Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2
2. Anamnesis (dengan ibu pasien tanggal 8 Agustus 2017 pukul 9.15 WIB)
Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah
Keluhan Tambahan : Kuning
dempul (-), demam (-), ruam dan bintik ditubuh bayi (-), lebam (-), kejang (-),
muntah (-), perut membesar (-). Bayi mendapat ASI sejak lahir.
Riwayat Kehamilan
GPA : G4P2A1
HPHT : 2 Agustus 2017
Periksa Hamil : 7 kali (di bidan dan Puskesmas)
Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol : tidak pernah
Merokok : tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : tidak ada
Golongan darah ibu : A Rh +
Golongan darah ayah : A Rh +
Riwayat Persalinan
4
Presentasi : Kepala
Cara persalinan : SC
KPSW : tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : tidak ada
Keadaan Spesifik
5
Kepala
Lingkar kepala : 31 cm
Ubun- ubun besar : tegang, tidak menonjol, cephalhematom (-)
Mata : pupil bulat, isokor, reflex
cahaya (+/+), mata cekung (-), sklera ikterik (+),
konjungtiva anemis (-)
Telinga : bentuk normal, mikrotia (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), sekret (-)
Mulut : labioskisis (-), hipersalivasi (-)
Trauma lahir : (-)
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax : bentuk simetris, retraksi (-)
Paru-paru : bunyi nafas vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : HR: 140x/menit, BJ I-II normal, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3
Genitalia
Jenis kelamin : Perempuan
Labia minor :+
Hernia :-
Refleks Primitif
Oral :+
Moro :+
Tonic neck :+
Withdrawal :+
Plantar graps :+
Palmar graps :+
5. Diagnosis Kerja
Neonatus : Neonatus kurang bulan, sesuai masa kehamilan
Lahir : SC
Ibu : G4P2A1 hamil 32 minggu
Anak : BBLR + Hiperbilirubinemia
6. Penatalaksanaan
7
7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
8. Follow Up
Tanggal 09 Agustus 2017
S : Bayi berat lahir rendah, Kuning (+)
O: KU= Sens: CM
Aktifitas: sedang HR : 142 x/m Anemis (-) U : 7 hari
Tangis: kuat RR : 44 x/mnt Ikterik (+) kremer III R : 7 hari
R. Hisap: kuat
Suhu : 36,8oC Sianosis (-) B : 1718 gram
Dyspnea (-) C : 258 cc
KS : Kepala : Napas cuping hidung (-), Konjungtiva anemis (-), Sklera
ikterik (+)
Thorax : Simetris, retraksi, iga gambang (-)
Cor : BJ I/II (+) N, murmur(-), gallop(-)
Pulmo : Vesikuler (+) N, wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N, Hepar dan Lien tidak teraba
Fototerapi diteruskan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. BBLR
3.1.1. Definisi
BBLR (bayi berat lahir rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram.3 Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang pada saat
lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
BBLR dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:4
a. Berat bayi lahir rendah, dengan berat kurang dari 2500 gram
b. Berat bayi lahir sangat rendah, dengan berat 1000-1500 gram
c. Berat bayi lahir amat sangat rendah, dengan berat kurang dari 1000 gram.
Sejak tahun 1961, WHO mengganti istilah Premature dengan Low Birth
Weights Infants (bayi dengan berat badan lahir rendah). 2 Hal ini karena tidak
semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram merupakan bayi
prematur.Untuk mendapatkan keseragaman, pada Kongres European Perinatal
Medicine ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:3
a. Bayi kurang bulan atau preterm ialah bayi dengan kehamilan kurang dari 37
minggu (< 259 hari)
b. Bayi cukup bulan atau aterm ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari)
c. Bayi lebih bulan atau postterm ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
Berdasarkan alasan di atas, maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu prematuritas murni dan dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan
(KMK).
1. Prematuritas Murni
Prematuritas murni yaitu neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai untuk masa kehamilannya atau biasa
disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan, NKB-SMK.4
11
kelompok ibu dengan paritas rendah dihubungkan dengan faktor umur ibu
yang masih terlalu muda, dimana organ-organ reproduksi ibu belum
tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum
siap.Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah
gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan pada
rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, yang
selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya BBLR.5
b. Umur Kehamilan
Semakin pendek umur kehamilan maka pertumbuhan janin semakin
belum sempurna, baik itu organ reproduksi dan organ pernapasan oleh
karena itu mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya.Teori
Beck dan Roshental menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai
dengan masa kehamilan. Apabila bayi lahir pada umur kehamilan yang
pendek, maka berat bayi belum mencapai berat badan normal dan
pertumbuhannya belum sempurna.
c. Jarak Kehamilan
Ibu hamil dengan jarak kehamilan dari anak terkecil kurang dari 2
tahun akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Jarak kehamilan
sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu punya waktu yang singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.4
d. Riwayat Kehamilan Terdahulu
Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu memberikan
gambaran mengenai keadaan bayi yang sedang dikandungnya.Angka lahir
mati atau kejadian BBLR cenderung meningkat pada ibu-ibu yang
mempunyai riwayat kehamilan buruk. Ibu dengan riwayat obstetrik yang
buruk (BBLR, abortus, kelainan genetik, lahir mati) sebelumnya
cenderung akan berulang pada kehamilan berikutnya.3
e. Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi dari kehamilan yaitu hiperemis gravidarum,
preeklamsi dan eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta previa,
solusio plasenta, oligohidromnion, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini, anemia. Komplikasi pada kehamilan ini dapat mengganggu kesehatan
13
ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan, hal ini meningkatkan risiko
bayi dengan BBLR.
f. Rokok6
Merokok meningkatkan faktor risiko aborsi spontan, placental
disorders, kelainan kongenital, kematian janin dan BBLR. Karbon
monoksida dan nikotin adalah dua bahan kimia yang paling berpengaruh
terhadap janin dan terdapat pada rokok. CO menurunkan kemampuan
membawa oksigen yang cukup pada jaringan janin. Nikotin meningkatkan
tekanan darah janin dan menurunkan angka pernapasan, Nikotin berefek
pada sistem syaraf pusat genitalia, saluran cerna, dan sistem urinari
janin.Dampak rokok bukan hanya dirasakan pada perokok aktif tetapi juga
pada perokok pasif. Orang yang tidak merokok atau perokok pasif yang
terpapar asap rokok akan mengirup dua kali lipat racun yang dihembuskan
oleh perokok aktif.
g. Alkohol6
Konsumsi kronis alkohol dalam jumlah besar oleh ibu pada waktu
hamil menyebabkan hambatan pertumbuhan janin dan seringkali disertai
malformasi fisik dan gangguan intelektual di kemudian hari.
3.1.3 Diagnosis
Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan melakukan anamnesis untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR,
melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:3
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
14
2. Pemeriksaan Fisik5
Melakukan pemeriksaan APGAR untuk menilai kondisi umum bayi
sesaat setelah kelahiran yang dilakukan pada menit pertama dan kelima
pasca kelahiran dan untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Hal yang dinilai pada skor APGAR adalah usaha napas, warna kulit,
denyut jantung, tonus otot dan reaksi terhadap rangsang. Setiap penilaian
diberi angka 0,1,2. Dari hasi penilaian dapat diketahui apakah bayi normal
(7-10), asfiksia ringan (4-6) atau asfiksia berat (0-3).
Pada pemeriksaan fisik, diketahui dari berat badan bayi < 2500
gram. Serta dijumpai tanda-tanda prematuritas seperti tulang rawan telinga
belum terbentuk, refleks lemah, jaringan lemak bawah kulit sedikit, kulit
tipis, merah dan transparan atau terdapatnya tandatanda bayi KMK seperti
tengkorak kepala keras, gerakan cukup aktif dan tangisan cukup kuat, daya
mengisap cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
3. Pemeriksaan penunjang
15
Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk
melihat ada tidaknya sindrom gawat napas.
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan
terjadi sindrom gawat napas.
16
c. Sistem Kardiovaskuler8
17
dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan
tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
2. Pengaturan makanan/nutrisi1,2
Pemberian makanan terbaik bagi bayi adalah ASI (Air Susu Ibu).
Pemberian makanan secara dini akan mengurangi risiko hipoglikemia,
dehidrasi dan hiperbilirubinemia. Pada bayi dengan masa gestasi 32
minggu atau kurang atau berat badan kurang dari 1500 gram terlalu lemah
untuk bisa mengisap secara efektif atau tidak mempunyai refleks menelan
yang memadai, ASI dapat diberikan dengan menggunakan sonde lambung.
3. Mencegah infeksi1,2
Bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah dan sistem
imun yang belum matang menyebabkan bayi BBLR sangat rentan dengan
infeksi.Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi pada bayi seperti mencuci tangan sebelum memegang
bayi, membersihkan tempat tidur bayi, membersihkan kulit dan tali pusat
bayi.
b. Tumbuh kembang2
- Pantau berat badan bayi secara periodik
- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15%
untuk bayi dengan berat lahir <1500>
- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
20
yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang
dikandung dengan baik
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes
dari payudara yg lain.
Indikasi bayi BBLR pulang:
Suhu bayi stabil.
Toleransi minum oral baik terutama ASI.
Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus > 95% menurut
Normogram Bhutani.1,8
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum
adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit
dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Pada orang
dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2 mg/dl(>17mol/L)
sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin
>5mg/dl(86mol/L). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa
pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada
gambaran kadar bilirubin serum total.1,2
Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologik dan patologik.5
Ikterus fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
serta tidak mempunyai dasar patologi. Karakteristik ikterus fisiologik adalah:8,9
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
Ikterus Patologik
Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-
tandanya sebagai berikut:1,2,9
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
23
Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatorum dapat
dibagi:2,8
a) Produksi yang berlebihan, yang melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkan
bilirubin, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh,
ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup
dan sepsis.
b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,
gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau defisiensi
glukoronyl transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hepar.
c) Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat, sulfarazole.Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel
otak.
d) Gangguan dalam eksresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
Patofisiologi10
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi
dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain seperti
24
Manifestasi klinis
25
Pemeriksaan fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau
setelah beberapa hari.Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang
cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat
dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap.
26
Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi
sinar.
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis,
mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer.1,2 Caranya
dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol
seperti tulang hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak
pucat ataukuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut
disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat
dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.
Pemeriksaan laboratorium1,10
Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan pada
neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau
bayibayi yang tergolong risiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan
penyebab ikterus antara lain adalah golongan darah dan Coombs test, darah
lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk.
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia
bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga harus diukur untuk
menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi tukar.
Penatalaksanaan1,2,10
27
pada sel retikuloendotel dengan demikian dapat mencegah lisisnya sel darah
merah yang dilapisi oleh antibody(Cloherty et al, 2008).
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit. Dalam
perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi.
3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
4) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang
terkena cahaya dapat menyeluruh.
5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
6) Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan
hemolisis.
Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak. Pada kern ikterus, gejala klinis pada permulaan tidak jelas antara lain:
bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu,
kejang tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Bayi yang
selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan dysplasia dentalis.
29
BAB IV
ANALISIS KASUS
Anamnesis
Bayi laki-laki, lahir di VK RSMH Palembang ditolong oleh SpOG lahir
pervaginam dari ibu G1P0A0 hamil 34 minggu dengan partus prematurus,
didiagnosis dengan BBLR sebab berat badan lahir 2200 gram, panjang badan lahir
47 cm dan lingkar kepala 32 cm. Berat badan lahir 2200 gram pada usia
kehamilan 34 minggu sesuai dengan masa kehamilan menurut kurva Lubchenco.
Kemudian, pada usia 4 hari, bayi mengalami kuning. Usia bayi yang baru 4 hari
memperkuat kemungkinan ikterus bersifat fisiologis. Bayi yang langsung
menangis dengan skor APGAR 7/8 membuang kemungkinan terjadinya hipoksia
dan asfiksia perinatal yang bisa menjadi faktor risiko dalam mempertimbankan
fototerapi pada pasien. Tidak adanya faktor risiko infeksi perinatal menyingkirkan
kemungkinan ikterus akibat infeksi. Tidak adanya BAK berwarna teh tua dan
30
Pemeriksaan Fisik
Berat badan yang berkurang dari saat lahir (2200 gram menjadi 1822
gram) menunjukkan adanya penurunan berat badan lahir >810% bisa dipikirkan
kemungkinan breast feeding jaundice belum dapat disingkirkan mengingat pasien
mendapatkan ASI sejak lahir.
Bayi mengalami ikterus pada kepala, leher, umbilikus, hingga ke area
lengan dan tungkai bawah. Dapat diinterpretasi sebagai Kramer IV, dengan
estimasi bilirubin 918 mg/dL pada bayi prematur. Namun, temuan ini masih
belum dapat menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan neurologi
menunjukkan tidak adanya defisit. Penyebab lainnya seperti inkompatibilitas
golongan darah (ABO) dan rhesus dapat disingkirkan sebab hasil pemeriksaan
laboratorium terbukti tidak ada. Untuk kemungkinan penyebab hemolysis pada
pasien juga dapat disingkirkan dengan adanya hasil negatif pada uji Coombs
Direk pada pasien ini. Untuk mencari etiologi masih diperlukan pemeriksaan
penunjang tambahan seperti enzim G6PD, retikulosit, serta TSH dan screening
TORCH untuk menyingkirkan penyebabnya. Kompetensi dokter umum adalah
mampu mengenali ikterik fisiologis dan patologis kemudian merujuk pasien.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang mencerminkan Kramer
saat pemeriksaan fisik. Total bilirubin pada tanggal 21 April 2017, pukul 10.13
WIB adalah 22,13 mg/dL. Pemeriksaan ulang pada tanggal 21 April 2017, pukul
20.32 WIB menunjukkan bilirubin total sebesar 24.0 mg/dL, serta bilirubin direk
yang hanya 1,66 mg/dL, dibandingkan dengan bilirubin indirek yang sebanyak
22,34 mg/dL. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya konyugasi bilirubin oleh
hepar. Dilakkan pemeriksaan CRP kuantitatif untuk menyingkirkan penyebab
infeksi, didapatkan hasil CRP kuantitatif < 5 mg/L menandakan tidak adanya
infeksi pada pasien.
31
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Kasus
Oleh:
Dosen Pembimbing:
2017
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 10
April19 Juni 2017.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini.
Berat bayi lahir rendah merupakan masalah neonatologi yang sering
ditemui di klinik sehari-hari, dengan prevalensi mencapai 9%. Di samping itu,
bayi dengan berat lahir rendah juga cenderung berisiko mengalami
hiperbilirubinemia, biasanya akibat ikterus fisiologik. Penulis mencoba
memaparkan sebuah kasus BBLR dengan hiperbilirubinemia yang ditemukan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis sangat berharap tulisan ini dapat menambah wawasan pembaca.
Penulis menginginkan agar pembaca dapat memberikan kritik membangun serta
saran agar penulis dapat membuat tulisan yang lebih baik lagi.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Lembar pengesahan ii
Daftar is iv
Bab 1 Pendahuluan 1
Daftar Pustaka 33