You are on page 1of 33

LAPORAN OBSERVASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DAERAH

MIJEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Taksonomi Jamur dan Alga Tahun Ajaran
2016/2017
Dosen Pengampu : Drs. Eling Purwantoyo, M.si.

Oleh:

Bagas Pramasta (4401414057)


Nadiyal Muthwa (4401414066)
Ifah Saraswati (4401414069)
Yuni Kartika Sari (4401414078)
Kania Zulafa Pradasti (4401414104)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan observasi Budidaya Jamur dengan lancar.

Laporan observasi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan
untuk melengkapi tugas mata kuliah taksonomi jamur dan alga agar mendapat
pengalaman sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Selama observasi, kami mendapatkan bantuan, bimbingan, petunjuk dari


pihak-pihak yang telah membantu. Maka tak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Drs. Eling Purwantoyo, M.Si. selaku dosen Mata Kuliah taksonomi jamur
dan alga.
2. Bapak Agus Suwarno selaku pemilik budidaya jamur.
3. Teman-teman kelompok yang membantu kelancaran dalam observasi
Budidaya Jamur ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Laporan Praktikum ini, semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca.

Semarang , 24 April 2016

Penulis

2
B. Latar Belakang

Budidaya Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan


pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari
budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari itu
banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah
dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang
terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf
ekonominya sedang ataupun rendah.
Kebutuhan bahan pangan saat ini sangat tinggi. Banyak masyarakat saat ini
mengkonsumsi jamur sebagai lauk, sebagai camilan dan sebagainya. Ketertarikan
masyarakat untuk mengkonsumsi jamur dikarenakan kelezatan olahan makanan
dari jamur, juga harga jamur yang murah dan mudah didapatkan.
Jamur, selain memiliki manfaat sebagai bahan pangan, juga bermanfaat
untuk obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kronis. Sebagai
bahan pengobatan, jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein
nabati yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah
penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam folat
yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor, juga dapat
digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan
kekurangan zat besi.

Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada era ini
banyak yang menjadi pembudidaya jamur khususnya jamur tiram.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Kebutuhan akan nutrisi setiap individu sangatlah penting, salah satu sumber
nutrisi yang baik adalah yang terkandung dalam jamur tiram. Jamur tiram dapat
dikonsumsi oleh semua kalangan baik anak-anak, dewasa, maupun orang tua
(Nasution, 2016). Jamur tiram terkenal memiliki banyak manfaat. Selain digunakan
sebagai bahan makanan penuh gizi, juga telah dipercaya sejak dahulu sebagai obat
tradisional, yakni dapat menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan
darah tinggi, meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan daya tahan tubuh dan
mencegah tumor serta kanker (Suryaningrum, 2012).

Pleurotus ostreatus adalah jamur yang termasuk dalam filum


Basidiomycota dengan ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan
tudungnya berbentuk seperti cangkang tiram.

Klasifikasi Jamur Tiram

Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes

4
Ordo : Agaricales
Famili : Tricolomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang dan dapat
dikonsumsi, serta mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, Ca, Fe, thiamin dan riboflavin (Widyastuti,
2004). Para vegetarian menggunakan jamur tiram sebagai pengganti daging ayam.
Sedangkan vitamin dan mineral yang terkandung didalamnya antara lain zinc, besi,
kalium, kalsium, fosfor, vitamin C, asam folat, niasin, vitamin B-1 dan B-2.

Jamur tiram mudah dibudidayakan pada berbagai macam substrat.


Budidaya jamur tiram di Indonesia pada umumnya menggunakan bahan baku
serbuk kayu sengon sebagai media tumbuhnya (Islami, 2013). Bahan media tumbuh
jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang mengandung zat yang dapat memacu
pertumbuhan seperti karbohidrat, serat, dan lignin. Zat yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur yaitu getah dan minyak atsiri. Pleurotus ostreatus dikenal
sebagai jamur yang mudah dibudidayakan dan banyak dikembangkan pada media
substrat kayu yang telah dikemas dalam kantung plastik kemudian diinkubasikan
dan dipelihara di dalam rumah kubung sampai tiba masa panen (Syammahfuz,
2009).

5
BAB III
METODE DAN HASIL OBSERVASI

3.1 Metode Observasi


Metode yang digunakan dalam observasi kali ini yakni tentang budidaya jamur
sebagai berikut:
1. Wawancara
Narasumber yang kami wawacarai yakni Bapak Agus Suwarno. Alamat rumah
Bapak sekaligus lokasi budidaya jamur yaitu di Kelurahan Wonolopo RT 03
RW 06 Kecamatan Mijen. Berikut adalah kisi-kisi pertanyaan wawancara yang
diajukan.

Tabel 3.1 Kisi-kisi pertanyaan wawancara.


No Indikator
1 Identitas Pembudidaya Nama:
Tempat tanggal lahir:
Alamat:
Agama:
Riwayat budidaya jamur
2 Pembudidayaan jamur Jenis jamur yang dibudidayakan
Cara mendapatkan bibit jamur
Media tanam yang digunakan
Cara membuat media tanam
Tahap pembudidayaan jamur
Panen jamur
3 Faktor budidaya jamur Faktor yang mendukung budidaya jamur
Faktor kegagalan bududaya jamur

2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambil gambar kegiatan observasi dan
tempat observasi.

6
3.2 Alat
Untuk menunjang kegiatan observasi digunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Kamera
2. Ponsel genggam
3. Buku
4. Alat tulis

3.3 Langkah observasi

Mencari informasi tentang lokasi budidaya


jamur

Mempersiapkan alat dan pertanyaan untuk


observasi

Menuju tempat budidaya jamur

Melakukan wawancara dan melakukan


dokumentasi

Membuat laporan

3.4 Hail Observasi


Identitas pembudidaya

Jenis jamur yang dibudidayakan yakni jamur tiram (Pleurotus ostreatus).


Bibit jamur diperoleh dengan membeli pada teman sesama pembudidaya jamur

7
terkadang juga membuat sendiri. Ada beberapa faktor yang dijelaskan oleh
pembudidaya jamur yang menyebabkan sukses dan gagalnya budidaya jamur.
Pembudidaya jamur menyebutkan faktor yang menunjang kesuksesan budidaya
jamur diantaranya :1) serbuk kayu yang digunakan bagus, 2) pencampuran bahan
media tanam baik, 3) tidak terjadi kontaminasi, 4) bibit jamur yang bagus, dan 5)
suhu sterilisasi yang baik untuk mencegah kontaminasi. Sedangkan faktor yang
menyebabkan gagalnya budidaya jamur yakni :1) serbuk kayu tercampur oli, 2)
serbuk kayu kehujanan terlalu lama, 3) penundaan, dan 4) kontaminasi.
Penundaan yang dimaksud adalah ketika serbu kayu telah sampai pada
pembudidaya namun serbu kayu tidak segera dibuat media tanam, sehingga serbuk
kayu disimpan terlalu lama memungkinkan terjadina penurunan pH serbuk kayu.
Media tanam yang digunakan yakni serbuk kayu yang telah dicampur dengan
bekatul, kapur dan EM4 yang dikemas dalam plastik tahan panas atau disebut
baglog. Serbuk kayu yang digunakan bebas artinya serbuk kayu dari jenis kayu
apapun bisa digunakan untuk media tanam.
Media tanam dibuat oleh pembudidaya sendiri, pembudidaya bisa mengatur
sendiri atau meracik media sendiri sehingga pembudidaya dapat mengetahui bahwa
media yang digunakan sudah baik. Kriteria serbu kayu yang baik untuk media
tanam jamur diataranya yakni: 1) tidak tercampur oli, 2) tidak kehujanan terlalu
lama, dan 3) pH netral (7).
Tahap pembudidayaan jamur meliputi: 1) pembuatan baglog (media
tanam), 2) sterilisasi, 3) penanaman bibit, 4) inkubasi, 5) penumbuhan jamur
(pemeliharaan), dan 6) panen.
1. Pembuatan media tanam (baglog)
Alat:
- Plastik tahan panas (ukuran 03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm)
- Tutup media
- Karet pengikat
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:

8
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml
Pembuatan
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tembah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.

2. Sterilisasi
Strerilisasi merupakan langkah penting dalam budidaya jamur. Tujuan dari
sterilisasi dalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada baglog sehingga
jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. Baglog yang terkontaminasi tidak akan
tumbuh jamur tiram dan cenderung berwarna hitam.
Alat:
- stimer
Bahan:
- baglog
Baglog yang telah dibuat kemudian disterilisasi. Lama waktu sterilisasi
yakni 10 jam dengan suhu 80oC. Sekali sterilisasi 500 baglog dimasukkan
dalam stimer. Stimer yang digunakan merupakan stimer manual menggunakan
tungku kayu sebagai pemanasnya, jika digunakan stimer yang menggunakan
listrik waktu yang diperlukan yakni 20-40 menit dengan suhu 120oC.
Baglog yang telah disterilisasi kemudian didinginkan, sebelum selanjutnya
ditanami bibit jamu tiram.

3. Penanaman bibit (inokulasi)

9
Inokulasi atau penanaman bibit jamur adalah kegiatan memasukan bibit
jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog didinginkan selama
1 malam setelah sterilisasi, kemudian ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan
mempergunakan spatula steril sekitar + 3 spatula kemudian ditutup kemudian
diikat dengan karet.
Penanaman bibit jamur dilakukan dalam ruang pembibitan. Ruang
pembibitan harus steril. Steril disini berarti bebas dari udara berangin sehingga
tidak ada spora lain yang akan masuk dalam media tanam selain bibit jamur
tiram. Satu botol bibit jamur tiram digunakan untuk 40 baglog.

Alat:
- spatula steril
- botol semprot (sprayer)
- pembakar spirtus/sumber api
- korek apai
Bahan:
-alkohol 70%
-bibit jamur
Pemilihan bibit jamur tiram yang baik:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 60 hari
- Tidak terkontaminasi

Cara Penanaman bibit jamur adalah sebagai berikut:


- Cuci tanggan dengan sabun anti kuman dan semprot dengan alkohol 70%
untuk meminimalisir kontaminan
- Spatula disemprot alkohol 70% dan dipanaskan dengan api spirtus untuk
meminimalisir kontaminasi
- Buka tutup wadah bibit dan aduk dengan sepatula yang sudah seteril,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi

10
- Buka tutup di mulut plastik dan masukkan bibit setelah itu tutup kembali,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Pasang kembali tutup media
- Bibit siap di inkubasi.

4. Inkubasi
Setelah proses inokulasi (pembibitan jamur) selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah proses inkubasi. Inkubasi disini adalah proses penumbuhan
miselium jamur. Lama waktu inkubasi 14 hari hingga seluruh miselium
memenuhi baglog, suhu inkubasi yakni 30-32oC. Inkubasi dilakukan dengan
meletakkan baglog yang telah diberi bibit pada rak inkubasi. Masa inkubasi
selesai yakni ketika seluruh baglog ditumbuhi oleh miselium jamur yakni
setelah 14 hari.

5. Penumbuhan jamur (Pemeliharaan)


Setelah semua bagian baglog ditumbuhi miselium, baglog dipindahkan
ke kumbung (rumah jamur). Suhu dalam kumbung ini 28-30oC dengan
kelembapan 70-80%. Proses pemeliharaan jamur dalam kumbung dilakukan
selama 7-10 hari hingga tumbuh jamur kecil-kecil, kemudian setelah 2-3
hari jamur akan mekar dan siap untuk dipanen. Pembudidaya menjelaskan
bahwa dalam sekali pemindahan baglog dari tempat inkubasi ke kumbung
terdapat 5000 baglog yang dipindahkan dalam kumbung ukuran 50 m2.
Selama proses pemeliharaan ini kondisi kumbung harus selalu dijaga
kelembapannya dengan cara memberikan siraman tiap harinya. Hasil
wawancara pada pembudidaya ketika musim kemarau penyiraman akan
dilakukan lebih sering untuk menjaga kelembapan karena udara pada musim
kemarau cenderung lebih kering. Sedangkan pada musim penghujan
volume penyiraman dikurangin karena udara pada musim hujan cenderung
lebih lembab dari pada musim kemarau.

11
Perlu diperhatiakan juga dalam budidaya jamur tiram putih adalah
kelembaban, namun harus berhati hati karena semakin lembab
lingkungannya semakin memicu terjadinya kontaminan.

6. Panen jamur
Jamur tiram putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh
besar dan lebar. Untuk pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
untuk mempertahaankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Proses
panen dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung proses
perawatannya.
Sebenarnya panen bisa dilakukan lebih dari 6 kali, namun kurang efektif
karena kondisi baglog yang nutrisunya sudah berkurag. Pembudidaya
mengaku bahwa sekali panen diperoleh 30-50 kg jamur segar.

BAB IV

12
PEMBAHASAN

A. Jenis Jamur yang Dibudidayakan


Jenis jamur yang dibudidayakan yakni jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus). Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih
hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang
tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk
itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus
memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk
membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah
dari penggergajian kayu.

Klasifikasi Jamur Tiram

Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus

Ditinjau dari segi morfologisnya, tubuh jamur tiram terdiri dari tudung
(pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
atau telinga dengan ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah
berlapis-lapis seperti insang (lamella atau giling) berwarna putih dan lunak
yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan lamella ini adalah memanjang

13
sampai ke tangkai atau disebut dicdirent. Sedangkan tangkainya dapat pendek
atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini yang menyangga tudung agak
lateral (di bagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah).
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe
perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun
seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual
basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk
secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya
yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara
seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh
menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga
basidiospora yang terletak pada kantung basidium.

B. Cara Mendapatkan Bibit Jamur Tiram


Bibit jamur diperoleh dengan membeli pada teman sesama pembudidaya
jamur terkadang juga membuat sendiri. Pembuatan bibit jamur tiram meliputi
dua bibit yaitu ada bibit F1 dan F2.
1. Pembuatan F1 (anakan pertama)
a. Pembuatan media agar jamur (PDA)
b. Pembuatan F1
Media agar yang telah penuh ditumbuhi F0 dipotong kotak berukuran
sekitar 11cm menggunakan spatula
Ditanamkan/ dipindahkan pada media agar jamur yang baru
Disimpan pada suhu ruang selama 5-7 hari
Proses pembuatan F1 dilakukan dekat api untuk menghindari kontaminasi
Kultur yang baru sudah dapat digunakan

2. Pembuatan F2 (bibit jamur tiram)


a. Pembuatan media F2
Komposisi media :

14
Serbuk kayu (25%)
Beras merah (20%)
Jagung (50%)
NPK (1%)
Gula pasir (4%)
b. Proses pembuatan :
Jagung dan beras merah dimasukan ke dalam panci kemudian
ditambahkan air hingga dua buku jari
Dimasak dalam panci selama 1 jam, hingga tanak (seperti memasak nasi
secara tradisional)
Campurkan dengan merata jagung dan beras merah yang telah dimasak
dengan serbuk kayu, dan NPK dalam wadah besar
Setelah merata, media yang telah jadi dimasukan ke dalam botol selai
Bagian atas botol ditutup dengan plastik dan karet
C. Media Tanam Jamur Tiram

Media tanam yang digunakan yakni serbuk kayu yang telah dicampur dengan
bekatul, kapur dan EM4 yang dikemas dalam plastik tahan panas atau disebut
baglog. Serbuk kayu yang digunakan bebas artinya serbuk kayu dari jenis kayu
apapun bisa digunakan untuk media tanam.
Media tanam dibuat oleh pembudidaya sendiri, pembudidaya bisa mengatur
sendiri atau meracik media sendiri sehingga pembudidaya dapat mengetahui bahwa
media yang digunakan sudah baik. Kriteria serbu kayu yang baik untuk media
tanam jamur diataranya yakni: 1) tidak tercampur oli, 2) tidak kehujanan terlalu
lama, dan 3) pH netral (7).
Bekatul yang digunakan juga dusahakan yang baik dan halus. Jika kualitas
bekatul baik (kandungan beras berbanding sekam tinggi) tampak miselium putih
sempurna dan memanjang dengan cepat. Jika kandungan nutrisi kurang atau
kualitas nutrisi tidak baik, pertumbuhan miselium cenderung lambat, dan tidak
putih sempurna pertumbuhan miselium yang baik akan berpengaruh terhadap
produksi jamur. Bekatul berfungsi sebagai substrat serta penghasil kalori untuk
pertumbuhan jamur. Penggunaan bekatul dirasa lebih efisien karena dapat menekan

15
biaya produksi, selain harganya lebih murah juga mudah didapat karena selama
bekatul masih dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pemberian kapur (CaCO3) pada media selain berfungsi untuk mengatur
keasaman media tanam juga berfungsi sebagai sumber mineral. Keasaman yang
sebabkan oleh miselium jamur ini dapat dinetralisir oleh kalsium dalam kapur,
sehingga pemberian kapur pada media tanam sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan hasil panen.
Fermentasi EM4 pada media jamur tiram putih berfungsi untuk menambah
kesuburan media tanam agar dapat memacu pertumbuhannya menuju produksi
yang optimal serta untuk pengomposan. Hal ini disebabkan, EM4 mengandung
bakteri pengurai selulosa yang mampu memfermentasikan bahan organik menjadi
senyawa anorganik yang mudah diserap oleh tanaman. Tidak hanya itu, EM4 juga
mengandung empat jenis mikroorganisme utama yaitu lactobasillus (bakteri asam
laktat), bakteri fotosintetik, ragi dan actinomycetes. Pengomposan dilakukan dalam
1-3 hari, langkah ini perlu dilakukan untuk melunakkan media serta menambah
nutrisi bagi tanaman jamur.

D. Cara Membuat Media Tanam


Media tanam yang digunakan untuk menanam jamur tiram disebut dengan
baglog. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan baglog yaitu :

Alat:
- Plastik tahan panas (ukuran 03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm)
- Tutup media
- Karet pengikat
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml

16
Langkah langkah pembuatan baglog yaitu
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tambah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.

E. Tahap Pembudidayaan Jamur


Budidaya jamur tiram sangat cocok untuk daerah beriklim tropis
seperti Indonesia. Investasi yang dibutuhkan untuk memulai udaha
budidaya jamur tiram cukup murah dan bisa dilakukan bertahap. Bagian
tersulit adalah membuat baglog, media tanam yang telah diinokulaikan
dengan bibit jamur. Nama latin jamur tiram adalah Pleurotus ostreatus,
termasuk dalam kelompok Basidiomycota. Disebut jamur tiram karena
bentuk tajuknya menyerupai kulit tiram. Berwarna putih berbentuk setengah
lingkaran. Di alam bebas, jamur tiram putih biasa ditemukan pada batang-
batang kayu yang sudah lapuk. Mungkin karena itu, jamur tiram sering
disebut jamur kayu. Ada dua kegiatan utama dalam budidaya jamur tiram.
Tahap pertama adalah membuat media tanam dan menginokulasikan bibit
jamur ke dalam media tanam tersebut. Sehingga media ditumbuhi miselium
berwarna putih seperti kapas. Tahap kedua adalah menumbuhkan miselium
tersebut menjadi badan buah.

Tahap pembudidayaan jamur berdasarkan observasi dan studi literature


meliputi : 1) pembuatan baglog (media tanam), 2) sterilisasi, 3) penanaman bibit,
4) inkubasi, 5) penumbuhan jamur (pemeliharaan), dan 6) panen.
7. Pembuatan media tanam (baglog)
Alat:
- Plastik tahan panas (ukuran 03 atau 04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm)
- Tutup media
- Karet pengikat

17
- Timbangan
- Cetok (sekop kecil)
- Ayakan
Bahan:
- Serbuk kayu 100 kg
- Bekatul 15 kg
- Kapur 0.5 kg
- EM4 50 ml
Pembuatan
- Serbuk kayu diayak terlebih dahulu.
- Tembah bekatul, kapur, dan EM4 diaduk dan dicampur hingga rata.
- Kemudian difermentasi selama satu malam.
- Setelah fermentasi kemudian bahan media tersebut dimasukan kedalam
plastik tahan panas, ditutup dengan tutup media pada mulut plastik dan
diikat dengan karet. Setiap baglog beratnya 1,2 kg.

8. Sterilisasi
Strerilisasi merupakan langkah penting dalam budidaya jamur. Tujuan dari
sterilisasi dalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada baglog sehingga
jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. Baglog yang terkontaminasi tidak akan
tumbuh jamur tiram dan cenderung berwarna hitam.
Alat:
- stimer
Bahan:
- baglog
Baglog yang telah dibuat kemudian disterilisasi. Lama waktu sterilisasi
yakni 10 jam dengan suhu 80oC. Sekali sterilisasi 500 baglog dimasukkan
dalam stimer. Stimer yang digunakan merupakan stimer manual menggunakan
tungku kayu sebagai pemanasnya, jika digunakan stimer yang menggunakan
listrik waktu yang diperlukan yakni 20-40 menit dengan suhu 120oC.

18
Baglog yang telah disterilisasi kemudian didinginkan, sebelum selanjutnya
ditanami bibit jamu tiram.

9. Penanaman bibit (inokulasi)


Inokulasi atau penanaman bibit jamur adalah kegiatan memasukan bibit
jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog didinginkan selama
1 malam setelah sterilisasi, kemudian ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan
mempergunakan spatula steril sekitar + 3 spatula kemudian ditutup kemudian
diikat dengan karet.
Penanaman bibit jamur dilakukan dalam ruang pembibitan. Ruang
pembibitan harus steril. Steril disini berarti bebas dari udara berangin sehingga
tidak ada spora lain yang akan masuk dalam media tanam selain bibit jamur
tiram. Satu botol bibit jamur tiram digunakan untuk 40 baglog.

Alat:
- spatula steril
- botol semprot (sprayer)
- pembakar spirtus/sumber api
- korek apai
Bahan:
-alkohol 70%
-bibit jamur
Pemilihan bibit jamur tiram yang baik:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 60 hari
- Tidak terkontaminasi

Cara Penanaman bibit jamur adalah sebagai berikut:


- Cuci tanggan dengan sabun anti kuman dan semprot dengan alkohol 70%
untuk meminimalisir kontaminan
- Spatula disemprot alkohol 70% dan dipanaskan dengan api spirtus untuk
meminimalisir kontaminasi

19
- Buka tutup wadah bibit dan aduk dengan sepatula yang sudah seteril,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Buka tutup di mulut plastik dan masukkan bibit setelah itu tutup kembali,
usahakan selalu dekat dengan sumber api untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
- Pasang kembali tutup media
- Bibit siap di inkubasi.

10. Inkubasi
Setelah proses inokulasi (pembibitan jamur) selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah proses inkubasi. Inkubasi disini adalah proses penumbuhan
miselium jamur. Lama waktu inkubasi 14 hari hingga seluruh miselium
memenuhi baglog, suhu inkubasi yakni 30-32oC. Inkubasi dilakukan dengan
meletakkan baglog yang telah diberi bibit pada rak inkubasi. Masa inkubasi
selesai yakni ketika seluruh baglog ditumbuhi oleh miselium jamur yakni
setelah 14 hari.

11. Penumbuhan jamur (Pemeliharaan)


Setelah semua bagian baglog ditumbuhi miselium, baglog dipindahkan ke
kumbung (rumah jamur). Suhu dalam kumbung ini 28-30oC dengan
kelembapan 70-80%. Proses pemeliharaan jamur dalam kumbung dilakukan
selama 7-10 hari hingga tumbuh jamur kecil-kecil, kemudian setelah 2-3 hari
jamur akan mekar dan siap untuk dipanen. Pembudidaya menjelaskan bahwa
dalam sekali pemindahan baglog dari tempat inkubasi ke kumbung terdapat
5000 baglog yang dipindahkan dalam kumbung ukuran 50 m2.
Selama proses pemeliharaan ini kondisi kumbung harus selalu dijaga
kelembapannya dengan cara memberikan siraman tiap harinya. Hasil
wawancara pada pembudidaya ketika musim kemarau penyiraman akan
dilakukan lebih sering untuk menjaga kelembapan karena udara pada musim
kemarau cenderung lebih kering. Sedangkan pada musim penghujan volume

20
penyiraman dikurangin karena udara pada musim hujan cenderung lebih lembab
dari pada musim kemarau.
Perlu diperhatiakan juga dalam budidaya jamur tiram putih adalah
kelembaban, namun harus berhati hati karena semakin lembab lingkungannya
semakin memicu terjadinya kontaminan.

F. Panen Jamur
Berdasarkan hasil observasi di tempat budidaya jamur tiram, jamur
tiram putih sudah bisa di panen jika badan jamur sudah tumbuh besar dan
lebar. Untuk pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk
mempertahaankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Proses panen
dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung proses
perawatannya.
Sebenarnya panen bisa dilakukan lebih dari 6 kali, namun kurang
efektif karena kondisi baglog yang nutrisunya sudah berkurag.
Pembudidaya mengaku bahwa sekali panen diperoleh 30-50 kg jamur
segar.
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan
oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman
selama panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik. Berdasarkan
wawancara dengan narasumber dan beberapa referensi yang ada dalam
pemanenan jamur terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram

Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen
cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 40 hari
setelah pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu
sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah
jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi
jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang
berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau
belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika

21
dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk
dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.

Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram

Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk


menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan
permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang
dihasilkan berkualitas baik.

Penyortiran

Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian
bagian tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan
pemisahan ini penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya
petani menggunakan pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap
pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat residu yang
tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses sortasi
dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan
ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam
sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.

Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram

Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara.


Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan
lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap
udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari.
Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik,
proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses
pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat
transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.

22
G. Faktor yang Mendukung Budidaya Jamur
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan nara sumber dan
referensi dibuku dan internet dalam budidaya jamur terdapat factor-faktor
yang mepengaruhi budidaya jamur. Faktor-faktor tersebut ada yang
mendukung dan ada yang menyebabkan kegagalan. Factor-faktor yang
mendukung budidaya jamur antara lain:

1) serbuk kayu yang digunakan bagus

Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi


sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu
keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam
meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak
mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras
yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon,
kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu
pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum
digunakan sebagai media biasanya serbuk kayu harus dikompos terlebih
dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan
dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari.
Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar
50 derajat C. Serbuk kayu yang bagus akan menghasilkan jamur yang bagus.

2) pencampuran bahan media tanam baik

Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di


dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media
dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap
bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam
menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna
memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan
di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang

23
berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini
belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran
rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan
pengalaman dan kondisi masing-masing. Pencampuran bahan media tanam
yang sesuai dan seimbang akan mendukung pertumbuhan jamur menjadi
lebih subur.

3) Tidak terjadi kontaminasi


Kontaminasi biasanya terjadi pada media tanam jamur atau baglog.
Kontaminasi biasanya terjadi karena adanya jamur lain yang tumbuh pada
baglog. Kontaminasi pada media tanam maupun proses pembudidayaan
biasanya menyebabkan jamur tidak tumbuh pada baglog yang sudah
diinkubasi. Untuk itu perlu kehati-hatian dan kesterilan dalam proses
budidaya jamur ini. Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah
Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat
atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai
dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya
lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan
pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.
Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat
pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan
kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan
dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga
kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak
berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka
ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera
dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian
dibakar.

4) bibit jamur yang bagus


Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan
tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini
sangat menentukan keberhasilan. Jangan menggunakan bibit yang sudah

24
terlalu tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang
kondisi sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah
berapa lama umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi
sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur
masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik. Dalam membeli bibit
sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan segera
digunakan setelah miselium menyelimuti botol (100%).

5) suhu sterilisasi yang baik untuk mencegah kontaminasi.


Suhu sterilisasi yang baik akan mencegah terjadinya kontaminasi
dalam budidaya jamur. Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu
dan dedak disterilisasi terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam
pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi
mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada
serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Namun
suhu yang digunakan untuk sterilisasi juga menyesuaikan dengan alat dan
waktu yang digunakan.

H. Factor Kegagalan Budidaya Jamur


Berdasarkan wawancara dengan narasumber dan observasi di
lapangan factor yang menyebabkan kegagalan dalam budidaya jamur antara
lain serbuk kayu tercampur oli, serbuk kayu kehujanan terlalu lama,
penundaan dan kontaminasi. Namun disisi lain berdasarkan sumber dan
referensi dari buku, jurnal dan internet terjadinya kegagalan dalam budidaya
jamur terjadi karena beberapa factor lain.
Dalam pembuatan baglog jamur tiram, seringkali timbul yellow
spot, green spot, gagal menumbuhkan miselium, perkembangan miselium
lambat, baglog membusuk, dsb. Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh
berbagai macam faktor, memang factor kegagalan ini harus juga
diperhitungkan agar kita siap dalam mengantisipasinya. Seringkali faktor

25
sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan.
Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja.
Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor
kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab. Faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan budidaya jamur antara lain :
1) Faktor dari serbuk kayu yang digunakan

Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat
penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan.
Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan
homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu
pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah
di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut.
Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80%
bersifat homogen. Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini
tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti
kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting juga untuk
memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut
terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan
dalam budidaya

2) Faktor PH
Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus
diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7 keatas
hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah, dalam
budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari masing-
masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu
menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:

Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke


dalam kantong baglog
Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan

26
Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal
3 minggu untuk pengomposannya.

Penting sekali untuk memeriksa kondisi PH ini sebelum dimasukkan ke


dalam kantong. Pemeriksaan bisa dengan PH meter atau kertas lagmus. Ada
pengalaman dari rekan-rekan, jika PH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran
diberi sedikit campuran air cuka.. lalu diperiksa kembali, setelah PH di
sekitar 7, baru dimasukkan ke dalam kantong.

3) Faktor Air
Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa
air yang digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau
malah air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita
ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan
dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana
untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya
diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk
menetralisir dan memurnikan air.

4) Faktor campuran yang kurang baik


Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing
pebudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada
yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud
di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung. Pastikan bahan yang
digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya
kualitasnya juga harus baik. Penting sekali untuk segera melakukan
sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong baglog. Karena
setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang dapat
melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan
menghentikannya sama sekali.

27
5) Faktor Sterilisasi
Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodanya banyak
sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton,
plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler
sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang
digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C
dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril
tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya.
Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu
baru dan bersih.

6) Faktor kesalahan dalam inokulasi


Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah
melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas. Suhu baglog yang
masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya,
suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu
yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi
tidak panas) Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari
steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah
terlalu dingin. Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto
di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah
terpantau dengan menyebarnya pengapasan.

7) Faktor bibit jamur yang kurang baik


Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat
keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat
menentukan keberhasilan. Jangan menggunakan bibit yang sudah terlalu
tua. Itu sebabnya sebaiknya jika membeli bibit, janganlah yang kondisi
sudah 100% miseliumnya, karena kita sendiri tidak tahu sudah berapa lama
umur bibit itu sendiri. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi sudah tumbuh
jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih muda

28
memiliki kekuatan yang lebih baik. Dalam membeli bibit sebaiknya dalam
kondisi 70% atau 80% miseliumnya. Dan segera digunakan setelah
miselium menyelimuti botol (100%). Jika masih tertunda penggunaannya,
maksimal seminggu setelah miselium bibit mencapai 100% sudah harus
digunakan. Dalam pembuatan bibit juga perlu diperhatikan dengan baik
sejak dari proses di PDA. Jika perkembangan miselium di PDA sangat tebal
dan bagus, InsyaALLAH selanjutnya jika diturunkan ke F1 dan F2 akan
bagus terus. Contoh PDA yang bagus seperti pada foto botol sebelah kiri.

8) Faktor kebersihan ruang inkubasi


Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga
harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan
baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang inkubasi
kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah
terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan
sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini
untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu sendiri.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Jenis jamur yang banyak dibudidayakan oleh para petani atau wirausaha
adalah jamur tiram ( (Pleurotus ostreatus) yang termasuk ke dalam
kelompok Basidiomycota
2) Bibit jamur didapatkan dari membeli kepada sesama pembudidaya
jamur atau membuat sendiri
3) Media tanam jamur terdiri dari serbuk kayu, bekatul, kapur ( CaCO3),
dan EM4
4) Cara membuat media jamur tiram (baglog) cukup mudah
5) Tahap budidaya jamur meliputi 1) pembuatan baglog (media tanam), 2)
sterilisasi, 3) penanaman bibit, 4) inkubasi, 5) penumbuhan jamur
(pemeliharaan), dan 6) panen.
6) Panen jamur dilakukan selama 4 bulan yakni 6 kali panen tergantung
proses perawatannya.
7) Factor yang mendukung pertumbuhan jamur antara lain 1) serbuk kayu
yang digunakan bagus, 2) pencampuran bahan media tanam baik, 3)
tidak terjadi kontaminasi, 4) bibit jamur yang bagus, dan 5) suhu
sterilisasi yang baik untuk mencegah kontaminasi.
8) Faktor yang menyebabkan gagalnya budidaya jamur yakni :1) serbuk
kayu tercampur oli, 2) serbuk kayu kehujanan terlalu lama, 3)
penundaan, dan 4) kontaminasi.

B. Saran

1) Sebaiknya sebelum melakukan observasi kita belajar terlebih dahulu


mengenai hal-hal yang berhubungan dengan budidaya jamur sebagai
pengetahuan awal

30
2) Budidaya jamur tiram merupakan usaha yang banyak dilakukan oleh
para petani sehingga perlu menghasilkan produk jamur yang bagus
supaya tidak kalah saing.
3) Budidaya jamur mudah untuk dikembangkan sebagai alternative
wirausaha
4) Butuh kesabaran dan ketekunan dalam usaha budiaya jamur karena
banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Islami, Andini, Adi Setyo Purnomo dan Sukesi. 2013. Pengaruh Komposisi Ampas
Tebu dan Kayu Sengon sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Nutrisi Jamur
Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2(1): 1-4
Nasution, Jamilah. 2016. Kandungan Karbohidrat dan Protein Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) pada Media Tanam Serbuk Kayu Kemiri (Aleurites
moluccana) dan Serbuk Kayu Campuran. Jurnal Eksata 1(1) : 38-41

Suryaningrum, B. 2012. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih


(pleurotus Ostreatus) Pada Baglog Tandan Kosong Kelapa Sawit (Alaeis
guineensis). Thesis. Duta Wacana Christian University.

Syammahfuz, Chazali & Putri Sekar Pratiwi. 2009. Usaha Jamur Tiram Skala
Rumah Tangga. Bogor: Penebar Swadaya.

Widyastuti, N dan S. Istiani. 2004. Optimasi Proses Pengeringan Tepung Jamur


Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu Kefamasian Indonesia 1(2): 1-
4.

32
33

You might also like