You are on page 1of 21

Senin, 08 September 2014

Asuhan Keperawatan Pada pasien Dengan Demensia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia
yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf jelas menua normal
ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
1

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut
mengalami gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai aspek
dalam pikirannya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi intelektual
yang progresif dan ireversibel (Nugroho, 2009).
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif
global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga
aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat diakibatkan
oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor.
(Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang
terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang
terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi
degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan
bisa terjadi kemunduran kepribadian.
1.2 Etiologi
Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat dibagi menurut
beberapa penyebab :
a. Infeksi
1) Neurosifilis
2) Tuberkolosis
3) Penyakit virus
b. Gangguan metabolik
1) Hipotiroidisme
2) Keseimbangan elektrolit
c. Defisiensi zat-zat makanan
1) Defisiensi vitamin B12
2) Defisiensi Niamin
3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)
d. Lesi desak ruang
1) Hematoma subdural
2) Tumor
3) Abses
e. Infark otak
f. Zat-zat toksik
1) Obat-obatan
2) Alkohol
3) Arsen

g. Gangguan vaskuler
1) Embolus serebral
2) Vaskulitis serebral
h. Lain-lain
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Wilson
3) Penyakit Huntington
4) Depresi
5) Cedera kepala sebelumnya

1.3 Tanda dan Gejala


Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia
adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

1.4 Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf
pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur
30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit
degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi,
metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel
neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi
protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area
kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang
diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium
(perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami
gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau
penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut
akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a). Ulkus diabetikus
b). Infeksi saluran kencing
c). Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
3. Kejang.
4. Kontraktur sendi.
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.

1.7 Diagnostik Test


Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak
e. Pemeriksaan genetika
f. Pemeriksaan neuropsikologis

1.8 Penatalaksanaan Medis


Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak dapat
disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki
gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan
darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek
samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang
mengalami halusinasi atau paranoid.

1.9 Fokus Assessment


Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa lalu klien
yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit yang pernah diderita klien
yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit degenaratif, penyakit
serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak, infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis),
Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau metastasis, stress mental, heat stroke,
whipple disease, diabetes.
Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan yang
berarti, kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri

1.9 Diagnosa Keperawatan


Doengoes (2007) intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien
dengan hiperbilirubin
1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel)

Intervensi Keperawatan Rasional


-Lakukan pendekatan kepada -Untuk membina hubungan
klien secara verbal terapeutik antara klien dan
perawaat
-Panggil klien dengan namanya -Menghargai klien sesuai dengan
keadaan yang ada
-Tatap wajah Klien ketika -Menghormati klien sebagai
berbicara pasangan bicara
-Tuliskan nama perawat di -Mengasah daya ingat klien tanpa
sebuah kertas dan ditempelkan memaksakan kemampuan klien
pada salah satu tempat yang
mudah dilihat klien
-Menyebutkan nama perawat tiap -Melatih kemampuan klien untuk
bertemu dan menanyakan mengingat
kembali ketika akan berpisah
2. Hambatan komunikasi verbal sehubungan dengan perubahan persepsi

Intervensi Keperawatan Rasional


-Kaji kemampuan klien untuk -Untuk melihat tingkat
berkomunikasi pengetahuan dan bahasa yang
sering digunakan klien saat
berkomunikasi
-Gunakan komunikasi non-verbal -Memperlancar komunikasi agar
tidak kaku
-Gunakan bahasa tubuh untuk -Membuat klien lebih mengerti
menyampaikan sesuatu dalam berkomunikasi selain
membaca
-Gunakan bahasa Indonesia yang -Klien dapat memahami dengan
baik dan baku (mudah dimengerti baik maksud dari kata-kata yang
ditanyakan

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini dibahas mengenai pengkajian pasien yang dirawat (identitas pasien,
riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, diagnostik test, data analisis),
diagnosis keperawatan, asuhan keperawatan (prioritas masalah, tujuan dan hasil yang
diharapkan, perencanaan), implementasi, dan evaluasi.

2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien, riwayat
keperawatan pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung pengumpulan data

2.1.1 Identitas pasien


a. Nama : Ny. U
b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941
c. Usia : 82 Tahun
d. Pendidikan terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
g. Status perkawinan : Janda
h. Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg
i. Penampilan secara umum : Sehat dan bersih
j. Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang
k. Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi
l. Orangyang dapat dihubungi : Tidak ada
m. Hubungan dengan klien :-
n. Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger
o. Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Genogram

klien 90+ thn (sehat)


(Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang bejak ke panti dan tidak
membawa Kartu Identitas)

Riwayat Lingkungan Hidup Klien


Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas
panti werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu

Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien


Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman
panti werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual


Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama
dengan teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.

ADL (Activity Daily Living)


Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi, kontinen,
kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-kadang klien harus
di bantu orang lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan


Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan status
kesehatan masa lalu.

Status Kesehatan Klien Saat Ini


Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari segi
fisik mengalami kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien


Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)
d. Tanda-tanda vital : T: 37c, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80 mmHg
e. TB dan BB : 142 cm dan 34 kg
f. Kulit : Sawo matang, turgor,
hiperpigmentasi
g. Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak
ada memar dan tidak ada lesi
h. Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih
i. Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.
j. Telinga : Simetris, tak tampak kotoran
k. Hidung : Simetris, tampak bersih
l. Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.
m. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah
bening, dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis, simetris.
n. Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.
o. Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular,
dan resonance.
p. Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak ada nyeri
tekan, lambung= tympani, hati= dulness
q. Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau
r. Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7 x/hari
s. Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.
t. Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar
getah bening.
u. Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial
Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari
informasi yang didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang
menemukannya di jalan dan membawanya ke panti werdha, pada saat itu keadaan oma
Utik sudah mengalami demensia.
Keterangan :
Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang
diberikan klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun
(demensia).

2.1.4 Diagnostik Test


Depresi Beck
Nama : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir :-
Tanggal tes : 11 February 2013
No. 0 1 2 3 NILAI
1
2
3 1
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13 2
14
15
16
17
18
19
20 2
21 3
JUMLAH TOTAL 8

NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY

Nilai Total Tingkatan Depresi


1 10 Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar
11 16 Gangguan mood atau perasaan murung yang ringan
17 20 Garis batas murung yang ringan
21 30 Depresi sedang
31 40 Depresi parah
40 Ke atas Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)


1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )
2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu
3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu
4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada
5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat
6. Berapa umur anda? = Tidak ingat
7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat
8. Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu
9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke bawah.
= Tidak tahu
Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ
1. Bathing : Mandiri
2. Dressing : Mandiri
3. Toileting : Mandiri
4. Transferring : Mandiri
5. Continence : Mandiri
6. Feeding : Tergantung
Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas

2.1.5 Data Analisis


Data analisis yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian pada Ny. U seperti
yang tertulis pada tabel dibawah ini.

No Tanggal Data Problem Etiology


1 11-02-2013 Ds : siapa freestly (dalam bahasa Perubahan perubahan
sunda) ? proses fisiologis
Do : : Klien tidak mampu pikir (degenerasi
mengingat nama perawat dengan neuron
terus menanyakan nama perawat ireversibel)
tiap kali bertemu, klien mampu
menjawab pertanyaan pada saat
2 12-02-2013 pengkajian dan menjawab secara Hambatan Perubahan
berubah-ubah setiap harinya, tidak komunikasi persepsi
mampu menjawab pertanyaan verbal
yang diberikan
Ds : -
Do : Klien tidak bisa mendengar,
klien tidak tahu hari dan tanggal
saat ini, susah mengingat orang,
hanya mengetahui bahasa sunda
dan kurang tahu bahasa indonesia

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah
1. Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
2. Hambatan komunikasi verbal s/d perubahan persepsi.
2.3 Asuhan Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional Implemen
Kriteria
1 11 Perubahan Klien mampu - Lakukan - Untuk 11-13 Februa
February proses pikir s/d mengingat pendekatan membina 20123
2013 perubahan nama perawat kepada klien hubungan At 11.00
fisiologis dengan secara verbal terapeutik - Melakukan
(degenerasi kriteria tidak dan tindakan antara klien pendekatan p
neuron menanyakan dan perawat nenek utik.
ireversibel) nama perawat - Panggil klien - Menghargai
Ds : siapa setelah dengan klien sesuai
freestly (dalam tindakan namanya. dengan - Memanggil na
bahasa sunda) keperawatan. keadaan yang klien pada sa
? ada. berbincang.
- Tatap wajah - Menghormati
Do : Klien tidak klien ketika klien sebagai - Menatap waja
mampu berbicara pasangan klien saat
mengingat nama bicara. berbicara.
perawat dengan - Tuliskan nama - Mengasah
terus perawat di daya ingat - Menuliskan n
menanyakan sebuah kertas klien tanpa perawat di ke
nama perawat dan di memaksakan dan
tiap kali bertemu, tempelkan klien. menempelkan
klien mampu pada salah di meja samp
menjawab satu tempat tempat tidur k
pertanyaan pada yang mudah - Menyebutkan
saat dilihat klien. perawat dan
pengkajian dan - Sebutkan -Melatih menanyakan
menjawab nama perawat kemampuan kembali ketika
secara berubah- tiap bertemu klien untuk berpisah.
ubah setiap dan mengingat
harinya, tidak menanyakan
mampu kembali ketika
menjawab akan berpisah
pertanyaan yang
diberikan

2 11 Hambatan Klien dapat - Kaji - Untuk melihat 11-13 Februa


February komunikasi berkomunikasi kemampuan tingkat 2013
2013 verbal dengan baik klien untuk pengetahuan, At 11.00
s/d perubahan setelah berkomunikasi. dan bahasa - Mengkaji
persepsi. tindakan yang sering kemampuan
keperawatan digunakan
Ds : - klien saat berkomuniaka
berkomunikasi klien.
Do : Klien tidak
bisa mendengar, - Memperlancar- Menggunaka
klien tidak tahu - Gunakan komunikasi komunikasi no
hari dan tanggal komunikasi agar tidak verbal dengan
saat ini, susah non-verbal. kaku. menuliskan d
mengingat hal-hal yang i
orang, hanya diperbincangk
mengetahui - Membuat agar dapat dib
bahasa sunda - Gunakan klien lebih klien.
dan kurang tahu bahasa tubuh mengerti - Menggunaka
bahasa untuk dalam bahasa tubuh
indonesia menyampaikan berkomunikasi seperti perger
sesuatu. selain bibir, dan tang
membaca.
- Menggunaka
- Klien dapat bahasa Indon
- Gunakan memahami yang baik dan
bahasa dengan baik
Indonesia yang maksud dari
baik dan baku kata-kata yang
(mudah ditanyakan
dimengerti)

BAB III

PENDIDIKAN KESEHATAN

3.1 Latar Belakang Topik


Setelah dilakukan pengkajian pada klien, didapatkan tanda dan gejala yang
mengarah pada demensia seperti: 1) Menurunnya daya ingat, 2) Gangguan komunikasi
verbal, 3) Gangguan orientasi waktu dan tempat, 4)Penurunan dan ketidakmampuan
menyusun kata menjadi kalimat yang benar, 5) Adanya perubahan perilaku, seperti :
acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah. Dengan hasil tersebut maka penulis memutuskan
untuk memilih demensia sebagai materi penulisan grand case gerontik.

3.2 Satuan Acara Pembelajaran


Pokok Bahasa : Demensia
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Demensia
2. Gejala Demensia
3. Penyebab Demensia

Sasaran : Ny. U
Tempat : Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung
Hari/tanggal : 12 Januari 2013-03
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : Freestly Sanger

Tabel 3.1 Satuan Acara Pembelajaran

No Tahap Kegiatan penyuluhan Sasaran Waktu


1.Salam Menjawab
1. Pembukaan 5 menit
2.Menyampaikan salam dan
tujuan mendengarkan
Menjelaskan Mendengarakan
2 Inti 25 menit
pengertian Demensia, dan bertanya
Menyebutkan gejala jika ada yang
Demensia, kurang jelas
Menyebutkan
penyebab Demensia.
1. Mengevaluasi Menjawab
3 Penutup 5 menit
2. Menarik pertanyaan dari
kesimpulan penyuluh

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit, diharapkan Tn. A
dapat memahami tentang demensia.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan / pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit,
diharapkan Ny. U yang mengalami demensi mampu:
1. Menjelaskan pengertian demensia
2. Menyebutkan gejala demensia
3. Menyebutkan penyebab demensia

3.3 Materi
Pengertian Demensia
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut
mengalami gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai aspek
dalam pikirannya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi intelektual
yang progresif dan ireversibel
Gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

Penyebab Demensia
a. Infeksi
1) Neurosifilis
2) Tuberkolosis
3) Penyakit virus
b. Gangguan metabolik
1) Hipotiroidisme
2) Keseimbangan elektrolit
c. Defisiensi zat-zat makanan
1) Defisiensi vitamin B12
2) Defisiensi Niamin
3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)
d. Lesi desak ruang
1) Hematoma subdural
2) Tumor
3) Abses
e. Infark otak
f. Zat-zat toksik
1) Obat-obatan
2) Alkohol
3) Arsen
g. Gangguan vaskuler
1) Embolus serebral
2) Vaskulitis serebral
h. Lain-lain
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Wilson
3) Penyakit Huntington
4) Depresi
5) Cedera kepala sebelumnya.

E. PENILAIAN DAN EVALUASI


1. Kognitif : Ny. U tidak mampu menyebutkan pengertian demensia, menyebutkan gejala
demensia, menyebutkan penyebab demensia, menyebutkan.
2. Afektif : Ny. U tidak mampu menerima dan menunjukkan sikap menerima penjelasan
penyuluh.

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai
suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian. Dan Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides
1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Dengan adanya perubahan dalam proses berpikir ini, maka asuhan keperawatan
sangat dibutuhkan dalam menangani masalah pada usia lanjut ini.
4.2 Saran
Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan tentang cara
untuk pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti Werdha Budi Pertiwi
Bandung untuk menyediakan sarana pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
demensia dengan materi yang sederhana yang dapat di cerna oleh klien dengan
mudahnya sehingga klien dapat mengerti tentang demensia mulai dari definisi,
penyebab, tanda dan gejala dan cara pencegahannya.

You might also like