Professional Documents
Culture Documents
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
dilaksanakan dengan tepat artinya telah sesuai dengan tugas dan tanggungjawab
menunjukkan hasil yang maksimal itu bisa ditunjukkan dengan angka yang
Sukun Kota Malang juga telah ditampakkan dengan keprofesionalan para pelaku
baik yang ada di tingkat RT/RW maupun mereka pelaku yang ada di tingkat
kelurahan. Hal ini bisa dilihat dari indikator yang telah ditanyakan kepada
9
10
budaya organisasi yang cukup baik pula. Variabel lingkungan yang sangat
ini terlihat dari kelompok sasaran yang ada dimasyarakat penerima Program
program tersebut.
tidak lama (65,63 %) dan bunga pinjaman juga berat (79,69 %). Sebanyak 54,76
bahwa pendapatan usaha anggota KSM rata-rata per bulan sesudah program
11
sampai 53,91%, sedangkan investasi usaha anggota KSM rata-rata per bulan
besar atau seluruh anggota masyarakat (penduduk) berada pada standar hidup
yang rendah. Standar hidup rendah yang digolongkan sebagai penduduk miskin di
kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk pendapatan yang rendah, perumahan yang
kurang layak, kesehatan yang buruk, sedikit atau tidak berpendidikan, angka
kematian tinggi, harapan hidup dan mendapatkan pekerjaan yang rendah dan
dalam banyak hal mereka berada dalam keadaan yan g sulit dan tidak mempunyai
Standar hidup yang rendah tersebut di satu sisi bisa disebabkan rendahnya
merata, maupun sistem kelembagaan dan atau pranata sosial yang tidak menjamin
(Santoso. 2002 ).
garis kemiskinan diperoleh dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita
kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara-negara maju yang memiliki
atribut sebagai maju atau model. Untuk memahami definisi dan asal mula
Kaum wanita pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Dalam rumah
tangga miskin, mereka sering merupakan pihak yang menanggung beban kerja
yang lebih berat dari pada kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak, mereka
juga menderita akibat adanya ketidak merataan tersebut dan kualitas hidup masa
kesehatan dan pendidikan. Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi
dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan
ketimpangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Pada
tingkat ketimpangan yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja dan
beda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan
hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya
minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Adapun pengeluaran
sandang, serta aneka barang dan jasa. Selama periode 2006 sampai 2003, telah
garis kemiskinan yang didasarkan atas harga beras. Sajogyo mendefinisikan batas
garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan
beras. Dengan menerapkan garis kemiskinan ini kedalam data SUSENAS (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) dari tahun 2006 sampai dengan 2007, akan
potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Friedmann (2002:
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat
oleh salim (dalam Ala, 2001: 1) yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya
yaitu :
arah strategi.
tenaga kerja masyarakat pedesaan dan perkotaan. Tenaga kerja penganggur dan
diatas banyak pula tenaga kerja penganggur dan kurang kerja di pedesaan dan
pedesaan (lulusan Sekolah Menengah) yang diserap oleh swasta , namun belum
18
mana.
2. Alih teknologi
3. Meningkatkan ketrampilan
disinyalir para ahli sangat lamban dalam mencapai tujuannya yakni memberantas
sebagai model-model yang tidak memberi kesempatan pada rakyat miskin untuk
(2002: 124) memunculkan adanya 2 (dua) premis mayor, yaitu kegagalan dan
Kegagalan dan harapan menurut Friedman bukanlah merupakan alat ukur dari
hasil kerja ilmu sosial melainkan lebih merupakan cermin dari nilai-nilai normatif
dan moral yang berkembang dalam lokalitas. Kegagalan dan harapan akan terasa
sangat nyata pada tingkat individu dan masyarakat. Pada tingkat yang lebih luas,
yang dirasakan hanyalah gejala dari kegagalan dan harapan. Dengan demikian,
pemberdayaan individu.
20
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
kemandirian masyarakat. Konsep partisipasi yang aktif dan kreatif atau seperti
akan situasi dan masalah yang dihadapinya, serta berupaya untuk mencari jalan
keluar yang dapat dipakai demi mengatasi masalahnya. Partisipasi juga membantu
masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi dan proses desentralisasi
tingkat bawah.
Soetrisno (2005: 74) menyatakan bahwa ada dua definisi partisipasi yang
kemauan rakyat untuk ikut menanggung biaya pembangunan baik berupa uang
Dipandang dari sudut sosiologis definisi ini tidak dapat dikatakan sebagai
tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan
proyek yang dibangun diwilayah mereka serta ada tidaknya kemauan rakyat untuk
sebagai suatu insentif moral yang mengijinkan kaum miskin yang tidak berdaya
untuk merundingkan insentif-insentif material baru bagi diri mereka dan sebagai
Paulo Freire (2000: 34) adalah orang yang paling tegas menyatakan kepada
tanpa adanya partisipasi masyarakat lokal. Dari analisis bentuk dan jenis
berpusat pada rakyat yang sangat sentral terhadap pemenuhan prioritas kebutuhan
wawasan nasional dan turut bertanggung jawab terhadap kebutuhan bangsa. Pada
terpisahkan dari cara-cara hidup masyarakat lokal dan dipakai sebagai model
penting.
sesamanya dengan manyadari potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat terwujud
dengan menimba ilmu dan ketrampilan baru, serta aktif berpartisipasi dalam
yang berkaitan dengan hakekat dari kekuasaan, serta hubungan antar individu atau
lapisan-lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dengan
kekuasaan. Hanya saja kadar dari kekuasaan itu akan berbeda antara satu individu
dengan individu yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
status, harta, kedudukan, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang saling terkait itu
(penguasa) dan obyek (yang dikuasai). Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan
dikotomi subyek dan obyek tersebut merupakan relasi yang ingin diperbaiki
obyek. Proses ini mensyaratkan adanya pengakuan subyek atas kemampuan atau
power yang dimiliki obyek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya flow
tersebut memiliki kekuasaan/daya. Dengan kata lain, mengalirnya daya ini dapat
25
terwujud suatu upaya aktualisasi diri dari obyek untuk meningkatkan hidupnya
dengan memakai daya yang ada padanya serta dibantu juga dengan daya yang
dimiliki subyek. Dalam pengertian yang lebih luas, hasil akhir dari proses
subyek (yang baru), sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan ditandai
dengan relasi antar subyek (lama) dengan subyek (baru) yang lain. atau proses
subyek-subyek.
100-1). Bila power ditinjau dalam perspektif distributif, maka ia bersifat zero-sum
dan sangat kompetitif. Kalau yang satu mempunyai daya berarti yang lain tidak
tidak punya. Kalau satu pihak memperoleh tambahan daya, berarti pihak yang
lain kehilangan. Dalam hubungan kekuasaan seperti ini, aktor yang berperilaku
rasional dianggap tidak mungkin bekerjasama karena hanya akan merugikan diri
sum. Artinya, pemberian pada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Kalau
daya suatu unit sosial secara keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat
26
menikmati bersama-sama. Dalam kasus ini, pemberian daya kepada lapisan miskin
secara tidak langsung juga akan meningkatkan daya si pemberi, yaitu si penguasa.
Dengan menggunakan kajian teori yang ditawarkan oleh Sarah Cook dan
Steve ini, maka perubahan yang akan dihasilkan merupakan suatu perubahan yang
bersifat terencana karena input yang akan digunakan dalam perubahan telah
diantisipasi sejak dini sehingga out put yang akan dihasilkan mampu berdaya
tidak hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada
akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar menawar yang kompetitif, baik
kondisi yang serba sentralistik ke situasi yang lebih otonom dengan cara memberi
miskin ini, juga diberi kesempatan untuk mengelola pembangunan, baik yang
yang menyangkut diri masyarakat sendiri merupakan unsur yang sungguh penting
dalam hal ini. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan masyarakat
demokrasi. Dalam konteks dan alur pikir ini Friedmaan (2002: 34) menyatakan :
Titik fokus dari pemberdayaan ini adalah lokalitas karena civil society,
menurutnya, lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal. Dalam pandangan Bryant
memiliki pengaruh. Hal ini senada dengan rumusan yang diberikan oleh Paulo
Freire (dalam Soetrisno, 2005: 27) yang menyatakan bahwa empowerment bukanlah
alam dan dana pembangunan saja, akan tetapi lebih dari itu, empowerment
tentang konsep empowerment ini ditemui dalam pernyataan Schumacher (2003: 132)
yang kurang berbau politik dan lebih menekankan pada hal-hal sebagai berikut :
untuk menolong si miskin adalah memberi kail ketimbang ikan yang dengannya
mereka dapat mandiri. Schumacher sangat memberi tempat yang istimewa bagi
berikut :
pada pembentukan kelompok mandiri tidak akan banyak mempuyai arti tanpa ada
empowerment apapun yang akan dipilih dibutuhkan dosis politik untuk menjadi
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
lebih lanjut (safety net). Alternatif konsep pertumbuhan ini oleh Friedmann (2002:
seperti dikatakan oleh Brown (dalam Mustadjab, 2000), keduanya tidak harus
Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap Zero sum game dan
trade-off (prinsip pilih salah satu). Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa
dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan serta
dikatakan oleh Kirdar dan Silk (dalam Kartasasmita, 2006: 90), the right kinds of
melengkapi).
sebaiknya melaksanakan suatu sistem, itu adalah suatu perbandingan setara suatu
sistem yang ada dengan sistem yang dikehendaki dan harus dipelihara pada
tingkat menengah.
diharapkan dapat menciptakan kemampuan aparatur dan petani ternak yang erat
bahwa :
31
masyarakat pedesaan.
menciptakan lapangan kerja , Dengan menfaatkan sebaik baiknya segala dana dan
Agar penelitian ini terarah sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang
diterapkan serta berdasarkan kiblat teoritis, maka perlu terlebih dahulu disusun
dan investasi usaha sebelum dan sesudah pinjaman. Apabila ada peningkatan
program akan dapat berusaha sendiri. Bantuan program yang diberikan tersebut
berupa pinjaman modal kerja bergulir sebagai modal bagi peningkatan pendapatan
sebagai berikut :
Kebijakan Pemerintah
Penanggulangan Pengembangan
Kemiskinan Masyarakat Desa
Penanggulangan
Kemiskinan
Masyarakat Desa
Gambar 2.1
Model Kerangka Pikir Penelitian