You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ini yang berjudul KAKI DIABETES

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengambil dari berbagai bahan bacaan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Terima kasih.

Palangkaraya, September 2017

Allycia Maharatti Zen

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .... 3-4

1.1 Latar Belakang .. 3


1.2 Rumusan Masalah . 4
1.3 Tujuan Penulisan ... 4
1.4 Kegunaan Penulisan .. 4

BAB II PEMBAHASAN . 5-14

2.1 Patofisiologi Kaki Diabetes ... 5

2.2 Klasifikasi Kaki Diabetes ... 5

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes . 7

BAB III PENUTUP 15

3.1 Kesimpulan .. 15

3.2 Saran .. 15

DAFTAR PUSTAKA . 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus ( DM ) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai


oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,defek kerja insulin
atau keduanya.Dengan memperhatikan mekanisme asal terjadinya hiperglikemi ini, dapat
ditempuh berbagai langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan konsentrasi glukosa
darah sampai batas aman untuk menghindari komplikasi kronik DM.
Komplikasi DM dapat terjadi pada semua tingkat sel dan semua tingkat pembuluh
darah kecil ( mikrovaskuler ) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf
dan pada otot jantung ( kardiomiopati ).Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi
kronik DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberculosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat
berkembang menjadi ulkus/gangrene diabetes.Kaki diabetes merupakan salah satu
komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering
mengecewakan baik bagi dokter pengelola maupun penyandang DM dan
keluarganya.Sering kaki diabetes berakhir dengan kecatatan dan kematian.Sampai saat ini,
di Indonesia kaki diabetes masih merupakan masalah yang rumit dan belum terkelola
dengan maksimal disamping ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetes dan
permasalahan biaya yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Di negara maju kaki diabetes juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang
aktif mengelola sejak pencegan primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih
cerah.

3
1.2 Rumusan masalah
Beberapa masalah dalam Kaki Diabetes yang akan dibahas atara lain :
1. Patofisiologi Kaki Diabetes
2. Klasifikasi Kaki Diabets
3. Pengelolaan Kaki Diabetes

1.3 Tujuan penulisan:


1. Mengetahui patofisiologi Kaki Diabetes
2. Mengetahui klasifikasi Kaki Diabetes
3. Mengetahui pengelolaan Kaki Diabetes

1.4 Kegunaan Penulisan


1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai yang berhubungan dengan Kaki
Diabetes.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Patofisiologi Kaki Diabetes

Terjadinya masalah kaki awali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang


menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomic akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah
yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes

2.2Klasifikasi Kaki Diabetes

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana
seperti klasifikasi Edmondsdari Kings Collage Hospital London, Klasifikasi
Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait
dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks

5
tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetes. Suatu klasifikasi
mutakhir dianjurkan oleh internasional.

Working group on diabetic foot (Klasifikasi PEDIS 2003 lihat lampiran).


Adanya klasifikasi kaki diabetes yang dapat diterima semua pihak akan mempermudah
para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari berbagai tempat di muka
bumi. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih
dominan, vascular, infeksi atau europatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju
dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus gangren dengan critical limb ischermia (P3)
tentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki keadaan
vaskularnya dahulu.Sebaliknya kalau faktor infeksi menonjol (14), tentu pemberian
antiobiotik harus kuat. Demikian juga faktor mekanik dominan (insentive foot,S2),
tentu koreksi untuk mengurangi tekanan plantar harus diutamakan.

Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan
pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes
(Edmonds 2004-2005) :

Stage 1 :Normal Foot


Stage 2 :High Risk Foot
Stage 3 :Ulcerated Foot
Stage 4 :infected Foot
Stage 5 :Necrotic Foot
Stage 6 :Unsalvable Foot

Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan semuanya
dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist / chiropodist
maupun oleh dokter umum / dokter keluarga.

Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat


pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan
specialist.

6
Untuk stage 5 apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas
sekali memerlukan suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter
bedah, utamanya dokter ahli bedah vascular/ahli bedah plastik dan rekonstruksi.

Untuk optimalisasi pengelolaan pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap


harus diingat berbagai faktor yang harus dikendalikan, yaitu ;

Mechanical control pressure control


Metabolic control
Vascular control
Educational control
Wound control
Microbiological control infection control

Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hala yang berbeda pula.
Misalnya pada stadium 1 dan 2 tentu saja faktor wound control dan infection control
belum diperlukan, sedangkan untuk stadium 3 dan selanjutnya tentu semua faktor
tersebut harus dikendalikan, disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yang
baik. Sebaliknya, untuk stadium 1 dan 2, peran usaha pencegahan untuk tidak terjadi
ulkus sangat mencolok. Peran rehabilitasi medis dalam usaha mendistribusikan
tekanan plantar kaki memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha untuk non
weight beraring lain merupakan contoh usaha yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi kecacatan akibat deformatis yang terjadi pada kaki diabetes.

2.3 Pengelolaan Kaki Diabetes

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu


pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum
terjadi perlukaan kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah
(pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus / gangren diabetik yang sudah terjadi).

7
PENCEGAHAN PRIMER

Kiat Kiat Pencegahan Terjadinya Kaki Diabetes

Penyuluhan mengenai tejadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan


kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan
pertemuan dengan penyandang DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan.
Anjuran ini berlaku untuk semua pihak terkait pengelolaan DM, baik ners, ahli gizi,
ahli perawatan kaki, maupun dokter sebagai dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter,
sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki penyandang DM sambil mengingatkan
kembali mengenai pencegahan dan cara perawatan kaki yang baik. Berbagai kejadian
atau tindakan kecil yang tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang mungkin
fatal.Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya sepele dapat memberikan manfaat
yang sangat besar.Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka melepaskan sepatu dan
kausnya.

Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar resiko terjadinya dan


resiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar
resiko terjadi masalah (fryberg): 1). Sensasi normal tanpa deformitas, 2). Sensasi
normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi 3). Insensitivitas tanpa
deformitas 4).Iskemia tanpa deformitas 5). Kombinasi / complicated (a) kombinasi
insensitivitas, iskemia dan deformitas (b) riwayat adanya tukak, deformitas charcot.

Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya


tukak, disesuaikan dengan keadaan resiko kaki.Berbagai usaha pencegahan dilakukan
sesuai dengan tingkat besarnya resiko tersebut.Peran ahli rehabilitasi medis terutama
dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan
memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor
mekanik akan dapat dicegah.

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori resiko tersebut : untuk kaki yang
kurang merasa / insensitif (kategori 3 dan 5) , alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk
melindungi kaki yang insensitif tesebut.

8
Kalau sudah deformatis (kategori 2 dan 5), perlu diperhatikan khusus mengenai
sepatu / alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan kaki.

Untuk kasus dengan kategori resiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki


perlu diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki.

Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua usaha dan dana seyogyanya
perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha
pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.

PENCEGAHAN SEKUNDER

Pengelolaan Holistik Ulkus atau Gangren Diabetik

Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multi-displiner sangat diperlukan.


Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang
maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama :

Mechanical control pressure control


Wound control
Microbiological control infection control
Vascular control
Metabolic control
Educational control

Untuk pengelolaan ulkus / gangrene diabetik yang optimal, berbagai hal


dibawah ini merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat
pencegahan sekunder dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus / gangren diabetic.

Kontrol metabolik, keadaan umum pasien harus diperhatikan dan


diperbaikik.Konsentrasi glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin,
untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat
penyembuhan luka.Umumnya diperlukan insuilin untuk menormalisasi konsentrasi
glukosa darah.Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki.Nutrisi yang baik jelas
membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki,

9
seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat oksigenisasi jaringan.
Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat menghambat
kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.

Kontrol vascular, keadaan vascular yang buruk tentu akan menghambat


kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai
keadaan pasien dan juga sesuai keadaan pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah
perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti : warna dan suhu kulit,
perabaan arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta tambah pengukuran
tekanan darah disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk
mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non inovasif maupun invasive
dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe
pressure, TcPO2, dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi.

Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan


untuk kelainan pembuluh dara perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa :

Modifikasi Faktor Resiko

Stop merokok
Memperbaiki berbagai faktor resiko terkait aterosklerosis
Hiperglikemia
Hipertensi
- Dislipidemia

Terapi Farmakologis

Kalau mengacau pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan
akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan
lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk
pembuluh darah kaki penyandang DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang
cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki
potensi pada penyakit pembuluh darah kaki penyandang DM.

Revaskularisasi

10
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika kalau ada klaudikasio
intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi
untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas, sehingga dokter ahli
bedah vaskular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan dan mengejarkannya.

Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka.Untuk


oklusi prosedur endosvascular-PTCA.Pada keadaan sumbatan akut dapat pula
dilakukan trombo-arterektomi.

Dengan berbagai teknik bedah tersebut,vaskularisasi daerah distal dapat


diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor
vaskular sudah lebih memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada
berbagai faktor lain yang juga masih banyak jumlahnya.

Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki


vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi
ajuvan.Walaupun demikian masih banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik
secara rutin pada pengelolaan umum kaki diabetes.

Wound control, perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan
hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan
secermat mungkin.Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang
adekuat.Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing (pembalut) yang masing
masing tentu dapat dimanfaatkan dengan keadaan luka, dan juga letak luka tersebut.
Dressing yang mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated dressing akan
bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula hydrophilic fiber
dressing atau silver impregnated dressing akan dapat bermanfaat untuk luka produktif
dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan bahwa tindakan debridemen yang
adekuat merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan
mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat tentu akan sangat
membantu mengurangi jaringan netrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan
demikian tentu sangat mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus / gangren.

11
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa
silver sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara debridemen non
surgical dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nektotik luka,
seperti preparat enzim.

Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti
hydrocolloid dressing yang dapat dipertahakan beberapa hari dapat digunakan.Tentu
saja untuk kesembuhan luka kronik seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar
luka yang kondusif untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinlah bahwa luka
selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian penyembuhan luka akan terjadi sesuai
dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.

Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan
beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epiteliasasi.

Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai
kasa yang dibasahi dengan salin.Cara tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat
perawatan kaki diabetes.

Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound control
seperti: dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb, untuk
mempercepat kesembuhan luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen untuk mendapatkan
bakteri E coli dapat menghasilkan berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula dilaporkan
pemakaian manggot (belatung) lalat (lalat hijau) untuk membantu membersihkan
luka.Berbagai laporan tersebut umumnya belum berdasar penelitian besar dan belum
cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan yang rutin kaki
diabetes.

Microbiological control.Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara


berkala untuk setiap daerah yang berbeda. DiRS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran gram positif dan
gram negatif serta kuman anaerob untuk lini pertama pemberian antibiotik harus
diberikan antibiotik dengan spectrum luas. Mencakup kuman gram positif dan negatif

12
seperti misalnya golongan sefalosporin, dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat
terhadap kuman anaerob (seperti misalnya metronidazol).

Pressure control. Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk
menahan berat badan weight bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan
sempat menyembuh, apalagi kalau luka tersebut terletak dibagian plantar seperti luka
pada kaki charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis pada usaha pressure control ini juga
mencolok ini juga sangat mencolok.

Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight bearing dapat dilakukan
antara lain dengan:

Removable cast walker


Total contact casting
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric carts
Craddled insoles

Berbagai cara13angrene dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka


seperti: 1). Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses, 2). Prosedur koreksi bedah
seperti operasi operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, achiles tendon
lengthening, partial calcanectomy.

Education control.Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki


diabetes. Dengan penyuluhan yang baik penyandang DM dan Ulkus /
13angrene13angrene maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan


untuk pengelolaan kaki diabetes.Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus 13angrene
dan kemudian segera setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat

13
diperlukan untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pasien.Keterlibatan ahli
rehabilitasi medis berlanjut sampai sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi
para amputee menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus
untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus
baru. Ulkus yang terjadi berikut memberikan prognosis yang jauh lebih buruk daripada
ulkus yang pertama

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DM yang tidak dikelola dengan baik akan terjadi komplikasi pada semua
tingkat sel dan semua tingkatan 15angrene. Komplikasi kronik pada pembuluh darah
besar dapat terjadi diantaranya pada pembuluh darah perifir ( tungkai bawah ) yang
dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi (ulkus/15angrene diabetes).
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti
karena sering berakhir dengan kecacatan dan kematian.
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes yang dapat digunakan dalam
mempermudah pengelolaan kaki diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus/gangrene
Pengelolaan kaki diabetes meliputi pencegahan primer dan sekunder dengan
melibatkan ahli rehabilitasi medis yang sangat diperlukan untuk mengurangi
kecacatan yang mungkin timbul.

3.2 Saran
- Diusahakan kadar gula darah pada penderita DM dalam keadaan terkontrol untuk
mencegah komplikasi kronik pada kaki.
- Melibatkan ahli rehabilitasi medis dalam mengurangi kecacatan yang mungkin
terjadi pada pasien DM.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmardi Sumarjo. Hubungan Gambaran Klinis pasien dan jenis kuman penyebab infeksi
kaki diabetes. Tesis PPDS ILmu Penyakit Dalam FKUI 2005
2. Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta 2002
3. Retno Gustavi. Data Perawatan kaki diabetes di Ruang Rawat Inap Kelas 2 dan 3 RSUPN
dr Cipto Mangunkusumo 2003
4. Sarwono Waspadji.Ilmu Penyakit Dalam . FKUI 2014
5. Sarwono Waspadji. Pengelolaan Kaki Diabetes Sebagai Suatu Model Pengelolaan
HolistikDi BIdang Ilmu Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru
Besar Tetap IPD FKUI 2014

16

You might also like