selanjutnya adalah uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas diperlukan untuk
mengukur tingkat keandalan kuisioner dengan tujuan untuk melihat apakah alat
ukur itu akan menghasilkan jawaban yang sama apabila di lakukan berulang-
ulang di waktu yang berbeda. Untuk itu, dilakuan uji reliabilitas internal pada
instrumen penelitian dengan teknik Cronbachs Alpha dengan kriteria
pengambilan keputusan:
3. Instrumen dinyatakan reliabilitas apabila nilai Cronbachs Alpha lebih
besar dari 0.6
4. Instrumen dinyatakan tidak reliabilitas apabila nilai Cronbachs Alpha
lebih kecil dari 0.6

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Pengetahuan WUS Tentang


Kontrasepsi IUD (X)
Cronbach's Alpha N of Items

0.937 17

Berdasarkan hasil analisis variabel tingkat pengetahuan WUS tentang


kontrasepsi IUD pada tabel 11 diatas, didapat nilai Alpha sebesar 0.937. Dari
output diatas dapat dilihat bahwa nilainya diatas 0.6 maka dapat disimpulkan
bahwa alat ukur variabel tingkat pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD
(X) dalam penelitian ini telah reliabel atau lolos uji reliabilitas.
47

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Minat Pemakaian IUD (Y)

Cronbach's Alpha N of Items

0.949 9

Berdasarkan hasil analisis variabel minat pemakaian IUD pada tabel


12 diatas, didapat nilai Alpha sebesar 0.949. Dari output diatas dapat dilihat
bahwa nilainya diatas 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel
minat pemakaian IUD (Y) dalam penelitian ini telah reliabel atau lolos uji
reliabilitas.

B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari usia responden, pendidikan
terakhir, pekerjaan responden, sedang memakai KB atau tidak dan darimana
pengetahuan KB responden didapat.
B.1. Usia Responden
Rentan usia responden yang didapatkan adalah usia 20-49 tahun
(wanita usia subur). Adapun usia responden tersebut saya kelompokkan
menjadi usia 20-35 tahun dan 35-49 tahun. Distribusi frekuensi usia responden
dalam penelitian ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi Usia Responden Pada Distribusi Usia Responden Pada


Puskesmas Setu Puskesmas Serpong I
Usia Usia
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Responden Responden
(n) (%) (n) (%)
(th) (th)
20 - 35 18 32.1% 20 - 35 31 58.5%
36 - 49 38 67.9% 36 - 49 22 41.5%
TOTAL 56 100% TOTAL 53 100%
48

Total Distribusi Usia Responden Pada Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
Usia Jumlah Persentase
Responden (th) (n) (%)
20 - 35 49 45.0%
36 - 49 60 55.0%
TOTAL 109 100%

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak


adalah dengan rentan usia 36 tahun hingga 49 tahun sebanyak 60 (55.0%) dan
rentan usia 20 35 tahun sebanyak 49 (45.0%). Lebih jelas dapat digambarkan
dalam grafik dibawah ini:

Usia
20 - 35 36 - 49

45%
55%

Grafik 1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia

B.2. Pendidikan Terakhir Responden


Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi seluruh responden
penelitian menurut pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Distribusi Pendidikan Terakhir Pada Distribusi Pendidikan Terakhir Pada


Puskesmas Setu Puskesmas Serpong I
Pendidikan Jumlah Persentase Pendidikan Jumlah Persentase
Terakhir (n) (%) Terakhir (n) (%)
Tidak Sekolah 1 1.8% Tidak Sekolah 0 0.0%
Tamat SD 17 30.4% Tamat SD 15 28.3%
Tamat SMP 12 21.4% Tamat SMP 9 17.0%
Tamat SMA 12 21.4% Tamat SMA 23 43.4%
Akademi / 14 25.0% Akademi / 6 11.3%
49

Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi


TOTAL 56 100% TOTAL 53 100%
Total Distribusi Pendidikan Terakhir Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Sekolah 1 0.9%
Tamat SD 32 29.4%
Tamat SMP 21 19.3%
Tamat SMA 35 32.1%
Akademi / Perguruan Tinggi
20 18.3%
(D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)
TOTAL 109 100%

Berdasarkan tabel 14 di atas menunjukkan pendidikan terakhir


responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 35 orang
(32.1%). Pendidikan responden pendidikan SD sebanyak 32 orang (29.4%),
pendidikan SMP sebanyak 21 orang (19.3%), pendidikan Akademi / Perguruan
Tinggi sebanyak 20 orang (18.3%) dan tidak sekolah sebanyak 1 orang (0.9%).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Akademi / Perguruan Tinggi (D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)

18% 1%

30%
32% 19%

Grafik 2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

B.3. Pekerjaan Responden


Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi seluruh penelitian
berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut:
50

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi Pekerjaan Pada Puskesmas Distribusi Pekerjaan Pada Puskesmas


Setu Serpong I
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pekerjaan Pekerjaan
(n) (%) (n) (%)
Tidak bekerja / ibu Tidak bekerja / ibu
38 67.9% 44 83.0%
rumah tangga rumah tangga
Dagang / Usaha Dagang / Usaha
8 14.3% 5 9.4%
Swasta Swasta
PNS 2 3.6% PNS 2 3.8%
Lain-lain 8 14.3% Lain-lain 2 3.8%
TOTAL 56 100% TOTAL 53 100%
Total Distribusi Pekerjaan Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak bekerja / ibu rumah tangga 82 75.2%
Dagang / Usaha Swasta 13 11.9%
PNS 4 3.7%
Lain-lain 10 9.2%
TOTAL 109 100%

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa terbanyak responden tidak


bekerja / ibu rumah tangga sebanyak 82 orang (75.2%). Bekerja sebagai
pedagang / menjalankan usaha swasta sebanyak 13 orang (11.9%), lain-lainnya
seperti Tenaga Kesehatan Sukarela dan Pekerja Sosial Masyarakat sebanyak 10
orang (9.2%) dan sisanya sebagai PNS sebanyak 4 orang (3.7%). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
51

Pekerjaan
Tidak bekerja / ibu rumah tangga Dagang / Usaha Swasta PNS Lain-lain

4% 9%
12%

75%

Grafik 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

B.4. Pengguna KB
Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi seluruh penelitian
berdasarkan pengguna KB adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KB Yang Digunakan

Distribusi KB Yang Digunakan Pada Distribusi KB Yang Digunakan Pada


Puskesmas Setu Puskesmas Serpong I
KB Yang Jumlah Persentase KB Yang Jumlah Persentase
Digunakan (n) (%) Digunakan (n) (%)
Tidak 25 44.6% Tidak 26 49.1%
Suntik 17 30.4% Suntik 21 39.6%
Pil 6 10.7% Pil 3 5.7%
AKDR / IUD 7 12.5% AKDR / IUD 2 3.8%
Implan 1 1.8% Implan 0 0%
Lain-lain 0 0.0% Lain-lain 1 1.9%
TOTAL 56 100% TOTAL 53 100%

Total Distribusi KB Yang Digunakan Pada Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
52

KB Yang Digunakan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak 51 46.8%
Suntik 38 34.9%
Pil 9 8.3%
AKDR / IUD 9 8.3%
Implan 1 0.9%
Lain-lain 1 0.9%
TOTAL 109 100%

Berdasarkan tabel 16 wanita usia subur Puskesmas Setu dan


Puskesmas Serpong I terbanyak tidak memakai alat kontrasepsi / KB yaitu
sebanyak 51 orang (46.8%). Pengguna suntik sebanyak 38 orang (34.9%),
pengguna pil sebanyak 9 orang (8.3%) sama halnya dengan pengguna
AKDR/IUD sebanyak 9 orang pula (8.3%). Selain itu pengguna implan 1 orang
(0.9%) dan lain-lain seperti pengguna mikroginon 1 orang (0.9%). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

KB Yang Digunakan
Pil Tidak AKDR / IUD Suntik Implan Lain-lain

1% 1% 8%

35%
47%

8%

Grafik 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KB Yang Digunakan

B.5. Sumber Informasi Tentang KB


Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi seluruh penelitian
berdasarkan sumber informasi tentang KB adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang KB

Distribusi Sumber Infromasi Tentang Distribusi Sumber Infromasi Tentang KB


KB Pada Puskesmas Setu Pada Puskesmas Serpong I
53

Sumber Infromasi Jumlah Persentase Sumber Infromasi Jumlah Persentase


Tentang KB (n) (%) Tentang KB (n) (%)
Tidak Ada 6 10.7% Tidak Ada 8 15.2%
Petugas Puskesmas 20 35.7% Petugas Puskesmas 25 47.2%
Kader Kesehatan / Kader Kesehatan /
17 30.4%
Penyuluh KB Penyuluh KB 14 26.4%
Media massa Media massa
2 3.6%
(Brosur/TV/Radio) (Brosur/TV/Radio) 1 1.9%
Keluarga / Keluarga /
11 19.6%
Lingkungan Lingkungan 5 9.4%
TOTAL 56 100% TOTAL 53 100%

Total Distribusi Sumber Infromasi Tentang KB Pada Puskesmas Setu dan Puskesmas
Serpong I

Sumber Infromasi Tentang KB Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak Ada 14 12.8%
Petugas Puskesmas 45 41.3%
Kader Kesehatan / Penyuluh KB 31 28.4%
Media massa (Brosur/TV/Radio) 3 2.8%
Keluarga / Lingkungan 16 14.7%
TOTAL 109 100%
Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa responden mendapatkan
informasi tentang KB sebagian besar dari Puskesmas, yaitu sebanyak 45 orang
(41.3%). Dari penyuluhan kader kesehatan sebanyak 31 orang (28.4%), dari
lingkungan sebanyak 16 orang (14.7%), yang tidak mendapatkan informasi
mengenai KB sebanyak 14 orang (12.8%) dan sisanya mendapatkan informasi
tentang KB dari brosur/TV/radio sebanyak 3 orang (2.8%). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
54

Sumber Informasi Tentang KB


Petugas Puskesmas Keluarga / Lingkungan
Media Masa (Brosur/TV/Radio) Kader Kesehatan / Penyuluh KB
Tidak Ada
13%
41%
28%

3% 15%

Grafik 5. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang KB

C. Variabel Independen Pengetahuan Terhadap Kontrasepsi IUD


Berikut ini adalah hasil peneliti mengenai distribusi frekuensi
pengetahuan responden tentang IUD:

Tabel 13. Distribusi Pengetahuan Tentang IUD

Distribusi Pengetahuan Tentang IUD Distribusi Pengetahuan Tentang IUD


Pada Puskesmas Setu Pada Puskesmas Serpong I
Pengetahuan Jumlah Persentase Pengetahuan Jumlah Persentase
Tentang IUD (n) (%) Tentang IUD (n) (%)
Baik 19 33.9% Baik 19 35.8%
Cukup 14 25.0% Cukup 9 17.0%
Kurang Baik 23 41% Kurang Baik 25 47.2%
TOTAL 56 100.0% TOTAL 53 100%

Total Distribusi Pengetahuan Tentang IUD Pada Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
Pengetahuan Tentang IUD Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 38 34.9%
Cukup 23 21.1%
Kurang Baik 48 44.0%
TOTAL 109 100.0%

Pada tabel 18 di atas didapatkan hasil frekuensi distribusi variabell


pengetahuan tentang IUD pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas
Setu dan Puskesmas Serpong I yaitu yang pengetahuannya kurang baik tentang
55

IUD sebanyak 48 orang (44.0%), yang pengetahuannya baik sebanyak 38


orang (34.9%) dan yang cukup baik tentang IUD sebanyak 23 orang (21.1%).
Lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini:

Tingkat Pengetahuan WUS Tentang


Kontrasepsi IUD
Kurang Baik Baik Cukup

21% 44%

35%

Grafik 6. Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan Tentang IUD

Secara rinci pengetahuan responden mengenai alat kontrasepsi IUD


berdasarkan dimensi sebagai berikut:

Tabel 14. Distribusi Responden Mengetahui Tentang Kontrasepsi IUD


Jawaban
No Dimensi Pertanyaan
T KT TT

1 Mengetahui Pengertian IUD 68 17 24


tentang
68 18 23
kontrasepsi
53 14 42
IUD
77 12 20

Jenis IUD 24 32 53

Cara Kerja IUD 26 33 49

Keuntungan IUD 48 18 43

33 26 50

Kelemahan IUD 37 27 45

31 30 48

33 25 51
56

Jangka waktu pemakaian IUD 44 29 36

Indikasi dan kontraindikasi IUD 26 30 53

26 24 59

Waktu pemasangan IUD 28 33 48

Waktu kontrol IUD 37 25 47

Hal yang perlu diperhatikan dari IUD 29 29 51

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa 77 orang


menyatakan tahu tentang IUD, sedangkan 33 orang menyatakan kurang tahu
bagaimana cara kerja IUD dan kapan waktu pemasangan IUD yang tepat,
namun sebanyak 59 orang tidak tahu tentang indikasi dan kontraindikasi dari
pemasangan IUD.
Jadi pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Setu dan
Puskesmas Serpong I tergolong kurang baik karena walaupun banyak dari
mereka mengetahui IUD, akan tetapi kurang tahu mengenai cara kerja dan
kapan waktu pemasangan IUD yang tepat sehingga membuat mereka tidak
mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dari IUD pula.

D. Variabel Dependen Minat Pemakaian Terhadap Kontrasepsi IUD


Berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi minat pemakaian IUD:

Tabel 15. Distribusi Minat Pemakaian IUD


Distribusi Minat Pemakaian IUD Pada Distribusi Minat Pemakaian IUD Pada
Puskesmas Setu Puskesmas Serpong I
Minat Jumlah Persentase Minat Jumlah Persentase
Pemakaian (n) (%) Pemakaian (n) (%)
Berminat 36 64.3% Berminat 22 41.5%
Tidak Berminat 20 35.7% Tidak Berminat 31 58.5%
TOTAL 56 100.0% TOTAL 53 100.0%
Total Distribusi Minat Pemakaian IUD Pada Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I
57

Minat Pemakaian IUD Jumlah (n) Persentase (%)


Berminat 58 53.2%
Tidak Berminat 51 46.8%
TOTAL 109 100.0%
Berdasarkan tabel 16 di atas didapatkan hasil wanita usia subur yang
berminat memakai IUD sebanyak 58 orang (53.2%) dan yang tidak berminat
memakai IUD adalah sebanyak 51 orang (46.8%). Lebih jelasnya dapat di lihat
pada grafik di bawah ini:

Minat Terhadap Pemakaian


Kontrasepsi IUD
Berminat Tidak Berminat

47%
53%

Grafik 7. Distribusi Responden Mengenai Minat Terhadap Pemakaian


Kontrasepsi IUD

Secara rinci minat pemakaian IUD berdasarkan dimensi sebagai


berikut:
a. Aspek Kognitif

Tabel 16. Distribusi Responden Mengenai Aspek Kognitif Minat Memakai IUD

Jawaban
No Dimensi Pernyataan
S KS TS

1 Aspek Kognitif Kepraktisan pemakaian IUD 33 34 42

33 35 41

Kenyamanan pemakaian IUD 34 24 49

21 34 54

Keamanan pemakaian IUD 36 27 48


58

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa responden yang


setuju dengan keamanan IUD sebanyak 36 orang. Responden yang menyatakan
kurang setuju terhadap kepraktisan pemakaian IUD sebanyak 35 orang.
Sedangkan 54 orang responden menyatakan tidak setuju dengan butir
pernyataan kenyamanan pemakaian IUD.

b. Aspek Afektif

Tabel 17. Distribusi Responden Mengenai Aspek Afektif Minat Memakai IUD

Jawaban
No Dimensi Pernyataan
S KS TS

2 Aspek Afektif Saran dari tenaga kesehatan 37 26 46

Dukungan keluarga / suami


23 27 59
dan lingkungan

23 39 47

Pengaruh kegiatan sosial dari


37 30 42
kader KB

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa responden yang


menjawab setuju dengan adanya peran dari tenaga kesehatan dan pengaruh
kegiatan sosial dari para kader dalam mengambil keputusan menggunakan
kontrasepsi IUD sebanyak 37 orang. Responden yang menjawab kurang setuju
terhadap pengambilan keputusan akibat dukungan keluarga dan lingkungan
sebanyak 39 orang. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 59 orang
terdapat pada butir pernyataan dukungan keluarga dan lingkungan pula dalam
mengambil keputusan menggunakan IUD.
Jadi, dari rincian tabel di atas dapat disimpulkan bahwa yang
mempengaruhi minat pemakaian IUD pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong disebabkan oleh keamanan dari
kontrasepsi IUD dan dukungan suami serta lingkungan dalam penggunaan
kontrasepsi IUD.
59

E. Hubungan Pengetahuan Tentang IUD dengan Minat Pemakaian IUD

Tabel 18. Distribusi Hubungan Pengetahuan Tentang IUD Dengan Minat


Pemakaian IUD

Minat Pemakaian IUD


Pengetahuan Total
Berminat Tidak berminat P-value
Tentang IUD
N % N % N %
Baik 25 65.8% 13 34.2% 38 100% 0.038
Cukup 14 60.9% 9 39.1% 23 100%
Kurang Baik 19 39.6% 29 60.4% 48 100%
Total 58 53.2% 51 46.8% 109 100%

Dari tabel 23 terlihat bahwa dari 38 wanita usia subur terdapat 25


orang (65.8%) yang pengetahuannya baik dan berminat menggunakan IUD,
dan 13 orang (34.2%) yang pengetahuannya baik tentang IUD akan tetapi
mereka tidak berminat menggunakan IUD. Kemudian dari 23 wanita usia subur
terdapat 14 orang (60.9%) yang pengetahuannya cukup baik dan berminat
memakai IUD, dan 9 orang (39.1%) yang pengetahuannya cukup baik namun
tidak berminat menggunakan IUD. Sedangkan, sisanya yaitu dari 48 wanita
usia subur terdapat 19 orang (39.6%) yang pengetahuannya kurang baik akan
tetapi berminat memakai IUD dan sebanyak 29 orang (60.4%) yang
pengetahuannya kurang baik pula tidak berminat memakai IUD.

Tabel 19. Hasil Pengujian Chi - Square

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 6.537a 2 0.038
Likelihood Ratio 6.600 2 0.037
Linear-by-Linear Association 5.995 1 0.014
N of Valid Cases 109
60

Kriteria pengambilan keputusan:


1. Tolak H0 jika nilai Asymp. Sig. <0.05 atau X2hitung > X2tabel yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi IUD
dengan minat pemakaian IUD
2. Terima H0 jika nilai Asymp. Sig. >0.05 atau X2hitung < X2tabel yang berarti
tidak ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur tentang
kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian IUD
3. Dari tabel 20 terlihat bahwa dari Asymp. Sig pada kolom Chi-Square lebih
kecil dari 0.05 yaitu 0.038 < 0.05. begitu juga dilihat dari nilai X2hitung >
X2tabel yaitu 6.537 > 4.605 (lihat pada lampiran tabel X2), sehingga dapat
ditarik kesimpulan tolak H0 yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang kontrasepsi IUD yaitu yang pengetahuannya
baik, cukup baik dan kurang baik dengan minat (tingkat kemauan)
pemakaian IUD pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Setu
dan Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
BAB V
PEMBAHASAN

V.1. Karakteristik Responden


A. Usia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian IUD di
wilayah kerja Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten. Pada tabel 13 distribusi responden di wilayah kerja
Puskesmas Setu berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berusia 36-49 tahun yaitu sebanyak 38 orang (67.9%) dan
responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak 18 orang (32.1%). Di wilayah
kerja Puskesmas Serpong I berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 31 orang
(58.5%) dan responden yang berusia 36-49 tahun sebanyak 22 orang (41.5%).
Sehingga total distribusi resonden di kedua puskesmas terbanyak berusia 36-49
tahun yaitu sebanyak 60 orang (55.0%) dan responden yang berusia 20-35
tahun sebanyak 49 orang (45.0%).
Disini distribusi usia responden yang didapatkan adalah dari usia 20
tahun hingga 49 tahun, dimana peneliti membagi dua kategori usia menjadi
kategori usia 20 tahun 35 tahun dan kategori 36 tahun 49 tahun.
Menurut Depkes (2009), dilihat dari Profil Kesehatan Indonesia 2013,
dalam memelihara kesehatan salah satu indikator yang secara kasar dapat
menjukkan keadaan kesehatan suatu negara baik itu negara berkembang
ataupun negara maju salah satunya adalah umur. Persentase penduduk menuru
kelompok umur non produktif (kelompok umur 0-15 tahun) sedangkan umur
yang produktif (16-55 tahun).1

B. Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel 14 distriusi frekuensi pendidikan terakhir responden
diketahui bahwa tingkat pendidikan WUS di wilayah kerja Puskesmas Setu
terbanyak ada pada responden yang memiliki pendidikan terakhir tingkat SD
yaitu sebanyak 17 orang (30.4%), kemudian terdapat 14 responden (25%)

61
62

berpendidikan akademi / perguruan tinggi, berpendidikan terakhir SMP dan


SMA masing-masing terdapat 12 orang (21.4%) dan terdapat 1 orang (1.8%)
yang tidak bersekolah. Sedangkan, tingkat pendidikan WUS di wilayah kerja
Puskesmas Serpong I terbanyak ada pada responden yang memiliki pendidikan
terakhir tingkat SMA yaitu sebanyak 23 orang (43.4%), kemudian terdapat 15
orang (28.3%) memiliki pendidikan terakhir tingkat SD, tamat SMP ada 9
orang (17.0%) dan 6 orang (11.3%) seorang akademi / perguruan tinggi.
Sehingga total distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di kedua
wilayah kerja puskesmas terbanyak ada pada tingkat tamat SMA yaitu
sebanyak 35 orang (32.1%), terdapat 32 orang (29.4%) yang memiliki
pendidikan terakhir tamat SD, 21 orang (19.3%) berpendidikan terakhir SMP,
20 orang (18.3%) berpendidikan akademi / perguruan tinggi dan 1 orang
(0.9%) tidak bersekolah.
Dilihat dari pendidikan, responden terbanyak adalah lulusan SMA, hal
ini memungkinkan semakin baiknya pengetahuan responden tentang
kontrasepsi. Hal tersebut terjadi karena pendidikan merupakan sebuah proses
untuk mendapatkan pengetahuan.
Sebagaimana yang dikatakan Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah
suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
menerima informasi.9

C. Pekerjaan
Berdasarkan tabel 15 distribusi frekuensi pekerjaan responden
diketahui bahwa pekerjaan WUS di wilayah kerja Puskesmas Setu terbanyak
adalah tidak bekerja / ibu rumah tangga yaitu sebanyak 38 orang (67.9%),
kemudian pekerjaan dagang / usaha swasta dan lain-lain seperti Tenaga
Kesehatan Sukarela dan Pekerja Sosial Masyarakat masing-masing sebanyak 8
orang (14.3%) dan sisanya sebagai PNS sebanyak 2 orang (3.6%). Kemudian
diketahui bahwa pekerjaan WUS di wilayah kerja Puskesmas Serpong I
terbanyak adalah tidak bekerja / ibu rumah tangga yaitu sebanyak 44 orang
(83.0%), kemudian sebagai pedagang / usaha swasta sebanyak 5 orang (9.4%)
63

dan sisanya yaitu sebagai PNS dan lain-lain, masing-masing sebanyak 2 orang
(3.8%). Sehingga total distribusi frekuensi pekerjaan WUS di kedua wilayah
puskesmas terbanyak adalah WUS tidak bekerja / ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 82 orang (75.2%), kemudian sebagai pedagang / usaha swasta
sebanyak 13 orang (11.9%), lain-lain nya seperti Tenaga Kesehatan dan
Pekerja Sosial Masyarakat sebanyak 10 orang (9.2%) dan sisanya sebagai PNS
sebanyak 4 orang (3.7%).
Menurut Depkes RI (2001), pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan
untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan
kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk
memperoleh informasi.15
Faktor pekerjaan juga mempangaruhi pengetahuan. Seseorang yang
bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak
bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi.
Pada hasil penelitian didapat bahwa banyak WUS yang memang tidak bekerja
atau sebagai ibu rumah tangga saja yang menjadikan WUS tidak memiliki
banyak informasi khususnya kontrasepsi IUD.

D. Pengguna KB
Berdasarkan tabel 16 distribusi frekuensi jenis KB responden
diketahui bahwa WUS di wilayah kerja Puskesmas Setu terbanyak adalah
bukan pengguna KB aktif / tidak sedang menggunakan kontrasepsi yaitu
sebanyak 25 orang (44.6%), kemudian sebanyak 17 orang (30.4%) adalah
WUS pengguna kontrasepsi suntik, sebanyak 7 orang (12.5%) adalah pengguna
AKDR / IUD, terdapat 6 orang (10.7%) WUS pengguna pil dan sisanya adalah
pengguna implan sebanyak 1 orang (1.8%). Sedangkan, diketahui bahwa WUS
di wilayah kerja Puskesmas Serpong I terbanyak adalah WUS bukan pengguna
KB aktif / tidak sedang menggunakan kontrasepsi yaitu sebanyak 26 orang
(49.1%), kemudian sebanyak 21 orang (39.6%) adalah pengguna KB suntik,
sebanyak 3 orang (5.7%) adalah sebagai pengguna KB pil, terdapat 2 orang
(3.8%) WUS yang menggunakan AKDR/IUD dan sisanya adalah pengguna
KB lain-lain (seperti MOW) yaitu sebanyak 1 orang (1.9%). Sehingga, total
distribusi frekuensi jenis KB WUS di wilayah kerja kedua puskesmas
64

terbanyak adalah WUS bukan pengguna KB aktif / tidak sedang menggunakan


kontrasepsi yaitu sebanyak 51 orang (46.8%), kemudian sebanyak 38 orang
(34.9%) adalah WUS pengguna KB suntik, terdapat masing-masing sebanyak 9
orang (8.3%) WUS yang menggunakan KB pil dan AKDR/IUD dan sisanya
sebayak 1 orang (0.9%) adalah pengguna implan dan lain-lain seperti MOW.
Menurut Anoraga (1995), pengalaman merupakan keseluruhan
pelajaran yang dipetik oleh seseoang dari seseorang dari peristiwa-peristiwa
yang dialami dalam perjalanan hidupnya.16
Bagi pengguna kontrasepsi yang sebelumnya menggunakan
kontrasepsi lain selain IUD maka akan mampu membandingkan keuntungan
dan kerugiannya terhadap kontrasepsi yang sedang ia pakai. Dibandingkan
dengan WUS yang belum pernah atau tidak sedang menggunakan kontrasepsi
maka pengetahuan / pengalaman akan penggunaan kontrasepsi terutama IUD
akan kurang.

E. Sumber Informasi Tentang KB


Pada tabel 17 distribusi frekuensi responden tentang sumber informasi
KB di wilayah kerja Puskesmas Setu yaitu dari puskesmas sebanyak 20 orang
(35.7%), dari penyuluhan kader KB sebanyak 17 orang (30.4%), dari
keluarganya / lingkungan terdapat 11 orang (19.6%), WUS yang tidak
mendapatkan informasi KB sebanyak 6 orang (10.7%) dan sebanyak 2 orang
(3.6%) mendapatkan informasi KB dari media massa. Sedangkan, distribusi
frekuensi responden tentang sumber informasi KB di wilayah kerja Puskesmas
Serpong I yaitu dari puskesmas sebanyak 25 orang (47.2%), dari penyuluh
kader KB sebanyak 14 orang (26.4%), WUS yang tidak mendapatkan
informasi KB sebanyak 8 orang (15.2%), dari keluarga / lingkungan terdapat 5
orang (9.4%) dan sebanyak 1 orang (1.9%) mendapat informasi KB dari media
massa. Sehingga, total distribusi frekuensi sumber informasi tentang KB yang
didapat oleh WUS di wilayah kerja kedua puskesmas terbanyak adalah dari
puskesmas yaitu sebanyak 45 orang (41.3%), kemudian dari penyuluh kader
KB sebanyak 31 orang (28.4%), dari keluarganya / lingkungan sebanyak 16
orang (14.7%), WUS yang tidak mendapatkan informasi tentang KB sebanyak
65

14 orang (12.8%) dan dari media massa (seperti dari brosur/TV/radio) terdapat
3 orang (2.8%).
Menurut Notoatmodjo (2003), sumber informasi merupakan salah satu
bagian terpenting dalam meningkatkan pengetahuan seseorang, karena salah
satu faktor eksternal pengetahuan adalah informasi. Informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan.9

V.2. Pengetahuan WUS tentang Kontrasepsi IUD


Pengetahuan tentang kontrasepsi IUD merupakan hasil mengetahui
informasi tentang sesuatu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu mengenai alat kontrasepsi yang
disisipkan ke dalam rahim terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang
dililit tembaga dan bentuknya bermacam-macam.
Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa responden yang
pengetahuannya Baik sebanyak 38 orang (34.9%), responden yang
pengetahuannya Cukup sebanyak 23 orang (21.1%) dan responden yang
pengetahuannya Kurang Baik sebanyak 48 orang (44.0%). Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang
Kurang Baik tentang alat kontrasepsi IUD.
Menurut Notoatmodjo (2007)13 salah satu cara memperoleh
pengetahuan adalah berdasarkan pengalaman pribadi, dimana pengalamann itu
merupakan guru yang baik untuk memperoleh pengetahuan. Di wilayah kerja
Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten ini responden yang pengetahuannya kurang baik merupakan responden
yang belum pernah sama sekali memakai kontrasepsi IUD. Dari butir
pertanyaan kuisioner variabel independen (pengetahuan) sebagaimana dari
mereka menjawab tidak tahu apa itu IUD.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakuan Wira
Febriani (2014)17 di Jakarta Selatan yang menyimpulkan bahwa pengetahuan
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih
kontrasepsi dan sangat berhubungan dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD
66

di wilayah RW 014 Teluk Gong, Jakarta Selatan. Jika seseorang sudah


mengetahui, maka orang itu akan menentukan sikap, sehingga sikap akan
menimbulkan minat.
Menurut Notoatmodjo (2007)13 pengetahuan adalah hasil dari
mengetahui sesuatu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang
luas khususnya tentang kesehatan maka seseorang itu cenderung dan senantiasa
meningkatkan kesehatan diri, keluarga serta lingkungannya. Responden yang
memiliki pengetahuan lebih luas maka akan lebih memilih kontrasepsi IUD
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Dari hasil penelitian masih perlu diberikan pengetahuan mengenai alat
kontrasepsi khususnya IUD pada WUS yang berpendidikan rendah. Kurangnya
pengetahuan akseptor tentang IUD merupakan salah satu penyebab akseptor
tidak berminat menggunakan/memakai IUD, padahal IUD merupakan salah
satu alat kontrasepsi yang efektif dan aman jika digunakan dalam jangka waktu
lama.
Untuk meningkatkan pengetahuan WUS dapat dilakukan melalui jalur
non formal yaitu bisa dilakukan melalui pemberian informasi melalui
konseling, membaca leaflet dan mengikuti seminar atau penyuluhan yang
berkaitan dengan kontrasepsi (KB).

V.3. Minat Pemakaian IUD Pada WUS


Minat merupakan suatu keinginan dari dalam diri seseorang yang
merupakan kekuatan untuk memuaskan kebutuhan melalui suatu tindakan yang
didasari oleh pikiran dan perasaan yang timbul melalui penglihatan dan
pendengaran.
Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa responden yang Berminat
menggunakan kontrasepsi IUD ada sebanyak 58 orang (53.2%) sedangkan
responden yang Tidak Berminat menggunakan kontrasepsi IUD yaitu
sebanyak 51 orang (46.8%). Dapat disimpulkan bahwa WUS di wilayah kerja
Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten berminat menggunakan IUD karena pengetahuan tentang IUD dirasa
cukup dan mau menggunakan IUD.
67

Menurut Hartanto (2004)17 terdapat 3 faktor yang mempengaruhi


akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor
kesehatan dan metode kontrasepsi. Dari pertanyaan yang terdapat di kuisioner,
sebagian besar responden yang berminat ini menjawab bahwa mereka tertarik
atau terdapat rasa suka terhadap kontrasepsi IUD dengan melihat faktor yang
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD.
Responden menyatakan tidak berminat memakai kontrasepsi IUD
karena sebagian besar menjawab suaminya tidak mendukung jika mereka
menggunakan IUD, karena pada dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Hal ini sesuai
dengan teori Purwanto (2004)12 menyatakan bahwa proses minat itu didasari
oleh motif yaitu alasan, dasar dan pendorong, perjuangan motif, keputusan, dan
bertindak sesuai keputusan.

V.4. Hubungan Pengetahuan WUS tentang IUD dengan Minat Pemakaian IUD
di Wilayah Kerja Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten
Pada penelitian ini membatasi masalah sehingga dari beberapa faktor
yang mempengaruhi minat pemakaian IUD, yang diteliti hanya faktor
pengetahuan WUS saja. Sehingga di dapatkan hasil pengujian dengan
menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
WUS tentang IUD dengan minat pemakaian IUD dapat dilihat pada tabel 23
yang menunjukkan nilai Asymp. Sig. 0.038 < 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan minat pemakaian IUD pada
WUS di wilayah kerja Puskesmas Setu dan Puskesmas Serpong I Kota
Tangerang Serpong, Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil analisis dengan derajat kepercayaan 90% bahwa
minat pemakaian IUD berpengaruh banyak oleh pengetahuan. Ini berarti WUS
yang tahu tentang IUD cenderung berminat memakai IUD, sebaliknya WUS
yang tidak tahu tentang IUD cenderung tidak berminat memakai IUD.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wira
(2014) di wilayah RW 014 Teluk Gong, Jakarta Selatan, berdasarkan uji
68

statistik diperoleh nilai p value 0.000 < 0.05. Hal ini berarti ada hubungan
pengetahuan dengan minat pemakaian IUD.30
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Marliza (2010) di
Kelurahan Ketapang, bahwa tingkat pengetahuan di Kelurahan Ketapang
dinyatakan kategori Cukup sebesar 56.3%. Hasil uji statistik Chi-Square di
dapatkan Asymp. Sig. 0.002 < 0.05. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan
responden rata-rata SMA, sehingga dengan pengetahuan yang cukup baik,
maka pengetahuan tentang kesehatan juga akan lebih baik.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengeahuan WUS tentang
kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD. Semakin baik
pengetahuannya maka semakin tepat orang tersebut untuk menentukan sikap
dalam memilih kontrasepsi yang akan digunakan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan WUS tentang
IUD dengan minat pemakaian IUD di wilayah kerja Puskesmas Setu dan
Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden terbanyak pada penelitian ini adalah responden
yang memiliki:
a. Usia kategori 36-49 tahun sebanyak 60 orang (55.0%),
b. Pendidikan terakhir tamatan SMA sebanyak 35 orang (32.1%),
c. Tidak bekerja / ibu rumah tangga sebanyak 82 orang (75.2%),
d. Tidak sedang menggunakan KB / kontrasepsi sebanyak 51 orang
(46.8%), dan
e. Mengetahui informasi KB / kontrasepsi dari petugas puskesmas
sebanyak 45 orang (41.3%)
2. Pengetahuan wanita usia subur tentang IUD di wilayah kerja Puskesmas
Setu dan Puskesmas Serpong I adalah Kurang Baik, yaitu sebanyak 48
orang (44.0%) tidak mengetahui tentang IUD. Diikuti dengan wanita usia
subur dengan pengetahuan Baik, yaitu sebanyak 38 orang (32.9%) dan
pengetahuan Cukup sebanyak 23 orang (21.1%).
3. Wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Setu dan Puskesmas
Serpong I yang Berminat menggunakan kontrasepsi IUD yaitu sebanyak
58 orang (53.2%), dan yang Tidak Berminat yaitu sebanyak 51 orang
(46.8%).
4. Hasil analisis statistik data membuktikan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi IUD
dengan minat pemakaian IUD di wilayah kerja Puskesmas Setu dan
Puskesmas Serpong I Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan
menunjukkan hasil uji Chi-Square yaitu p-value 0.038 < 0.05.

69
70

VI.2. SARAN
1. Bagi Petugas Puskesmas
Perlu memberikan informasi untuk memasyarakatan penggunaan
kontrasepsi yaitu dengan penyuluhan maupun konseling kepada wanita usia
subur sebagai akseptor KB khususnya IUD.
Mengembangkan dan memperluas penyuluhan mengenai kontrasepsi
khususnya kontrasepsi IUD di seluruh daerah di wilayah kerja Puskesmas Setu
dan Puskesmas Serpong I agar informasi mengenai IUD tersebar merata.
Membina para pengguna KB baru yang akan memilih kontrasepsi
pilihannya di masing-masing puskesmas dengan cara memberikan informasi
tentang kontrasepsi dengan sebaik-baiknya agar pengetahuan para akseptor KB
baru merata dan luas.
2. Bagi Masyarakat (Wanita Usia Subur) di wilayah kerja Puskesmas Setu
dan Puskesmas Serpong I
Diharapkan dapat menyerap sebanyak-banyaknya dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kontrasepsi, khususnya IUD. Misalnya
melalui informasi seperti media massa, mengikuti penyuluhan, maupun
berkonsultasi kepada petugas kesehatan agar dapat memilih kontrasepsi sesuai
kebutuhan.
xx

LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR INFORM CONSENT

Oleh:
Sarah Shabrina
2012730098

Saya adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah


Jakarta, meminta persetujuan kepada saudari untuk mengisi kuisioner penelitian saya yang
berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG
KONTRASEPSI IUD TERHADAP MINAT PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DI
PUSKESMAS SETU DAN PUSKESMAS SERPONG I KOTA TANGERANG SELATAN,
PROVINSI BANTEN. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
studi Strata Satu (S1) pada Prodi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan
terhadap kontrasepsi IUD/AKDR saudari terhadap minat saudari untuk memilih IUD/AKDR
sebagai kontrasepsi. Saya mengharapkan saudari memberikan jawaban sesuai kenyataan yang
terjadi. Saya akan menjamin kerahasiaan dari jawaban kuisioner ini.
Jika saudari bersedia menjadi responden penelitian ini, saudari dapat menandatangani
kolom di bawah ini.
Terima kasih
* Nama :
No. Telp :
Tanda Tangan :

Ket : *data di atas wajib diisi
xxi

Pendahuluan
Keluarga Berencana atau KB adalah program pemerintah bertujuan menjarangkan
kelahiran demi membangun keluarga kecil yang sejahtera dan mampu menurunkan angka
pertambahan penduduk Indonesia. Kontrasepsi adalah alat yang digunakan dalam melaksanakan
program tersebut.
AKDR yaitu kepanjangan dari Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Intra Uterine Device /
IUD) atau spiral, salah satu jenis AKDR yang paling dikenal masyarakat sejak dulu.
Kuisioner ini ditujukan kepada yang tidak sedang memakai kontrasepsi maupun yang
sedang memakai kontrasepsi. Saya mengharapkan partisipasi saudari untuk menjawab dengan
sejujurnya atau yang paling mendekati dengan keadaan saudari sekarang. Bacalah keterangan
nya terlebih dahulu.

Isilah kuisioner dibawah ini:


A. Isilah dan pilihlah dengan tanda (X/O)
1. Nama anda :
2. Usia anda : tahun.
3. Pendidikan terakhir anda:
(1) Tidak sekolah (4) Tamat SMA
(2) Tamat SD (5) Akademi / Perguruan
(3) Tamat SMP
(6) tinggi (D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)

4. Pekerjaan anda:
(1) Tidak bekerja / ibu rumah (3) PNS
tangga (4) Lain-lain :
(2) Dagang / usaha swasta
5. Anda tahu tentang KB atau kontrasepsi dari:
(1) Tidak ada (4) Media massa
(2) Petugas Puskesmas (Brosur/TV/Radio)
(3) Kader kesehatan / penyuluh (5) Keluarga / lingkungan
KB
6. Apakah Anda sedang menggunakan kontrasepsi sekarang? Jika Ya, sebutkan apa :
(1) Ya, alat yang digunakan:
(2) Tidak
xxii

B. Isilah kolom berikut dengan tanda check list () yang menurut anda benar dan/atau
paling mendekati dengan pendapat anda:
1. Pengetahuan Terhadap Kontrasepsi Spiral/AKDR/IUD
Keterangan:
T = Tahu TT = Tidak Tahu
KT = Kurang Tahu
No. Pertanyaan T KT TT
1 Apakah anda tahu apa itu kontrasepsi spiral/AKDR/IUD?
2 Apakah anda tahu kontrasepsi spiral/AKDR/IUD merupakan
kontrasepsi jangka panjang?
3 Apakah anda tahu bentuk dari alat kontrasepsi spiral/AKDR/IUD?
4 Apakah anda tahu bagaimana/dimana tempat alat kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD dipasang?
5 Apakah anda tahu macam-macam jenis kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD?
6 Apakah anda tahu bagaimana kerja kontrasepsi spiral/AKDR/IUD
dalam mencegah kehamilan?
7 Apakah anda tahu bahwa anda tidak perlu mengingat/diingatkan
dalam memakai kontrasepsi spiral/AKDR/IUD karena alat
tersebut tidak harus dipakai atau diganti setiap hari?
8 Apakah anda tahu kontrasepsi spiral/AKDR/IUD tidak akan
mempengaruhi kualitas dan volume ASI?
9 Apakah anda tahu efek samping dari alat kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD dapat menambah rasa sakit dan memperlama
menstruasi anda?
10 Apakah anda tahu bahwa kontrasepsi spiral/AKDR/IUD dapat
merubah siklus menstruasi anda pada 3 bulan pertama pemakaian?
11 Apakah anda tahu memakai kontrasepsi spiral/AKDR/IUD akan
didapat bercak-bercak pendarahan yang keluar diantara siklus
menstruasi anda?
12 Apakah anda tahu berapa lama kontrasepsi spiral/AKDR/IUD
dapat bertahan efeknya untuk sekali pakai?
13 Apakah anda tahu syarat-syarat apa saja yang memperbolehkan
seseorang memakai kontrasepsi spiral/AKDR/IUD?
xxiii

14 Apakah anda tahu seseorang yang sedang menderita infeksi alat


kelamin tidak diperbolehkan memakai kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD?
15 Apakah anda tahu waktu pemasangan kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD dapat dilakukan 6 minggu setelah melahirkan?
16 Apakah anda tahu anda harus memeriksa keadaan alat kontrasepsi
spiral/AKDR/IUD setiap 6 bulan sekali?
17 Apakah anda tahu hal-hal apa saja yang mewajibkan pemakai
kontrasepsi spiral/AKDR/IUD diperiksa kembali ke dokter?

2. Minat Terhadap Kontrasepsi Spiral/AKDR/IUD


Keterangan:
S = Setuju TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
No. Pernyataan S KS TS
1 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena prosedur
pemakaiannya yang praktis, tidak ribet
2 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena hanya sekali
pakai dan efeknya bertahan sampai 5 tahun
3 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari
4 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena sangat nyaman
dipakai dalam berhubungan intim suami-istri
5 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena sangat aman
dalam mencegah kehamilan dengan efek samping yang minimal
6 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena disarankan
oleh tenaga kesehatan / puskesmas
7 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena
suami/keluarga mendukung saya memakai kontrasepsi tersebut
8 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD karena lingkungan
sekitar saya yang banyak memakai kontrasepsi tersebut
9 Saya berminat memakai spiral/AKDR/IUD setelah mendapat
penyuluhan tentang KB
---------- Terima Kasih ----------
xxiv

Lampiran 2
Hasil Analisa SPSS
Statistics
Sumber
Pendidikan KB Yang Informasi
Usia Terakhir Pekerjaan Digunakan Tengtang KB
N Valid 109 109 109 109 109
Missing 0 0 0 0 0
Mean 34.74
Median 35.00
Mode 35
Minimum 22
Maximum 48

Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 22 4 3.7 3.7 3.7
23 4 3.7 3.7 7.3
24 1 .9 .9 8.3
25 8 7.3 7.3 15.6
26 2 1.8 1.8 17.4
27 2 1.8 1.8 19.3
28 2 1.8 1.8 21.1
29 3 2.8 2.8 23.9
30 7 6.4 6.4 30.3
31 6 5.5 5.5 35.8
32 2 1.8 1.8 37.6
33 5 4.6 4.6 42.2
34 3 2.8 2.8 45.0
35 11 10.1 10.1 55.0
36 3 2.8 2.8 57.8
37 6 5.5 5.5 63.3
38 5 4.6 4.6 67.9
39 2 1.8 1.8 69.7
40 8 7.3 7.3 77.1
41 3 2.8 2.8 79.8
42 5 4.6 4.6 84.4
43 4 3.7 3.7 88.1
44 2 1.8 1.8 89.9
45 2 1.8 1.8 91.7
46 4 3.7 3.7 95.4
xxv

47 3 2.8 2.8 98.2


48 2 1.8 1.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Akademi / Perguruan Tinggi
20 18.3 18.3 18.3
(D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3)
Tamat SD 32 29.4 29.4 47.7
Tamat SMA 35 32.1 32.1 79.8
Tamat SMP 21 19.3 19.3 99.1
Tidak Sekolah 1 .9 .9 100.0
Total 109 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dagang / Usaha Swasta 13 11.9 11.9 11.9
Lain-lain 10 9.2 9.2 21.1
PNS 4 3.7 3.7 24.8
Tidak bekerja / ibu rumah
82 75.2 75.2 100.0
tangga
Total 109 100.0 100.0

KB Yang Digunakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid AKDR / IUD 9 8.3 8.3 8.3
Implan 1 .9 .9 9.2
Lain-lain 1 .9 .9 10.1
Pil 9 8.3 8.3 18.3
Suntik 38 34.9 34.9 53.2
Tidak 51 46.8 46.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

Sumber Informasi Tengtang KB


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kader Kesehatan / Penyuluh
31 28.4 28.4 28.4
KB
Keluarga / Lingkungan 16 14.7 14.7 43.1
Media massa
3 2.8 2.8 45.9
(Brosur/TV/Radio)
xxvi

Petugas Puskesmas 45 41.3 41.3 87.2


Tidak Ada 14 12.8 12.8 100.0
Total 109 100.0 100.0

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak Berminat 0
Berminat 1

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

M2 = Tidak Berminat M2 = Berminat

Observed Expected Observed Expected Total


Step 1 1 29 28.290 19 19.710 48
2 9 10.420 14 12.580 23
3 13 12.290 25 25.710 38

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Minat 109 100.0% 0 .0% 109 100.0%

Pengetahuan * Minat Crosstabulation

Minat

Berminat Tidak Berminat Total


Pengetahuan Baik Count 25 13 38
% within Pengetahuan 65.8% 34.2% 100.0%
% of Total 22.9% 11.9% 34.9%
Cukup Count 14 9 23
% within Pengetahuan 60.9% 39.1% 100.0%
% of Total 12.8% 8.3% 21.1%
Kurang Baik Count 19 29 48
% within Pengetahuan 39.6% 60.4% 100.0%
% of Total 17.4% 26.6% 44.0%
Total Count 58 51 109
% within Pengetahuan 53.2% 46.8% 100.0%
% of Total 53.2% 46.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.537a 2 .038
Likelihood Ratio 6.600 2 .037
N of Valid Cases 109
xxvii

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.537a 2 .038
Likelihood Ratio 6.600 2 .037
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 10.76.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.937 17
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Item_1a 31.08 93.741 .567 .936
Item_2a 31.07 93.228 .609 .935
Item_3a 31.39 90.801 .669 .934
Item_4a 30.96 95.438 .485 .937
Item_5a 31.74 94.605 .533 .936
Item_6a 31.69 93.261 .617 .935
Item_7a 31.43 90.247 .717 .932
Item_8a 31.64 90.794 .728 .932
Item_9a 31.56 92.156 .636 .934
Item_10a 31.63 92.983 .609 .935
Item_11a 31.65 91.426 .684 .933
Item_12a 31.42 92.787 .608 .935
Item_13a 31.74 91.502 .733 .932
Item_14a 31.79 90.674 .765 .931
Item_15a 31.68 90.614 .793 .931
Item_16a 31.56 90.211 .755 .932
Item_17a 31.68 91.137 .734 .932

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.949 9
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Item_1b 14.70 31.546 .810 .942
Item_2b 14.69 31.457 .826 .941
Item_3b 14.73 30.975 .821 .942
Item_4b 14.92 32.391 .768 .944
Item_5b 14.74 31.322 .799 .943
Item_6b 14.70 31.195 .802 .943
Item_7b 14.94 32.015 .780 .944
Item_8b 14.83 32.121 .804 .943
Item_9b 14.66 31.634 .772 .944
xxviii

Lampiran 3
Daftar Tabel

Tabel 20. Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana) df = 101-105


Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
101 0.1630 0.1937 0.2290 0.2528 0.3196
102 0.1622 0.1927 0.2279 0.2515 0.3181
103 0.1614 0.1918 0.2268 0.2504 0.3166
104 0.1606 0.1909 0.2257 0.2492 0.3152
105 0.1599 0.1900 0.2247 0.2480 0.3137
106 0.1591 0.1891 0.2236 0.2469 0.3123
107 0.1584 0.1882 0.2226 0.2458 0.3109
108 0.1576 0.1874 0.2216 0.2446 0.3095
109 0.1569 0.1865 0.2206 0.2436 0.3082
110 0.1562 0.1857 0.2196 0.2425 0.3068
111 0.1555 0.1848 0.2186 0.2414 0.3055
112 0.1548 0.1840 0.2177 0.2403 0.3042
113 0.1541 0.1832 0.2167 0.2393 0.3029
114 0.1535 0.1824 0.2158 0.2383 0.3016
115 0.1528 0.1816 0.2149 0.2373 0.3004
116 0.1522 0.1809 0.2139 0.2363 0.2991
117 0.1515 0.1801 0.2131 0.2353 0.2979
118 0.1509 0.1793 0.2122 0.2343 0.2967
119 0.1502 0.1786 0.2113 0.2333 0.2955
120 0.1496 0.1779 0.2104 0.2324 0.2943
121 0.1490 0.1771 0.2096 0.2315 0.2931
122 0.1484 0.1764 0.2087 0.2305 0.2920
123 0.1478 0.1757 0.2079 0.2296 0.2908
124 0.1472 0.1750 0.2071 0.2287 0.2897
125 0.1466 0.1743 0.2062 0.2278 0.2886
126 0.1460 0.1736 0.2054 0.2269 0.2875
127 0.1455 0.1729 0.2046 0.2260 0.2864
128 0.1449 0.1723 0.2039 0.2252 0.2853
129 0.1443 0.1716 0.2031 0.2243 0.2843
130 0.1438 0.1710 0.2023 0.2235 0.2832
131 0.1432 0.1703 0.2015 0.2226 0.2822
132 0.1427 0.1697 0.2008 0.2218 0.2811
133 0.1422 0.1690 0.2001 0.2210 0.2801
134 0.1416 0.1684 0.1993 0.2202 0.2791
135 0.1411 0.1678 0.1986 0.2194 0.2781
136 0.1406 0.1672 0.1979 0.2186 0.2771
137 0.1401 0.1666 0.1972 0.2178 0.2761
138 0.1396 0.1660 0.1965 0.2170 0.2752
139 0.1391 0.1654 0.1958 0.2163 0.2742
140 0.1386 0.1648 0.1951 0.2155 0.2733
141 0.1381 0.1642 0.1944 0.2148 0.2723
142 0.1376 0.1637 0.1937 0.2140 0.2714
143 0.1371 0.1631 0.1930 0.2133 0.2705
144 0.1367 0.1625 0.1924 0.2126 0.2696
145 0.1362 0.1620 0.1917 0.2118 0.2687
146 0.1357 0.1614 0.1911 0.2111 0.2678
xxix

147 0.1353 0.1609 0.1904 0.2104 0.2669


148 0.1348 0.1603 0.1898 0.2097 0.2660
149 0.1344 0.1598 0.1892 0.2090 0.2652
150 0.1339 0.1593 0.1886 0.2083 0.2643

Tabel 21. Tabel Distribusi Kai Kuadrat


Tabel Distribusi
0.1 0.05 0.025 0.01 0.005
db 1 2.70554 3.84146 5.02390 6.63489 7.87940
2 4.60518 5.99148 7.37778 9.21035 10.59653
3 6.25139 7.81472 9.34840 11.34488 12.83807
4 7.77943 9.48773 11.14326 13.27670 14.86017
5 9.23635 11.07048 12.83249 15.08632 16.74965
6 10.64464 12.59158 14.44935 16.81187 18.54751
7 12.01703 14.06713 16.01277 18.47532 20.27774
8 13.36156 15.50731 17.53454 20.09016 21.95486
9 14.68366 16.91896 19.02278 21.66605 23.58927
10 15.98717 18.30703 20.48320 23.20929 25.18805
11 17.27501 19.67515 21.92002 24.72502 26.75686
12 18.54934 21.02606 23.33666 26.21696 28.29966
13 19.81193 22.36203 24.73558 27.68818 29.81932
14 21.06414 23.68478 26.11893 29.14116 31.31943
15 22.30712 24.99580 27.48836 30.57795 32.80149
16 23.54182 26.29622 28.84532 31.99986 34.26705
17 24.76903 27.58710 30.19098 33.40872 35.71838
18 25.98942 28.86932 31.52641 34.80524 37.15639
19 27.20356 30.14351 32.85234 36.19077 38.58212
20 28.41197 31.41042 34.16958 37.56627 39.99686
21 29.61509 32.67056 35.47886 38.93223 41.40094
22 30.81329 33.92446 36.78068 40.28945 42.79566
23 32.00689 35.17246 38.07561 41.63833 44.18139
24 33.19624 36.41503 39.36406 42.97978 45.55836
25 34.38158 37.65249 40.64650 44.31401 46.92797
26 35.56316 38.88513 41.92314 45.64164 48.28978
27 36.74123 40.11327 43.19452 46.96284 49.64504
28 37.91591 41.33715 44.46079 48.27817 50.99356
29 39.08748 42.55695 45.72228 49.58783 52.33550
30 40.25602 43.77295 46.97922 50.89218 53.67187
xxx

Lampiran 4

Surat Permohonan Izin Penelitian


xxxi

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL INFORMATION Sarah Shabrina


Komplek Batan Indah Blok E-44, Serpong Tangerang Selatan. Banten. 15311

(021) 756 1819 +62 8965 388 8801

sarahhshabrina@yahoo.com

Whatsapp 089653888801 / Sarah Shabrina

Sex Female | Date of birth 11 / 07 / 1994 | Religion Islam | Nationality Indonesia

EDUCATION
2009 - 2012 Science Class
SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan

2012 - now Medical Education Program (in the middle of final assigment)
Faculty of Medicine And Health
Universitas Muhammadiyah Jakarta
PERSONAL SKILLS
Mother tongue(s) Bahasa Indonesia

Other language(s) English

Organisational / managerial skills Secretary (2014 2015 secretary in Muhammadiyah Medical Research
Organization)
Computer skills Good command of Microsoft Office tools
Good command of Adobe Photoshop and Corel Draw tools

Other skills Designing

Interest Reading novel, drawing, music (pop and classical)


Sports Badminton and swimming

ADDITIONAL
INFORMATION

Publication awards 2nd winner Scientific Poster Competition 2013 Majesty Lokal M2RCUniversitas Muhammadiyah
and Jakarta
presentations
Top 10 finalists Public Poster Competition 2013 Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya
Universitas Sriwijaya, Palembang
Top 10 finalists Scientific Poster Competition 2014 Scientific Fair Universitas Diponegoro
Semarang
1st winner Public Poster Competition 2015 Majesty Lokal M2RC Universitas Muhammadiyah
Jakarta
xxxii

Seminars October 2012, Seminar Jaminan Persalinan United in Movement Speak For Union Faculty of
Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta
November 2012, National Symphosium Of Emergency Skin Disease Faculty of Medicine
Universitas Muhammadiyah Jakarta
August 2013, International Seminar for Health Examination, Beauty Health And Plastic Surgery
Health Administrative Office of South Tangerang City
September 2013, Seminar Reducing Mortality Rate by Understanding and Preventing Coronary
Heart Disease for Brilliant Future of Indonesia Universitas Sriwijaya
December 2013, Seminar Nasional Epidemiologi Maternal, Newborn and Child Health in the Post-
2015 Faculty of Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta
June 2014, Seminar Nasional Integrative Approach on Acute Coronary Syndrome Universitas
Diponegoro Semarang

Honours and Outstanding student award Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013
certifications
Participant certificate at scientific and puclic poster training Faculty of Medicine Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Participant certificate at scientific paper training Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah
Jakarta
Committee certificate at Seminar Nasional Updating In Liver Management Faculty of Medicine
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Committee certificate at Seminar Nasional Update in Early Detection And Management Of Cervical
Cancer Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Jakarta

Memberships 2009 2010 Member of OSIS SMA N 2 Kota Tangerang Selatan


References
2014 2015 Secretary of Scientific Organization M2RC Universitas Muhammadiyah Jakarta
xvii

DAFTAR PUSTAKA

1. Suroso. T. Hadinegoro SR, Wuryadi S, Sumanjuntak G, Umar AI, Pitoyo PD, et.
al. Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Berdarah Dengue. WHO dan
Depkes. RI, Jakarta.

2. Depkes RI. Waspada Demam Berdarah Dengua. Jakarta. 2010. Diakses pada
tanggal 9 April 2016 pada jam 14.22 WIB dari URL
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/439-waspada-demam-
berdarah-dengue.html

3. Soegijanto, Soegeng, 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di


Indonesia. Cetakan I. Airlangga. Surabaya.

4 .Depkes RI. 2005. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.


Departemen Kesehatan. Jakarta.

5 Kemenkes RI. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia).
Jakarta, 2015.

6 Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Jakarta,
2015.

7. Kemenkes RI, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk


Teknis jumantik PSN Anak Sekolah. Jakarta. 2014. Diakses pada tanggal 12
April 2016 pada jam 19.44 WIB dari URL
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Microsoft%20Word%20-
%20Juknis%20Jumantik-PSN%20Anak%20Sekolah_Online.doc.pdf

8 Al-Qarashi, Baqir Sharif. (2003). Seni Mendidik Islam, Penerjemah: Mustofa Budi
Santoso, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003

9. .Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:


Rineka Cipta, 2012.
xviii

10. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta:


Rineka Cipta, 2003.

11 .Sarwono, S., 2003. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya.


Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

12 Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta, 2007.

13. Notoatmodjo. Metodelogi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm 19

14.Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Persada. 2010

15. Depkes RI, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Ditjen
PPM PLP. Depkes RI. 2001.

16. Anoraga, Pandji. 1995. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Pustaka Jaya

17 Sumber: http://digilib.esaunggul.ac.id/UEU-Undergraduate-u201131106/5073
diakses pada Agustus, 2015.

You might also like