You are on page 1of 2

Dokter Heli dan Adopsinya di Dunia Kedokteran Indonesia

Dokter heli adalah inovasi terbaru di dunia kedokteran Jepang dalam


segi penyelamatan darurat bagi pasien. Hal ini digagas pada tahun 1999 oleh
Rumah Sakit Tokai University yang langsung diujicobakan oleh rumah sakit
tersebut. Dokter heli sendiri merupakan sebuah helikopter yang ditumpangi
dokter dan perawat dengan peralatan penyelamatan darurat medis. Helikopter
ini memungkinkan tim medis untuk melakukan perawatan darurat di tempat
kejadian dan alat transportasi menuju rumah sakit terdekat. Dibandingkan
dengan mobil ambulan yang sudah dipakai secara umum di rumah sakit-rumah
sakit di Indonesia, dokter heli ini memiliki kelebihan tersendiri.

Kelebihan dari dokter heli antara lain tim medis dapat memulai
pengobatannya di tempat kejadian, hasilnya angka harapan hidup dan kondisi
prognostik pasien darurat meningkat serta memperpendek masa pascaoperasi.
Selain itu, memperkecil kerugian waktu karena kedatangan yang cepat ke
lokasi pasien dan cepat transportasi ke pusat medis yang sesuai (dapat lepas
landas hanya dalam waktu 3 hingga 5 menit setelah panggilan dan 30 detik
untuk restart mesin) . Yang tak kalah penting adalah kemampuan untuk
menyediakan perawatan medis darurat di daerah terpencil dan pulau-pulau
terisolasi yang tidak didapatkan oleh alat transportasi mobil ambulan.

Kelebihan lain dari pengoperasian dokter heli adalah sangat kecilnya


kemungkinan terjadinya kecelakaan saat beroperasi, ruang yang luas dan minim
getar dengan sistem EMS interrior, kebisingan terendah di kelasnya, serta
perawatan yang murah karena heli ini tidak memerlukan pemeliharaan utama
selain pemeriksaan tahunan. Dengan data penggunaan dokter heli di Jepang
April 2007 hingga Maret 2008 di 14 rumah sakit pada 13 prefektur yang jumlah
operasinya berjumlah 5.263 dan keberhasilan 100% membuktikan bahwa dokter
heli memang merupakan sebuah terobosan baru yang tepat di bidang
kedokteran.

Dengan fitur-fitur keunggulan dokter heli ini sudah seharusnya


Indonesia mencontoh tekhnologi yang satu ini. Apabila dilihat dari sisi geografis
Indonesia yang berpulau-pulau dan daya jangkau ke lokasi kejadian yang rendah
hal ini bukanlah hal yang menjadi halangan bila rumah sakit melayani pasien
gawat darurat menggunakan dokter heli karena dari sisi waktu lebih cepat dari
ambulan serta dapat meminimalisir angka kematian di lokasi.

Namun untuk pengadopsiannya, Indonesia tampaknya masih memiliki


berbagai kendala antara lain biaya dan sistem kedokteran kita yang masih tidak
tertata dengan baik. Bukan hal yang aneh lagi apabila kendala biaya yang
menjadi halangan utama. Untuk mengadakan fasilitas dokter heli ini tentu
membutuhkan dana yang tak sedikit. Dimulai dari membeli heli, perlengkapan
medis, training dokter dan perawat agar terlatih dan handal di lapangan, serta
perlengkapan tambahan yang dibutuhkan dokter heli berupa alat komunikasi
dengan operator heli dan radar untuk mengamati posisi heli juga mengamati
keadaan cuaca di sekitar heli.

Sistem kedokteran kita yang masih tidak tertata dengan baik pun
menjadi halangan yang berarti. Dokter heli tak hanya melakukan tindakan di
lapangan tetapi juga melakukan pemindahan pasien pasca tindakan ke rumah
sakit terdekat. Hal ini membutuhkan koordinasi yang baik agar rumah sakit
terdekat dapat menampung pasien darurat tersebut. Rumah sakit di Indonesia
pada faktanya sering mempersulit prosedur registrasi untuk mendapatkan
perawatan bagi pasien. Dibutuhkan lisensi kerjasama agar dokter heli dapat
membawa pasien ke rumah sakit-rumah sakit dan ini pun bukanlah hal yang
mudah disetujui oleh setiap rumah sakit sehingga apabila rumah sakit yang
terdekat tidak mau menampung pasien, dokter heli harus membawa pasien ke
rumah sakit yang lebih jauh dan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.

Apabila dua hal utama yang menjadi kendala ini dapat diatasi dengan
baik, niscaya kita dapat melihat beroperasinya dokter heli di Indonesia. Dan
setelah berjalannya sistem dokter heli ini diharapkan mampu membuat
terobosan untuk meningkatkan tingkat harapan hidup di Indonesia.

Ratu Qurroh `Ain


XII IPA 7
18

You might also like