You are on page 1of 18

TEKNOLOGI PENAMBANGAN EMAS DI BOMBANA:

Tipologi dan Dampaknya


Eko Tri Sumarnadi Agustinus*)
*)
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135

E-mail : esumarnadi@yahoo.co.id

Latar Belakang

Logam emas merupakan salah satu komoditi bahan tambang yang mempunyai nilai jual tinggi, sehingga
menarik banyak orang untuk mengusahakannya. Karena disamping mudah dan sederhana cara
mendapatkannya, juga mudah dan cepat untuk menjual produk yang dihasilkannya. Oleh karena itu,
tidak heran jika semenjak dilakukannya penambangan emas di Bombana sejak awal September 2008
menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat yang menambang. Lokasi penambangan mencakup beberapa
tempat diantaranya di sungai Tahi Ite, sungai Wububangka, dan juga diketemukan di Satuan Pemukiman
8 (SP-8), SP-9 serta SP-6. Lokasi tersebut berjarak sekitar 40 km dari Rumbia, yakni Ibukota Kabupaten
Bombana.

Semenjak berita penemuan emas tersebut menyebar luas ke masyarakat, lebih dari 80.000 orang datang
dari berbagai pelosok, tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Bombana saja melainkan juga dari daerah
luar Provinsi Sulawesi Tenggara seperti dari Sulawesi Selatan, Kalimantan dan bahkan ada yang berasal
dari Jawa dan Papua. Para penambang datang dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan
bermotor (pribadi) bahkan dengan berjalan kaki, tidak heran jika jalur lalu lintas antara Kolaka -
Bombana dan Kendari - Bombana menjadi ramai.1 Kedatangan mereka tidak hanya sekedar ingin tahu
atau membuktikan berita tersebut melainkan dengan satu tujuan, yaitu ikut menambang. Dengan bekal
peralatan sederhana seperti wajan, sekop, cangkul dan tenda dengan antusias mendulang emas dengan
harapan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.2

Secara umum, keterdapatan emas di alam bisa berupa sebagai cebakan emas primer dan/atau
endapan emas sekunder.3 Keberadaan logam emas dalam batuan bisa berbentuk nuggets berupa
logam emas murni (native gold) bisa juga berupa butiran emas yang sangat halus yang terjebak di dalam
mineral sulfida, atau mineral oksida lainnya. Sedangkan keterdapatan endapan emas sekunder
diakibatkan oleh adanya proses pelapukan batuan (cebakan emas primer) baik secara fisik maupun
kimia dan ditransportasi oleh air sungai serta diendapkan sebagai endapan eluvial atau endapan
aluvial. Keterdapatan emas di alam demikian ini sering disebut sebagai cebakan emas sekunder atau
lebih dikenal sebagai cebakan emas letakan (placer gold deposit)4 seperti yang terdapat di daerah
Bombana, Sulawesi Tenggara.

Teknik penambangan emas pada umumnya tergantung dari kondisi dan karakter cebakan emas yang
meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan kedalaman atau ketebalan
tanah penutup. Cebakan emas primer, yang pada umumnya terdapat didalam perut bumi berupa urat-
urat kuarsa yang mengandung emas (vein) disamping masih bercampur dengan mineral asosiasinya 5,
dan juga batuan samping yang pada umumnya bersifat keras. Penambangan untuk tipe cebakan emas
primer dapat dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), namun dapat juga
dilakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka (surface mining), tergantung sistem mana
yang menguntungkan berdasarkan pada nilai stripping ratio 6. Karena batuannya bersifat keras, maka
penambangannya dilakukan dengan berbagai metoda penambangan dengan menggunakan alat gali dari
yang paling sederhana (cangkul, paju, palu, ganco) hingga menggunakan alat berat (excavator) bahkan
sering dibantu dengan menggunakan bahan peledak atau teknik peledakan 7. Beberapa contoh
penerapan sistem tambang bawah tanah, misalnya penambangan emas di Pongkor (PT. Aneka
Tambang), Lebongtandai (Lusang Mining) dan Tembagapura (PT. Freeport Indonesia). Berbeda dengan
tipe cebakan emas sekunder, yang pada umumnya terdapat pada permukaan bumi, yakni berupa
endapan eluvial dan/atau aluvial dan komponen materialnya bersifat lepas (gravel, pasir, lanau),
walaupun kadangkala cebakan tersebut tertutup oleh lapisan tanah yang cukup tebal. Oleh karena itu,
penambangan pada umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka (surface mining), meskipun
pada kasus tertentu ada kalanya dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground
mining). Metoda penambangan dapat dilakukan baik secara konvensional, maupun dengan
cara.mekanis (menggunakan alat berat) dan / atau dengan cara semi mekanis (pompa, monitor) seperti
disajikan pada Gambar IV.1. Penerapan sistem tambang terbuka dengan cara ini seperti yang dilakukan
pada penambangan timah di P. Bangka dan penambangan intan di Martapura (Kalimantan Selatan).

Sumber: Heemskerk & Kooye,


2003

Gambar IV.1.Operasional
penambangan emas latakan
dengan

menggunakan perangkat
mekanis.
Sedangkan teknologi
pengolahan hasil tambang pada umumnya dapat dilakukan melalui proses benefisiasi mineral dan
ekstraksi logam, baik berdasarkan sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia maupun kombinasinya. Beberapa
metoda pengolahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis (graviti), perbedaan sifat permukaan
mineral (flotasi), perbedaan sifat kemagnitan (menggunakan magnetic separator) dan perbedaan sifat
kelarutan oleh bahan kimia (amalgamasi, sianidasi, dan thioureasi) 8 dan lain sebagainya. Sementara
untuk pemisahan mineral berharga terhadap mineral pengotornya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan perbedaan berat jenis masing-masing mineralnya dengan menggunakan media aliran air
atau air bertekanan tinggi (hydrolic mining). Seperti pada metoda pengolahan yang paling sederhana,
yakni pendulangan (panning), dan atau menggunakan alat seperti rocker atau (sluice box ), palong (long
tom), jig, humprey spiral dan meja goyang (shaking table) hingga peralatan yang lebih modern seperti
fine material separator, knelson concentrator 9.

Kasus penambangan emas di Bombana menjadi penting untuk diungkap, mengingat bahwa kasus
penambangan untuk tipe cebakan emas placer di lingkungan batuan metamorphik masih jarang
diketemukan di Indonesia. Berbagai permasalahan dalam penambangan tersebut, diantaranya tipologi
penambangan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat penambang di Bombana?. Apakah
penambangan tersebut cukup efisien, dan bagaimana perbedaan teknologi penambangan yang
dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat ? Perubahan lingkungan apa saja yang terjadi dan
bagaimana analisis dampak penambangan ketika menerapkan teknik penambangan tersebut dan
bagaimana kemungkinan cara meminimalisirnya ?. Analog dengan permasalahan tersebut, tulisan ini
memberikan gambaran tentang bagaimana kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh
masyarakat di Bombana, ditinjau dari aspek teknologi penambangan yang meliputi tipologi dan
dampaknya terhadap lingkungan sebagai suatu studi kasus.

Konsep Good Mining Practice dan Pemisahan Emas Letakan Secara Gravity

Guna keperluan analisis kualitatif tentang tipologi penambangan emas di Bombana dikemukakan 2 (dua)
konsep sebagai indikator dalam analisis ini. Pertama adalah konsep pertambangan Good Mining
Practice yakni: merupakan Konsep Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar (Suyartono, 2003)10
dan yang kedua adalah konsep tentang bagaimana memperoleh konsentrat bijih emas placer (Michael
Silva, 1986) 11.
Konsep Good Mining Practice:

Good mining practice adalah kaidah-kaidah yang harus dijalankan dalam melakukan proses
penambangan agar memberikan keuntungan maksimal dengan dampak minimal. Kegiatan
pertambangan skala besar dituntut dan diawasi untuk selalu melakukan penambangan dengan
menerapkan kaidah-kaidah tersebut, terutama untuk menghindari terjadinya kerugian lingkungan baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam usaha mereka mengejar keuntungan yang sebesar-
besarnya. Namun dalam skala masyarakat yang menambang, prinsip-prinsip ini masih sulit untuk
diterapkan kerena keterbatasan modal dan keahlian yang mereka miliki12.

Sebagaimana diungkapkan oleh Suyartono, 2003, paradigma pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
yang baik dan benar (good mining practice) yang membangun peradaban didefinisikan sebagai suatu
kegiatan usaha pertambangan yang memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-norma
yang tetap sehingga pemanfaatan sumberdaya mineral memberikan hasil yang optimal dan dampak
buruk yang minimal. Semua itu meliputi perizinan, teknis penambangan, keselamatan dan kesehatan
kerja (K-3), lingkungan, keterkaitan hulu-hilir/konservasi, nilai tambah dan pengembangan
masyarakat/wilayah di sekitar lokasi kegiatan, serta mempersiapkan penutupan dan pasca tambang,
dalam bingkai kaidah peraturan perundangan dan standar yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan
pertambangan (Gambar IV.2). Secara umum, konsep tersebut didasarkan pada prinsip bahwa industri
pertambangan umum, yakni industri pertambangan mineral yang menghasilkan logam, non-logam dan
energi (batubara) dan panas bumi mempunyai titik berat pada isue demokrasi, keadilan dan
pemerataan yang harus melibatkan antar dan inter generasi. Konsep tersebut hanya dapat terlaksana
dengan baik jika melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara optimal dalam bentuk
kemitraan. Sementara pola pikir yang mendasarinya adalah social justice and equity, pendekatan
holistik, komprehensif, terpadu, menghargai keanekaragaman atau pluralisme serta berwawasan jangka
panjang 13.

Melalui tata cara pengelolaan pertambangan yang baik dan benar, diharapkan dapat dihindari terjadinya
pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber daya, terlindunginya fungsi-fungsi
lingkungan serta terlindunginya keselamatan dan kesehatan para pekerja. Oleh karena itu, dalam
praktek pengelolaan pertambangan perlu dilakukan: penerapan teknik pertambangan yang tepat; peduli
lingkungan; peduli keselamatan dan kesehatan kerja; penerapan prinsip konservasi; memiliki nilai
tambah; optimalisasi manfaat bagi masyarakat; dan standardisasi pertambangan.

Gambar IV. 2. Konsep


pertambangan yang
baik dan benar (good
mining practice)

Konsep Pemisahan
Emas Letakan Secara
Gravity :

Secara konseptual
metoda dan peralatan
yang digunakan untuk
meperoleh emas dari
cebakan emas placer
adalah konsentrasi
14
graviti (gravity concentration) . Pemisahan secara graviti ini paling sering atau banyak digunakan dalam
metoda perolehan emas. Berbagai peralatan perolehan emas melalui metoda gravimetri, termasuk pans
(dulang), sluicebox, long toms, jigs 15 , disamping itu juga termasuk peralatan amalgamasi yang telah
lama digunakan di California (Silva, 1986). Metoda konsentrasi graviti ini menggunakan media aliran air,
sementara butiran emas yang sangat halus yang disinyalir sebagai flour, fload atau colloidal gold 16
sebagian besar hilang dalam proses. Pada awalnya penambang hanya mampu memperoleh tidak lebih
dari 60 % kandungan emas, dan sejak 1945 perolehan emas bisa mencapai 70 75 % (Spiller, 1983) 17.
Kini dengan adanya sejumlah perubahan dan disain baru, perolehan dari pemisahan emas secara graviti
dapat ditingkatkan. Beberapa tipe peralatan tampil untuk mengefisiensikan perolehan emas placer,
namun tidak semua peralatan tersebut efektif digunakan mengingat adanya perbedaan kondisi cebakan
emas placer. Banyak faktor yang berpengaruh, seperti ukuran besar butir, kandungan lempung (clay),
distribusi ukuran emas, metoda penambangan yang diterapkan, karakter air pencuci, yang akan
berpengaruh terhadap jumlah perolehan emas. Untuk operasional penggunaan, metoda tersebut perlu
dilakukan percobaan secara intensif dan pengujian sebagai salah satu persyaratan dalam perencanaan
dan sistem perolehan emas yang optimal.

Konsep konsentrasi bijih (ore) emas letakan (gold placer) terdiri dari 3 (tiga) kombinasi dari 3 (tiga)
tahap, yakni roughing, cleaning dan scavengeng (lihat Gambar IV.3).

Gambar IV. 3.
Bagan alir konsep
metoda konsentrasi
graviti
Sebagai objek
konsentrasi adalah
memisahkan bijih
(ore) sebagai
umpan (feed)
proses kedalam 2
(dua) jenis produk,
yakni konsentrat
(concentrate) dan
ampas (tailing).
Secara ideal, bahwa
tingkat perolehan emas placer tinggi, dalam arti bahwa semua atau sebanyak mungkin emas dalam
umpan (feed) akan masuk atau berada dalam konsentrat, sedangkan mineral lainnya akan berada dalam
ampas (tailing). Walaupun dalam kenyataannya (praktek) proses pemisahan tidak akan pernah
sempurna, mengingat bahwa sebagian mineral tidak berharga masuk ke dalam konsentrat sementara
sebagian emas masuk ke dalam tailing. Dengan demikian, bahwa produk yang dihasilkan ternyata akan
selalu berkomplikasi dengan situasi dan kondisi.
Tahap 1 (Roughing) :

Merupakan tahap pertama peningkatan bijih emas atau disebut sebagai umpan (feed) dalam proses
konsentrasi untuk menghasilkan emas kadar rendah terutama consentrate (C) untuk diolah kembali dan
tailing (T), yakni bagian yang mengandung material yang tidak diperhitungkan pada tahap awal proses.
Peralatan yang digunakan dalam tahap ini disebut sebagai roughers. Roughers ini, kemungkinan dapat
menghasilkan sejumlah besar konsentrat tetapi dengan syarat bahwa perolehan emas dalam
concentrate harus > kandungan emas didalam umpan (feed), atau menghasilkan tailing yang relatif
bersih (bebas emas), atau kombinasi dari kedua-duanya.

Tahap 2 (Cleaning) :

Merupakan proses mengolah kembali konsentrat yang diperoleh dari roughers untuk menghilangkan
mineral pengotor (impurities) yang pada umumnya berupa pasir berwarna hitam (black sand). Proses ini
mungkin sangat sederhana sekali, yakni berupa pencucian dan pemisahan butiran emas dari pasir hitam
(black sand) di dalam pans (dulang). Namun bisa juga bila kadar emas dalam konsentrat masih rendah,
sehingga perlu dilakukan konsentrasi mineral melalui beberapa tahapan pencucian sebelum diperoleh
konsentrat akhir. Dalam kasus ini, peralatan yang digunakan dalam pencucian sama dengan peralatan
yang digunakan dalam tahap pertama, yakni roughers. Sluice box dapat juga digunakan untuk mencuci
konsentrat yang mengandung pasir berwarna hitam (black sand), sebagai salah satu contoh adalah alat
roughing yang juga bisa digunakan dalam proses cleaning. Peralatan lainnya, seperti shaking tables
sangat cocok untuk digunakan sebagai roughers dan khususnya digunakan dalam proses cleaning.
Konsentrat akhir dicuci hingga diperoleh kadar konsentrasi bijih emas yang optimal.

Tahap 3 (Scavenging) :

Merupakan tahap akhir, yaitu tahapan dalam memproses material tailing baik yang berasal dari
roughing maupun cleaning sebelum dibuang ke disposal (tempat penampungan akhir dari tailing).
Scavenging dioperasikan hanya cocok dalam jumlah produksi yang besar.

Indikator keberhasilan dalam proses konsentrasi graviti ini biasanya dinyatakan sebagai tingkat
perolehan (recovery) yang merupakan jumlah prosentase emas dalam bijih yang diperoleh melalui
konsentrat. Kadar konsentrat adalah prosentase emas dalam konsentrat, kadar konsentrat 10 % artinya
mengindikasikan bahwa konsentrat mengandung emas sebesar 10 % dari berat emas. Indikator lainnya
adalah nilai ratio of concentration yang merupakan perbandingan antara (berat x kadar) konsentrat
dengan (berat x kadar ) umpan (feed). Jika nilai ratio of concentration = 1,00, ini menunjukkan bahwa
proses pengolahan tidak berhasil. Nilai ratio of concentration pada umumnya akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya kadar konsentrat. Pada umumnya, semakin tinggi kadar konsentrat akan semakin
rendah jumlah perolehan. Sejumlah material akan hilang dalam memperoleh kadar konsentrat yang
tinggi. Seperti dalam kasus tertentu, semakin tinggi kadar konsentrat maka akan menjadi lebih baik dari
pada mengambil kembali butiran emas halus dari konsentrat kadar rendah, dengan demikian berarti
akan mengurangi biaya pengambilan butiran emas halus (refinery).
==============

Tipologi Penambangan Emas di Bombana

Penambangan cebakan emas placer pada umumnya tergantung pada kondisi keberadaan cebakan
emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan kedalaman
atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas di daerah Bombana yang pada umumnya
berupa endapan sungai atau jenis cebakan emas placer, dengan ketebalan endapan yang diduga
mengandung emas kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah penutup bervariasi dari 1 - 8
meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem penambangan yang paling cocok untuk
diterapkan di Bombana adalah sistem tambang terbuka (surface mining), walaupun pada kasus
tertentu tidak tertutup kemungkinan untuk dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah
(underground mining). Sedangkan metoda pemisahan (pengolahan) mineral yang umum
diterapkan untuk jenis endapan emas placer adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni
pemisahan mineral berharga (emas) atau disebut consentrate terhadap mineral pengotornya
(tailing) berdasarkan perbedaan berat jenis (specific gravity) dan media aliran air.

Seperti telah diketahui bahwa metoda penambangan dan pengolahan yang paling sederhana dan
murah serta mudah untuk diterapkan pada cebakan emas placer adalah penambangan secara
manual dengan cara pendulangan (artisanal mining)18 yang dapat dilakukan secara perorangan.
Metoda berikutnya adalah tambang semprot dan pemisahan dengan menggunakan sluice box
yang dilakukan secara kelompok, seperti yang lazim dijumpai pada tambang-tambang untuk
jenis endapan aluvial lainnya di Indonesia. Demikian pula halnya dengan metoda penambangan
endapan emas placer yang dijumpai di Bombana, terdapat berbagai tipologi penambangan yang
pada prinsipnya merupakan kombinasi dari proses penambangan dan pemisahan secara
konsentrasi graviti dalam memperoleh logam emas. Berikut ini adalah gambaran atau diskripsi
tentang tipologi penambangan dan pemisahan secara konsentrasi graviti yang dilakukan oleh
masyarakat di Bombana sebagaimana disajikan pada Tabel IV.1.

Tabel IV. 1. Tipologi penambangan emas oleh masyarakat di Bombana

No. Tipologi Peralatan Keterangan

Penambangan dan Dulang (pan) terbuat Pendulangan (panning)


perolehan konsentrasi dari kayu, wajan dilakukan pada badan
1
emas dengan cara (logam) sungai. (perorangan)
pendulangan (panning)

Penambangan dengan Cangkul, linggis dan Pembuatan sumuran, paritan


cara penggalian sekop Mini sluice box untuk memperoleh umpan
2 (sumuran, paritan) mini sluice box
perolehan konsentrasi Dulang (pan) terbuat pendulangan. (kelompok: 3-
emas dengan mini dari kayu, wajan 5 orang)
sluice box dan (logam)
pendulangan (panning)

Penambangan dengan Pompa air, selang air Penyemprotan dengan air


cara tambang semprot, dan monitor sluice bertekanan tinggi untuk
perolehan konsentrasi box, Long toms memperoleh umpan sluice
3 emas dengan sluice box dan pendulangan.
box dan pendulangan Dulang (pan) terbuat (kelompok: 5-10 orang)
dari kayu, wajan
(logam)

Penambangan dengan Alat berat (excavator) Penggalian dan


cara tambang mekanis, pengangkutan dengan alat
perolehan konsentrasi Alat semprot (pompa, berat. Penyemprotan untuk
emas dengan selang dan monitor) pemberaian dan pencucian.
penyemprotan dan multi
4
sluice box dan multi sluice box Perolehan konsentrasi emas
pendulangan melalui multi sluice box
Dulang (pan) terbuat dan pendulangan
dari kayu
(kelompok: 10 - 25 orang)

Penambangan dan perolehan konsentrasi emas dengan cara pendulangan (panning) :


Pertama kali emas diketemukan di daerah Bombana berada di sepanjang badan sungai-sungai,
sehingga cara penambangan yang paling cepat, mudah dan sederhana adalah dengan cara
pendulangan (Lihat Foto IV.1). Pendulangan dilakukan dengan menggunakan pans (dulang)
yang terbuat dari kayu bahkan ada yang menggunakan wajan (kuali). Pendulangan dilakukan di
badan sungai atau pada ceruk yang ada airnya, disamping lokasi keterdapatan emas juga karena
air menjadi faktor utama dalam proses pemisahan ini. Butiran emas yang terdapat di sungai
bercampur dengan lumpur, pasir, dan kerikil dikeruk dan langsung didulang.

Mekanisme dasar pemisahan emas dari


material pengotornya adalah perbedaan
berat jenis (specifig gravity) dan aliran
atau putaran air ketika dulang
digoyang-goyangkan dengan arah
memutar. Material pengotor dengan
berat jenis lebih ringan dibandingkan
butiran emas (berat jenis: 14 - 19) akan
terlempar keluar, sedangkan butiran
emas tetap tertinggal pada dasar
dulang (pan). Kelemahan cara ini
adalah tingkat perolehan yang masih
rendah, walaupun proses ini sangat ditentukan oleh ketrampilan pendulang. Namun demikian,
pada umumnya masih banyak butiran emas yang halus dan berbentuk pipih ikut terbuang dengan
material pengotornya. Cara penambangan ini dapat dilakukan baik secara individu maupun
secara berkelompok, yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat.

Foto IV. 1. Foto kegiatan pendulangan emas oleh masyarakat penambang di Bombana
Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan dalam rangka perolehan emas menunjukkan
bahwa penambangan dengan cara pendulangan (panning) pada umumnya mempunyai kapasitas
rendah dan kurang efisien dalam menangkap emas berbutir halus. Hanya dalam
pengoperasiannya sangat sederhana (simple), tidak mahal (murah) biayanya dan praktis
konstruksinya. Pendulangan (panning) secara luas digunakan sebagai metoda perolehan utama
dalam awal penambangan. Namun dalam pengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya emas
berbutir kasar saja yang dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada
umumnya lolos bersama gravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat diproses,
ini juga tergantung pengalaman pendulang (panners). Pans (dulang) sesungguhnya hanya cocok
untuk digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan: prospecting (pencarian emas awal
dalam penyelidikan umum), proses cleaning terhadap konsentrat hasil roughing, atau untuk
mengerjakan cebakan eluvial yang kaya akan emas berbutir kasar atau cebakan yang lokasinya
memang terisolasi. Pada awal penambangan di Bombana, pendulangan masih relevan untuk
diterapkan bagi para penambang secara perseorangan, walaupun secara konseptual masih jauh
untuk memenuhi syarat konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Seperti telah
dijelaskan bahwa konsep pengelolaan pertambangan tersebut hanya cocok bagi level perusahaan
yang bermodal besar. Namun demikian, secara organisatoris (level perusahaan) dibandingkan
dengan konsep konsentrasi graviti menjadi tidak relevan lagi, karena tanpa perencanaan dan
koordinasi yang baik dan benar, masalahnya muncul ketika ribuan orang mendulang pada area
yang relatif terbatas, sehingga tingkat perolehan (recovery) menjadi semakin rendah atau
perolehan yang tidak merata, diantaranya disebabkan oleh:


Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang (pans) yang terbuat dari
kayu dan bahkan menggunakan wajan (kuali) tentunya belum atau tidak memenuhi
standar. Walaupun bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai pembanding bahwa
standar gold pans di Amerika misalnya, mempunyai ukuran standar sebagai berikut:
diameter bagian atas 15 - 18 inci, kedalaman lekukan (depth): 2 - 2,5 inci serta sudut
kemiringan sisi-sisinya 30 - 45o dan bahan pans bisa terbuat dari logam atau plastik.

Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki ketrampilan dan pengalaman
mendulang, meskipun dasar pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan
pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan didulang berbutir relatif
seragam disamping dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang),
walaupun sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang bisa dipelajari
dari para pendulang yang telah berpengalaman.
Penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) dan perolehan konsentrasi emas
kombinasi antara mini sluice box dengan pendulangan (panning)
Ketika butiran emas mulai sulit diperoleh pada badan sungai, para penambang mulai menggali
hingga batuan dasar pada tepi sungai dan mengais tebing-tebing sungai. Mengingat cebakan
emas yang berada pada lapisan tersebut ditutupi oleh tanah penutup yang cukup tebal, untuk
memperoleh material yang mengandung emas maka para penambang melakukan dengan cara
penggalian. Teknik penggalian yang diterapkan oleh para penambang pada umumnya dengan
cara membuat sumuran atau paritan (Foto IV.2), jika penggalian telah mencapai kedalaman
tertentu (biasanya pada cebakan yang diduga mengandung emas), baru dilakukan penggalian ke
arah mendatar dan/atau dengan cara membuat lubang mendatar pada cebakan tersebut.
Penggalian yang dilakukan secara tidak beraturan, karena tidak terkoordinasi, sehingga
mengakibatkan baik jarak antar lubang maupun arah penambangan juga tidak beraturan. Hasil
penggalian lapisan yang diduga mengandung emas tersebut diangkut keatas atau dikeluarkan dari
lubang sumuran maupun lubang mendatar ke suatu lokasi yang terdapat air, untuk dilakukan
pemberaian dan pendulangan guna memisahkan emas dari material pengotornya. Cara
penambangan demikian ini, pada umumnya dilakukan secara berkelompok, dimana setiap
kelompok terdiri dari 3 - 5 orang. Cara penambangan ini dilakukan oleh masyarakat setempat
yang telah berbaur dengan masyarakat pendatang, khususnya masyarakat penambang yang
berasal dari Menado dan Jawa Barat. Permasalahan yang timbul dari cara penambangan
demikian ini adalah pemborosan sumberdaya mineral, karena sebagian lapisan antara belum
terambil dan sering terjadi kecelakaan tambang, yakni akibat runtuhnya tanah penutup yang
relatif kurang stabil.

Mengingat semakin sulit untuk memperoleh butiran emas yang cukup besar, maka para
penambang berupaya melakukan proses pemisahan untuk memperoleh butiran emas yang halus.
Pemisahan butiran emas dilakukan dengan menggunakan mini sluice box, terbuat dari
kerangka dan anyaman bambu berbentuk empat persegi panjang yang berukuran panjang (1, 5
m) dan lebar (0,5 m) yang dilapisi karpet. Salah satu bagian ujung dikombinasikan dengan
sebuah kotak terbuka yang dilengkapi dengan jaring yang berfungsi untuk pemberaian dan
menyaring material berbutir kasar (kerikil). Mini sluice box tersebut dipasang miring atau
membentuk sudut kecil, sehingga air yang dituangkan secara manual dengan menggunakan
ember kedalam kotak tersebut dapat mengalir diatas karpet (Foto IV.2. B). Setelah beberapa kali
penuangan (proses), karpet dilepas dan dicuci dalam baskom atau ember selanjutnya dilakukan
pendulangan.

Foto IV. 2.
Penambanga
n dengan cara membuat sumuran (A) dan pengoperasian mini sluice box (B).
Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa metoda penambangan
yang dilakukan telah berupaya untuk mengkombinasikan antara sistem tambang terbuka (surface
mining) dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), walaupun dilakukan tanpa
perencanaan dengan baik dan benar. Permasalahan yang dihadapi adalah biaya operasional yang
tinggi, disamping terbatasnya pengetahuan dan pengalaman tentang penambangan bawah tanah
yang hanya mengadopsi teknologi penambangan dari para penambang pendatang. Cara
penambangan demikian ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat secara
berkelompok yang terdiri 3 - 5 orang dengan modal kecil. Pengetahuan tentang cara
penambangan tersebut diperoleh setelah mereka berbaur dengan masyarakat penambang dari luar
Bombana, khususnya para penambang yang berasal dari Menado, Jawa Barat, Kalimantan
Selatan, P. Bangka dan P. Belitung. Tipologi penambangan ini dengan modal dan pengetahuan
yang minim, jelas tidak akan dapat memenuhi konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan
benar.

Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada prinsipnya tidak
jauh berbeda dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe pertama). Perbedaannya bahwa
pada tipologi ini ada proses pemilihan, pencucian dan pemberaian material sebagai umpan (feed)
proses pendulangan (panning) atau sudah dilakukan proses roughing walaupun dilakukan secara
manual (hand picking) dan proses cleaning yang dilakukan secara bersamaan dengan proses
roughing. Perbedaan lainnya yang menonjol pada upaya penerapan konsep perolehan konsentrasi
gravimetri, dimana proses roughing dan cleaning dilakukan secara terpisah, walaupun dalam
pengoperasian kedua tahap tersebut belum cukup memadai. Terutama dalam tahap roughing
dimana peralatan yang digunakan masih sangat sederhana, yakni berupa mini sluice box.
Kelemahan cara ini, walaupun dapat menangkap butiran emas yang halus, namun kapasitas
produksi masih relatif rendah. Karena aliran air yang diskontinyu atau tidak tetap dan aliran air
tidak merata bahkan kadang-kadang aliran air terlalu besar, sehingga kemungkinan besar masih
banyak butiran emas berbutir halus terbuang bersama aliran air.

Secara konseptual, sesungguhnya peralatan lainnya selain pans adalah rocker 19. disamping
cukup sederhana, juga efektif dan relatif murah biaya pengoperasiannya dan dapat digunakan
secara berkelompok. Alat konsentrasi ini terbuat dari kayu, yakni terdiri dari sebuah sluice box,
yang dilengkapi dengan screen dan apron 20. Pada bagian dasar atau lantai sluice box dipasang
rifflers untuk membentuk aliran air secara turbulensi sehingga dapat menangkap atau menjebak
butiran emas yang terbawa oleh aliran air. Saringan (screen) dapat berperan untuk memotong
material kasar tetapi cukup lunak, sehingga memberi kesempatan lempung (clay) dapat terberai
secara lebih sempurna, dengan demikian semua partikel emas berbutir halus dapat terlepas
(bebas) dari ikatan lempung. Saringan ini berukuran (16 - 20 ) inci dengan lebar lubang bukaan
(opening) sekitar 0,5 inci. Material halus yang tercuci akan jatuh dan lolos melalui lubang
bukaan, selanjutnya akan terbawa aliran air serta jatuh diatas apron yang dipasang miring
(menyudut). Apron tersebut dapat berperan untuk mengarahkan atau membawa semua material
ke ujung atas rocker.

Walaupun bentuk dan ukuran rocker bisa bervariasi, tetapi konstruksi secara umum tergantung
dari material yang tersedia, ukuran butir emas yang akan diperoleh, dan terutama sangat
ditentukan oleh pengalaman penambang. Konstruksi rocker pada umumnya mempunyai panjang
(24 - 60) inci, lebar (12 - 25) inci dan tinggi (6 - 14) inci, sebagaimana diilustrasikan pada skema
gambar berikut ini (Gambar IV.4).

Sumber : Sweef, 1980 dalam Silva, 1986

==================

Dampak teknik penambangan dengan cara tambang semprot dan perolehan konsentrasi
emas dengan menggunakan sluice box dan pendulangan (panning).
Semakin terbatasnya area yang dapat ditambang, beberapa upaya yang dilakukan oleh para
penambang yang didukung oleh pemodal teknik penambangan berkembang, yakni menerapkan
tambang semprot seperti yang dilakukan baik pada tambang timah di Bangka dan Belitung
maupun pada tambang intan di Martapura. Penerapan tambang semprot ini menempati bekas
area penambangan sebelumnya, bertujuan untuk mengambil atau memanfaatkan tailing dan
lapisan tanah yang diduga masih mengandung emas yang masih tersisa. Pemisahan butiran emas
terhadap material pengotornya dilakukan dengan menggunakan palong (sluice box), beberapa
kelemahan yang nampak di lapangan adalah kemiringan palong dengan sudut kemiringan lebih
besar dari 5o dan aliran air masih terlalu deras, sehingga butiran emas halus kemungkinan besar
terbawa oleh aliran air bersama-sama dengan tailing. Dampak penambangan ini cenderung
menimbulkan kerusakan fisik lingkungan yang semakin parah, tidak hanya permukaan tanah
yang tidak merata tetapi juga terbentuk ceruk atau semacam kubangan lumpur yang cukup
dalam. Kondisi tersebut juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, yang
merupakan sumber penyakit. Walaupun demikian, tailing yang terbuang disamping lumpur
terdapat juga pasir dan kerikil yang terkonsentrasi yang sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan sebagai hasil sampingan. Kini dengan semakin terbatasnya area penambangan,
tambang semprot tersebut tidak hanya menempati bekas penambangan sebelumnya, tetapi juga
sudah merambat ke tebing anak sungai intermiten. Disamping berpotensi terjadinya longsoran,
juga dapat mengakibatkan badan sungai menjadi semakin melebar.
Dampak teknik penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot dan
perolehan konsentrasi emas dengan multi sluice box dan pendulangan
Penambangan dengan cara ini dilakukan oleh masyarakat penambang yang bermitra dengan
perusahaan swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang telah mempunyai izin eksploitasi. Dampak
penambangan ini belum nampak begitu kelihatan nyata, karena masih baru berlangsung sambil
melakukan tahap penyiapan (development), tetapi yang jelas lebih baik dari cara penambangan
sebelumnya karena sebelum tambang beroperasi telah dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu.
Dengan semakin menumpuknya tailing, lambat laun akan menimbulkan permasalahan baru,
untuk itu sedang dipikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan tailing tersebut menjadi
produk sampingan (by product). Sebagian dari pengolahan hasil penambangan ini dilakukan
bermitra dengan masyarakat penambang dengan sistem bagi hasil, masyarakat yang mengolah
mendapat bagian 24 %. Menurut masyarakat penambang, walaupun hasilnya sedikit, tetapi ada
kepastian pendapatan dan memperoleh jaminan kesehatan maupun kecelakaan. Bagi masyarakat
penambang, yang penting dapat bekerja dengan tenang atau tidak digusur, meskipun kini belum
adanya kepastian jaminan masa depan.
Kesimpulan

Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa tipologi penambangan emas oleh masyarakat
di Bombana ada 4 tipe, yakni:

Tipe 1:

Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara perseorangan dengan cara
pendulangan (panning) tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang baik dan benar.
Walaupun secara konseptual masih relevan dengan konsep metoda perolehan secara konsentrasi
graviti untuk penambangan awal, namun penerapan metoda pendulangan (panning) ini menjadi
bermasalah ketika penambang jumlahnya ribuan pada lokasi yang relatif terbatas dan sebetulnya
metoda pendulangan (panning) ini hanya cocok untuk pekerjaan prospecting. Dampak
penambangan tipologi ini pada awalnya kerusakan lingkungan tidak cukup berarti, namun
dengan bertambahnya ribuan penambang maka kerusakan lingkungan menjadi penting untuk
diperhatikan.

Tipe 2:

Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok, namun karena
kekurangan modal dan pengetahuan serta belum terorganisir dengan baik dan benar, sehingga
masih jauh dari persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Walaupun secara
konseptual perolehan konsentrasi graviti telah diterapkannya tahap roughing dan cleaning secara
terpisah, namun karena peralatan kurang memadai sehingga perolehan emas menjadi kurang
optimal. Dampak akibat kegiatan penambangan ini selain terjadinya pemborosan sumber daya
mineral, juga terjadinya kerusakan secara fisik menjadi semakin parah karena tanpa adanya
perencanaan yang baik dan benar.

Tipe 3:

Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan dukungan
penyandang dana dan koordinator berpengalaman, tetapi karena tidak dilakukan perencanaan
yang baik dan bahkan cenderung sebagai petualang. Tipologi penambangan ini jelas tidak
memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Secara konseptual
perolehan konsentrasi graviti relatif lebih baik dibandingkan dengan tipologi penambangan
sebelumnya (tipe 1 dan 2), tetapi karena tanpa perencanaan dengan baik dan benar
mengakibatkan kerusakan fisik lingkungan akibat penerapan teknik penambangan ini menjadi
semakin parah.

Tipe 4:

Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat dengan bermitra perusahaan swasta dimana
masyarakat hanya melakukan pemisahan atau pengolahan saja, sementara penambangannya
dilakukan oleh perusahaan secara tambang mekanis. Tipologi penambangan ini relatif lebih
memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar ketimbang tipologi
sebelumnya (tipe 1, 2 dan 3). Karena disamping adanya dukungan modal, juga didukung oleh
peralatan dan pengetahuan yang lebih memadai. Walaupun secara konseptual perolehan
konsentrasi graviti belum dilakukannya tahap scavenging dan seharusnya mampu
menggunakan peralatan konsentrasi graviti yang lebih modern sehingga perolehan emas menjadi
lebih optimal. Tipologi penambangan ini lebih menjanjikan, karena telah dilakukan perencanaan
penambangan dengan baik sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka
Heemskerk, M., and Kooye, R. van der, Challenges To Sustainable Small-Scale Mine
Development In Suriname, 2003,

http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di Bombana.

http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas Bombana.

http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer.

Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division
of Mines and Geology, 1986.

Mining and Its Effects on the Environment, http://www.scribd.com/doc/103246/Issue-Analysis-


Mining-and-Its-Effects-on-the-Environment
Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik
dan Benar, Studi Nusa, 2003.

Sotham, S., Small-scale gold mining in Cambodia :A Situation Assessment, Ministry of Industry,
Mines and Energy, Cambodia, 2004, 37 p.

Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983.

Zulkarnain, Iskandar dkk., Potensi Konflik di Daerah Pertambangan: Kasus Cikotok dan
Pongkor, Jakarta: Riset Kompetitif Pengembangan Iptek - LIPI, 2003.

Zulkarnain, Iskandar dkk., Konflik di Kawasan Pertambangan Timah, Bangka Belitung:


Persoalan dan Alternatif Solusi, Jakarta: Riset Kompetitif Pengembangan Iptek -LIPI, 2005.

Zulkarnain, Iskandar dkk., Panduan Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Pertambangan,


Jakarta: Riset Kompetitif Pengembangan IPTEK LIPI, 2006.

Zulkarnain, Iskandar dkk., Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, Jakarta:
Riset Kompetitif LIPI, 2007.

Zulkarnain Iskandar, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber
Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

1 http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

2. http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas bombana.

3 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan


Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008, hal 61

4 http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer. Nuggets adalah butiran logam emas


dengan bentuk tidak beraturan yang terdapat di alam yang relatif murni dan dapat dilihat secara
kasat mata. Endapan elluvial adalah endapan yang hasil pelapukan yang tertransportasi tetapi
masih dekat dengan sumbernya. Sedangkan alluvial yang tertransportasi oleh air tetapi relatif
sudah jauh dengan sumbernya. Sementara placer gold deposit adalah cebakan emas letakan yang
terdapat pada kedua tipe endapan tersebut.

5 Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale),
tekMIRA,2006.

Sebagai ilustrasi dijelaskan pada identifikasi minerolgi dan karakterisasi percontoh bijih emas
hasil analisis mikroskopis bijih menunjukkan bahwa cebakan emas yang beraosiasi dengan urat
kuarsa digolongkan menjadi empat macam, yakni : fasies karbonan- kuarsa, mangan oksida-
kuarsa, kuarsa opal berlapis dan kuarsa bersulfida. Beberapa jenis mineral yang berasosiasi
dengan emas diantaranya pirit, galena, sfalerit, kalkopirit, silikat ( plagioklas, klorit, dll) bersama
material karbonan.

6 Stripping ratio : adalah perbandingan antara volume atau berat material tanah penutup terhadap
volume atau berat bahan galian atau bijih yang akan ditambang. Stripping ratio merupakan salah
satu faktor dalam pemilihan sistem penambangan. Semakin besar nilai stripping ratio pada
umumnya diatas (>5) lebih cocok untuk ditambang dengan sistem tambang bawah tanah
(underground mining) disamping faktor-faktor lainnya.

7 Teknik peledakan biasa digunakan dalam teknologi penambangan terutama untuk batuan yang
bersifat keras, baik untuk sistem penambangan bawah tanah (Pongkor) maupun untuk tambang
terbuka (Batu hijau, Garsberg) dan quarry industri semen (Cibinong, Palimanan).

8 Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh air raksa (Hg),
sedangkan sianidasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh bahan
sianida (KCN, NaCN), lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan
Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, Sedangkan
tioureasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) ataupun logam dasar
seperti tembaga (Cu) oleh amonium tiourea atau amonium tiosulfat, dapat dilihat juga pada
Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA,
2006.

9 Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation


Division of Mines and Geology, 1986. Berbagai peralatan konsentrasi emas berdasarkan
perbedaan berat jenis (graviti) dengan media dan aliran air, diantaranya adalah pans, rocker
atau (sluice box ), palong (long tom), jig, humprey spiral dan shaking table hingga peralatan
yang lebih modern seperti fine material separator, knelson concentrator.

10 Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang
Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.

11 Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation


Division of Mines and Geology, 1986.

12 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan


Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.
13 Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan
Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

14 Gravity concentration, adalah konsentrasi bijih emas dengan menggunakan prinsip perbedaan
berat jenis (specific gravity).

15 Sluice box, adalah alat alat konsentrasi graviti yang berbentuk kotak memanjang (artificial
channel) pada bagian alas dipasang riffles untuk membentuk aliran turbulensi sehingga butiran
material yang berat jenisnya tinggi dapat terperangkap dan/atau dilapisi dengan karpet yang
berfungsi untuk menjebak butiran emas yang lewat melalui media aliran air. Long toms,
merupakan gabungan beberapa sluice box yang dipasang secara bertingkat dengan arah
memanjang. Jigs, termasuk juga alat konsentrasi graviti, namun arah gerakan secara vertikal,
disamping menggunakan media air juga digunakan media material dengan berat jenis menengah
yakni diantara berat jenis material yang akan dipisahkan (ringan dan tinggi).

16 Flour, fload, coloidal gold, merupakan bentuk ukuran butiran emas yang relatif halus dari
yang berbentuk tepung hingga berbentuk koloidal.

17 Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983.

18 Artisanal mining, merupakan istilah umum untuk penambangan dengan cara pendulangan
(panning). Lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan
Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007

19 Rockers, adalah sejenis alat konsentrasi graviti atau sama dengan sluice box tetapi
dtlengkapi dengan screen dan apron.

20 Screen, adalah saringan yang terbuat dari kawat atau plat yang dilubangi. Apron terbuat dari
kanvas yang dilubangi secara mendatar (strip) yang berfungsi untuk mengarahkan material ke
ujung atas rockers.

21 Prospecting, merupakan tahap penyelidikan awal dari tahapan pertambangan

22 Intermeten, adalah tidak tetap, misalnya sungai yang berair hanya ketika musim hujan.
==============

http://k.kabeh-ngerti.com/astromoiya/6359/index.html

You might also like