You are on page 1of 13

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Area KMB

Sub Pokok Bahasan : TBC

Sasaran : Pasien dan keluarga di ruang paru

Waktu : 1 x 20 menit

Tanggal : 8 Januari 2015

Tempat : Ruang paru paru

Penyuluh : Mahasiswa/i STIKES YARSI PONTIANAK

1. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat

mengetahui tentang penyakit TBC.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat

menjelaskan kembali :

1) Pengertian TBC

2) Gejala gejala TBC

3) Proses penularan TBC


4) Pengobatan TBC

5) Akibat ketidak patuhan pengobatan

6) Peran keluarga untuk pengobatan pasien TBC

2. Materi

1) Pengertian TBC

2) Gejala gejala TBC

3) Proses penularan TBC

4) Pengobatan TBC

5) Akibat ketidakpatuhan pengobatan

6) Peran keluarga untuk pengobatan pasien TBC

3. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab

4. Media dan Sumber Penyuluhan

a. Media

1) Penyuluhan secara lisan

2) Flip chart

3) Liflet

b. Sumber

1) Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.

Jakarta: EGC
2) Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.

Jakarta: EGC

3) Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

4) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

5) Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.

New Jersey: Upper Saddle River

6) Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

7) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

5. Kegiatan Penyuluhan

No Aktifitas Fasilitator Aktifitas peserta Waktu

1 Memberikan salam dan Membalas salam 2 menit


memperkenalkan diri. Mendengarkan
Menjelaskan maksud pertemuan
dan menjelaskan tujuan dari
pembelajaran

2 Menanyakan apakah sudah pernah Menjawab dan 3 menit


atau mengetahui tentang TBC menyapaikan
pendapatnya

3 Menjelaskan materi : Mendengarkan 10 menit


Pengertian TBC
Bertanya
2. Proses penularan TBC
3. Gejala gejala TBC
4. Pengobatan TBC
Akibat ketidak patuhan pengobatan
4 Menanyakan apakah ada Bertanya 5 menit
pertanyaan dan penutup

6. Evaluasi

a. Prosedur : Setelah Penjelasan Materi

b. Jenis : Tanya Jawab

c. Bentuk : Uraian Singkat

7. Pernyataan Lisan :

a. Keluarga dan pasien mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.

b. Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.

c. Keluarga mahami dan mengetahui bagaimana gejala gejala yang ditimbulkan dari

penyakit TBC

d. Keluarga dan pasien mengetahui cara pencegahan yang tepat dan benar terhadap

penyakit TBC

e. Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami bagaimana proses pengobatan TBC

f. Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami apa akibat ketidak patuhan untuk

pengobatan TBC.

g. Keluarga memahami perannya terhadap pengobatan TBC


MATERI PEMBELAJARAN

TBC

A. Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit

parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara

khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit

ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang

sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).

Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia,

satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui

kotorannya (Wiwid, 2005).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru

Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,

tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

B. Gejala TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul

sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada

kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam

hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza

dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian

bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah

bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah

yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan

keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada

suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada

muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya

penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau

diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang

kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru

dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan

serologi/darah.

C. Proses penularan TBC

Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC

menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya

yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-

anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering

masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama

pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh

darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir

seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar

getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu

paru-paru.

D. Pengobatan Penderita TBC

1. Tahap pencegahan

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan

dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,

walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar


kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi

Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan

angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai

proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2)

Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan

tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan

Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes,

silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

b. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus

TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern

kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga.

Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC

sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan

tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk

yang paling efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,

dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol

lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat

mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi

lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan


ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan

menghindari tekanan psikis.

c. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan

diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara

psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,

kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya,

pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi

cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

d. Pengobatan

Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap

lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita

harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai

dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui

perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal,

sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

Prinsip dari memberikan obat TB, diberikan dalam bentuk kombinasi dari

beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua

kuman dapat dibunuh. pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu : 1. Tahap

Intensif Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah

terjadinya kekebalan obat. 2. Tahap Lanjutan Tahap lanjutan penting untuk

membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.


Minum obat tidak boleh terputus satu hari pun, kalau pasien lalai maka akan

terjadi resistensi basil TB (basil menjadi kebal dan lebih kuat) sehingga pengobatan

terpaksa diulang dari awal.

Pada orang dewasa yang dicurigai menderita TB, akan dilakukan pemeriksaan

dahak di laboratorium sebanyak 3 kali (disebut dengan SPS / sewaktu-pagi-sewaktu).

Dari dahak-dahak tersebut akan dilakukan pemeriksaan BTA (basil tahan asam) di

laboratorium untuk diwarnai dan dilihat dengan mikroskop apakah terdapat kuman

TB atau tidak. Apabila ditemukan kuman TB, maka dipastikan orang dewasa tersebut

menderita penyakit TB dan harus diobati. Pasien TB dengan adanya kuman TB dalam

dahaknya berpotensi dapat menularkan kepada orang-orang disekitarnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan dahak dan seseorang dinyatakan sakit TB, maka

tenaga medis akan melakukan pengobatan TB sampai sembuh. Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) yang diberikan dalam bentuk paket (Kombipak atau FDC) di

Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya seperti Layanan Kesehatan Cuma-Cuma

(LKC) adalah GRATIS / Cuma-Cuma.

OAT paket tersebut (yang obatnya berwarna merah) harus ditelan setiap hari pada

tahap awal selama 2 bulan (56 hari) dengan dosis perharinya disesuaikan dengan

berat badan pasien saat itu. Pasien TB dan PMO biasanya dianjurkan untuk

melakukan kontrol rutin setiap 2 pekan sekali, untuk dipantau perkembangan hasil

pengobatannya serta pemberian OAT untuk 2 pekan yang akan datang. Apabila ada

keluhan efek samping OAT (seperti gatal dan mual), maka pasien harus

menyampaikan kepada petugas kesehatan saat kontrol agar dapat diberikan obat
mengatasi efek samping tersebut, serta OAT jangan diberhentikan sendiri dan tetap

dilanjutkan sesuai anjuran.

Dalam 2 bulan pengobatan TB, biasanya keluhan yang dialami oleh pasien TB

seperti batuk berdahak, sesak, kurang nafsu makan dan keringat malam akan

berkurang sekali bahkan hilang. Namun, tetap diingatkan bahwa pasien TB harus

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas dan dinyatakan selesai oleh petugas

kesehatan.

Satu pekan sebelum tahap awal selesai, kepada pasien TB akan dilakukan

pemeriksaan dahak di laboratorium sebanyak 2 kali (SP = sewaktu-pagi) untuk dilihat

apakah kuman TB nya masih ada atau sudah tidak ada. Apabila hasilnya

menunjukkan kuman TB nya sudah tidak ada, maka pengobatan TB dengan OAT

paket akan dilanjutkan ke tahap lanjutan selama 4 bulan (112 hari) dengan obatnya

yang berwarna kuning dan harus ditelan dalam 3 hari / pekan (biasanya pada hari

Senin, Rabu dan Jumat).

Kontrol tetap dilakukan rutin setiap 2 pekan sekali. Satu bulan sebelum selesai

tahap lanjutan,kembali pasien TB akan melakukan pemeriksaan dahak di

laboratorium sebanyak 2 kali untuk dilihat apakah kuman TB nya tetap tidak ada.

Apabila hasilnya menunjukkan kuman TB nya tetap tidak ada, maka pengobatan TB

dilanjutkan sampai tuntas. Pada akhir tahap lanjutan (1 pekan sebelum pengobatan

bulan keenam), untuk memastikan kembali kuman TB tetap tidak ada, pasien TB

akan diperiksa kembali dahaknya di laboratorium sebanyak 2 kali. Dan apabila hasil

pemeriksaan dahaknya ternyata tetap tidak ditemukan kuman TB nya, maka pasien

TB tersebut dinyatakan SEMBUH dari penyakit TB.


Dikarenakan pengobatan TB ini diberikan untuk waktu yang lama (6-8 bulan) dan

biasanya pasien TB merasa bosan dalam minum OAT serta merasa sudah enakan

walaupun baru berobat selama 1-2 bulan, maka diberlakukan untuk setiap pasien TB

yang berobat harus didampingi oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) yang

dipilih oleh tenaga medis dan pasien. Di mana PMO ini bertugas memastikan

penderita minum OAT setiap hari dan kontrol secara rutin ke Puskesmas atau sarana

kesehatan lainnya, sehingga TB nya bisa sembuh. Cara minum obat TBC yaitu :

1. Minum setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur.

2. Minum tablet tersebut dengan segelas air.

3. Hindari minuman beralkohol, karena dapat menimbulkan resiko masalah liver

yang serius pada saat pengobatan TBC

4. Minum semua tablet pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini untuk

memudahkan kedisiplinan pengobatan.

Apakah penyakit TBC bisa sembuh???

Hampir semua penyakit TBC bisa disembuhkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah penderita
harus meminum obat TBC yang diberikan secara teratur, sesuai dengan jadwal selama rentang
masa pengobatan. Pada umumnya penderita akan memperoleh 4 jenis tablet di awal
pengobatan.
E. Akibat ketidakpatuhan minum obat

Kuman TBC akan kebal terhadap obat yang dimakan, pengobatan akan diulang

dari awal, dan bahkan pengobatan yang dilakukan dari awal akan lebih lama dari yang

sebelumnyalebih dari 6 bulan dan bahkan efek samping obat yang diminum lebih besar

dari efek samping sebelumnya, TBC ini dinamakan TBC MDR

F. Peran Keluarga

Agar pengobatan berjalan efektif, dikembangkan metode DOTS (Directly

Observed Treatment Short-Course), yaitu pengawasan minum obat yang dilakukan oleh

orang terdekat pasien. Pengawas minum obat ini mendapatkan pembimbingan tentang

aturan minum obat dan menjaga pasien tidak lalai. Sistem DOTS ini sudah dilakukan di

95% Puskesmas dan 30% Rumah Sakit.

Peran keluarga dan orang terdekat sangat penting sebagai PMO (pengawas minum

obat). Dengan adanya dukungan-dukungan sosial dan psikososial dari masyarakat,

pasien suspek TB akan lebih termotivasi untuk sembuh.

You might also like