You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelahmelahirkan. Masa nifas dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu sluran reproduksi kembali keadaan
tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu
melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan watuk 6-12 minggu.
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara omprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi omplikasi pada ibu maupun
bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, dan cara manfaat menyusui, pemberian imunisasi
serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencan.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
C. Pembagian Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga yaitu.
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untu pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi.

D. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu. Dalam masa tersebut pasti ibu akan merasakan berbagai
macam perubahan. Disini akan disebutkan secara detail perubahan-
perubahan yang akan terjadi pada masa tersebut. Ada berbagai macam
perubahan yang dialami seorang ibu pasca persalinan. Termasuk dalam
pemulihan seperti sebelum hamil. berikut berbagai macam perubahan yang
normal terjadi
1. Perubahan sistem reproduksi
Salama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat
genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai
berikut.
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal
ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
4) Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya
kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum adalah sebagai berikut:
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Diameter
Uterus Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 12,5 cm
gram
7 hari (minggu Pertengahan pusat dan 500 7,5 cm
1) simpisis gram
14 hari Tidak teraba 350 5 cm
(minggu 2) gram
6 minggu Normal 60 2,5 cm
gram

b. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia
dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.
Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 Merah Terdiri dari sel
hari kehitaman desidua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan sisa
darah
Sanguilenta 3-7 Putih Sisa darah bercampur
hari bercampur lendir
merah
Serosa 7-14 Kekuningan/ Lebih sedikit darah
hari kecoklatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
plasenta
Alba >14 Putih Mengandung
hari leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum
dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
c. Vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil
dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat
terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan
indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir
puerperium dengan latihan harian.

E. Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa


hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain :
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua
hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
3 PengosonganUsus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah
atau obat yang lain
F. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh


pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah placenta
dilahirkan.
Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang
pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena
ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.
Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minngu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat plastic kulit dan distensi yang
belangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta
otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan untuk melakukan
latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat
fisioterapi.

G. Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius.
Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin
terjadi infeksi pada klien.(Siti saleha,2009)
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali
per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

H. Perubahan Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk


menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh placenta
dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen menyebabkan
dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selam masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine. Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada
persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada
persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri
dari volume darah dan kadar Hmt (Haematokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban
pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien
dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari post
partum.

I. Perawatan Masa Nifas

1. Kebersihan Diri
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh
Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
b) Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
c) Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari
menyentuh luka.
2. Istirahat
a) Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b) Kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan
c) Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
d) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
e) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
f) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
g) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
3. Gizi
Ibu menyusui harus:
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali
menyusui).
d) Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
4. Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah
dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar,
bersih, dan siap untuk minum.
Tanda ASI cukup
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya
jernih sampai kuning muda.
b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan "berbiji."
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun
dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda
baik.
d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
e) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
f) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali
bayi mulai menyusu.
g) Bayi bertambah berat badannya.

J. METODE VARNEY

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadikan tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada
pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu
pada masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana (Depkes
Ri, 1999).
Asuhan pada ibu nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 mingggu setelah kelahiran. Tujuan dari asuhan
masa nifas adalah untuk memberikan asuhan yang adekuatdan terstandar pada
ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama
kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
Tujuh langkah manajemen menurut Helen Varney
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
A. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien :
a) Nama klien
Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain ( Sastrawinata, 1983 : 154).
b) Umur
Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan.
d) Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
e) Suku atau bangsa
Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, Hipertensi
Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa
nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya.
4. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah beberapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status
yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
5. Riwayat obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinann yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Untuk
mengetahui proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak bisa berpengaruh pada masa nifas.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas.
7. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas.
8. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
9. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
pada masa nifas.
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.

b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi meliputi kebiasaan
buang air besar dan buang air kecil meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur.
d) Personal hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia karena pada masa
nifas masih mengeluarkan lochea.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi
sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian
alalt-alat reproduksi.
B. Data Obyektif
1. Vital sign
Untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang
dialaminya.
a) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi,yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan,
selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur
yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada
umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali
normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38 derajat celcius
adalh mengarah ke tanda-tanda infeksi.
b) Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 kali per menit. Denyut nadi di
atas 100 kali per menit pada masa nifas mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan. Dan pernafasan harus berada dalam
rentang normal yaitu sekitar 20-30 kali per menit.
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit yang
menyertai dalam 2 bulan pengobatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a. Muka : kelopak mata: ada atau tidak, konjungtiva
:merah muda atau pucat, sklera :putih atau tidak.
b. Mulut dan gigi : lidah bersih, gigi: ada karies atau tidak.
c. Leher
Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak.
Kelenjar getah bening ada pembesaran atau tidak.
d. Dada
Jantung : irama jantung teratur, paru-paru : ada ronchi
dan wheezing atau tidak.
e. Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau
tidak, pengeluaran kolostrum ( Mochtar, 1990).
f. Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang: normal atau tidak.apabila
ditemukan lordosis berarti tidak normal.
g. Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah
SC atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak.
Pembesaran lien (liver ) ada atau tidak ada.
h. Uterus
Untuk mengetahui beberapa TFU, bagaimana kontraksi
uterus, konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas
normal TFU 2 jari dibawah pusat kontraksinya baik
konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
i. Pengeluaran lochea
j. Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensinya
lochea pada umumnya ada kelainan atau tidak. Pada ibu
nifas yang normal 1 hari post partum lochea warna
merah jumlah +50 cc, bau dan konsistensi encer (
Mochtar, 1998).
k. Perineum
Untuk mengetahui apakah dalam perinium ada bekas
jaitan atau tidak.
l. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau
tidak.
m. Extremitas atas dan bawah
Edema ada atau tidak
Varices ada atau tidak
Reflek patella
Kekakuan otot dan sendi ada atau tidak

II. Intepretasi Data


Mengidentifikasikan diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
a. Diagnosa kebidanan
Dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup,
umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi:
Data subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus
atau tidak. Keterangan tentang Umur ibu, keteranganibu tentang
keluhan.
Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
Data dasar meliputi:
Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa
Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
III. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian, masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
IV. Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Biasanya
Pada nifas normal tidak dilakukan kolaborasi dengan DSOG atau tim
kesehatan lain.
V. Perencanaan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh dan
rasional pada nifas normal meliputi :
1. Terapi dan asuhan
2. Pendidikan dan kesehatan
3. Konseling
4. Kolaborasi ( bila diperlukan )
5. Rujukan (bila diperlukan)
6. Tindak lanjut
VI. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman.
VII. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana.

K. METODE SOAP

Menurut Thomas (1994 cit. Muslihatun, dkk, 2009), dokumentasi


adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, dan respon pasien terhadap semua asuran yang
yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai
asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya
tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang
pasien sesuai langka-langka manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan
dengan SOAP.

Uraian dari metode SOAP adalah:


S : adalah data Subyektif
O : adalah data Obyektif
A : adalah analysis / assessment
P : adalah planning

Uraian diatas merupan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,


dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S = DATA SUBYEKTIF
Data subyektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langka pertama adalah pengajian
data, terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif
ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang psien. Ekspresi
pasien mengenai kehawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis.
O = DATA OBYEKTIF
Data obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain. Catatan medik dan infomasi dari keluarga atau orang
lain dapat di masukan dalam data obyektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.
A = ANALYSIS ATAU ASSESSMENT
Analysis atau Assessment (A), merupaan pendokumentasian hasil
analysis dan interpetasi (kesimpulan) dari data subyektif dan data
obyektif. Dalam pendoumentasian manajemen kebidanan. Karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
di temukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif,
maka proses pengkajian data akan terjadi sangat dinamis.
Analysis atau assessment merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langka kedua, ketiga, dan keempat
sehingga mens cakup hal-hal berikut ini diagnosis / masalah
kebidanan, diagnosis / masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi
menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
P = PLANNING
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan dating. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya ondisi
pasien seoptimal mukin dan mempertahanan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin
dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan
harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai
dengan hasil olaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Pelasanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.
Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation / evaluasi,
yaitu tafsiran dari effek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektifitas asuhan / hasil pelaksanaan tindaan. Evaluasi berisi analisis
hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindaan /
asuhan. Jika kriteria tujuan tida tercapai, proses evaluasi ini dapat
menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga
tercapai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3575/1/obstetri-tmhanafiah.pdf
source gambar: http://muhibalangan.blogspot.com

You might also like