You are on page 1of 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena

tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak

menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena

perjalanan penyakit ini bersifat menahun dan residif. Insidens pada orang kulit

putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan

sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2% sedangkan di Jepang 0.6%. Pada bangsa

berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula pada suku

Indian di Amerika.2 Psoriasis dapat terkena pada pria maupun wanita. Insidens

pria sedikit lebih tinggi daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua golongan

usia tetapi umumnya pada orang dewasa dengan usia antara 15 25 tahun.1

Onset usia pada psoriasis tipe dini dengan puncak usia 22,5 tahun (pada

anak, usia onset rata-rata 8 tahun). Untuk tipe lambat, muncul pada usia 55 tahun.

Onset dini memprediksikan derajat penyakit dan penyakit yang menahun, dan

biasanya disertai riwayat psoriasis pada keluarga.3 Psoriasis mempengaruhi 1,5

2% populasi dari negara barat. Di Amerika Serikat, terdapat 3 sampai 5 juta orang

3
menderita psoriasis. Kebanyakan dari mereka menderita psoriasis lokal, tetapi

sekitar 300.000 orang menderita psoriasis generalisata.4

2.3 ETIOPATOGENESIS

Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai

dengan terjadinya hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik

tambahan berdasarkan perubahan histopatologi yang ditemukan pada plak

psoriatik dan data laboratorium yang menjelaskan siklus sel dan waktu transit sel

pada epidermis. Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik, dan

terdapat maturasi inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi

yang cepat dari sel germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan

waktu untuk transit sel melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada

vaskularisasi kutaneus ditandai dengan peningkatan jumlah mediator inflamasi,

yaitu limfosit, polimorfonuklear, leukosit, dan makrofag, terakumulasi di antara

dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada struktur

dermis baik stadium insial maupun stadium lanjut penyakit.3

Gambar 1. Patogenesis kelainan kulit pada psoriasis

4
Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Faktor Genetik

Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat

penyakit keluarga yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot

resiko menderita psoriasis adalah sebesar 70% bila salah seorang

menderita psoriasis.1 Bila orangtua tidak menderita psoriasis maka risiko

mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang tua

menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-

39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:

Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial

Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial

Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi

berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13,

B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan

Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkaitan dengan HLA-B27.

2. Faktor Imunologik

Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari

ketiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit.

Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis

matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T di dermis yang terutama

terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.

Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih didominasis oleh sel linfosit T

5
CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah.

Sel Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya

proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen baik endogen

maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis

(turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal

lamanya 27 hari.

Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit

autoimun. Lebih 90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan

imunosupresif. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebutkan dalam

kepustakaan diantaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma (Fenomenan

Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan merokok. Stress psikis

merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hunungan yang erat

dengan salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubungannya

dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kesembuhan psoriasis

gutata setelah dilakukan tonsilektomi. Umumnya infeksi disebabkan oleh

Streptococcus. Faktor endokrin umumnya berpengaruh pada perjalan penyakit.

Puncak insidens psoriasis terutama pada masa pubertas dan menopause. Pada

waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa postpartum umumnya

memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan hipokalsemia dilaporkan

menjadi salah satu factor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan

residif ialah beta adrenergic blocking agents, litium, anti malaria dan penghentian

mendadak steroid sistemik. 2

Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu:

6
1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak

lengkap.

2. Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian

menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan

kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.

3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis

paru, dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.

4. Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.

5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.

6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh

pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan

lebih hebat. 5

2.4 GEJALA KLINIS

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritroderma. Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada

scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ektremitas terutama bagian ekstensor di

bagian siku dan lutut serta daerah lumbo sacral.

Gambar 2. Letak Predileksi Psoriasis

7
Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)

dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada masa

penyembuhan seringkali eritema di tengah menghilang dan hanya terdapat di

pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta

transparan. Besar kelainan bervariasi, bisa lentikular, nummular, plakat dan dapat

berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar berbentuk lentikular disebut

psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak, dewasa muda dan terjadi setelah

infeksi oleh Streptococcus.2

Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah,

papul dan berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas. Lokasi plak

pada umumnya terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal.Pada

pasien psoriasis dengan kulit gelap, distribusi hampir sama, namun papul dan plak

berwarna keunguan denan sisik abu-abu. Pada telapak tangan dan telapak kaki,

berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan menebal pada waktu yang

bersamaan. 3

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner

(isomorfik). Kedua fenomena yaitu tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas,

sedangkan Kobner dianggap tidak khas, hanya kira-kira 47% dari yang positif dan

didapat pula pada penyakit lain, misalnya Liken Planus dan Veruka plana

juvenilis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi

putih pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks

bias. Cara menggoresnya bisa dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz

tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.

8
Cara mengerjakannya adalah dengan cara skuama yang berlapis-lapis itu dikerok

dengan ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka pengerokan harus dilakukan

dengan pelan-pelan karena jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang

berupa bintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit

penderita psoriasis misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan kelainan

kulit yang sama dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner yang

timbul kira-kira setelah 3 minggu.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira

50% yang agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang

berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh,

tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya

(hyperkeratosis subungual) dan onikolisis.Disamping menimbulkan kelainan pada

kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menimbulkan kelainan pada sendi. Psoriasi

arthritis diklasifikasikan menjadi 5 subgrup: (1) asimetris oligoartikular arthritis,

ditemukan pada 70% pasien dengana rthritis dan ditandai dengan sausage-shaped

digits, (2) keterlibatan sendi metakarpofalengal simetris,.(3) keterlibatan sendi

interfalang distalm dengan deformitas swan neck, (4) arthritis mutilans, ditandai

dengan resorpsi tulang, dan (5) spondylitis atau spondiloarthropati. Usia puncak

sekitar 40 tahun, sering kali onset bersifat akut.2

Gambar 3. Psoriasis pada sendi

9
Gambar 4. Psoriasis arthritis, stadium akhir yang mengarah pada stadium mutilan

2.5 BENTUK KLINIS

1. Psoriasis Vulgaris

Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis

vulgaris. Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya

berbentuk plak. Tempat predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp

dengan wajah, ekstremitas terutama bagian ekstensor yaitu lutut, siku dan

daerah lumbosakral.

Gambar 5. Psoriasis vulgaris

2. Psoriasis Gutata

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya

mendadak dan diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di

saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili terutama pada

10
anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang

lain baik bacterial maupun viral.

Gambar 6. Psoriasis Gutata

3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)

Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan

namanya.

Gambar 7. Psoriasis Inversa

4. Psoriasis Eksudativa

Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan pada psoriasis itu

dalam bentuk kering, tetapi pada jenis ini kelaianannya bersifat eksudatif

seperti pada dermatitis akut.

5. Psoriasis Seboroik

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara

psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi

agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim,

juga terdapat pada tempat seboroik.

11
6. Psoriasis Pustulosa

Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap

sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.

Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa yaitu:

a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)

Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif,

mengenai telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan

kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan dalam, di

atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.

Gambar 8. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)

b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)

Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat

ditimbulkan oleh berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang

tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain

contohnya, penisilin dan derivatnya, serta antibiotik betalaktam

yang lain, hidroklorokuin, kalium iodide, morfin, sulfapiridin,

sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain

obat ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional,

serta infeksi bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada

penderita yang sedang atau telah mendapat psoriasis. Dapat pula

12
muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis.

Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertia gejala umum

berupa demam,malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah

ada makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak

edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam

beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut.

Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus

berukuran beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi akibat

migrasi neutrofil ke atas stratum malphigi, di mana neutrofil ini

beragregasi di antara keratinosit yang menipis dan berdegenerasi.3

Kelainan-kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat

menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan

leukositosis, kultur pus dari pustul steril.

Gambar 9. Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch)

7. Eritroderma psoriatik

Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oelh pengobatan topical

yang terlalu kuat atau karena penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya

lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema

13
dan skuama tebal universal. Adakalanya lesi psoriasis masih tampak

samar-samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.2,6

Gambar 10. Psoriasis eritroderma

2.6 HISTOPATOLOGI

Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni

parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit

yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi

di subepidermis.2

Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan

keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal.

Di dalam sel-sel tanduk ini masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam

stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel

radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak

papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan

sel radang limfosit dan monosit.5

14
2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis berupa papul dan plak

eritematosa dengan skuama tebal berwarna perak pada tepat-tempat yang klasik.

Pada kasus psoriasis gutata dapat ditemukan riwayat infeksi tenggorokan karena

staphylococcus; riwayat psoriasis pada keluarga juga membantu, khususnya bila

lesi awal ditemukan. Cari lekukan kuku sebagai temuan tambahan. Lakukan

biopsy bila diperlukan untuk memebdakan penyakit ini dengan penyakit

papuloskuamoasa lainnya. Ambil specimen buiopsi yang belum diobati dan paling

berkembang.4

2.8 DIAGNOSIS BANDING

Jika gambaran klinissnya khas, tidaklah susah untuk menegakkan

diagnosis psoriasis. Jika tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa

penyakit lain yang tergolong dalam dermatosis eritroskuamosa. Dalam

mendianosis psoriasis perlu diperhatikan menganai cirri khas psoriasis yaitu

skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai fenomena tetesan lilin,

Auspitz dan Kobner. Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang

hanya terdapat di pinggir sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya

adalah terdapat keluhan yang sangat gatal pada dermatofitosis dan pada

pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya jamur.

Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis

psoriaformis. Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual

dengan tersangka yang juga menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan

tes serologis untuk sifilis positif. Dernatitis seboroik berbeda dengan psoriasis

15
karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan tempat predileksinya

pada tempat yang seboroik.2

Psoriasis gutata akut didiagnosis banding dengan erupsi obat

makulopapular, sifilis sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil

didiagnosis banding dengan dermatitis seboroik, likenplanus kronis simpleks,

tinea korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis dengan plak luas didiagnosis

banding dengan tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis pada daerah skalp

didiagnosis banding dengan tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis

inverse didiagnosis banding dengan tinea, kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget

ekstramamme. Psoriasis pada kuku didiagnosis banding dengan onikomikosis.4

2.9 PENGOBATAN

Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan

secara sistemik, pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan

pengobatan dengan cara Goeckman.

1. Pengobatan Topikal

a. Preparat Ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang

efeknya adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi

menjadi 3, yakni yang berasal dari:

Fosil, misalnya iktiol.

Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

16
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk

psoriasis, yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan

kayu. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter berasal dari kayu,

sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga besar. Pada

psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal

dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang

berasal dari kayu dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan

timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter

dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan akan

terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.

Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita

karena berbau kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman.

Sedangkan likuor karbonis detergens tidak demikian. Konsentrasi

yang biasa digunakan 2 5%, dimulai dengan konsentrasi rendah,

jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih

efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara

menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5 %. Sebagai

vehikulum harus digunakan salap karena salap mempunyai daya

penetrasi terbaik.

b. Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan

vehikulum bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan

daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan salap.

17
Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi

sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik

efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan

berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas

digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung

pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan

frekuensinya dikurangi.

c. Ditranol (Atralin)

Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah

mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya

0,2-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian

hanya jam sehari sekali untuk mencegah iritasi.

Penyembuhan dalam 3 minggu.

d. Pengobatan dengan Penyinaran

Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek

menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan

psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi

sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan akan memperberat

psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial,

diantaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut

dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan

psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau

18
bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai

pengobatan cara Goeckerman.

Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe

plak, gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan

gutata dikombinasikan dengan salep likuor karbonis detergens 5 -

7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu.

Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian

dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15%

dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target

pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and

Severity Index). Hasil baik dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe

plak.

e. Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa

salep atau krim 50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu.

Efektivitas salep ini sedikit lebih baik daripada salap betametason

17-valerat. Efek sampingnya pada 4 20% berupa iritasi, yakni

rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan

skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat

dihentikan.

f. Tazaroten

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya

menghambat proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi

19
keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang

yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim

dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan

steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat

penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi

berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30 % kasus, juga

bersifat fotosensitif.

g. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada

batang tubuh (selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya

digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari,

fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya

penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek

antipsoriasis.

2. Pengobatan Sistemik

a. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis

ekuivalen prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis

diturunkan perlahan-lahan lalu diberikan dosis pemeliharaan.

Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan

kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.2

20
b. Obat Sitostatik

Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate.

Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim dihidrofolat

reduktase, sehingga menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat

ini menunjukkan hambatan replikasi dan fungsi sel T dan mungkin

juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis. 7

Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa,

psoriasis arthritis dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis

yang sukar terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah

bila terdapat kelainan hepar, ginjal, system hematopoetik,

kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum,

colitis ulserosa dan psikosis).Pada awalnya metotrexate diberikan

dengan dosis inisial 5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat

apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi

efek yang tidak diinginkan maka MTX diberikan dengan dosis 3 x

2.5mg dengan interval 12 jam selama 1 minggu dengan dosis total

7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis dinaikkan 2,5 - 5 mg

per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5 mg akan tampak ada

perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m dosis

tunggal sebesr 7,5 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih banyak

menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit

telah terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke

pengobatan secara topical.

21
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin

lengkap, fungsi ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit <

3500/uL maka pemberian MTX dihentikan. Bila fungsi hepar baik

maka dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis mencapai dosis total

1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan biopsy

hepar bila dosis total mencapai 1 gram.

Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala,

alopecia, saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran

cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare.

Pada reaksi yang hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan

perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan

timbulnya leucopenia, trombositopenia dan kadang-kadang anemia.

Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.

c. Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson.

Pada beberapa pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan

diterapi dengan levodopa menunjukkan perbaikan. Berdasarkan

penelitian, Levodopa menyembuhkan sekitar 40% pasien dengan

psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg 3 x 250 mg. Efek samping

levodopa adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan

psikis dan gangguan pada jantung.

22
d. Diaminodifenilsulfon

Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan

psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari.

Efek sampingnya adalah anemia hemolitik, methemoglobinuria dan

agranulositosis.

e. Etretinat & Asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A

digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-

obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk

psoriasis pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis

eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel

epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi

: pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi

perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari. Efek

sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada

mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis,

pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah,

gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan

hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.

Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang

utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat.

Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,

dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 2

23
f. Siklosporin

Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya

menghambat kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase

dependent kalsium dan memgang peranan kunci dalam

defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc (Nuclear

Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi,

NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk

mengaktifkan gen yang bertanggung jawab dalam sintesis sitokin,

terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi IL-2 dengan

cara meningkatkan ekspresi TGF- yang merupakan penghambat

kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi TGF-

diduga memegang peranan penting pada efek imunosupresan

siklosporin. 7

Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.

Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk

psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi

kekambuhan.

g. Terapi biologik

Obat biologik merupakan obat yang baru dengan efeknya

memblok langkah molecular spesifik yang penting paa

pathogenesis psoriasis. Contoh obatnya adalah alefaseb,

efalizumab dan TNF--antagonist.

24
3. PUVA

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi

efek yang sinergik. Mula-mula 10 20 mg psoralen diberikan per os, 2

jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan,

di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah

pengobatan 3 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan

seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga

dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa.

Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang lama kemungkinan

akan terjadi kanker kulit.

4. Pengobatan Cara Goeckerman

Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan

kombinasi ter berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian

terdapat banyak modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama

digunakan ialah crude coal ter yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan

4 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa

UVB lebih efektif daripada UVA. 2

2.10 PROGNOSIS

Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena

perjalanan penyakitnya bersifat kronis dan residif. 2

Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini menghilang

secaraspontan dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini

berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat

25
remisi setelah beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu

seumur hidup.

Pada psoriasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai

dengan remisi dan eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga

dapat berkembang menjadi psoriasis tipe ini. Pasien dengan psoriasis pustulosa

generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan harus dianggap

sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps

dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.4

26

You might also like