You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMROSESAN CITRA DIGITAL

ACARA I

PENGENALAN CITRA FORMAT PENYIMPANAN CITRA DIGITAL


PENGINDERAAN JAUH

(GKP 0205)

Disusun oleh:

Nama : Yan Nur Hidayat

NIM : 12/334173/GE/07410

Hari/Pukul : Jumat/07.00-08.40

Asisten : 1. Ridwan Nurzeha

2. Sri Lestari

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013
I. Tujuan
Melatih pemahaman mengenai histogram citra sebagai representasi
grafis karakteristik spectral citra, serta teknik-teknik penajaman
melalui manipulasi histogram.
II. Tinjauan Pustaka
Citra digital adalah citra yang diperoleh, disimpan , dimanipulasi
dan ditamilkan dengan basis logika biner. Citra digital biasanya
dihasilkan melalui bantuan pemindai atau skaner (scanner) meskipun
dewasa ini citra digital juga bisa diperoleh melalui berbagai macam
kamera digital dengan harga murah, bahkan yang telah terintegrasi
dengan teklpon seluler sekalipun.
Citra Digital penginderaan jauh diperoleh dari sistem perekaman
melalui sensor yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit. Citra
dalam format digial ini biasanya disimpan pada media magnetic, optic,
ataupun media lainnya (disket, hard disk, compact disk, CCT atau
computer compatible tape, optical disk dan flash disk) serta dapat
ditampilkan menjadi gambar pada layar monitor computer. Citra
digital merupakan model dua dimensional dari objek yang sudah ada.
(Projo,2012)
Histogram citra merupakan salah satu bentuk representasi grafis
karakteristik spektral citra yang bersangkutan. Dengan histogram,
analis citra dapat memahami citra yang dipelajari misalnya aspek
kecerahan dan ketajamannya. Dari histogram juga kadang-kadang
dapat diduga jenis saluran spektral citra yang digunakan. Perubahan
atas distribusi nilai pada citra secara langsung berakibat pada
perubahan tampilan histogram. Sebaliknya, dengan memainkan bentuk
histogramnya banyak program pengolah citra secara interaktif mampu
mengubah tampilan citranya. Dengan kata lain, perangkat lunak
pengolah citra kadang-kadang menggunakan histogram sebagai
jembatan komunikasi antara pengguna dengan data citra. (Projo, 2002)
Penajaman kontras (contrast enhacement) diterapkan untuk
memperoleh kesan kontras citra yang lebih tinggi. Hal ini dapat
dilakukan dengan mentransfommasi seluruh nilai kecerahan dan
memberikan hasil berupa citra dengan nilai maksimum baru yang lebih
tinggi dari nilai maksimum awal, dan nilai minimum baru yang (pada
umumnya) lebih rendah dari nilai minimum awal. Secara visual, hasil
ini berupa citra baru yang variasi hitam-putihnya lebih menonjol
sehingga tampak lebih tajam dan memudahkan proses interpretasi.
Alogaritrma penajaman kontras ini dapat di kelompokkan menjadi dua,
yaitu perentangan kontras (contrast stretching) dan ekualisasi
histogram (histogram equalization). (Projo,2012)
Kontras citra dapat dimanipulasi dengan merentang nilai kecerahan
pikselnya. Perentangan yang efektif dapat dilakukan dengan
memperhatikan bentuk histogramnya. Citra asli, yang biasanya
mempunyai julat nilai lebih sempit dari 0 -255, perlu direntang
sehingga sehingga kualitas citranya menjadi lebih baik.hasil
perentangan ini adalah citranya menjadi lebih baik. Hasil perentangan
ini adalah citra baru, yang bila digambarkan histogramnya berupa
kurva yang lebih lebar. (Projo,2012)
Teknik penajaman kontras yang telah diuraikan di atass adalah
suatu teknik penajaman kontras Selain linier stretching ini, ada lagi
teknik penajaman dengan cara ekualisasi histogram. Secara garis besar,
algoritma ekualisasi histogram ini dapat dibagi menjadi tiga tahap.
Pertama, dilakukan perhitungan untuk menurunkan histogram citra
yang akan dipertajam. Kedua, si operator kemudian mnentukan jumlah
kelas kecerahan yang baru (misalnya 32). Data BV seluruh citra
nantinya akan didistribusikan kembali ke masing-masing kelas
tersebut. Ketiga , program akan menghitung dan menandai piksel
demi piksel , untuk kemudian mengelompokkan mereka masing-
masing dalam jumlah yang kurang lebih samaketiap kelas
kecerahan yang tersedia . Setelah itu, dengan sendirinya citra baru
( atau tampilan pada layar) segera dihasilkan. (Projo,2012)
III. Alat dan Bahan
1. Citra Asli Hipotetik
2. Pensil
3. Millimeter blok
IV. Diagram Alir
V. Hasil Praktikum
VI. Pembahasan
Analisis citra digital dapat dilakukan secara visual maupun non
visual. Secara non visual citra dapat dianalisis dari nilai nilai piksel
dan persebarannya. Histogram merupakan salah satu cara dalam
analisis citra digital. Histogram merupakan grafik yang menyajikan
sebaran nilai piksel dan frekuensinya. Perkenalan histogram
menggunakan citra hipotetik yang sama dengan praktikum
sebelumnya. Histogram citra dibuat dengan grafik koordinat kartesius
dimana sumbu x merupakan barisan nilai piksel dan sumbu y
merupakan ferekuensinya. Frekuensi dalam hal ini dinyatakan dalam
frekuensi tunggal untuk setiap pikselnya dan frekuensi hasil akumulasi
tiap piksel sehingga untuk memermudah penggambaran grafik dibuat
tabel terlebih dahulu yang berisi nilai piksel, frekuensi nilai piksel dan
piksel kumilatif serta persentase frekuensi tip piksel dan piksel
kumulatif. Perentangan kontras pada citra ini dilakukan dengan
mengubah bit citra dari 4 bit menjadi 5 bit. Pada prinsipnya metode ini
berusaha memperluas dan memprbanyak variasi pada citra. Pada
histogram terlihat bahwa citra hasil perentangan memiliki bentu atau
pola yang sama dengan citra sebelumnya namun denga lebar dua kali
lipat citra semula. Histogram yang ditampilkan sama dengan histogram
citra sebelumnya. Perentangan ini dilakukan dengan cara nilai piksel
baru didapat dari nilai piksel lama dikurangi nilai minimum dibagi
nilai maksimum dikurangi nilai minimum piksel dan dikali 31. Angka
31 merupakan nilai maksimum pada citra dengan 5 bit. Hasil
perentangan citra ini pada citra hipotetik menyajikan kenampakan
variasi rona yang lebih halus dari pada citra sebelumnya karena jumlah
bit citra baru adalah dua kali lipat. Penajaman citra selain perentangan
kontras adalah ekualisasi histogram. Metode ini berbeda dengan
perentangan kontras karena nilai piksel baru yang dihasilkan berbeda
dengan nilai piksel lama. Lebih jelas perbedaan ini tampak pada
histogram yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena penajaman yang
dilakukan bukan dengan memperlebar histogram citra namun dengan
mengelompokkan nilai piksel yang memiliki kedekatan karakteristik.
Sehingga pada histogram tampak nilai piksel yang sebelumnya
memiliki frekuensi menjadi tdak ada pada nilai piksel baru dan nilai
nilai piksel baru dan nilai nilai piksel baru yang lain ada yang memiliki
perubahan namun ada pula yang tetap frekuensinya terhadap frekuensi
nilai piksel yang lama. Citra hipotetik hasil visualisasi ekualisasi
histogram memiliki kenampakan yang jelas berbeda terhadap citra asli
maupun citra hasil perentangan kontras. Hal ini disebabkan karena
nilai masukan juga berubah. Perubahan ini menandakan adanya
penajaman rona pada cira yang dihasilkan. Pada histogram frekuensi
mulai dari citra asli citra hasil perentangan kontras maupun citra hasil
ekualisasi setiap bukit dianggap sebagai sebuah kumpulan objek yang
sama. Hal ini dibuktikan pada histogram nilai piksel yang sama akan
meninggikan frekuensi sehingga grafiknya membentuk bukit
sedangkan pada citra hipotetik nilai piksel yang sama tersebut terletak
saling berdekatan sehingga nilai piksel yang sama dan lokasinya yang
berdekatan sehingga niai piksel yang sama dan lokasinya yang
berdekatan dianggap merupakan objek yang sama.
VII. Kesimpulan
1. Histogram dapat membantu analisis citra digital karena persebaran
nilai piksel dan frekuensinya dapat dengan mudah diketahui dan
juga polanya
2. Peentangan kontras bertujuan untuk memperhalus rona citra karena
ada penambahan atau perubahan bit citra menjadi lebih besar
3. Ekualisasi histogram memberikan hasil citra yang berbeda baik
pola dihistogramnya mapun citra persebaran ronanya
4. Nilai nilai piksel paada ekualisasi histogram dikelompokkan
berdasarkan kemiripan kecerahan
VIII. Daftar pustaka

You might also like