Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
KELOMPOK 10
( PERIKANAN B )
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
ii
Disusun oleh:
Kelompok 10 / Perikanan B
Nabilah Putri Komara 230110150080
Sapin 230110150095
Muhammad Wildan 230110150096
Nur Silmi Nafisah 230110150125
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktikum
Ekotoksikologi Perikanan Uji Toksisitas Sublethal Klorofom Pada Ikan
Kembung (Chanos chanos) telah terselesaikan dengan tepat waktu.
Melalui penyusunan laporan ini diharapkan penyusun sebagai mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Ekotoksikologi Perikanan mempunyai bahan rujukan
sebagai bahan acuan dalam perkuliahan dan pembelajaran mengenai bahan toksik,
uji sublethal, dan mortalitas pada suatu makhluk hidup yang diberikan uji toksisitas
yang sangat bermanfaat dalam bidang perikanan dan kelautan.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan laporan praktikum selanjutnya. Akhir kata semoga laporan
praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
ii
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... . ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ..................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Uji Toksisitas Sublethal ................................... 3
2.2 Tinjauan Umum Biota Uji Ikan Bandeng .................................. 4
2.3 Tinjauan Umum Bahan Toksik ................................................... 6
2.3.1 Benzena ....................................................................................... 6
2.3.2 Fenol ........................................................................................... 7
2.3.3 Kloroform ................................................................................... 9
2.3.4 Crude Oil .................................................................................... 10
2.3.5 Oli Bekas..................................................................................... 11
2.4 Tinjauan Umum Pengamatan Fisiologis Ikan ............................. 12
iii
ii
iv
ii
DAFTAR TABEL
v
ii
DAFTAR GAMBAR
vi
ii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Parameter yang diamati dari uji toksisitas sublethal pada ikan umumnya
gejala fisiologis seperti aktivitas gerak (gerak aktif / pasif, gerak renang, gerak
operculum/ mulut ikan dalam aktivitas respirasi) dan gejala klinis (produksi lendir
pada sisik, serta keadaan insang pada ikan akibat dari larutan bahan toksik).
Penelitian ini sangat penting untuk menunjuk organ sasaran (misalnya hati), sistem
Kardiovaskular (system syaraf) atau toksisitas khusus (misalnya karsinogenitas)
yang membutuhkan penelitian yang lebih lanjut (Lu 2006).
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari
unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai
karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut.
Hidrokarbon yang digunakan diantaranya adalah benzene, fenol kloroform, crude
oil dan oli bekas. Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena
akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali
satuan (Allen 1984).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihaline, dimana dapat hidup pada
kisaran kadar garam yang cukup tinggi (0 140 promil). Oleh karena itu ikan
bandeng dapat hidup di daerah tawar (kolam/sawah), air payau (tambak), dan air
asin (laut) (Purnowati, et al., 2007). Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng
akan kembali ke laut untuk berkembang biak (Purnomowati, dkk., 2007).
Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot badan/hari
(Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai berat rata -rata 0,60 kg pada usia 5 - 6 bulan
jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002).
Ikan bandeng merupakan jenis ikan laut yang daerah penyebarannya
meliputi daerah tropika dan sub tropika (Pantai Timur Afrika, Laut Merah sampai
Taiwan, Malaysia, Indonesia dan Australia). Di Indonesia penyebaran ikan
bandeng meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara,
Aceh, Sumatra Selatan, Lampung, Pantai Timur Kalimantan, sepanjang pantai
Sulawesi dan Irian Jaya. (Purnowati, et al., 2007).
6
benzena dengan gugus fungsional lainnya. Contoh dari senyawa turunan benzena
sederhana adalah fenol, toluena, anilina, biasanya disingkat dengan PhOH, PhMe,
dan PhNH2. 2 cincin benzena yang berikatan akan membentuk bifenil, C6H5C6H5
(Bacthiar 2000).
Pada kimia heterosilik, atom karbon pada cincin benzena digantikan oleh
elemen lainnya. Salah satu senyawa turunan yang paling penting adalah cincin yang
mengandung nitrogen. Penggantian satu CH dengan N akan membentuk senyawa
piridina pyridine, C5H5N. Meskipun benzena dan piridina secara struktur
berhubungan, tetapi benzena tidak dapat diubah menjadi piridina. Penggantian
ikatan CH kedua dengan N akan membentuk senyawa piridazin, pirimidin atau
pirazin tergantung dari posisi atom N yang menggantikan CH (Bacthiar 2000).
Benzena pada umumnya digunakan sebagai bahan dasar dari senyawa kimia
lainnya. Sekitar 80% benzena dikonsumsi dalam 3 senyawa kimia utama yaitu
etilbenzena, kumena, dan sikloheksana, Senyawa turunan yang paling terkenal
adalah etilbenzena, karena merupakan bahan baku stirena, yang nantinya
diproduksi menjadi plastik dan polimer lainnya. Kumena digunakan sebagai bahan
baku resin dan perekat. Sikloheksana digunakan dalam pembuatan nilon. Sejumlah
benzena lain dalam jumlah sedikit juga digunakan pada pembuatan karet, pelumas,
pewarna, obat, deterjen, bahan peledak, dan pestisida (Bacthiar 2000).
2.3.2 Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol memiliki kelarutan
terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung
asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
8
Hasil kontak dengan kulit dalam mengakibatkan warna putih diikuti oleh
luka bakar yang dapat parah ini mungkin tidak menyakitkan pada awalnya, karena
efek anestesi senyawa ini. Gejala keracunan karbol termasuk mual, muntah, dan
sakit perut, serta urin berwarna gelap dan haus. Gejala lain termasuk berkeringat,
denyut nadi cepat, kejang dan koma. Polifenol adalah molekul kompleks yang
ditemukan pada tumbuhan dan mengandung banyak unit fenol; mereka termasuk
tanin, yang dikenal karena sifat antioksidan mereka. Karbol pertama kali diekstrak
dari tar batubara, sebagian besar terbuat dari kumena, komponen minyak minyak
mentah (Clark 1974).
2.3.3 Kloroform
Kloroform, atau yang juga dikenal sebagai triklorometana adalah senyawa
yang tidak berwarna, berbentuk cairan beraroma manis dengan rumus kimia
CHCl3. Senyawa ini paling dikenal untuk digunakan dalam sejarah sebagai anestesi
umum, meskipun sekarang ini telah dikurangi penggunaannya karena masalah
keamanan. Saat ini kloroform atau triklorometana lebih sering digunakan dalam
berbagai proses industri, termasuk pembuatan plastik, pendingin, dan pelarut.
Kloroform ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam air dan udara, sebagian besar
berasal dari sumber alami. Kloroform adalah racun dan cepat melepaskan uap bila
terkena udara, sehingga harus ditangani dengan hati-hati (Dall W 1990).
industri dengan menggabungkan metana dengan klorin. Sejumlah kecil bahan kimia
diproduksi secara alami oleh kehidupan laut, seperti rumput laut, dan oleh
dekomposisi sisa-sisa tanaman di tanah. Sumber utama pada manusia dalam
lingkungan berasal dari penggunaan klorin sebagai agen pemutih di pabrik kertas,
dan klorinasi air minum. klorin bereaksi dengan berbagai senyawa organik untuk
menghasilkan triklorometana, tetapi jumlah yang ada dalam air diklorinasi kecil
dan sehingga tidak menimbulkan risiko apapun untuk kesehatan manusia dalam
keadaan normal (Dall W 1990).
Kloroform juga dapat digunakan untuk mengkuantifikasi secara kasar
kandungan lipid dalam suatu sampel. Untuk memisahkan lipid dari pengotor-
pengotor lainnya, sering ditambahkan pelarut organik lainnya seperti metanol untuk
menarik kandungan protein. Lapisan kloroform diambil lalu diuapkan hingga
tersisa lipidnya (Dall W 1990).
juga membuang oli bekas di lingkungan sekitar. Dengan kata lain, penyebaran oli
bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh
Indonesia. Seharusnya kegiatan yang menghasikan banyak oli bekas harus banyak
dikurangi (Komarawidjaja 2006).
gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-
ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan
moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar
mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel (Lerman, M. 1986).
Parameter yang diamati dari uji toksisitas sub-lethal pada ikan umumnya
gejala fisiologis seperti aktivitas gerak (gerak aktif / pasif, gerak renang, gerak
operculum/ mulut ikan dalam aktivitas respirasi) dan gejala klinis (produksi lendir
pada sisik, serta keadaan insang pada ikan akibat dari larutan bahan toksik ).
BAB III
BAHAN DAN METODE
14
15
3.3.2 Pelaksanaan
Dibuat konsentrasi stock dari bahan uji (bahan toksik) sesuai
dengan kadar dan konsentrasi yang telah ditentukan
3.3.3 Pengamatan
Dilakukan pengamatan selama satu minggu, di cek setiap satu hari sekali
4.1 Hasil
4.1.1 Data Kelompok
Hasil pengamatan gejala fisiologis biota uji bahan toksik dengan bahan
toksisitas kloroform konsentrasi 31,25 ppm selama 7 hari pada ikan bandeng
(C.chanos).
Tabel 1. Data Pengamatan Gejala Fisiologis Biota Uji Bahan Toksik Kloroform
Kelompok 10
Waktu Gerak Aktivitas Gejala Lendir Mortalitas SR
Dedah Operculum Gerak (%)
Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil
30 Menit 109 174 > Aktif > Aktif > Aktif > Aktif 0 0%
1 Hari 117 198 < Aktif < Aktif Aktif Aktif 0 0%
2 Hari 118 173 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
3 Hari 118 169 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
4 Hari 107 166 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
5 Hari 127 184 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
6 Hari 124 167 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
7 Hari 111 145 Aktif Aktif Aktif Aktif 0 0%
Rata - 116 172 Aktif Aktif Aktif Aktif 0% 0%
Rata