Professional Documents
Culture Documents
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan.
Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah menurut PBB
dalam bukunya A Manual for Government Accounting, antara lain disebutkan bahwa:
1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara.
2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel
dan auditabel (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).
3. Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk penyusunan rencana/program dan evaluasi pelaksanaan secara
fisik dan keuangan.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yang mengolah
semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang
menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu
yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat
seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
3. Profesi akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah lama menginginkan adanva
standar akuntansi di sektor publik sebagai hal yang paralel dengan telah adanya lebih
dahulu standar akuntansi di sektor komersiil.
5. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat). Masyarakat melaiui LSM dan wakil rakyat
di DPR, DPD, dan DPRD juga menaruh perhatian terhadap praktik good
governancepada pemerintahan di Indonesia. Ditetapkannya undang-undang yang
menyangkut tiga paket keuangan negara dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari
kontribusi aktif para wakil rakyat di DPR. Di samping itu, pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.
6. Sektor Swasta. Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu signifikan karena
akuntansi pemerintahan tidak terlalu berdampak secara langsung atas kegiatan dari sektor
swasta. Namun, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi
berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis di sektor swasta untuk ikut
menekuninya.
7. Akademisi. Akademisi terutama di sektor akuntansi menaruh perhatian yang cukup besar
atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian ini sangat
erat kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan di bidang akuntansi
pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan tenaga operasional dan manajer akuntansi di
pemerintahan. Beberapa anggota Komite Standar Akuntansi Pemerintahan saat ini berasal
dari perguruan tinggi. Di samping itu, jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama
memberikan kepada mahasiswa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa
perguruan tinggi juga sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi sektor publik pada
program magister akuntansinya.
8. Dunia Internasional (lender dan investor). World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan
lembaga internasional (lender), yang ikut berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi
sektor publik yang baik di Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat
meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas dari proyek pembangunan yang didanai oleh
lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung, ikut
berperanan dalam mendorong terwqjudnya standar akuntansi pemerintahan yang menopang
perubahan akuntansi pcnwrrntaiarn di Indonesia.
9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). UU 17/2003 dan UU 15/2004 menyebutkan bahwa
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD diperiksa oleh BPK. Untuk dapat
memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi pemerintahan yang
diterima secara umum. Perhatian BPK terhadap pengembangan akuntansi pemerintahan
sangat besar antara lam ditandai dengan partisipasi dari lembaga ini dalam pembahasan tiga
paket UU dengan DPR. Selain itu, pasal 32 (2) UU No. 17 Tahun 200' mengamanatkan
bahwa standar akuntansi pemerintahan ditetapkm dengan Peraturan Pemerintah setelah
terlebih dahuiu mendapat pertimbangan dari BPK.
10. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. APIP yang meliputi Bawasda, Irjen, dan
BPKP merupakan auditor intern pemerintah yang berperan untuk membantu pimpinan
untuk terwujudnya sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong
peningkatan kinerja instansi pemerintah sekaligus mencegah praktek-praktek KKN.
Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap sistem pengendalian
intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di bidang
akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong penerapan akutansi
pemerintahanyang sedang dikembangkan.
B. PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan perubahan
dan penyempurnaan dengan heberapa kali dikeluarkannya peraturan-peraturan pemerintah
khususnya Keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan implementasi Sistem
Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomar 476/ KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei 1991 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan
Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa sebelum
pendidikan akuntansi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950an, pada masa itu hanya
dikenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem continental. Akibat perubahan
hubungan politik dengan Belanda, banyak guru besar berkebangsaan Belanda kembali ke
negerinya. Hal ini berakibat adanya perubahan kurikulum pendidikan akuntansi dan sistem
continental ke sistem Anglo Saxis (sistem Amerika). Perkembangan selanjutnya, ternyata
akuntansi keuangan untuk sektor swasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sektor
pemerintah masih mengikuti konsep-konsep yang diterapkan sejak zaman Belanda.
Meskipun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah di atas, penyempurnaan yang bersifat
mendasar belum pernah dilakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:
1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya dibiayai melalui anggaran yang setiap tahun
ditetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan anggaran tersebut terpisah-
pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan sistem tata buku tunggal (single entry
bookeping). Akuntansi yang terpisah-pisah tersebut semakin mengakibatkan pelaporannya
menjadi tidak bersesuaian satu dengan yang lain karena tidak menggunakan bagan
perkiraan yang standar.
3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan keuangannya
juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak dibedakan secara tegas antara
belanja modal dan belanja operasional.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga kewajaran dan
keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan pcrncrintah.
6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN yang
harus dikelola semakin hesar dan masalah yang harus ditangani pemerintahscmakin
kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem akuntansi pemerintah yang lama tersebut
terdapat banyak kelemahan. Hal ini berakibat pada praktek akuntasi pemerintah yang
belum mampu memberikan informasi yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan
negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi
tujuan pertanggungjawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk
kepentingan manajerial.
Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi sistem dimaksud bukannya tidak
mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari peraturan perundang-undangan, maka
sistem akuntansi pemerintah pusat, departemen dan nondepartemen masih menggunakan
sistem pembukuan tunggal yang dalam banyak hal sulit dipertanggungjawabkan
kualitasnya. Dalam dunia akuntansi, sistem yang lebih dapat dipertanggungjawabkan
adalah sistem akuntansi berpasangan yang mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai
dengan teknologi penjurnalan debit-kredit selalu seimbang berpasangan.
Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, sistem pembukuan tunggal
belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut laporan keuangan berfokus
hanya pada laporan realisasi anggaran semata.
Catatan pemerintah pusat tentang investasi jangka panjang dan utang dilakukan secara tak
terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan pengeluaran yang menggunakan
dana luar negeri, seperti bantuan, hibah dan utang. Karena standar akuntansi
kepemerintahan RI saat itu belum ada, praktek akuntansi pemerintah juga belum sesuai
prinsip akuntansi kepemerintahan yang berlaku umum, kode rekening akuntansi baku dan
berlaku bagi semua departemen/lembaga belum ada, serta neraca tak mungkin disusun
apalagi diterbitkan.
Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman Bank Dunia dikembangkan lagi sistem
akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open system melalui Proyek Pengembangan
Sistem Akuntansi Pemerintah tahap II dan implementasinya dilaksanakan secara bertahap.
Pada tahun 1999 telah dilakukan implementasi sistem akuntansi instansi untuk seluruh
Departemen/lembaga yang dapat menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Namun demikian masih menghadapi masalah enforcement-nya, karena pada saat itu masih
belum ada ketentuan perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan yang
Iengkap.
Paket Bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persyaratan good governance umumnya,
reformasi manajemen keuangan, lebih khusus lagi tentang reformasi akuntansi
pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintah mendapat momentumnya dengan terbitnya
UU Nomor 17 tahun 2003 tentang, Keuangan Negara yang mewajibkan adanya
suatu Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan keuangan
instansi pemerintah, diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut
menyatakan kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan dan
audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar BPK tidak dapat
menerbitkan opini audit.
UU Perbedaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja amat
ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan keuangan
yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar dalam penyusunan standar
akuntansi pemerintahan objektif maka dalam tahun 2002 (sebelum disahkan UU Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri keuangan membentuk Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pernerintah daerah.
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pmerintah pusat untuk
disampaikan kepada presiden dalam tiga bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir
setidak-tidaknya meliputi Laporan realisasi APBN. neraca, laporan arus kas dan catatan
atas lapuran keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan negara. Selanjutnya,
BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi dengan opini
seperti umumnya dilakukan auditor eksternal