You are on page 1of 6

PENYEBAB GIZI BURUK

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :


1. Penyebab langsung, kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita
penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat
makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan
kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan
dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama
lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun gizinya.
(Dinkes SU, 2006)

Penyebab tidak langsung


1. Pendapatan Keluarga Perkapita
Konsumsi makanan yang berkurang sering dialami oleh penduduk yang berpendapatan
rendah.Hal ini disebabkan oleh daya beli keluarga yang rendah. Pendapatan keluarga
akan mempengaruhi pola pengeluaran komsumsi keluarga. Tingkat pendapatan yang
nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas makanan yang diperoleh. Masalah
komsumsi pangan, rata- rata komsumsi energi dan protein secara nasional meningkat
dengan tajam. Pada tahun 1984 rata rata komsumsi energi perkapita 1798
kalori,meningkat menjadi 1905 kalori pada tahun 1990 dan menjadi 1962 kalori pada
tahun 1995. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama rata rata komsumsi protein
meningkat menjadi dari 43,3 gram,45,4 dan 49,2 perkapita/ hari.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam
rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain. Pendidikan terutama
pendidikan ibu berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan anak dan bayinya. Pada
masyarakat dengan rata rata pendidikan rendah menunjukan prevalensi gizi kurang yang
tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi
kurangnya rendah. Ibu yang pendidikan tinggi akan memilih jenis dan jumlah makanan
untuk keluarga dengan mempertimbangan syarat gizi disamping mempertimbangkan
faktor selera oleh karena itu ibu rumah tangga pada umumnya yang mengatur dan
menentukan segala urusan makanan dan kebutuhan keluarga. Seseorang yang
pendidikannya lebih tinggi mempunyai pengertian yang lebih baik akan kesehatan gizi
dengan menangkap informasi dan menafsirkan informasi tersebut guna kelansungan
hidupnya lebih lebih pada jaman kemajuan ilmu tehnologi.Dengan berbekal pendidikan
yang cukup seseorang ibu akan lebih banyak memperoleh informasi serta lebih tanggap
terhadap permasalahan yang dihadapi.Dengan demikian mereka dapat memilih serta
menentukan aternatif lebih baik untuk kepentingan rumah tangganya termasuk dalam
menentukan pemberian makanan bagi balita yang ada dirumah tangga tersebut.
3. Pekerjaan
Anak nelayan tradisional mempunyai resiko menjadi kurang gizi tiga kali lebih besar
dibanding pada anak peternak, petani pemilik lahan, ataupun tenaga kerja terlatih. Hal
penelitian ini juga menunjukan bahwa pengelompokan pekerjaan yang terlalu umum
misalnya nelayan saja bisa mengatur pertumbuhan peranan faktor pekerjaan orang tua
terhadap resiko anak mereka untuk menderita kurang gizi, resiko kurang gizi pada anak
nelayan tradisional tiga kali lebih besar dibanding anak nelayan yang punya perahu
bermotor. Efek ganda ( interaksi ) dari berbagai faktor sosial ekonomi dalam
menyebabkan jatuhnya seorang anak pada keadaan kurang gizi perlu diperhitungkan.
4. Keadaan Sanitasi Lingkungan
Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dan juga kesehatan orang dewasa
adalah tersedianya air bersih dan sanitasi yang aman. Semua ini bukan saja penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia,tetapi juga sangat membantu bagi eman sipasi
kaum wanita dari beban kerja berat yang mempunyai dampak yang merusak terhadap
anak anak, terutama anak- anak perempuan. Kemajuan dalam kesehatan anak tidak
mungkin dipertahankan jika sepertiga dari anak- anak didunia ketiga tetap tidak
menikmati sarana sanitasi yang layak. Berdasarkan pengalaman pada dasa warsa yang
lalu,termasuk inovasi yang banyak jumlahnya dalam tehnik dan tekhnologi-tekhnologi
yang sederhana dan murah untuk menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang aman
didaerah pedesaan dan perkampungan kumuh dikota,kini patut dan layak melalui
tindakan nasional bersama dan kerjasama internasional untuk menyediakan air minum
yang amam dan sarana pembuangan kotoran manusia yang aman untuk semua.

MANIFESTASI KLINIS
Penegakan Diagnosis Malnutrisi
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan
laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi
protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan
vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu
jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari
9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti,
kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar
lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau
menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian
berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut.
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya,
fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk.

You might also like