You are on page 1of 14

ANALISA PERENCANAAN GEOMETRI JALAN

PERHITUNGAN LHR
Berdasarkan Survey Lalu Lintas, untuk kendaraan rencana Jalan Walangsi Pagat diperoleh
data sebagai berikut :
Lokasi 1. Pagat
Mobil Penumpang : 1750 Kd/Hari
Bus : 750 Kd/Hari
Truk 2 As : 500 Kd/Hari
Truk 3 As : 250 Kd/Hari

Lokasi 2. Sulaha
Mobil Penumpang : 1750 Kd/Hari
Bus : 750 Kd/Hari
Truk 2 As : 500 Kd/Hari
Truk 3 As : 250 Kd/Hari

Lokasi 3. Walangsi
Mobil Penumpang : 1750 Kd/Hari
Bus : 750 Kd/Hari
Truk 2 As : 500 Kd/Hari
Truk 3 As : 250 Kd/Hari

Apabila pertumbuhan lalu lintas ( i ) = 3% dan umur rencana ( n ) = 10 tahun maka LHR
menjadi :
LHR = x ( 1 + i )n
Mobil Penumpang = 1750 .( 1 + 0,03 )10 = 1750.(1,03)10 = 2.352 Kd/Hari
Bus = 750 .( 1 + 0,03 )10 = 750.(1,03)10 = 1008 Kd/Hari
Truk 2 As = 500 .( 1 + 0,03 )10 = 500.(1,03)10 = 672 Kd/Hari
Truk 3 As = 250 .( 1 + 0,03 )10 = 250.(1,03)10 = 336 Kd/Hari

1
1. Jenis jalan = jalan perkotaan
2. karakteristik geometri jalan = 2/2 UD
3. lahan guna = datar
4. bukaan pemisah jalur = -

Fungsi jalan = Jalan Arteri (Kelas IIIA)


Penampang melintang = lebar jalur lalu lintas 9,5 m ((2x3,5m)+(1.5m)) , lebar bahu
efektif 2,5 m
pada kedua sisi dan ada median.
Alinemen = datar
Hambatan samping = rendah
Ukuran kota = 0,5 2,0 juta
Komposisi lalu lintas = kendaraan ringan (Lv) : 54 %
Kendaraan berat (Hv) : 46 %
Faktor K = K = 0,09 (arus jam rencana 0,09 x LHRT )
Pemisah arah = 50/50

A. KECEPATAN RENCANA
Kecepatan rencana yang disyaratkan sebagai jalan untuk daerah :
o Datar = 60-90 km/jam diambil 90 km/jam
o Perbukitan = 50-60 km/jam diambil 60 km/jam
o Gunung = 30-50 km/jam diambil 50 km/jam

B. KEMIRINGAN MEDAN
Tipe medan
o Datar < 3%
o Perbukitan 3 25 %
o Gunung > 25%

2
C. ALINEMEN HORISONTAL
C1 . Umum
Alinimen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut juga
tikungan)
Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengurangi
gaya entrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR
Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping
jalan harus diperhitungkan
C2 . Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari
segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus
harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel dibawah ini.

Panjang Bagian Lurus Maximum


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
kolektor 2.000 1.750 1.500

C3 .Tikungan
Bentuk bagian lengkung dapat berupa:
Spiral-Circle-Spiral (SCS)
full Circle (fC)
Spiral-Spiral (SS).

Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan.
melalui tikungan pads kecepatan VR.
Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.

3
Jari-jari Tikungan
Jari-jari Tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebgai berikut
VR 2
Rmin =
127 (emax F )
Dimana:
Rmin = Jari-jari tikungan minimum
VR = Kecepatan Rencana (Km/j)
emax = Superelevasi maximum (%)
F =Koofisien gesek, untuk perkerasan aspal F=0,14-0,24

Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus
jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi mengantisipasi
perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian
lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja
pada kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur,
baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral (clothoid).
Dalam tata cara ini digunakan bentuk spiral.
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa:
lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk
menghindarkan kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan 3
detik (pada kecepatan VR);
gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur
angsur pada lengkung peralihan dengan aman; dan
tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian
normal ke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max
yang ditetapkan sebagai berikut:
untuk VR 70 km/jam, re-max =0.035 m/m/detik,
untuk VR 80km/jam, re-maz =0.025 m/m/detik.

LS ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang terbesar:
Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan,
Vr
Ls = .T
3,6
Dimana:
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.
VR = kecepatan rencana (km/jam).

Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,


Vr 3 Vr . e
Ls = 0,022 - 2,727
R .C C

4
Beradasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :
(em - en)
Ls = . Vr
3,6 . re

Dimana:
VR = kecepatan rencana (km/jam),
em = superelevasi maximum,
en = superelevasi normal,
Selain menggunakan rumus-rumus (II.8) s.d. (II.10), untuk tujuan praktis LS
dapat ditetapkan dengan menggunakan Tabel dibawah ini:
Panjang Lengkung Peralihan (L,) dan panjang pencapaian superelevasi (Le)
untuk jalan ljalur-2lajur-2arah.

Superelevasi,e (%)
VR
2 4 6 8 10
(km/jam)
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 10 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 0 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 11 -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 0 -

Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada Tabel
dibawah ini tidak memerlukan lengkung peralihan.
Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkungan peralihan

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20


Rmin (m) 2500 150 900 50 350 25 13 60

Jika lengkung peralihan digunakan, posisi lintasan tikungan bergeser dari


bagian jalan yang lurus ke arah sebelah dalam (lihat Gambar 11.20) sebesar
p. Nilai p (m) dihitung berdasarkan rumus berikut:

5
Ls 2
p =
24 Rc
Dimana:
Ls = panjang lengkung peralihan (m),
R = jari jari lengkung (m).

Apabila nilai p kurang dari 0,25 meter, maka lengkung peralihan tidak
diperlukan sehingga tipe tikungan menjadi fC.
Perhitungan kelengkungan pada tikungan

Titik A dianggap berhimpit BAN = 0 sebagai awal proyek STA 0+000


dengan koordinat dan elevasi seperti pada gambar
Titik B dengan koordinat seperti gambar diatas merupakan tikungan yang
akan direncanakan
Titik C adalah titik akhir (sembarang) yang ditinjau, terletak pada sumbu
jalan rencana
Jalan yang akan direncanakan berupa jalan Arteri sekunder pada daerah
Datar

Dengan adanya lengkung peralihan maka tikungan menggunakan jenis full


circle R = 130 m > Rmin = 110 m
Mencari besar sudut tikungan
x
Sudut azimuth = arc tg
y
Superelevasi tidak diperlukan apabila nilai R lebih besar atau sama dengan yang
ditunjukkan dalam Tabel dibawah ini:
Jari jari yang diizinkan tanpa lengkungperalihan

6
Kecepatan rencana
R (m)
(km/jam)
60 700
80 1.250
100 2.000
120 5.000

DIAGRAM SUPERELEVASI TIKUNGAN

Bagian lurus Bagian lengkung peralihan Bagian lengkung penuh Bagian lengkung pera

TS Sc Lc Cs

Sisi luar Tikugan


e max

e = 0%

2% -2%
-2% 0%

2% 2%
Sisi dalam Tikugan

10% 10%

7
Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan konsistensi
geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan di
bagian lurus. Pelebaran jalan di tikungan mempertimbangkan:
Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.
Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan
gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi
gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi
kendaraan tetap pada lajumya.
Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana, dan
besarnya ditetapkan sesuai Tabel dibawah ini.
Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.
Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam Tabel dibawah ini harus
dikalikan 1,5
Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam Tabel dibawah ini harus
dikalikan 2.

Lebar jalur 20.5 m, 2 arah atau 1 arah


Kecepatan Rencana, Vd (km/jam)
R (m)
50 60 70 80 90 100 110 120
1500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
1000 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2
750 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.3 0.3
500 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
400 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
300 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5
250 0.4 0.5 0.5 0.6
200 0.6 0.7 0.8
150 0.7 0.8
140 0.7 0.8
130 0.7 0.8
120 0.7 0.8
110 0.7
100 0.8
90 0.8
80 1.0
70 1.0

8
Lebar jalur 2 m x 3 m, 2 arah atau 1 arah
Kecepatan Rencana, Vd (km/jam)
R (m)
50 60 70 80 90 100 110
1500 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6
1000 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6
750 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8
500 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 0.1
400 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.1
300 1.0 1.0 1.0 1.1
250 1.2 1.1 1.1 1.2
200 1.3 1.3 1.3 1.4
150 1.3 1.4
140 1.3 1.4
130 1.3 1.4
120 1.3 1.4
110 1.3
100 1.4
90 1.4
80 1.6
70 1.7

C4 .Tikungan Gabungan
Ada dua macam tikungan gabungan, sebagai berikut:
tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan dengan
arah putaran yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda.
tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah
putaran yang berbeda.
Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2:
Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di
antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m.

9
Perhitungan kelengkungan pada tikungan 1
Ketentuan menurut tabel II.1 PP. No.43/1993
Kelas jalan = IIIA
VR = 60 km/jam
R minimum = 110 m
Rc digunakan = 250 m
p = 0.171
en (super elevasi normal) =2%
Adapun perhitungan kelengkungan pada tikungan sesuai tabel di bawah ini:

PI - 1 F-C PI - 2 F-C PI - 3 S-C-S PI - 4 F-C PI - 5 F-C

STA 0+418.5 STA 1+238 STA 1+609.2 STA 3+851 STA 5+546.4
X 317668.86 X 318327.26 X 318692.69 X 320540.86 X 322238.34
Y 9712684.83 Y 9712175.66 Y 9712102.50 Y 9710826.72 Y 9710732.01
d 0 d 0 d 0 d 0 d 0
(o) 57.60 (o) 26.40 (o) 23.30 (o) 31.42 (o) 15.22
V(m) 60 V(m) 60 V(m) 60 V(m) 60 V(m) 60
R(m) 250 R(m) 250 R(m) 150 R(m) 500 R(m) 1500
T(m) 147.479 T(m) 68.656 T(m) 40.953 T(m) 150.651 T(m) 210.415
E(m) 216.693 E(m) 29.182 E(m) 13.441 E(m) 85.952 E(m) 54.537
Ls ( m ) 20 Ls ( m ) 20 Ls ( m ) 20 Ls ( m ) 20 Ls ( m ) 20
Lc ( m ) 231.218 Lc ( m ) 95.152 Lc ( m ) 40.987 Lc ( m ) 254.070 Lc ( m ) 378.275
e(%) 3.6 e(%) 3.6 e(%) 4.0 e(%) 2.7 e(%) LN

D. ALINEMEN VERTIKAL
C1 .Umum
Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung
vertikal.
Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai
positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).
Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung
cembung.

10
C2 .Landai Maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam
Tabel dibawah ini:
Kelandaian maksimum yang diizinkan
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian Maksimal (%) 3 3 4 5 8 9 10 10

Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit.
Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel dibawah ini:
Panjang Kritis (m)
Keceptan awal Kelandaian (%)
Tanjakan km/jam 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80

C3 .Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan
mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian.
menyediakan jarak pandang henti.

Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola sederhana,
jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cembung, panjangnya ditetapkan dengan rumus:

11
AS 2
L=
405

jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung,
panjangnya ditetapkan dengan rumus:
405
L = 2S
A

Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:


L = AY

S2
L=
405
Dimana:
L = panjang lengkung vertikal (m)
A = perbedaan grade (m).
Jh = jarak pandangan henti (m).
Y = faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10 cm
dan tinggi mata 120 cm.

Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan, dan


penampilan. Y ditentukan sesuai Tabel dibawah ini.

Penentuan Faktor penampilan kenyamanan, Y


Kecepatan rencana (km/jam) Faktor penampilan kenyamanan, Y
< 40 1,5
40 - 60 3
> 60 8

Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai Tabel dibawah


ini yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan, dan jarak pandang.

Panjang Minimum Lengkung Vertikal


Kecepatan rencana Perbedaan kelandaian Pajang lengkung
(km/jam) memanjang (%) (m)
< 40 1 20 30
40 - 60 0,6 40 80

12
> 60 0,4 80 - 150

C4 .Lajur Pendakian
Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk-truk yang bermuatan
berat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari kendaraan kendaraan
lain pada umumnya, agar kendaraan kendaraan lain dapat mendahului
kendaraan lambat tersebut tanpa harus berpindah lajur atau menggunakan lajur
arah berlawanan.
Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai kelandaian
yang besar, menerus, dan volume lalu lintasnya relatif padat.
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
disediakan pada jalan arteri atau kolektor,
apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15.000
SMP/hari,dan persentase truk > 15 %.
Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan
serongansepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian
dengan serongan sepanjang 45 meter.
Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km.

C5 .Koordinasi alinemen
Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan melintang jalan adalah
elemen elemen jalan sebagai keluaran perencanaan hares dikoordinasikan
sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan
nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat
memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang
akan dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih
awal.
Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertikal, dan
secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinemen
vertikal;
tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada
bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang
harus dihindarkan;

13
dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus
dihindarkan; dan
tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.

MARKA JALAN

* PENGERTIAN / DEFINISI
- Marka Jalan adalah suatu tanda yang berupa garis, simbol angka, huruf atau
tanda lainnya yang digambarkan.
- Marka jalan berfungsi sebagai penuntun / pengarah pengemudi selama
perjalanan.
- Warna marka jalan umumnya putih, terdiri dari :
1. Marka garis
2. Marka huruf
3. Marka simbol
- Pemakaian warna marka jalan selain warna putih harus sesuai petunjuk / ijin
pembina jalan.
- Keputusan menteri perhubungan NO.KM.al / oT . 002 / Phh . 80 . No . KM . 164
/ oT 002 / PHB 80 dan No : KM . 210 / HK 601 / Phb 87 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Perhubungan Terlampir.

14

You might also like