Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Ratna Dewi P S , Sp.OG
Penyaji :
1018011076
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul G1P0A0 Hamil
39 minggu Inpartu kala I fase laten dengan PEB dengan KPD 10 jam Janin
Tunggal Hidup, Presentasi Kepala. tepat pada waktunya. Adapun tujuan
pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
aya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
I. LAPORAN KASUS
I. ANAMNESA
A. Identifikasi
Nama : Ny. DS
Umur : 21 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Kebangsaan :Indonesia / Lampung
Alamat : Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung
B. Keluhan
a. Utama : mau melahirkan dengan darah tinggi dan keluar air-air
b. Tambahan :-
C. Riwayat penyakit sekarang:
10 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air, banyak 2-3 kali ganti kain.
riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, hilang timbul makin
lama makin sering dan kuat (+) 4 jam yang lalu , R/ keluar darah
lendir (+). Sebelumnya os berobat ke bidan dan dikatakan mau
melahirkan dengan darah tinggi dan ketuban pecah dini kemudian os
dirujuk ke RSAM. R/ darah tinggi sebelum hamil (-), R/ darah tinggi
saat hamil (-). Kepala pusing (+), mual muntah (-), nyeri ulu hati (-), dan
pandangan mata kabur (-). Riwayat darah tinggi di keluarga (+). R/
demam (-), R/ bersenggama (-), R/ trauma (-). Os mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
D. Riwayat haid
Haid pertama umur : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : normal
Warna : merah
Bau : (-)
Dismenorea : (-)
HPHT : 19 01 -2014
Taksiran Persalinan : 27 11- 2014
E. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama dan sudah berlangsung selama 10 bulan
F. Riwayat obstetri
Tgl/Bln/Th Tempat Usia Jenis Jenis Berat
No Penolong Ket
Persalinan pertolongan kehamilan Persalinan kelamin badan
Hamil
1
Sekarang
G. Riwayat peyakit
a. Penyakit dahulu
-
H. Riwayat operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
I. Riwayat keluarga berencana/kontrasepsi
-
J. Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa oleh:
Bidan.
b. Keluhan dan kelainan:
Darah tinggi
B. Status Generalis
Kulit : Chloasma gravidarum (-), linea nigra (-)
Muka : Pucat (-)
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-),
penurunan visus (+)
Hidung : Deviasi septum (-), chonca hiperemis (-)
Leher : JVP normal (5+2 cmHg), massa (-)
Jantung : Ictus cordis tidak teraba, bunyi jantung I dan II
normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+), cembung, tidak ada tanda cairan
bebas
Punggung : Dalam batas normal
Rectum/anus : Tidak dinilai
Ekstremitas : Edema pretibia +/+, varises tidak ada
Reflex : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Sensitibilitas : Dalam batas normal
Hati : Sulit dinilai
Limfa : Sulit dinilai
Ginjal : Tidak ada nyeri ketok ginjal
Kandung kemih : Nyeri tekan suprapubik (-), nyeri berkemih (-)
Kel. Limfe : Tidak ada pembesaran
Kepala : Normocephal
Telinga : Cairan keluar (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut/gigi : Tidak dinilai
Dada : Pergerakan nafas simetris
Paru : Vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)
C. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi : Simetris, cembung, striae (-), chloasma
gravidarum (-)
His : 2x/10/20
Leopold Maneuver :
Leopold I : tinggi fundus uteri 34 cm, pada bagian fundus
teraba bagian bulat, besar dan tidak melenting (kesan bokong)
Leopold II : pada bagian kanan teraba bagian memanjang.
Kesan punggung, letak janin memanjang
Leopold III : pada bagian segmen bawah rahim teraba bagian
bulat melenting (kesan kepala)
Leopold IV : divergen, penurunan 4/5
Auskultasi : DJJ 151x/menit
b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo : tidak dilakukan
Vaginal toucher
Portio : lunak
Pendataran : 60%
Pembukaan serviks : 2 cm
Ketuban : (-)
Bagian terendah : Kepala
Penurunan : Hodge I-II
Penunjuk : belum dapat dinilai
Laboratorium
Laboratorium darah rutin, kimia darah dan urin rutin
Tanggal 20 oktober 2014
Hematologi
Hb : 11,1 gr/dl
Ht : 34 %
Leukosit : 12.700/ul
Hitung Jenis : 0/1/1/84/11/3 %
Trombosit : 250.000/mm3
Kimia darah
SGOT : 15 U/L
SGPT : 17 U/L
Ureum : 12 mg/dl
Kreatinin : 0,5 mg/dl
GDS : 97 mg/dl
Urine lengkap
Proteinuri : 75 mg/dl (+1)
PH :6
Keton : 50 mg/dl
Darah samar : 50/L
Eritrosit : 4-6
Leukosit : 25/L
Edema : 1
Protein uri : 1
TD Sistol 190 mmhg : 3
TD Diastol 110 mmhg : 2
IV. RESUME
10 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air, banyak 2-3 kali ganti kain.
riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, hilang timbul makin lama
makin sering dan kuat (+) 4 jam yang lalu , R/ keluar darah lendir (+).
Sebelumnya os berobat ke bidan dan dikatakan mau melahirkan dengan
darah tinggi dan ketuban pecah dini kemudian os dirujuk ke RSAM. R/
darah tinggi sebelum hamil (-), R/ darah tinggi saat hamil (-). Kepala
pusing (+), mual muntah (-), nyeri ulu hati (-), dan pandangan mata kabur
(-). Riwayat darah tinggi di keluarga (+). R/ demam (-), R/ bersenggama (-
), R/ trauma (-). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih
dirasakan. HPHT 19 Januari 2014 ditaksir persalinan akan berlangsung
tanggal 26 November 2014. Os mengatakan jarang memeriksakan
kandungan ke bidan setiap bulan dan tidak ada keluhan. Tekanan darah
190/110 mmHg, nadi 80x/menit, respiration rate 20x/menit, suhu 36,60C.
Os mengalami peningkatan berat badan 15 kg selama kehamilan.
Pemeriksaan fisik kepala, mata, gigi, leher, jantung, paru, dan thoraks
dalam batas normal. Pada kulit tidak ditemukan chloasma gravidarum,
pada thoraks ditemukan hiperpigmentasi areolla dan mammae membesar
serta tegang. Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan striae
gravidarum, luka bekas operasi dan perut tampak membesar.
V. DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten dengan PEB dan KPD 10
jam, JTH, Preskep.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Informed consent
2. Stabilisasi 1-3 jam
3. Observasi TVI, DJJ, pembukaan
4. IVFD RL gtt xx/menit
5. Pasang kateter menetap, catat i/o
6. MgSO4 40% 4 gr i.v dilanjutkan dengan drip MgSO4 40% 6 gr gtt
xxx/menit
7. Nifedipine 3 x 10 mg
8. Inj ampicilin 3x1 gr IV
9. Cek Lab DR, UR, KD, CM
10. Evaluasi satgas gestosis
11. R/ drip oksitosin (setelah stabilisasi)
12. R/ partus pervaginam (akhiri kala II dengan tindakan)
VII. PROGNOSIS
Ibu : Dubia ad bonam
Anak : Dubia
VIII. FOLLOW UP
HARI/
CATATAN INSTRUKSI
TANGGAL
20-11-2014 S/ Keluhan: ingin melahirkan dengan darah 1. Informed consent
10.00 WIB tinggi dan keluar air-air 2. Stabilisasi 1-3 jam
IG : 7 3. Observasi TVI, DJJ,
2 cm RPP: 10 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air, pembukaan
banyak 2-3 kali ganti kain. riwayat perut mulas 4. IVFD RL gtt xx/menit
yang menjalar ke pinggang, hilang timbul makin 5. Pasang kateter menetap,
lama makin sering dan kuat (+) 4 jam yang lalu catat i/o
, R/ keluar darah lendir (+). Sebelumnya os 6. MgSO4 40% 4 gr i.v
berobat ke bidan dan dikatakan mau melahirkan dilanjutkan dengan drip
dengan darah tinggi dan ketuban pecah dini MgSO4 40% 6 gr gtt
kemudian os dirujuk ke RSAM. R/ darah tinggi xxx/menit
sebelum hamil (-), R/ darah tinggi saat hamil (-). 7. Nifedipine 3 x 10 mg
Kepala pusing (+), mual muntah (-), nyeri ulu hati 8. Inj ampicilin 3x1 gr IV
(-), dan pandangan mata kabur (-). Riwayat darah 9. Cek Lab DR, UR, KD,
tinggi di keluarga (+). R/ demam (-), R/ CM
bersenggama (-), R/ trauma (-). Os mengaku 10. Evaluasi satgas gestosis
hamil cukup bulan dan gerakan anak masih 11. R/ drip oksitosin (setelah
dirasakan. stabilisasi)
12. R/ partus pervaginam
O/ Status present (akhiri kala II dengan
TD : 190/110 mmHg tindakan)
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.6 oC
Status ginekologi
PL
- Perut cembung
- FUT 34cm dari symphisis pubis
- His 2x/10/20
- Memanjang
- Puka
- Preskep
- Penurunan 4/5
- DJJ 151x/menit
VT
- Portio lunak
- Eff 60%
- Pembukaan 2 cm
- medial
- Ketuban (-)
- Terbawah kepala
- Penunjuk sulit dinilai
- Hodge I-II
Laboratorium
Darah rutin
Hb : 11,1 gr/dl
Ht : 34 %
Leukosit : 12.700/ul
Hitung Jenis : 0/1/1/84/11/3 %
Trombosit : 250.000/mm3
SGOT : 15 U/L
SGPT : 17 U/L
Urinalisa
Protenuria 75 mg atau +1
Ph 7,2
Leukosit 25/ L
20-11-2014 S/ Keluhan: mulas yang menjalar hingga ke Th/ akhiri kala II dengan
20.20 pinggang, makin lama makin sering dan kuat tindakan (ekstraksi vakum)
R/ Pasien dipulangkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Preeklampsia
a. Pengertian
ditandai dengan trias gejala klinis berupa peningkatan tekanan darah, edema pada
ekstremitas bawah, dan proteinuria. Edema tungkai tidak dipakai lagi sebagai
kehamilan 20 minggu. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan (POGI, 2005).
2005).
jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti dalam penentuan
diagnosis preeklampsia. Kenaikan berat badan (BB) 0,5 kg setiap minggu dalam
urin yang melebihi 0,3 g/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat
badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius (Wiknjosastro,
2007).
pada sindroma preeklampsia ringan dalam waktu lama atau berat (POGI, 2005).
Biasanya eklampsia ditandai dengan tekanan darah yang meningkat lebih tinggi,
edema menjadi lebih umum, proteinuria bertambah banyak dan timbul serangan
kejang yang diikuti oleh koma. Pada umumnya eklampsia timbul pada wanita
hamil atau dalam masa nifas disertai adanya tanda-tanda preeklampsia yang
meningkat (Wiknjosastro,2007).
b. Insidensi
Diabetes Mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih
Sakit Hasan Sadikin selama periode waktu 2001-2002 didapatkan angka kejadian
c. Etiologi
coba dikemukakan pada ahli untuk menerangkan penyebabnya, namun belum ada
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori iskemik
sejati pada saat kehamilan, yang menghubungkan ibu dan anaknya, mengadakan
sekresi endokrin dan pertukaran selektif zat yang dapat larut serta dibawa darah
Plasenta merupakan organ khusus untuk pertukaran zat antara darah ibu dan darah
Fungsi utama plasenta adalah menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu
2) Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
amnion yang telah mengisi seluruh kavum uteri. Di sisi ibu, tampak daerah-
daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua
basalis. Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh
korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion (Wiknjosastro, 2007)
Gambar 1. Plasenta
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari arteri spiralis yang terletak
di desidua basalis. Pada sistolik darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg
seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate,
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan
40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa vili koriales mempunyai volume lebih
kurang 150-250 ml (Wiknjosastro, 2007).
terjadi penggantian endotel dan dinding otot dari pembuluh darah serta
pembesaran dari pembuluh darah. Pada proses implantasi normal, arteri spiralis
(Cunningham, 2005).
mestinya oleh karena disebabkan 2 hal, yaitu: tidak semua arteri spiralis
mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas dan pada arteri spiralis yang mengalami
invasi, terjadi tahap pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap
kedua tidak berlangsung sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam
masih terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu juga terjadi arterosis akut pada
arteri spiralis yang dapat menyebabkan lumen arteri bertambah kecil atau bahkan
mengalami obliterasi. Pada wanita normal diameter arteri spiralis 500 , pada
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory (Sudhaberata,
diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III
endotel.
lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
(1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada
penderita preeklampsia/eklampsia:
d. Patofisiologi
kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu
metabolisme di dalam sel peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak
dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang
dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Sedangkan
aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
lemak.
e. Klasifikasi
Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan berat. Berikut
1) Preeklampsia ringan
ringan bila:
a) Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik
90-110 mmHg
2) Preeklampsia Berat
Dikatakan preeklampsia berat bila terdapat salah satu atau lebih gejala dan tanda
dibawah ini:
a) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110
mmHg
kuantitatif
f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium, dapat
kehamilan)
beratnya penyakit.
(POGI, 2005):
impending:
2) Eklampsia
Menurut POGI (2005) jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan
disertai dengan adanya kejang tonik-klonik disusul dengan koma, maka dapat
keadaan ini tidak dikenali dan tidak segera diobati, akan timbul kejang terutama
pada persalinan.
(Saifuddin, 2002):
a) Eklampsia gravidarum
b) Eklampsia parturientum
(3) Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan terutama saat mulai
inpartu
c) Eklampsia puerperium
f. Manifestasi klinis
anatomi akibat nekrosis, edema dan perdarahan organ vital akan menambah
Perubahan tersebut terjadi pada plasenta dan uterus, ginjal, retina, paru-paru, otak,
1) Otak
oksigen oleh otak akan menurun pada preeklampsia. Pada penyakit yang belum
lanjut, ditemukan edema-edema dan anemia pada korteks serebri. Pada keadaan
Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu, pada hipertensi
yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin bahkan kematian karena kekurangan
prematurus.
3) Ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah pada ginjal menurun,
penting ialah proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.
Fungsi ginjal pada preeklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari
bersihan asam urat, sehingga konsentrasi asam urat plasma agaknya dapat
meningkat, peningkatan ini melebihi penurunan laju filtrasi glomerulus dan
Chelsey dan Williams. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal,
sehingga menyebabkan diuresis turun. Pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria
atau anuria. Preeklampsia juga dapat menurunkan ekskresi kalsium urin karena
4) Retina
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri
5) Paru
ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan seiring
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Oleh karena itu, aliran darah
air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita preeklampsia daripada
g. Faktor-Faktor Risiko
vaskular serta jaringan ikat, sindrom antibodi fosfolipid dan nefropati. Faktor
risiko lain berhubungan dengan kehamilan atau dapat spesifik terhadap ibu atau
a) Kelainan kromosom
b) Mola hydatidosa
c) Hydrops fetalis
d) Kehamilan multifetus
a) Primigravida
e) Status gizi
f) Pekerjaan
i) Stress
a) Primipaternitas
b) Partner pria yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan
mengalami preeklampsia
h. penegakan Diagnosis
Anamnesis
1. Riwayat penyakit
Dilakukan anamesis pada pasien/ keluarganya
2. Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran desakan darah dengan cara yang standar
b. Menentukan edema anasarka
c. Menentukan tinggi fundus uteri untuk mendeteksi dini IUGR
d. Pemeriksaan funduskopi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Peningkatannya menggambarkan :
3 Kreatinin serum
1. Beratnya hipovolemia
4 Asam urat serum
2. Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
5 Nitrogen urea darah (BUN) 3. Oliguria
4. Tanda preeklamsi berat
h. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Biasanya komplikasi yang tersebut di bawah ini terjadi pada preeklampsia berat
1) Solusio Plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
2) Hipofibrinogen
3) Hemolisis
4) Perdarahan Otak
preeklampsia.
5) Kelainan mata
6) Edema paru
Edema paru ialah kondisi penumpukan cairan pada sistem respirasi. Edema paru
dalam kehamilan dapat disebabkan oleh kardiogenik (kelainan jantung) atau non-
7) Nekrosis Hati
vasospasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
8) Sindrom HELLP
radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc),
9) Kelainan Ginjal
endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
i. Penatalaksanaan
janinnya.
obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup
(Saifuddin, 2002):
1) Preeklampsia Berat
Terapi medikamentosa:
(1) Segera masuk Rumah sakit
(4) Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang
(5) Pemberian antihipertensi, diberikan bila tekanan darah sistolik > 180
nitrogliserin, clonidin.
(6) Pemberian diuretik bila ada indikasi edema, gagal jantung kongestif,
(7) Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang
berlebihan.
(c) Dianggap gagal jika > 24 jam tidak ada perbaikan, harus diterminasi.
Indikasi :
1) Indikasi Ibu :
a. Kegagalan terapi medikamentosa :
1. Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan
darah yang persisten.
2. Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi
kenaikan darah desakan darah yang persisten.
b. Tanda dan gejala impending eklamsi
c. Gangguan fungsi hepar
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Dicurigai terjadi solution placenta
f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
2) Indikasi Janin :
1. Umur kehamilan 37 minggu
2. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
3. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
4. Timbulnya oligohidramnion
3) Indikasi Laboratorium :
Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP:
(a) Istirahat baring, sebaiknya dalam posisi miring ke salah satu sisi dan monitor
(b) Pasang infus jarum besar ( 16 G). Infus Ringer laktat 60- 125 cc/jam.
(d) Keseimbangan cairan. Jangan sampai terjadi overload cairan. Kateterisasi urin
dinilai setiap jam. Tujuannya untuk memelihara output urin 30 ml/jam, bila
kurang dari 100 cc/4 jam maka input cairan juga dikurangi
seperti darah rutin, studi koagulasi, elektrolit, asam urat, fungsi hati, fungsi ginjal
penyakit.
(f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
(g) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.
(i) Hentikan pemberian cairan intravena dan berikan diuretik bila ditemukan
edema paru
Pengelolaan Obstetrik
janin. Keadaan ibu dan janin mempengaruhi cara terminasi kehamilan. Cara
belum:
Kala I:
Sectio caesaria.
- Fase aktif: amniotomi, bila 6 jam dengan amniotomi belum lahir dievaluasi HIS.
Kala II: pada persalinan pervaginam, kala II dapat diberi kesempatan partus
spontan bila diperkirakan dengan mengejan tidak terlampau kuat, janin dapat
lahir. Bila tidak, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi vakum atau forsep.
Untuk kehamilan < 37 minggu, bila memungkinkan terminasi ditunda 2X24 jam
2) Eklampsia
j. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan ANC yang teratur dan teliti dapat menemukan
terjadinya risiko bayi yang dilahiran dengan BBLR. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring
di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari dikurangi dan dianjurkan lebih banyak
duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Untuk kehamilan
Definisi
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.5
1
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.4
a. Kehamilan multiple
b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila hygiene
buruk
d. Perdarahan pervaginam
e. Bakteriuria
f. pH vagina diatas 4,5
g. Servix yang tipis/kurang dari 39 mm
h. Flora vagina abnormal
i. Fibronectin > 50 ng/ml
j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi
Diagnosis
b. Nitrazine test
pH vagina normal adalah 4,5 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH
7,0 7,5, sehingga kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru
bila terkena air ketuban. Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi
vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan hasil
nitrazine test positif palsu.
c. Fern test
Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air
ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis.
d. Evaporation test
e. Intraamniotic fluorescein
f. Amnioscopy
g. Diamine oxidase test
h. Fetal fibronectin
i. Alfa-fetoprotein test
Komplikasi
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin, diantaranya :
a. Infeksi
Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis
korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam
(37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu
maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau
busuk, maupun leukositosis.
c. Hipoplasi pulmoner
Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan
fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress
respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan
bantuan ventilator.
d. Abruptio placenta
Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang
mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah
perdarahan pervaginam.
e. Fetal distress
Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan
kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga
untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan
tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.
Penatalaksanaan
a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin
didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik
d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif
yaitu tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari,
glukokortikosteroid dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka akhiri
kehamilan
e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan
f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan
lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan
induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop score
kuran dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop score lebih
dari 5, section cesaria bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan bishop
score kurang dari 5.
g.
Terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Terapi konservatif
- rawat di Rumah sakit
- antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam
- pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
- Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka
pada usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan
- Nilai tanda-tanda infeksi
- Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari
untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan
perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu
-
b. Terapi Aktif
- kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi
persalinan maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan
section cesaria
- pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan
section cesaria
- bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
terminasi persalinan
a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan
section cesaria
b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus
pervaginam
c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria
BAB III
ANALISA KASUS
Anamnesa
10 jam SMRS, os mengeluh keluar air-air, banyak 2-3 kali ganti kain. riwayat
perut mulas yang menjalar ke pinggang, hilang timbul makin lama makin sering
dan kuat (+) 4 jam yang lalu , R/ keluar darah lendir (+). Sebelumnya os berobat
ke bidan dan dikatakan mau melahirkan dengan darah tinggi dan ketuban pecah
dini kemudian os dirujuk ke RSAM. R/ darah tinggi sebelum hamil (-), R/ darah
tinggi saat hamil (-). Kepala pusing (+), mual muntah (-), nyeri ulu hati (-), dan
pandangan mata kabur (-). Riwayat darah tinggi di keluarga (+). R/ demam (-), R/
bersenggama (-), R/ trauma (-). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak
masih dirasakan.
Kehamilan pada pasien ini disertai dengan darah tinggi dari anamnesis pasien
mengatakan adanya nyeri kepala, sebelum hamil tidak ada riwayat tekanan
darah tinggi, namun terdapat riwayat hipertensi di keluarga. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan adanya peningkatan tekanan darah mencapai
190/110 mmHg yang muncul setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu,
Pemeriksaan penunjang urinalisa menunjukkan proteinuri +1, dimana hal
tersebut memenuhi kriteria untuk Preeklampsia. Pada pasien dikatakan
preeklampsia berat karena pasien mengatakan nyeri kepala dan pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah tetap meningkat dengan tekanan
sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110 mmHg dalam dua kali
pemeriksaan paling tidak dalam 6 jam .
Kehamilan pada pasien ini disertai dengan ketuban pecah dini dari anamnesis
didapatkan riwayat 10 jam smrs pasien keluar air-air, 2-3 kali ganti kain
sedikit keruh dan tidak berbau sebelum adanya tanda-tanda in partu, tanda-
tanda inpartu seperti adanya riwayat mules menjalar hingga ke punggung dan
keluar darah lendir mulai terjadi 6 jam smrs. faktor resiko KPD yang mungkin
pada pasien ini adalah infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya
peningkatan leukosit pada urin.
Penegakan diagnosis pada kasus ini adalah G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu
kala I fase laten dengan PEB dengan KPD 10 jam JTH, Preskep.
Hermawan A, Mose JC, Effendi JS, Anwar AD. 2001. Perbandingan Kadar
Molekul Perekat Sel Vaskuler (VCAM-1) Antara Kehamilan Normal dan
Preeklampsia. Dalam: Indonesian Jornal of Obstetrics and Gynecology 25
(4). Pp 203-209.
Rachma N. 200. Eklampsia : Preventif dan Rehabilitasi Medik Pre dan Post
Partum in Holistic and Comprehensive Management Eclampsia. Surakarta
: FK UNS, pp.99.
Saifuddin, A.Bari dkk, editor. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.