Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Gerontik
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
RENO SURATNO
16.04.064
( ) ( )
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
Gangguan muskuloskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu dan demikian
banyak kasus geriatri yang lazim dijumpai di praktik sehari-hari. Pada kenyataannya,
sedikit sekali jenis kelainan muskuloskeletal yang bersifat endemis pada usia lanjut.
Tidak dapat disangkal bahwa kaum usia lanjut lebih sering menderita osteoarthritis,
penggantian sendi melalui tindakan bedah, maupun kelainan kronis pada rotator
cuff. Untuk dapat memahami kelainan muskuloskeletal pada kelompok usia lanjut,
perubahan-perubahan seiring dengan pertambahan usia yang timbul pada otot, tulang,
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian
yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Di daerah urban,
masa otot, kekuatan otot yang terjadi secara bertahap. Kenyataannya jumlah otot
demikian juga terjadi pada masa tulang sehingga berakibat pada kelemahan tulang.
Pada diskus intervertebra, kehilangan air yang menyebabkan penurunan tinggi badan
1,5-3 inchi, postur tubuh berubah biasanya adalah kiposis bukan lordosis.
Pada lansia yang pengapuran jaringan kartilago, hal ini merupakan akibat dari proses
a. Tulang
produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan dan organ
tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau
tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut
dewasa.
Hasil akhir perubahan ini seumur hidup kira-kira 35%-23% pada wanita
2) Tulang trabecular
akhir kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan laki-
tulang.
8) jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
b. Otot
Semua kegiatan sehari hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi otot,
1) Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah
serat otot
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987). Pada
usia, dan ini mempengaruhi fungsi otot. Dan pada akhirnya perubahan
c. Persendian
cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam
4) Kartilago
tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya
aktivitas sehari-hari.
2. Perubahan-perubahan biologik sistem muskuloskeletal
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
e. Kifosis.
l. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban,
otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit
dipahami).
a. Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot (atropi
otot)
b. Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada
ekstremitas bawah
c. Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak
d. Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia
sampai 80 tahun.
antara lain :
1. Usia
Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel- sel tubuh
yang rusak.
2. Pekerjaan
sikap tubuh yang buruk , dan dapat membuat beresiko mengalami gangguan
fungsi muskuloskeletal
3. Tingkat aktifitas
Mengunakan otot terlalu berlebihan , maupun terlalu lama aktif, seperti duduk
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari- hari, cedera
atau trauma pada suatu bagian yang di sebabkan oleh gerakan tiba- tiba,
5. Konsekuensi fungsional
kelainan tubuh meliputi tortikolis yaitu mencondongkan kepala kesisi yang sakit,
kelengkungan pada kurva spinal torakal, kifolordosis yaitu kombinasi dari kifosis
dan lordosis, skoliosisnya itu kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu
yaitu :
PENDAHULUAN
1. Pengertian Arthritis
Arthritis adalah peradangan pada sendi yang bisa disebabkan oleh karena adanya
infeksi, gangguan metabolik dan gangguan konstitutional (Merriam Webster Dictionary,
2006).
Artritis berarti sendi yang rusak karena sering dipakai dan aus dengan
bertambahnya usia (Price&Wilson, 2013). Arthritis biasanya ditandai dengan adanya
eritema, panas, nyeri dan pembengkakan pada sendi yang mengalami inflamasi (Stein,
2001).
2. Klasifikasi Arthritis
Adanya banyak tipe-tipe arthritis, namun yang paling umum ditemukan adalah:
a. Osteoarthritis (OA)
b. Rheumatoid Arthritis (RA)
c. Gout Arthritis
Berdasarkan kasus yang didapat oleh kelompok 1, sesuai dengan keluhan, gejala dan
usia maka kasus tersebut adalah Osteoarthritis
3. Defenisi Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) sebagai suatu bentuk arthritis yang paling umum adalah
gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif
lambat, ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya
pertumbuhan tulang baru pada permukaan persendian (Price & Wilson, 2013; Kowalak,
Welsh&Mayer, 2012).
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer&Bare, 2002).
Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan deteriorasi kartilago sendi
dan pembentukan tulang baru reaktif di margin dan area subkondral sendi. Degenerasi ini
disebabkan oleh adanya gangguan kondrosit, biasanya di pinggul dan lutut (Paramitha,
2011).
4. Penyebab Osteoarthritis
b. Osteoartritis Sekunder
1) Trauma (penyebab paling sering)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut,
terutama terjadi akibat fraktur, post menisektomi, tungkai bawah yang tidak
sama panjang, hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar dan serasinya
permukaan sendi.
2) Deformitas kongenital
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi
3) Obesitas/kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
(Paramitha, 2011; Price&Wilson, 2013; Kowalak, Welsh&mayer, 2012;
Smeltzer&Bare, 2002)
Penyebab Lain
1) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
2) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Kondrosit merupakan sel yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Saat terjadi stress biomekanik
tertentu akan terjadi pengeluaran enzim lisosom dan menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sintesis proteoglikan dan kolagen akan
meningkat tajam namun substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan tinggi, sehingga
pembentukan tidak seimbang dengan kebutuhan.
Terjadilah perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah
biomekanika kartilago. Rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya, menjadi lebih
lunak dan mempersempit rongga sendi dan menimbulkan rasa nyeri. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi-sendi sinovial yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalang distal dan proksimasi.
Perubahan-perubahan degeneratif yang disebabkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki krepitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
Saat terjadi erosi kartilago, terjadi juga pembentukan tulang baru (osteofit) yang juga
menimbulkan perubahan kontur tulang dan pembesaran tulang (Kowalak, Welsh&Mayer,
2012; Price&Wilson, 2013).
Gambaran patofisiologi Osteoarthritis ini dapat dilihat secara jelas pada Pathway pada
Lampiran 1.
Penegakkan diagnosa OA, didasarkan pada keluhan klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keluhan klinis primer yang biasa dikeluhkan adalah adanya
nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak.
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan, dilihat
ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus Herbeden
Palpasi
Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas. Ditemukan juga adanya krepitasi,
dimana terdengar suara gemeretak kretek-kretek seperti suara krupuk yang
diremukkan.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
Sklerosis rongga subkondrium
Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
Fusi atau penyatuan sendi
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3) Artroskopi memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga sendi
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada peradangan
2) Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang luas
(Paramitha, 2011; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012)
8. Penanganan Osteoarthritis
Penatalaksanaan OA bertujuan untuk mencegah atau menahan kerusakan lebih lanjut
pada sendi yang terkena/disabilitas, mengatasi nyeri dan kekakuan sendi dan
mempertahankan mobilitas. Penanganan dapat meliputi:
a. Nonfarmakologi
1) Klien dianjurkan untuk menjaga BB yang ideal untuk mengurangi tekanan atau
beban pada sendi dengan olahraga yang teratur, diet.
2) Klien perlu menjaga keseimbangan antara istirahat, bekerja dan berolahraga
3) Klien dapat menggunakan alat bantu berupa kruk, korset, tongkat penipang,
walker ataupun traksi untuk menstabilkan sendi dan mengurangi tekanan pada
sendi.
4) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Program latihan
bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atrofi pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik daripada
isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atrofi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke
sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan
otot-otot tersebut adalah penting.
5) Terapi panas atau dingin
Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-otot sekitar
sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat
diperoleh dari kompres dengan air hangat / panas, sinar IR (infra merah) dan
alat-alat terapi lainnya.
Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan mengurangi
rasa sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi masih akut. Dapat
diperoleh dengan kompres dengan air dingin.
6) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifat
penyakitnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Disatu
pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia
ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha, 2011)
b. Medikamentosa
Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada pasien dengan OA
1) Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman
dan efektif untuk mengurangi rasa sakit. Aspirin dan Ibuprofen dapat membantu
dalam mengontrol sinovitis.
2) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Pada orang tua biasanya
menimbulkan efek samping, misalnya gangguan pada lambung
3) Suplemen sendi/cairan sendi artifisial
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin, masing-masing memiliki
fungsi yaitu:
- Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja dengan
merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan tulang
rawan.
- Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan
menghambat perusakan tulang rawan.
Cairan sendi ini dapat juga membantu meredakan nyeri dan diberikan sementara
dengan jangka waktu 6 bulan.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha, 2011)
c. Pembedahan
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata/klien yang mengalami disabilitas yang berat, dengan nyeri
yang menetap/tidak terkontrol. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Osteotomi
Yaitu tindakan pengubahan alignment/kesejajaran tulang untuk mengurangi
tekanan dengan melakukan eksisi baji pada tulang atau memotong tulang tersebut.
2) Artroskopi debridement
Merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis dan terapi pada kelainan sendi
dengan menggunakan kamera, dengan alat ini dokter melakukan pembersihan dan
pencucian sendi, selain itu dokter dapat melihat kelainan pada sendi yang lain dan
langsung dapat memperbaikinya.
3) Artroplasti
Yaitu penggantian partial atau total bagian sendi yang rusak dengan protesis.
4) Artrodesis
Yaitu operasi penyatuan tulang terutama tulang-tulang vertebra (laminatokmi)
5) Osteoplasti
Yaitu pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari dalam sendi.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Price&Wilson, 2013; Paramitha, 2011)
9. Pencegahan
OA dapat dicegah dengan beberapa hal berikut:
a. Menjaga berat badan
b. Olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian
c. Aktifitas olahraga sesuai kebutuhan
d. Jaga keseimbangan antara olahraga, bekerja dan istirahat
e. Menghindari perlukaan pada persendian.
f. Minum suplemen sendi
g. Mengkonsumsi makanan sehat
h. Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
i. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
j. Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
k. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. Hal
tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan
tulang.
1. Pengkajian
1) Pengkajian fisik
a) Identitas
b) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
d) Pola fungsi Gordon
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume
minuman perhari, makanan kesukaan.
Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau
menggunakan alat
Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas 9nyerinya
seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time
(kapan nyeri terasa bertambah berat).
Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran
diri.
Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
Pola manajemen koping stress
Sistem nilai dan keyakinan
b. Fungsional klien
1) Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktivitas
fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di
toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol
defikasi dan berkemih. Cara penilaian:
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
Total skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri
2) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari-
hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam
hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian
yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
fungsionalnya. Salah satukeuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan
aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,
seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
4 Alamat anda?
Interpretasi hasil :
1) Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA-DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 Data Subyektif: Penuaan Nyeri Kronik
Klien mengeluh nyeri dan bengkak pada
Perubahan fungsi kondrosit
seluruh sendi
Data Obyektif: Penurunan sintesis proteoglikan dan
Tampak bengkak hampir di seluruh kolagen
persendian
Osteoarthritis
Iskemik
Metabolisme anaerob
Nyeri Kronis
2 Data Subyektif: Osteoarthritis Hambatan Mobilitas
Klien mengeluh seluruh sendinya terasa Fisik
Penyempitan rongga sendi dan
sulit digerakkan
pembentukan osteofit
Data Obyektif:
Tampak bengkak hampir di seluruh Elastisitas sendi menurun
persendian
Kekakuan sendi
Data Obyektif :
Tidak ada
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian dan analisa data di atas, maka diagnosa keperawatan yang
dapat diangkat pada Tn. Toure, antara lain:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik kronis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dan bengkak pada seluruh sendi, tampak bengkak hampir di seluruh
persendian.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi ditandai klien mengeluh seluruh
sendinya terasa sulit digerakkan, tampak bengkak hampir di seluruh persendian.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai dengan
klien mengatakan belum banyak tahu tentang cara manajemen penyakitnya dan sering
keluar masuk RS.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan selama 3 x 24 jam NIC Label
ketunadayaan fisik kronis ditandai diharapkan nyeri klien berkurang dengan
dengan klien mengeluh nyeri dan kriteria hasil: Pain Management
bengkak pada seluruh sendi, tampak
bengkak hampir di seluruh NOC Label 1. Lakukan pengkajian nyeri: 1. Untuk mendapatkan data yang
persendian P: provokatif dan paliatif akurat tentang nyeri yang dirasakan
Pain Level Q:quality dan quantity klien
R: region dan radiasi
1. Klien melaporkan rasa nyeri S: severity
berkurang T: time
2. Klien tidak mengerang atau menangis
karena rasa sakitnya. 2. Gunakan komunikasi terapeutik agar 2. Untuk lebih memudahkan dalam
klien mengatakan pengalaman nyeri mengkaji rasa nyeri klien.
Pain Control
3. Ajarkan klien cara mengurangi nyeri 3. Memandirikan klien dalam usaha
1. Klien dapat mengenal nyeri yang dengan terapi nonfarmakologi (teknik mengurangi rasa nyeri yang
dialaminya. relaksasi nafas dalam dan terapi dialaminya
2. Klien mengetahui faktor penyebab spesifik dalam mengurangi nyeri sendi
nyeri akibat arthritis)
3. Klien dapat melaporkan keluhannya
ketika tidak dapat mengontrol nyeri. 4. Berikan analgesik untuk mengurangi 4. Analgesik dapat diberikan jika nyeri
4. Klien melaporkan faktor-faktor yang nyeri klien. tidak dapat dikontrol.
dapat membantu mengurangi rasa
nyerinya 5. Observasi reaksi non verbal dan 5. Untuk mengobserasi tingkat nyeri
5. Klien melaporkan perubahan gejala ketidaknyamanan klien
nyeri
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah diberikan tindakan selama 3 x 24 jam Exercise Therapy: Joint Mobility
berhubungan dengan kaku sendi diharapkan klien mampu menggerakkan sendi
ditandai klien mengeluh seluruh dengan kriteria hasil: 1. Tentukan keterbatasan gerak sendi klien 1. Memudahkan perawat dalam
sendinya terasa sulit digerakkan, dan akibat yang ditimbulkan. menentukan jenis latihan yang akan
tampak bengkak hampir di seluruh NOC Label diberikan pada klien
persendian.
2. Tentukan seberapa besar
Mobility motivasi/kemungkinan klien untuk 2. Kurangnya motivasi dari klien akan
memelihara atau memperbaiki membuat proses latihan menjadi
1. Koordinasi tubuh baik (3) pergerakan sendinya. tidak optimal atau hasil yang
2. Gaya berjalan baik (3) diharapkan dari latihan tidak
3. Gerakan otot normal (3) maksimal
4. Gerakan sendi normal (3)
3. Bantu klien mengatur posisi tubuh yang
3. Latihan dapat dilakukan secara
optimal baik untuk gerakan sendi yang
Body Mechanics Performance pasif maupun yang aktif optimal dengan posisi tubuh yang
baik dan benar
1. Dapat menggunakan alat bantu dengan
baik (4) 4. Lakukan latihan pasif (PROM) atau aktif 4. Membantu klien dalam mobilisasi
2. Menjaga kekuatan otot (4) (AROM), bila diindikasikan.
3. Menjaga fleksibilitas sendi (4) dan mencegah kekakuan sendi lebih
lanjut/komplikasi
5. Ajarkan klien/keluarga bagaimana
melakukan ROM pasif/ROM aktif 5. Memandirikan klien dan keluarga.
Dukungan keluarga meningkatkan
rasa percaya diri klien
6. Berikan feed back positif karena telah 6. Meningkatkan rasa percaya diri
melakukan latihan sendi. klien
7. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
membangun dan mengelola program 7. Membantu klien dalam mobilisasi
latihan. dan mencegah kekakuan sendi lebih
lanjut/komplikasi
Behavior Modification
Perawatan khusus bagi sendi yang mengalami Arthritis didasarkan pada sendi yang
terkena. Perawatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tangan
Rendam tangan dalam cairan dan rendaman Parafin yang hangat untuk meredakan nyeri
sesuai instruksi dokter.
2. Vertebra lumbal dan sakral
Gunakan kasur (matras) atau papan tempat tidur untuk mengurangi nyeri di pagi hari.
3. Vertebra servikal
Periksa cervical collar untuk mendeteksi konstriksi
Awasi timbulnya gejala eritema pada pemakaian collar yang lama.
4. Sendi paha/pinggul
Gunakan bantalan panas untuk mengurangi nyeri
Berikan obat antispasmodik sesuai instruksi dokter.
Bantu klien dalam latihan ROM dan latihan penguatan otot dan pastikan klien
cukup istirahat dengan latihan tersebut.
Periksa penopang ketiak, tongkat, penyangga dan alat bantu berjalan agar sesuai
dan ajari cara klien menggunakan secara benar. Misalnya: klien yang mengalami
serangan pada sendi unilateral sebaiknya menggunakan alat ortopedik seperti
tongkat dan alat bantu berjalan di sisi tubuh yang normal.
Sarankan klien duduk dengan menggunakan bantalan
Menggunakan dudukan toilet yang dinaikkan
5. Sendi lutut
Bantu latihan ROM yang diprogramkan (2 kali sehari), yakni latihan untuk
menguatkan tonus otot dan latihan resistensi progresif untuk meningkatkan
kekuatan otot.
Pasang pembalut elastic atau korset jika diperlukan.
(Kowalak, Welsh&Mayer, 2012; Paramitha, 2011)
B. SELF MANAGEMENT PADA KLIEN ARTHRITIS DAN PERAN PERAWAT
Peran perawat yang paling penting dalam usaha untuk mencegah terjadinya arthritis
atau mencegah terjadinya kekambuhan atau komplikasi adalah sebagai pelaksana asuhan
keperawatan dan sebagai edukator.
1. Sebagai pelaksana/pemberi asuhan keperawatan
Sebagai pelaksana/pemberi asuhan keperawatan, perawat melakukan tindakan untuk
meredakan rasa nyeri, mempertahankan atau memperbaiki mobilitas dan meminimalkan
disabilitas, misalnya: membantu klien dalam aktivitas, terutama bagi yang menggunakan
alat bantu.
2. Sebagai edukator
Sebagai edukator, perawat berusaha memberikan pengertian dan pemahaman kepada klien
dan keluarga tentang penyakit yang diderita serta cara-cara penanganan penyakit secara
mandiri setelah klien dipulang.
1. Rencanakan istirahat yang cukup pada siang hari, sesudah latihan dan pada malam
hari.
2. Jangan melakukan aktivitas secara berlebihan.
3. Perhatikan cara berjalan dan berdiri yang benar.
4. Mengurangi aktivitas yang bertumpu pada berat badan.
5. Berhati-hati saat membungkuk atau mengangkat sesuatu.
6. Selalu mengenakan sepatu pelindung yang pas. Jangan membiarkan bagian tumit
sepatu terlalu aus karena sering dipakai.
7. Memasang alat pengaman seperti rel di rumah untuk pegangan di kamar mandi.
8. Melakukan latihan ROM selembut mungkin secara perlahan-lahan.
9. Pertahankan BB ideal untuk mengurangi regangan pada persendian.
10. Menghindari aktivitas yang menimbulkan benturan.
11. Minumlah obat secara teratur sesuai instruksi dokter. Segera laporkan bila ada efek
samping obat yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year Book
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC
Stein, J. H,. (2001). Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam,Edisi 3. Jakarta: EGC