You are on page 1of 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Artritis Rematoid (AR) adalah penyakit peradangab sistematis kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada
pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan
sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat
lelah.
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

B. ETIOLOGI
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Genetik
Sekitar 60% dari pasien dengan RA memnbawa epitope bersama dari cluster HLA-DR4
yang merupakan salah satu situs pengikatan peptida-molekul HLA-DR tertentu yang
berkaitan dengan AR
2. Lingkungan
Untuk beberapa dekade, sejumlah agen infeksi seperti organisme Mycoplasma, Epstein-
Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan AR.
3. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Rematoid
4. Gangguan Metabolisme
C. PATOFISIOLOGI
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi
paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum
diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium
edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
1. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan
kekakuan.
2. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis atritis rheumatoid sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema, dan gangguan
fungsi paada sendi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk atritis rheumatoid. Palpasi
sendi akan mengungkapkan jaringan yang lunak seperti spons dan busa. Cairan dapat
diaspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi.
Pola yang khas pada kelainan sendi ini dimulai engan sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan tangan dan kaki. Dengan semakin berlanjutnya penyakit, sendi lutut, bahu,
pinggul, siku, pergelangan kaki, vertebra servikalis, dans endi temporomandibuler. Turut
terkena. Awitan gejalanya biasanya akut, gejala biasanya bilateral dan simetris. Di samping
nyeri dan pembengkakan pada sendi, tanda klasik artritis rheumatoid yang lain adalah
kekakuan sendi, khususnya pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 30 menit.
Deformitas tangan dan kaki sering dijumpai pada artitus rheumatoid. Deformitas dpat
disebabkan oleh ketidaksejajaran ssendi (misalignment) yang terjadi akibat pembengkakan,
destruksi sendi yang progresif atau subluksasio (dislokasi parsial) yang terjadi ketika sebuah
tulang tergeser terhadap lainnya daan menghilangkan rongga sendi.
Artritis rheumatoid merupakan penyakit sistematik dengan gejala ekstra-artikuler yang
multipel. Gejalaa yang paling sering ditemukan adalah demam, oenurunan berat badan,
keadaan mudah lelah, anemia, poembesaran kelenjar limfe dan fenomena Raynaund
(vasosspasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress sehingga jari-jari menjadi pucat
atau sianosis) (Smeltzer & Bare 2001).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala-gejala meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
7. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab
AR.
8. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan
9. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
10. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
11. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 )
12. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya
6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:


1) Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2) Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3) Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah
satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4) Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5) Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6) Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7) Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8) Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9) Pengendapan cairan musin yang jelek
10) Perubahan karakteristik histologik lapisan synovia
11) gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


1) Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
2) Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
3) Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
F. PENATALAKSANAAN
Perawatan yang optimal pasien dengan artirtis rematoid membutuhkan pendekatan yang
terppadu dalam terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
1. Nonfarmakologis
1) Pendidikan kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memhami penyakit
mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.
2) Fisioterapi dan terapi fisik dimulaui untuk membantu meningkatkan dan
mempertahankan berbagai gerakan, meningktkan kekuatan otot, serta mengurangi
raasa sakit.
3) Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan sendi dan tendon
efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu mengurangu jetegangan pada sendi
dengan splints dirancang khusus, serta menghadapi kehidupan sehari-hari melalui
adaptasi kepada pasien dengan lingkungan dan pernggunan alat bantu yang berbeda.
4) Tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi.
2. Farmakologis
1) DMARDs merupakan ukuran yang paling penting dalam pengobatan sukses AR.
DMARDs dapat memperlambat ataau mencegah perkembangan kerusakan dan
hilangnya fungsi sendi. Terapi DMARD yang sukses dapat menghilangkan kebutuhan
untuk obat antiinflamasi atau analgesic lainnya. Agen Xenobiotic DMARDs
meliputi: garam emas (misalnya: aurotiomalat, auranofin, lainnya)
2) Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya digunakan pada pasien
dengan AR untuk menjembatani waktu sampai DMARDs efektif. Dosis prednisone
10 mg per hari biasanya digunakan, namun beberapa pasien mungkin memerlukan
dosis yang lebih tinggi. Pengurangan dosis tepat waktu dan penghentian obat
merupakan hal penting terkait dengan efek samping penggunaan stereoid jangka
panjang.
3) NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) sehingga mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
4) Analgesik, seperti asetaminofen/paracetamol , tramadol, kodein, opiate dan berbagai
obat analgesic lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Agen ini
tidak mengobati kerusakan bengkak dan ssendi.

You might also like