You are on page 1of 5

TINGKAT KEPUASAN PASIAN MENETUKAN TINGKAT MUTU

PELAYANAN KESEHATAN

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat sehingga penulis
bisa menyusun esai ini dengan lancar. Esai ini dapat dijadikan sebagai sarana
pembelajaran bagi penulis sendiri sebagai salah satu mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang serta bagi para pembaca. Penulis sadar bahwa esai ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan
memaparkan sebuah esai mengenai Mutu Pelayanan Kesehatan di kepulauan kepri
: Tingkat Kepuasan Pasian Menetukan Tingkat Mutu Pelayanan Kesehatan
Ilmu kesehatan memiliki cakupan yang sangat luas dan saling berkaitan.
Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat
dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan
pemerintah daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting
dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk membuat esai untuk menggambarkan salah satu tenaga kesehatan Indonesia
dan peranannya dalam membangun bangsa.

ISI
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode
etik profesi. Aspek-aspek yang mempengaruhi mutu layanan antara lain jumlah
petugas kesehatan, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, ketersediaan &
kelengkapan fasilitas, serta penilaian langsung dari masyarakatatau pemakai
fasilitas kesehatan.
Di Kepri baru empat rumah sakit yang terakreditasi dari 17 rumah sakit yang
ada. Enam di antaranya milik pemerintah dan satu lainnya swasta. Hal ini
dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan, yaitu Dokter Spesialis di setiap rumah
sakit. Sedangkan untuk meningkatkan mutu layanan diperlukan tenaga kesehatan
yang memadai.
Selain tenaga kesehatan, ketanggapan dari tenagakesehatan dalam menangani
kebutuhan pasien juga harus di perhatikan, tingkat kesigapan dari petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salah satu aspek yang
mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
Masyarakat juga memandang baik nya mutu layanan kesehatan melalui
pelayanan yang di berikan oleh setiap tenaga kesehatan. Secara umum tenaga
kesehatan harus mampu memberikan pelayanan kesehatan tanpa memandang
perbedaan bagi setiap pemakai layanan kesehatan Perbedaan ini antara lain
disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.
Demi meningkatkan pelayanan kesehatan banyak fasilitas tingkat pertama
yang bekerja sama dengan program jaminan kesehatan. Seperti halnya yang
berlaku di Indonesia yaitu program BPJS dan JKN-KIS. Jika dimasukan dengan
data Batam dan Karimun, maka total peserta JKN-KIS Kepri berjumlah
13.001.034 jiwa. Dari jumlah populasi sebanyak 1.913.856 jiwa, maka cakupan
peserta JKN-KIS sebesar 68 %.
Pemerintah mengharapkan dengan adanya kerja sama antara jaminan
kesehatan ini berguna memudahkan masyarakat untuk berobat tanpa
mengeluarkan biaya yang besar. Sehingga masyarakat tidak mendapatkan
hambatan untuk berobat. Dengan demikian dapat tercapai mutu pelayanan
kesehatan dengan baik.
Pasien/Masyarakat (Konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu
sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan di
selenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan
mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembang atau meluasnya
penyakit. Masyarakat saat ini merupakan masyarakat yang pandai menilai dan
kritis. Mereka mampu mengeluarkan pendapat dan suaranya kepada pemerintah
Namun di Kepulauan Riau hal itu masih kurang diperhatikan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Mindset pelayanan di rumah sakit
maupun puskesmas mengenai perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan, pengalaman masih sangat minim. Banyak tenaga kesehatan yang
melayani pasiennya dengan kurang baik.
Seperti yang terjadi pada tanggal 18 September 2017 di Rumah sakit umum
di daerah bintan, ada salah satu masyarakat yang ingin menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut mendapatkan perlakuan tidak baik,
dimana ia di tolak karena kartu jaminan kesehatannya sudah tidak aktif lagi. Hal
ini menunjukkan minimnya pelayanan kesehatan yang di berikan oleh rumah sakit
tersebut. Dimana ia masih memandang perbedaan antara pengguna pelayanan
kesehatan yang menggunakan fasilitas rumah sakit tersebut.
Prinsip pelayanan kesehatan yang harus di terapkan demi terwujudnya mutu
pelayanan yang baik ialah kesetaraan, yaitu layanan kesehatan harus diberikan
kepada mereka yang membutuhkan tanpa diskriminasi apapun.
Seperti yang telah di jelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, bahwa penyelenggaraan upaya
kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang
memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus
menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas mengambil peranan penting dalam
mutu layanan kesehatan . Sampai dengan bulan desember 2015 di provinsi
kepulauan riau , terdapat 355 puskesmas (3,6 %) puskesmas belum mengisi dan
melengkapi data aplikasi sarana dan prasarana alat kesehatan (aspak). Sedangkan
hal inin harus di perhatikan untuk memenuhi mutu layanan bagi masyrakat.
Dalam peraturan menteri kesehatan no.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat dinyatakan bahwa adanya keharusan bagi puskesmas untuk memenuhi
standar sarana, prasarana dan alat yang dinyatakan dalam persyaratan pendirian
dan pengembangan suatu puskesmas.
Dalam permenkes tersebut disebutkan bahwa kewajiban untuk melakukan
upaya pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala bagi sarana,
prasarana dan alat tersebut agar tetap baik. Kewajiban tersebut dilakukan sebagai
upaya peningkatan mutu, keamanan dan keselamatan pemanfaatan sarana
prasarana dan alat kesehatan.
Namun untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan secara sederhana dapat
dilakukan dengan meningkatkan pelayanan oleh petugas kesehatan, dengan
meningkatkan kinerja masing-masing dengan berpedoman pada kode etik setiap
profesi.
Para tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa
memandang perbedaan antara pengguna pelayanan kesehatan yang menggunakan
fasilitas kesehatan tersebut. Tenaga kesehatan harus membuka mindset bahwa
tidak ada perbedaan antara si-miskin dan si-kaya, antara yang berpendidikan dan
tidak berpendidikan, karena mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan
tersebut.
Selain hal tersebut ketanggapan petugas kesehatan juga harus di perhatikan
kembali, karena dari hal tersebut dapat memberikan kesan dan penilaian yang baik
bagi masyarakat.

Ilustrasi ketanggapan petugas kesehatan.


KESIMPULAN
Kepuasan setiap pemakai jasa fasilitas kesehatan adalah tujuan dari
mutulayanan kesehatan. Banyak tenaga kesehatan yang masih kurang
memperhatikan pelayanan yang ia berikan. Untuk mewujudkan mutu pelayanan
yang baik, para pemberi layanan kesehatan harus meningkatkan kinerja mereka
sesuai dengan kode etik profesi, serta menanamkan prinsip untuk pelayanan
kesehatan yang di berikan tanpa melihat berbedaan dari setiap pemakai jasanya.
dengan demikian mutu layanan kesehatan akan menjadi lebih baik.

You might also like