You are on page 1of 3

Metabolisme basal

METABOLISME BASAL

Metabolisme basal adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan.

1. Metabolisme Basal

Metabolisme basal atau sering disebut Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy
Expenditure [BEE]) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau energi
yang mendukung proses dasar kehidupan, contohnya : mempertahankan temperature tubuh, kerja
paru-paru, pembuatan sel darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal, dan lain sebagainya. Untuk
menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi basal tersebut meliputi : 12-16
jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan,
kondisi rileks, temperature tubuh normal, temperature ruangan harus 21-250C, dan dalam kondisi
yang kelembapannya normal.

Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) ini, Harris dan Benedict menemukan
sebuah metoda dengan cara perhitungan :

Laki-laki 66 + (13,7 x BB kg) + (5 x TB cm) (6,8 x umur)


Perempuan 665 + (9,6 x BB kg) + (1,7 x TB cm) (4,7 x umur)

Dengan BB adalah nilai dari berat badan normal. Dapat dihitung dengan cara :

Jika umurnya kurang dari 30 tahun (<30)


BB = (TB-100)-(10%(TB-100))
Jika umurnya lebih dari 30 tahun (>30)
BB = (TB-100) 100%

Over weight 110-120 %

Obesitas > 120 %

Dan apabila ingin mengkoreksi berat badan (digunakan untuk pasien obesitas), dapat dihitung
dengan jalan :

Adjusted Body Weight = BB saat ini (25% (BB saat ini BB normal)
Basal Energy Expenditure (BEE) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut
diantaranya :

1. Umur Pada umur dia atas 20 tahun, maka BEE akan menurun 2% setiap 10
tahunnya.
2. Gender BEE pada laki-laki > wanita (pada umur > 10 tahun)
3. Pertumbuhan BEE paling tinggi pada saat masa pertumbuhan (masa bayi dan remaja)
4. Tinggi badan Orang yang lebih tinggi memiliki BEE yang lebih tinggi pula
5. Masa otot BEE akan lebih tinggi pada masa otot yang lebih banyak
6. Temperatur Setiap peningkatan temperature sebesar 10C (di atas temperature normal,
370C) BEE akan meningkat 13%.
7. Tidur BEE akan berkurang 10%
8. Endokrin Hipertiroid : BEE meningkat 75 100 %
Hipotiroid : BEE menurun 30 40 %
Sebelum menstruasi BEE agak meningkat dan selama menstruasi
BEE menurun.

9. Status nutrisi BEE menurun pada Protein Energy Malnutrition (PEM)


10. Kehamilan BEE meningkat 15 25 %

2. Aktivitas Fisik

Komponen kedua dari pengeluaran energi seseorang adalah aktivitas fisik (physical
activity [PA]): pergerakan dari otot dan system penunjang. Aktivitas fisik ini merupakan
komponen yang sangat bervariasi dan sering berubah-ubah dari pengeluaran energi.
Akibatnya, pengaruh pada penambahan dan pengurangan berat badan sangat signifikan.

Selama aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi ekstra untuk bergerak, dan jantung
serta paru-paru membutuhkan energi ekstra untuk menerima nutrisi dan aksigen (O2) dan
pembentukan zat sisa. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk beberapa aktivitas, apakah bermain
tenis atau belajar tergantung pada tiga factor : masa otot, berat badan, dan aktivitasnya. Masa
otot dan berat badan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih besar pula saat melakukan
aktivitas. Durasi , frekuensi, dan intensitas aktivitas juga mempengaruhi pengeluaran energi :
durasi yang lebih panjang, frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi akan membutukan
penggeluaran energi yang besar pula.

Secara umum energi aktivitas fisik ini dapat dikategorikan sebagai berikut :

Macam Aktivitas Fisik Perhitungan Contoh


Sangat ringan 10-30?E Aktivitas pada kondisi duduk, bedrest
Ringan 30-50?E Mengajar, ibu rumah tangga, dosen, praktisi
Sedang 50-80?E Petani, siswa (melakukan olahraga), pekerja kantor
Berat 80-100?E Atlet selama training center, buruh, pekerja pabrik,
tentara selama latihan.
Sangat berat >100?E Penebang pohon, penambang, tukang becak,
pendorong kereta roda dua.

3. Efek Panas Makanan (Thermic Effect of Food)

Ketika seseorang makan, otot kawasan gastrointestinal (GI tract) meningkatkan kecepatan
kontarksinya, cel yang membuat dan mengsekresikan asam lambung memulai tugasnya, dan
beberapa nutrient diabsopsi dengan transport aktif. Kecepatan dari aktivitas ini memerlukan
energi dan produksi panas, yang disebut dengan Efek panas makanan atau thermic effect of
food (TEF) dan sering disebut juga Specific Dynamic Activity (SDA). Pendek kata, TEF atau
SDA ini adalah jumlah energi yang digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan
konsumsi makanan. Nilai TEF dari beberapa nutrient adalah :

Karbohidrat 5-10% dari BEE


Protein 20-30% dari BEE
Lemak 0-5% dari BEE
Alkohol 15-20% dari BEE

Persentase tersebut dihitung dengan membagi energi pengeluaran selama pencernaan dan
absorpsi dengan isi energi dalam makanan.

Secara khusus nilai rata-rata Thermic Effect of Food di Indonesia dapat dihitung dengan
cara 10% BEE + PA (Physical Activity).

Dari beberapa komponen energi pengeluaran yang disebutkan sebelumnya, maka didapatkan
metoda untuk menentukan total energi pengeluaran (total energy expenditure) dengan cara :

TEE = BEE + PA + TEF

Namun pada kondisi hipermetabolisme, energi pengeluaran juga dipengaruhi oleh factor tekanan
(stress factor), sehingga cara untuk memperoleh total energi pengeluaran menjadi :

TEE = BEE x SF (Stress Factor) x PA

Dengan nilai untuk stress factor sebagai berikut :

Postoperative (tanpa komplikasi) 1.00 1.10


Patah tulang (panjang) 1.15 1.30
Kangker 1.10 1.30
Peritonitis/sepsis 1.10 1.30
Infeksi serius/multi trauma 1.20 1.40
Multiple organ failure syndrome 1.20 1.40
Terbakar 1.20 2.00

Dan, dengan nilai Physical Activity yang berbeda pula, yaitu :

Bedridden 1.1
Ambulatory 1.2

You might also like