Professional Documents
Culture Documents
MIJEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Taksonomi Jamur dan Alga Tahun Ajaran
2016/2017
Dosen Pengampu : Drs. Eling Purwantoyo, M.si.
Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Laporan observasi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan
untuk melengkapi tugas mata kuliah taksonomi jamur dan alga agar mendapat
pengalaman sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
1. Drs. Eling Purwantoyo, M.Si. selaku dosen Mata Kuliah taksonomi jamur
dan alga.
2. Bapak Agus Suwarno selaku pemilik budidaya jamur.
3. Teman-teman kelompok yang membantu kelancaran dalam observasi
Budidaya Jamur ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Laporan Praktikum ini, semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
2
B. Latar Belakang
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada era ini
banyak yang menjadi pembudidaya jamur khususnya jamur tiram.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Kebutuhan akan nutrisi setiap individu sangatlah penting, salah satu sumber
nutrisi yang baik adalah yang terkandung dalam jamur tiram. Jamur tiram dapat
dikonsumsi oleh semua kalangan baik anak-anak, dewasa, maupun orang tua
(Nasution, 2016). Jamur tiram terkenal memiliki banyak manfaat. Selain digunakan
sebagai bahan makanan penuh gizi, juga telah dipercaya sejak dahulu sebagai obat
tradisional, yakni dapat menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan
darah tinggi, meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan daya tahan tubuh dan
mencegah tumor serta kanker (Suryaningrum, 2012).
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
4
Ordo : Agaricales
Famili : Tricolomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang dan dapat
dikonsumsi, serta mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, Ca, Fe, thiamin dan riboflavin (Widyastuti,
2004). Para vegetarian menggunakan jamur tiram sebagai pengganti daging ayam.
Sedangkan vitamin dan mineral yang terkandung didalamnya antara lain zinc, besi,
kalium, kalsium, fosfor, vitamin C, asam folat, niasin, vitamin B-1 dan B-2.
5
BAB III
METODE DAN HASIL OBSERVASI
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambil gambar kegiatan observasi dan
tempat observasi.
6
3.2 Alat
Untuk menunjang kegiatan observasi digunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Kamera
2. Ponsel genggam
3. Buku
4. Alat tulis
Membuat laporan
7
terkadang juga membuat sendiri. Ada beberapa faktor yang dijelaskan oleh
pembudidaya jamur yang menyebabkan sukses dan gagalnya budidaya jamur.
Pembudidaya jamur menyebutkan faktor yang menunjang kesuksesan budidaya
jamur diantaranya :1) serbuk kayu yang digunakan bagus, 2) pencampuran bahan
media tanam baik, 3) tidak terjadi kontaminasi, 4) bibit jamur yang bagus, dan 5)
suhu sterilisasi yang baik untuk mencegah kontaminasi. Sedangkan faktor yang
menyebabkan gagalnya budidaya jamur yakni :1) serbuk kayu tercampur oli, 2)
serbuk kayu kehujanan terlalu lama, 3) penundaan, dan 4) kontaminasi.
Penundaan yang dimaksud adalah ketika serbu kayu telah sampai pada
pembudidaya namun serbu kayu tidak segera dibuat media tanam, sehingga serbuk
kayu disimpan terlalu lama memungkinkan terjadina penurunan pH serbuk kayu.
Media tanam yang digunakan yakni serbuk kayu yang telah dicampur dengan
bekatul, kapur dan EM4 yang dikemas dalam plastik tahan panas atau disebut
baglog. Serbuk kayu yang digunakan bebas artinya serbuk kayu dari jenis kayu
apapun bisa digunakan untuk media tanam.
Media tanam dibuat oleh pembudidaya sendiri, pembudidaya bisa mengatur
sendiri atau meracik media sendiri sehingga pembudidaya dapat mengetahui bahwa
media yang digunakan sudah baik. Kriteria serbu kayu yang baik untuk media
tanam jamur diataranya yakni: 1) tidak tercampur oli, 2) tidak kehujanan terlalu
lama, dan 3) pH netral (7).
Tahap pembudidayaan jamur meliputi: 1) pembuatan baglog (media
tanam), 2) sterilisasi, 3) penanaman bibit, 4) inkubasi, 5) penumbuhan jamur
(pemeliharaan), dan 6) panen.
1. Pembuatan media tanam (baglog)
Alat:
- Plastik tahan panas (ukuran 03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm)
- Tutup media
- Karet pengikat
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:
8
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml
Pembuatan
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tembah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.
2. Sterilisasi
Strerilisasi merupakan langkah penting dalam budidaya jamur. Tujuan dari
sterilisasi dalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada baglog sehingga
jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. Baglog yang terkontaminasi tidak akan
tumbuh jamur tiram dan cenderung berwarna hitam.
Alat:
- stimer
Bahan:
- baglog
Baglog yang telah dibuat kemudian disterilisasi. Lama waktu sterilisasi
yakni 10 jam dengan suhu 80oC. Sekali sterilisasi 500 baglog dimasukkan
dalam stimer. Stimer yang digunakan merupakan stimer manual menggunakan
tungku kayu sebagai pemanasnya, jika digunakan stimer yang menggunakan
listrik waktu yang diperlukan yakni 20-40 menit dengan suhu 120oC.
Baglog yang telah disterilisasi kemudian didinginkan, sebelum selanjutnya
ditanami bibit jamu tiram.
9
Inokulasi atau penanaman bibit jamur adalah kegiatan memasukan bibit
jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog didinginkan selama
1 malam setelah sterilisasi, kemudian ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan
mempergunakan spatula steril sekitar + 3 spatula kemudian ditutup kemudian
diikat dengan karet.
Penanaman bibit jamur dilakukan dalam ruang pembibitan. Ruang
pembibitan harus steril. Steril disini berarti bebas dari udara berangin sehingga
tidak ada spora lain yang akan masuk dalam media tanam selain bibit jamur
tiram. Satu botol bibit jamur tiram digunakan untuk 40 baglog.
Alat:
- spatula steril
- botol semprot (sprayer)
- pembakar spirtus/sumber api
- korek apai
Bahan:
-alkohol 70%
-bibit jamur
Pemilihan bibit jamur tiram yang baik:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 60 hari
- Tidak terkontaminasi
10
- Buka tutup di mulut plastik dan masukkan bibit setelah itu tutup kembali,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Pasang kembali tutup media
- Bibit siap di inkubasi.
4. Inkubasi
Setelah proses inokulasi (pembibitan jamur) selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah proses inkubasi. Inkubasi disini adalah proses penumbuhan
miselium jamur. Lama waktu inkubasi 14 hari hingga seluruh miselium
memenuhi baglog, suhu inkubasi yakni 30-32oC. Inkubasi dilakukan dengan
meletakkan baglog yang telah diberi bibit pada rak inkubasi. Masa inkubasi
selesai yakni ketika seluruh baglog ditumbuhi oleh miselium jamur yakni
setelah 14 hari.
11
Perlu diperhatiakan juga dalam budidaya jamur tiram putih adalah
kelembaban, namun harus berhati hati karena semakin lembab
lingkungannya semakin memicu terjadinya kontaminan.
6. Panen jamur
Jamur tiram putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh
besar dan lebar. Untuk pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
untuk mempertahaankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Proses
panen dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung proses
perawatannya.
Sebenarnya panen bisa dilakukan lebih dari 6 kali, namun kurang efektif
karena kondisi baglog yang nutrisunya sudah berkurag. Pembudidaya
mengaku bahwa sekali panen diperoleh 30-50 kg jamur segar.
BAB IV
12
PEMBAHASAN
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Ditinjau dari segi morfologisnya, tubuh jamur tiram terdiri dari tudung
(pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
atau telinga dengan ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah
berlapis-lapis seperti insang (lamella atau giling) berwarna putih dan lunak
yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan lamella ini adalah memanjang
13
sampai ke tangkai atau disebut dicdirent. Sedangkan tangkainya dapat pendek
atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini yang menyangga tudung agak
lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah).
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe
perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun
seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual
basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk
secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya
yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara
seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh
menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga
basidiospora yang terletak pada kantung basidium.
14
Serbuk kayu (25%)
Beras merah (20%)
Jagung (50%)
NPK (1%)
Gula pasir (4%)
b. Proses pembuatan :
Jagung dan beras merah dimasukan ke dalam panci kemudian
ditambahkan air hingga dua buku jari
Dimasak dalam panci selama 1 jam, hingga tanak (seperti memasak nasi
secara tradisional)
Campurkan dengan merata jagung dan beras merah yang telah dimasak
dengan serbuk kayu, dan NPK dalam wadah besar
Setelah merata, media yang telah jadi dimasukan ke dalam botol selai
Bagian atas botol ditutup dengan plastik dan karet
C. Media Tanam Jamur Tiram
Media tanam yang digunakan yakni serbuk kayu yang telah dicampur dengan
bekatul, kapur dan EM4 yang dikemas dalam plastik tahan panas atau disebut
baglog. Serbuk kayu yang digunakan bebas artinya serbuk kayu dari jenis kayu
apapun bisa digunakan untuk media tanam.
Media tanam dibuat oleh pembudidaya sendiri, pembudidaya bisa mengatur
sendiri atau meracik media sendiri sehingga pembudidaya dapat mengetahui bahwa
media yang digunakan sudah baik. Kriteria serbu kayu yang baik untuk media
tanam jamur diataranya yakni: 1) tidak tercampur oli, 2) tidak kehujanan terlalu
lama, dan 3) pH netral (7).
Bekatul yang digunakan juga dusahakan yang baik dan halus. Jika kualitas
bekatul baik (kandungan beras berbanding sekam tinggi) tampak miselium putih
sempurna dan memanjang dengan cepat. Jika kandungan nutrisi kurang atau
kualitas nutrisi tidak baik, pertumbuhan miselium cenderung lambat, dan tidak
putih sempurna pertumbuhan miselium yang baik akan berpengaruh terhadap
produksi jamur. Bekatul berfungsi sebagai substrat serta penghasil kalori untuk
pertumbuhan jamur. Penggunaan bekatul dirasa lebih efisien karena dapat menekan
15
biaya produksi, selain harganya lebih murah juga mudah didapat karena selama
bekatul masih dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pemberian kapur (CaCO3) pada media selain berfungsi untuk mengatur
keasaman media tanam juga berfungsi sebagai sumber mineral. Keasaman yang
sebabkan oleh miselium jamur ini dapat dinetralisir oleh kalsium dalam kapur,
sehingga pemberian kapur pada media tanam sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan hasil panen.
Fermentasi EM4 pada media jamur tiram putih berfungsi untuk menambah
kesuburan media tanam agar dapat memacu pertumbuhannya menuju produksi
yang optimal serta untuk pengomposan. Hal ini disebabkan, EM4 mengandung
bakteri pengurai selulosa yang mampu memfermentasikan bahan organik menjadi
senyawa anorganik yang mudah diserap oleh tanaman. Tidak hanya itu, EM4 juga
mengandung empat jenis mikroorganisme utama yaitu lactobasillus (bakteri asam
laktat), bakteri fotosintetik, ragi dan actinomycetes. Pengomposan dilakukan dalam
1-3 hari, langkah ini perlu dilakukan untuk melunakkan media serta menambah
nutrisi bagi tanaman jamur.
Alat:
- Plastik tahan panas (ukuran 03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm)
- Tutup media
- Karet pengikat
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml
16
Langkah langkah pembuatan baglog yaitu
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tambah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.
17
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml
Pembuatan
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tembah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.
8. Sterilisasi
Strerilisasi merupakan langkah penting dalam budidaya jamur. Tujuan dari
sterilisasi dalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada baglog sehingga
jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. Baglog yang terkontaminasi tidak akan
tumbuh jamur tiram dan cenderung berwarna hitam.
Alat:
- stimer
Bahan:
- baglog
Baglog yang telah dibuat kemudian disterilisasi. Lama waktu sterilisasi
yakni 10 jam dengan suhu 80oC. Sekali sterilisasi 500 baglog dimasukkan
dalam stimer. Stimer yang digunakan merupakan stimer manual menggunakan
tungku kayu sebagai pemanasnya, jika digunakan stimer yang menggunakan
listrik waktu yang diperlukan yakni 20-40 menit dengan suhu 120oC.
18
Baglog yang telah disterilisasi kemudian didinginkan, sebelum selanjutnya
ditanami bibit jamu tiram.
Alat:
- spatula steril
- botol semprot (sprayer)
- pembakar spirtus/sumber api
- korek apai
Bahan:
-alkohol 70%
-bibit jamur
Pemilihan bibit jamur tiram yang baik:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 60 hari
- Tidak terkontaminasi
19
- Buka tutup wadah bibit dan aduk dengan sepatula yang sudah seteril,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Buka tutup di mulut plastik dan masukkan bibit setelah itu tutup kembali,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Pasang kembali tutup media
- Bibit siap di inkubasi.
10. Inkubasi
Setelah proses inokulasi (pembibitan jamur) selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah proses inkubasi. Inkubasi disini adalah proses penumbuhan
miselium jamur. Lama waktu inkubasi 14 hari hingga seluruh miselium
memenuhi baglog, suhu inkubasi yakni 30-32oC. Inkubasi dilakukan dengan
meletakkan baglog yang telah diberi bibit pada rak inkubasi. Masa inkubasi
selesai yakni ketika seluruh baglog ditumbuhi oleh miselium jamur yakni
setelah 14 hari.
20
penyiraman dikurangin karena udara pada musim hujan cenderung lebih lembab
dari pada musim kemarau.
Perlu diperhatiakan juga dalam budidaya jamur tiram putih adalah
kelembaban, namun harus berhati hati karena semakin lembab lingkungannya
semakin memicu terjadinya kontaminan.
F. Panen Jamur
Berdasarkan hasil observasi di tempat budidaya jamur tiram, jamur
tiram putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh besar dan
lebar. Untuk pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk
mempertahaankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Proses panen
dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung proses
perawatannya.
Sebenarnya panen bisa dilakukan lebih dari 6 kali, namun kurang
efektif karena kondisi baglog yang nutrisunya sudah berkurag.
Pembudidaya mengaku bahwa sekali panen diperoleh 30-50 kg jamur
segar.
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan
oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman
selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik. Berdasarkan
wawancara dengan narasumber dan beberapa referensi yang ada dalam
pemanenan jamur terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen
cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 40 hari
setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu
sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah
jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi
jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang
berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau
belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika
21
dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk
dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian
bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan
pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya
petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap
pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang
tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi
dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan
ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam
sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
22
G. Faktor yang Mendukung Budidaya Jamur
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan nara sumber dan
referensi dibuku dan internet dalam budidaya jamur terdapat factor-faktor
yang mepengaruhi budidaya jamur. Faktor-faktor tersebut ada yang
mendukung dan ada yang menyebabkan kegagalan. Factor-faktor yang
mendukung budidaya jamur antara lain:
23
berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini
belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran
rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan
pengalaman dan kondisi masing-masing. Pencampuran bahan media tanam
yang sesuai dan seimbang akan mendukung pertumbuhan jamur menjadi
lebih subur.
24
terlalu tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang
kondisi sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah
berapa lama umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi
sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur
masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik. Dalam membeli bibit
sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan segera
digunakan setelah miselium menyelimuti botol (100%).
25
sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan.
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja.
Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor
kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan budidaya jamur antara lain :
1) Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat
penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan.
Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan
homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu
pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah
di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut.
Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80%
bersifat homogen. Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini
tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti
kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting juga untuk
memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut
terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan
dalam budidaya
2) Faktor PH
Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus
diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7 keatas
hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah, dalam
budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari masing-
masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu
menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
26
Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal
3 minggu untuk pengomposannya.
3) Faktor Air
Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa
air yang digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau
malah air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita
ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan
dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana
untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya
diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk
menetralisir dan memurnikan air.
27
5) Faktor Sterilisasi
Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodanya banyak
sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton,
plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler
sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang
digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C
dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril
tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya.
Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu
baru dan bersih.
28
memiliki kekuatan yang lebih baik. Dalam membeli bibit sebaiknya dalam
kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan segera digunakan setelah
miselium menyelimuti botol (100%). Jika masih tertunda penggunaannya,
maksimal seminggu setelah miselium bibit mencapai 100% sudah harus
digunakan. Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik
sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal
dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan
bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Jenis jamur yang banyak dibudidayakan oleh para petani atau wirausaha
adalah jamur tiram ( (Pleurotus ostreatus) yang termasuk ke dalam
kelompok Basidiomycota
2) Bibit jamur didapatkan dari membeli kepada sesama pembudidaya
jamur atau membuat sendiri
3) Media tanam jamur terdiri dari serbuk kayu, bekatul, kapur ( CaCO3),
dan EM4
4) Cara membuat media jamur tiram (baglog) cukup mudah
5) Tahap budidaya jamur meliputi 1) pembuatan baglog (media tanam), 2)
sterilisasi, 3) penanaman bibit, 4) inkubasi, 5) penumbuhan jamur
(pemeliharaan), dan 6) panen.
6) Panen jamur dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung
proses perawatannya.
7) Factor yang mendukung pertumbuhan jamur antara lain 1) serbuk kayu
yang digunakan bagus, 2) pencampuran bahan media tanam baik, 3)
tidak terjadi kontaminasi, 4) bibit jamur yang bagus, dan 5) suhu
sterilisasi yang baik untuk mencegah kontaminasi.
8) Faktor yang menyebabkan gagalnya budidaya jamur yakni :1) serbuk
kayu tercampur oli, 2) serbuk kayu kehujanan terlalu lama, 3)
penundaan, dan 4) kontaminasi.
B. Saran
30
2) Budidaya jamur tiram merupakan usaha yang banyak dilakukan oleh
para petani sehingga perlu menghasilkan produk jamur yang bagus
supaya tidak kalah saing.
3) Budidaya jamur mudah untuk dikembangkan sebagai alternative
wirausaha
4) Butuh kesabaran dan ketekunan dalam usaha budiaya jamur karena
banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Islami, Andini, Adi Setyo Purnomo dan Sukesi. 2013. Pengaruh Komposisi Ampas
Tebu dan Kayu Sengon sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Nutrisi Jamur
Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2(1): 1-4
Nasution, Jamilah. 2016. Kandungan Karbohidrat dan Protein Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) pada Media Tanam Serbuk Kayu Kemiri (Aleurites
moluccana) dan Serbuk Kayu Campuran. Jurnal Eksata 1(1) : 38-41
Syammahfuz, Chazali & Putri Sekar Pratiwi. 2009. Usaha Jamur Tiram Skala
Rumah Tangga. Bogor: Penebar Swadaya.
32
33