You are on page 1of 13

http://fridarohmasulaeman.blogspot.co.id/2016/04/aset-tidak-berwujud_11.

html aset tdk brwujud


http://alindamartha.blogspot.co.id/2011/05/chapter-9-akun-internasional-2.html
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.co.id/2008/02/perlakuan-goodwill.html (penting)
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.co.id/2008/02/perlakuan-goodwill.html
(lumayan)
http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=33890 (tanya jawab)
https://allinpajak.wordpress.com/2013/05/23/cara-menilai-goodwill-dan-membukukannya-january-
16-2006/ (pertanyaan2)
https://www.akuntansionline.id/perlakuan-goodwill-dalam-akuntansi/ (dasar2)
http://sitimakhfidah.blogspot.co.id/2014/10/akeuangan-lanjutan-1-akuntansi.html (menarik)

http://www.proweb.co.id/articles/manajemen/goodwill_akuntansi.html baru
Penanya :
Ruth Jelita Silaban
Pertanyaan :
Selamat pagi, Pak/ Bu. terdapat beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan:

Apakah pengakuan dan pengukuran aset lain-lain yang terdiri dari Aset Tak Berwujud, Kemitraan
dengan Pihak Ketiga, TGR/TPA/TP, dan Aset lainnya pada Pemerintah Pusat sama dengan
pengaturan pengakuan dan pengukuran aset lain-lain pada Permendagri 64 tahun 2013 pada
Pemerintah Daerah?
Saya masih bingung mengenai contoh nyata Aset tak Berwujud pada Pemerintah Pusat. Apa saja
contoh Goodwill, Hak CIpta/ Paten, Royalti, Software, Lisensi, Hasil Penelitian/ Kajian, Aset tak
berwujud lainnya, Aset tak berwujud dalam pengerjaan yang ada pada LKPP saat ini yah? Terima
kasih.
Jawaban :
1. Terima kasih atas pertanyaannya. Pertama, yang merupakan Kelompok Akun adalah Kelompok
Aset Lainnya, bukan Aset Lain-Lain (Akun).
Mengingat Permendagri 64 Tahun 2013 (LKPD Akrual pada Pemda) merupakan turunan dari PP 71
Tahun 2010 (SAP), maka Pengakuan dan Pengukuran Aset Lainnya adalah sama antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah, yakni secara umum: memiliki manfaat masa depan, dapat diukur
dengan andal menggunakan nilai perolehan maupun nilai wajar, serta diterima kepemilikannya dan
atau kepenguasaannya berpindah. Pengakuan dan pengukuran ini kemudian dijelaskan lebih rinci
terkait karakteristik masing-masing aset lainnya.
Referensi:
PSAP 01: Penyajian Lap. Keuangan;
Bultek SAP 01, Bab VII: Aset Lainnya;
Bultek SAP 02, Bab VIII: Aset Lainnya;
Bultek SAP 11: Aset Tidak Berwujud;
Permendagri 64 Tahun 2013, Lampiran I: Kebijakan Akuntansi).

2. Merujuk LKPP Tahun 2012 (Audited), pada CALK disebutkan bahwa Aset Tak Berwujud merupakan
aset yang berupa software dan hak paten yang berada di KL dan tidak dirinci lebih lanjut. Namun
apabila merujuk kepada Laporan Keuangan masing-masing K/L, maka akan terlihat rinciannya,
seperti pada LIPI, yakni Hak Kekayaan Intelektual berupa Kajian Implementasi Integrated Farming
System sebagai contohnya. Atau kalau di DJPB, ada SPAN dan SAKTI sebagai contoh. Hak Cipta bisa
jadi ditemukan di Kemenristek seperti Hak Cipta Penggunaan Chip Robotik.
Yang perlu diperhatikan disini, ATB diakui ketika memenuhi kriteria dapat diidentifikasi, dikendalikan
dan memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Lebih jelasnya terkait Aset Tidak Berwujud
beserta Akuntansi dan Ilustrasinya, silahkan membuka Bultek SAP 11: Aset Tidak Berwujud. Selamat
Membaca dan Mendalami! Terima kasih.

Apakah GOODWILL bisa dibukukan? Bagamaina Cara Menilai GOODWILL.? Apakah ada implikasi
perpajakan?
Bagaimana cara Restructuring Saldo Laba Ditahan yg negatif? Apakah ada implikasi perpajakan?
Terima Kasih, Alan
Jawaban
Menurut PSAK Nomor 19 (revisi 2000) angka 30, GOODWILL tidak boleh diakui sebagai aktiva,
dengan demikian GOODWILL tidak boleh dibukukan sebagai aktiva tak berwujud.
Cara menilai goodwill adalah dengan membandingkan nilai aktiva bersih /net equity dengan
nilai pasar perusahaan.
Karena goodwill tidak dicatat dalam pembukuan perusahaan (sebagai aktiva tak berwujud), maka
tidak ada implikasi perpajakannya (misalnya dalam bentuk amortisasi yng akan dibebankan ke biaya
perusahaan).
Menurut angka 02 PSAK Nomor 51 (revisi 2003) Kuasi reorganisasi merupakan prosedur
akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi equitasnya dengan menghilangkan deficit
dan menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya. Dengan demikian diharapkan perusahaan bisa
meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah mulai dari awal yang baik (fresh start) dengan
neraca yang menunjukkan nilai sekarang dan tanpa dibebani deficit..
Karena prosedurnya dengan melakukan penilaian kembali seluruh aktiva dan kewajiban perusahaan,
maka akan ada implilasi perpajakannya berupa PPh terutang (tariff 10% dan bersifat final) atas
selisih lebih revaluasi aktiva tetap perusahaan sebagaimana diatur dalam ketentuan Kep.Men.Keu
Nomor 486/KMK.03/2002 Tgl. 28 Nov. 2002 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan.
Demikian penjelasan kami.
PERLAKUAN GOODWILL
Goodwill masuk ke dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset), goodwill
merupakan Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian goodwill termasuk
yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung. Di artikel ini akan dibahas mengenai Goodwill dari
perolehan hingga amortisasi dan penghapusannya. Termasuk kontroversi peniadaan amortisasi
goodwill oleh FASB & IAS sejak 01 Januari 2005.
Dari sekian lama perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep mengenai goodwill mengalami
perubahan demi perubahan. Di awal-awal, goodwill dianggap sebagai nilai lebih dari suatu
perusahaan di mata customer-nya, belakangan konsep mengenai goodwill semakin berkembang,
dimana banyak pelaku bisnis dan accountant menganggap bahwa goodwill merupakan hasil dari
kemampuan perusahaan memperoleh laba dari investor.
Perolehan Goodwill
Dari perspektif akuntansi, goodwill hanya akan muncul pada buku apabila perusahaan membeli
perusahaan lain, dimana perusahaan membayar lebih besar dari kekayaan bersih yang bisa
diidentifikasi atas perusahaan yang dibelinya.
Pengukuran Goodwill
Bagaimana mengukur goodwill ? Begitu banyak metode yang dipakai dalam menentukan goodwill,
dimana masing-masing metode masih mengalami pro dan kontra, yang pada akhirnya membuat
goodwill sungguh menjadi materi akuntansi yang sulit untuk dipahami. Saya tidak akan mengajak
anda berpusing-pusing, atau membuat anda bingung. Artikel ini dimaksudkan untuk dapat mehamai
akuntansi dengan cara yang mudah dan dapat diaplikasikan. Dengan pemahaman sederhana ini,
anda yang tidak memiliki background accountingpun saya yakin pasti bisa memahaminya.
Berikut adalah sebuah contoh sederhananya :
PT. Royal Bali Cemerlang, adalah perusahaan exporter kerang mutiara. Karena meningkatknya order
atas kerang mutiara, PT Royal Bali Cemerlang mengalami kesulitan supply, satu-satunya supplier
kerang mutiara terbesar dari Jayapura, yaitu PT. Jarang Untung, secara terus menerus melakukan
kenaikan harga atas supply-nya. Dominasi PT. Jarang Untung atas supply kerang mutiara menjadi
kesulitan tersendiri bagi PT. Royal Bali. Berdasarkan hasil rapat pemegang saham tanggal 31 Januari
2007 PT. Royal Bali Cemerlang memutuskan untuk membeli PT. Jarang Untung seharga Rp 6,000,000
secara tunai. Sebelum pembelian dilakukan neraca masing-masing perusahaan adalah sebagai
berikut :
NERACA PT. JARANG UNTUNG, Per 31 januari 2007
NERACA PT. ROYAL BALI CEMERLANG, Per 31 Januari 2007

Pertanyaan-nya :
(-) Apakah ada goodwill yang bisa diakui ?
(-) Jika ada berapa besarnya goodwill ?
(-) Bagaimana menjurnalnya ?
Mulai dengan mentukan kekayaan bersihnya (net asset) dengan persamaan :
Net Asset = Total Asset Liability
Net Asset = 6,750,000 1,000,000
Net Asset = 5,750,000
Merujuk batasan pengakuan atas goodwill diatas, dimana goodwill merupakan selisih antara Harga
beli dengan Nilai kekayaan bersih (net asset) yang dapat diidentifikasi atas perusahaan yang dibeli,
maka besarnya goodwill dapat kita tentukan :
Goodwill = Harga Beli Net Asset
Goodwill = 6,000,000 5,750,000
Goodwill = 250,000
Dicatat dengan jurnal :

Selanjutnya, kita akan memperoleh NERACA GABUNGAN setelah merger dilakukan, akan nampak
sebagai berikut :

Amortisasi Goodwill
Di Indonesia, Goodwill diamortisasi selama 5 (lima) tahun. Adapun metode amortisasi yang dipakai
adalah Metode Garis Lurus (straight Line Method). Maka JADWAL PENYUSUTAN nya dapat kita buat
sebagai berikut :
31 Des 2007 = (250,000 : 5) x 11/12 = 50,000 X 11/12 = 45,833
31 Des 2008 = (250,000 : 5) x 12/12 = 50,000
31 Des 2009 = 50,000
31 Des 2010 = 50,000
31 Des 2011 = 50,000
31 Des 2012 = 4,167
Setiap tanggal 31 Desember, amortisasi goodwill dibebankan ke dalam Laba Rugi perusahaan
sekaligus mengurangi nilai buku goodwill di neraca, dengan jurnal :
31 Desember 2007 :
(Debit) Amortisasi Goodwill = 45,833
(Credit) Akumulasi Amortisasi Goodwill = 45,833
dan seterusnya.
Catatan : Pada neraca, akumulasi amortisasi goodwill dan intangible asset lainnya, biasanya tidak
dicantumkan, melainkan hanya dicantumkan sebesar nilai bukunya (nilai perolehan dikurangi
akumulasi amortisasinya) saja.
Penghapusan (writte-off) Goodwill
Bagaimana jika sebelum tahun 2012, kerang mutiara di Perairan Arapura sudah tidak ada lagi.
Sehingga manajemen PT. Royal Bali Cemerlang menggap bahwa dominasi PT. Jarang Untung dalam
supply kerang mutiara sudah tidak memberi nilai manfaat lebih lagi ?. Dalam kondisi seperti
demikian, perusahaan boleh saja menghapuskan (melakukan write-off) Sisa Nilai Buku Goodwill
tersebut secara sekaligus, dengan jurnal :
(Debit) Amortisasi Goodwill = Nilai Buku pada saat dihapuskan
(Credit) Akumulasi Amortisasi = Nilai buku pada saat dihapuskan
Penurunan (writte-down Goodwill)
Writte-down dilakukan apabila kontribusi manfaat yang ditimbulkan oleh Goodwill yang sudah
diakui mulai menurun. Jurnal writte-down atas Goodwill sama saja dengan writte-off, hanya saja
yang dijurnal hanya sebesar penurunan nilainya saja, tidak seluruhnya.
Catatan : writte-off maupun writte-down dilakukan setelah dilakukan revaluasi oleh badan appraisal
independent tentunya. Dari hasil rekomendasi appraisal tersebutlah besarnya nilai goodwill yang
perlu di writte-off dapat ditentukan.
Tips : Bagi perusahaan yang mengakui adanya goodwill, sebaiknya melakukan pengujian atas nilai
goodwill secara berkala tentunya melalui appraisal independent, sehingga dapat diketahui nilai yang
appropriate atas goodwill yang sudah diakui. Hal ini penting, mengingat goodwill yang kita akui
nilainya sungguh sulit untuk kita identifikasi, sungguh-sungguh abstract. Writte Kita berkaca dari
kasus merger AOL dengan Times Warner, mereka terpaksa harus mengkui bahwa Goodwill yang
dibayar oleh para investornya terlalu tinggi, sehingga AOL-Time Warner dengan terpaksa harus
melaukan Write-off atas Goodwill-nya. Tentu permasalahannya tidak sesederhana jurnal
penghapusan goodwill itu sendiri, melainkan masalah pengambilan keputusan merger yang kurang
akurat, dan kredibilitas organisasi yang diragukan accuracy-nya.
Goodwill Negatif
Negative Goodwill adalah lawan dari Goodwill, entah kenapa ini lebih dikenal sebagai goodwill
negative dibandingkan dengan BADWILL. Goodwill negative terjadi apabila suatu perusahaan dibeli
oleh perusahaan lain lebih rendah dari net asset-nya. Dengan contoh perhitungan dan pengakuan
goodwill di atas, saya yakin anda sudah bisa menghitung goodwill negative. Therefore, saya tidak
perlu membahasnya lagi.
Amortisasi Goodwill Tidak Diijinkan Lagi
Sejak tahun 1970-an, sebenarnya amortisasi goodwill adalah sebuah kontroversi, antara dihapuskan
dengan tidak dihapuskan. Pada tanggal 01 Januari 2005, FASB mengeluarkan konsesi untuk tidak
memperkenaankan melakukan amortisasi atas goodwill. Amortisasi Goodwill juga dilarang oleh
International Accounting Standard (IAS). Goodwill hanya boleh diperlakukan dengan pendekatan
Impairment.
Mengenai Goodwill negative maupun Impairment, mungkin next time kita bahas juga, tetapi
tergantung banyak sedikitnya peminat saja. Dari hasil analisa google analytic, sejauh ini saya jarang
melihat ada search quiries mengenai Impairment Goodwill, tetapi jika ada yang berminat, silahkan e-
mail saya.
Mengapa perhitungan akuntansi untuk goodwill menjadi permasalahan internasioanal yang penting
?
Jawaban:
Karena ada berbagai praktek untuk menghitung goodwill yang timbul dari konsolidasi anak
perusahaan di seluruh dunia. Survey dunia menunjukkan pada perusahaan besar menunjukkan pada
praktek mayoritas (59%) adalah memperlakukan goodwill sebagai aset amortisasi. Sebesar 30%
mengadopsi metode langsung terhadap cadangan. Hanya 11% saldo goodwill secara permanen
sebagai aset.

Goodwill suatu perusahaan terjadi sebagai akibat dari adanya hubungan baik, manajemen yang
sistematis dan efisien, pemilihan tempat penjualan strategis, pemasangan iklan yang tepat dan
menarik para konsumen, pemilihan bahan dasar yang tepat, baik dan murah, hasil produksi baik,
memenuhi selera konsumen dan harga murah, pelayan perusahaan yang menarik para pembeli dan
lain-lain, sedemikian rupa sehingga perusahaan bisa menarik laba banyak. Perusahaan yang memiliki
Goodwill dapat dipindah-tangankan dengan harga yang tinggi, memperoleh untung banyak, dan
sahamnya dapat dijual dengan harga yang tinggi pula pada bursa saham. Goodwill adalah salah satu
dari unsur urusan perusahaan, termasuk dalam kelompok benda bergerak tak bertubuh yang
bersifat immaterial, disebabkan karena :

1. Adanya hubungan timbal balik yang baik antara perusahaan dan langganan, di mana
konsumen selalu menghendaki barang hasil perusahaan, dan perusahaan menghendaki
memberi pelayanan yang baik kepada para konsumen.
2. Adanya prospek perkembangan operasionil menyenangkan pada masa mendatang, misalnya
dari hasil barang perusahaan itu sangat dan selalu dibutuhkan oleh orang, dan dengan
bertambahnya penduduk yang semakin lama bertambah, maka kebutuhan terhadap barang
produksi perusahaan makin bertambah pula.
Adanya Goodwill akan mengakibatkan laba dalam neraca, meningkatnya harga saham di atas harga
nominal di bursa saham. Goodwill merupakan hak subjektif yang bersenyawa dengan urusan
perusahaan, jadi tidak bisa dipindahtangankan begitu saja atau secara tersendiri, terpisah dengan
urusan perusahaan. Apabila seseorang ingin menjual Goodwill, maka urusan perusahaanya pun
harus dijual juga kepada pembeli yang sama.
Goodwill hanya ada pada perusahaan yang mendapat laba. Perusahaan yang baru didirikan atau
perusahaan yang tidak mendapat untung, maka pada perusahaan itu tidak ada Goodwill
Terjadinya Goodwill dapat disebabkan :
1) Hubungan baik antara perusahaan dan para konsumen..
2) Manajemen perusahaan yang baik, sistematis dan efisien.
3) Tempat perusahaan atau penjualan yang strategis.
4) Iklan yang tepat dan menarik para konsumen.
5) Hasil produksi yang bermutu tinggi, memenuhi selera konsumen dengan harga yang layak.
6) Pelayanan dari staff atau karyawan perusahaan yang menarik dan memuaskan
konsumen,sedemikian rupa sehingga perusahaan bisa menarik banyak laba.

Adanya Goodwill akan mengakibatkan :


a) Laba dalam balance,
b) Meningkatnya harga saham di atas harga nominal di bursa perniagaan.
Goodwill merupakan hak subjektif yang bersenyawa dengan urusan perusahaan, jadi tidak bisa
dipindahtangankan begitu saja atau secara tersendiri, terpisah dengan urusan perusahaan. Apabila
seseorang mau menjual goodwill, maka urusan perusahaanya-pun harus dijual juga kepada pembeli
yang sama.
Goodwill hanya-ada pada perusahaan yang mendapat laba. Perusahaan yang baru didirikan atau
perusahaan yang tidak mendapat untung [rugi], maka Goodwill-nya tidak ada pada perusahaan itu
Perlukah Goodwill Diamortisasi?
Iseng-iseng membaca materi World Standard-Setters Meeting yang akan diadakan minggu depan.
Jadi tertarik bahan di halaman 6 materi tersebut (mungkin lebih baik anda baca dulu). Entah
bagaimana ceritanya, akan ada diskusi yang membahas bahwa goodwill akan diamortisasi (Lah,
bukannya IFRS yang baru goodwill udah nggak perlu diamortisasi, kenapa balik lagi? Cape deh).

Apakah sebetulnya goodwill itu, dan perlukah goodwill diamortisasi? Mari kita analisis bersama.
Sebelum masuk ke pembahasan utama, berikut penjelasan ringannya. Buat yang belum tahu,
goodwill itu kasarannya semacam kelebihan bayar ketika membeli entitas baru. Kenapa kok
dikatakan kelebihan bayar? Karena harga entitas yang dibeli itu melebihi nilai tercatat entitasnya.
Rugi dong? Nah, kalo yang dibeli cuma aset aja, ya istilahnya rugi deh. Tapi, karena yang dibeli ini
satu entitas, dapat dianggap kita membayar lebih itu karena entitasnya menguntungkan. Ibaratnya,
kalo ada kuda balap yang mahal, biasanya kuda itu kuda hitam, kuda juara (bener nggak ni
istilahnya?). Jadi, ketika membeli entitas yang mahal (harga beli lebih tinggi dari nilai tercatat entitas
tersebut), dunia akuntansi menganggap kelebihan bayar itu merupakan goodwill. Goodwill ini
mencerminkan kemampuan menghasilkan laba lebih, yang didapat dari entitas yang dibeli itu. Nah,
mari kita mulai pembahasan seriusnya.

IAS 38 paragraf 11 menyatakan bahwa,


The definition of an intangible asset requires an intangible asset to be identifiable to distinguish it
from goodwill. Goodwill recognised in a business combination is an asset representing the future
economic benefits arising from other assets acquired in a business combination that are not
individually identified and separately recognised. The future economic benefits may result from
synergy between the identifiable assets acquired or from assets that, individually, do not qualify for
recognition in the financial statements.

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa goodwill didefinisikan sebagai aset yang merepresentasikan
manfaat ekonomik masa depan yang muncul dari aset-aset lain yang diperoleh dari proses kombinasi
bisnis, yang mana aset-aset tersebut tidak diidentifikasi dan diakui secara terpisah.
Jika dikaitkan dengan definisi di paragraf 53, dalam Framework for Preparation and Presentation
Financial Statements. Manfaat ekonomik masa depan adalah,
The future economic benefit embodied in an asset is the potential to contribute, directly or indirectly,
to the flow of cash and cash equivalents to the entity. The potential may be a productive one that is
part of the operating activities of the entity. It may also take the form of convertibility into cash or
cash equivalents or a capability to reduce cash outflows, such as when an alternative manufacturing
process lowers the costs of production.

Jika dikaitkan dengan definisi di atas, goodwill dapat diintepretasikan sebagai, daya melaba lebih
(excess earning power). Sehingga, dapat dikatakan bahwa kos dari goodwill yang melekat pada harga
beli entitas yang sudah beroperasi, sesungguhnya merupakan nilai kini atau nilai diskontoan dari
daya melaba lebih yang dapat dihasilkan.

Berdasar kondisi ini, goodwill yang mengandung manfaat ekonomik masa depan, dapat
diintepretasikan akan digunakan untuk menghasilkan daya melaba lebih di masa depan. Namun,
karena kemampuan entitas untuk menghasilkan laba di masa depan pada dasarnya tak dapat
ditentukan secara pasti, dapat dikatakan bahwa goodwill memiliki manfaat eknomik masa depan
yang taktentu (indefinite). Hal ini menyebabkan goodwill tidak dapat (bukan tidak perlu)
diamortisasi. Kenapa?

Secara konsep, amortisasi/depresiasi dapat dilakukan untuk aset yang pemanfaatan dayanya
(pembebanan kos menjadi biaya) jelas setiap periode akuntansi. Misalnya, Gedung dapat digunakan
selama 10 tahun, yang mana pemanfaatan selama 10 tahun ini diasumsikan merata. Sehingga,
pemanfaatan daya (kos) yang dilakukan atas gedung tersebut rata selama 10 tahun. Dalam kata lain,
setiap tahunnya entitas membebankan kos menjadi biaya, karena kos tersebut telah dimanfaatkan.
Untuk goodwill, apakah pemanfaatan goodwill ini dapat ditentukan? Seberapa besar pemanfaatan
daya goodwill yang dilakukan setiap tahun? Seberapa lama goodwill ini dapat dimanfaatkan
dayanya? Jika kembali ke definisi goodwill, daya melaba dari goodwill bergantung pada kemampuan
entitas mengelolanya. Dalam arti lain, taktentu. Untuk lebih lengkap, baca di sini.

Nah, perlakuan akuntansi untuk goodwill di IFRS yang saat ini ada, menurut saya sudah tepat. Sama
seperti aset takberwujud dengan masa manfaat yang taktentu, goodwill tidak perlu diamortisasi,
cukup diuji jika ada indikasi penurunan nilai. Secara konsep, ini lebih mencerminkan sifat goodwill,
dan dalam laporan keuangan pun akan mencerminkan apa itu goodwill dan kejadian ekonomik apa
yang terjadi pada goodwill (bukankah laporan keuangan itu menceritakan kejadian ekonomik). Nah,
karena goodwill itu tidak teridentifikasi, pengujian penurunan nilai dilakukan atas sekelompok unit
penghasil kas (goodwill yang mencerminkan daya melaba lebih dianggap melekat dalam unit
penghasil kas).
Bagaimana jika goodwill diamortisasi dan diatur dalam standar akuntansi? Misalnya diamortisasi
selama sepuluh tahun, atau bisa kurang dari itu jika ada judgement dari manajemen.

Jawabannya, apa dasar bahwa daya melaba dari goodwill itu sepuluh tahun? Apa asumsinya
(biasanya justifikasi dunia akuntansi kan asumsi). Apakah sepuluh tahun (atau kurang) ini
mencerminkan konsep dilakukannya amortisasi/depresiasi atas aset? Bukannya konsep depresiasi
adalah menceritakan kejadian pemanfaatan daya yang terkandung dalam aset pada suatu periode
akuntansi (the process of charging cost into expense). Bahwa proses pemanfaatan daya dalam
kegiatan usaha ini mencerminkan pemanfaatan secara normal dan harusnya memiliki dasar
konseptual yang kuat.

Mengapa suatu standar akuntansi yang sejauh ini menjadi idola baru karena principle based,
mengatur suatu hal yang sifat pengaturannya malah rule based. Kembalinya goodwill diamortisasi
malah membuat seakan-akan penyusunan standar IFRS sebetulnya tidak mendasarkan pada prinsip,
apalagi konsep aset, konsep cost, konsep expired cost (mari dicari tahu).

IASB sedang galau kali ya? Tapi, bisa jadi juga analisis saya yang salah. Apa sih kebenaran abadi itu?
Hehehehe
Sebagai penutup, berikut kutipan sebuah lelucon,
Theory is when one knows everything but nothing works. Practice is when everything works but
nobody knows why. In our lab, theory and practice go hand in hand: nothing works and nobody
knows why.
Seharusnya, IFRS dapat menjadi standar yang berterima global dan setiap akuntan mengerti kenapa.
Bukannya menjadi standar yang susah diterapkan, banyak judgement, dan nggak ada yang ngerti
kenapa pengaturannya seperti itu.
Jika ada opini lain, silakan dibahas di sini. Apapun hasil dari IASB nanti, mau nggak mau itu akan
diterapkan. Itu tidak masalah, yang penting happy.

You might also like