You are on page 1of 10

Wetting.

1. Definisi Wetting
Wetting adalah istilah keren dari pembasahan. Wetting atau pembasahan dibedakan
menjadi dua yaitu wetting yang bekerja berdasarkan sudut kontak antara cairan dengan
padatan yakni 0 atau mendekati 0 dimana cairan dapat menyebar dengan mudah diatas
padatan dan wetting yang bekerja berdasarkan fenomena kapilaritas.

Selain wetting ada juga istilah non wetting. Kalau wetting sudut kontak antara cairan dengan
padatan mendekati 0 sedangkan non wetting sudut kontak lebih dari 90o sehingga cairan
menggelembung keatas dan dapat terlepas dari permukaan dengan mudah.

2. WETTING AGENT
Wetting Agent adalah salah satu jenis bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat
pendispersi. Pelarut : (dapat sebagai wetting agent alcohol), gliserin, propilen glikol,
polietilen glikol. Penggunaan surfaktan sebagai wetting agent samapi dengan 0.1%.
Surfaktan :
Anionik : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate sodium).
Non ionic : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
Oral : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
Topikal : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate sodium).
Kerugian surfaktan : busa, system deflokulasi.

3. Landasan Teori Wetting :


Tahap kritis pembuatan sediaan suspensi adalah pencampuran partikel padat
kedalam pembawa yaitu pembasaahn pertikel padat untuk mendapakan disperse yang
stabil.
Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada permukaan partikel
oleh cairan. Proses pembasahan melibatkan surface dan interfaces.
Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak masalah dan
mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt mengambang di permukaan
pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara serbuk dan pembawa.
Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan
menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan kedudukan
seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan
sempurna.
Pada proses pembasaahn terjadi :
a. Penurunan tegangan permukaan cairan
b. Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat
Modifikasi pembasahan dengan surfaktan
Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan
interfasial air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif.
Bila zat padat porus atau surfaktan teradsorpsi pada interface zat padat atau cairan maka akan
terjadi penurunan wetting.
Untuk mempercepat pemilihan surfaktan :
Hidrofil-lipofil-balance (HLB) system :
a. Surfaktan dengan HLB rendah lebih larut dalam minyak
b. Surfaktan dengan HLB tinggi lebih larut dalam air
Surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air dibawah 30 dyne/cm2 disebut dengan
pembasahan spontan.
Untuk wetting agent, surfaktan yang sesuai adalah dengan HLB 7-9.
Perhatian pada pemilihan surfaktan :
a. Compatible
b. Should be used in minimum amount necessary
c. Excessive amount may lead to foaming, solubilization, unpleasant taste and odor.
Hidrofilik koloid sebagai pembasah
Acasia, bentonite, tragacanth, alginate, turunan selulosa : protective koloid, membungkus
partikel padat hidrofobik dengan cara lapisan multimolekuler.
Kerugian : Sisitem deflokulasi terutama pada konsentrasi rendah.
4. Mekanisme secara fisika dan kimia.
Wetting agent atau material surfaktan terdiri dari molekul polar dan non polar.
Molekul polar pada umumnya terdiri dari hidrokarbon yang terdapat di alam dan silikon.
Biasanya molekul polar bersifat aromatik dan alifatik. Sedangkan molekul non polar
kebanyakan terdiri dari gugus fungsional pada kimia organik yang berikatan dengan oksigen.

Pada umumnya proses wetting dilakukan dengan penambahan surfaktan. Surfaktan adalah zat
yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
(antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Tegangan
permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan
dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau
antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi
antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan
lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti). Pada fase cair
surfaktan akan mengabsorpsi dalam fase cair-padat dan cair-gas dengan mengecilkan
tegangan permukaan.
Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat
diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan
adalah memiliki gugus polar dan non polar pada molekul yang sama. Sifat aktif permukaan
yang dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunlcan tegangan permukaan, tegangan
antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Hal ini membuat surfaktan banyak
digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan
produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan
industri perminyakan untuk Enhanced Oil Recovery (EOR).

Potensi Indonesia menjadi produsen surfaktan yang menggunakan bahan baku minyak
kelapa sawit sangat besar mengingat Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua
di dunia. Jenis surfaktan anionik yang banyak digunakan saat ini untuk Enhanced Oil
Recovery (EOR) adalah surfaktan yang berbasis petroleum. Kelemahan surfaktan berbasis
petroleum adalah menggunakan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui, tidak tahan pada
kesadahan yang tinggi dan sulit didegradasi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memproduksi surfaktan metil
ester sulfonat (MES) yang dibuat dari bahan nabati yaitu metil ester metil ester dari crude
palm oil (CPO) dan jarak pagan Surfaktan MES dihasilkan melalui proses sulfonasi metil
ester dengan agen pensulfonasi, seperti NaHSO3 . Keunggulan yang dimiliki surfaktan MES
dibandingkan surfaktan berbasis petroleum yaitu bersifat terbarukan, lebih ramah lingkungan,
secara alami mudah didegradasi dan memiliki sifat deterjensi yang baik walaupun digunakan
pada air dengan tingkat kesadahan yang cukup tinggi.

Suhu reaksi, lama reaksi dan rasio mol merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam proses pembuatan MES. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
kondisi yang optimum dari suhu reaksi, lama reaksi dan rasio mol untuk memproduksi MES
serta memperoleh karakteristik produk yang dihasilkan. Parameter yang diukur adalah nilai
tegangan antarmuka (Interfacial Tension), tegangan permukaan (surface tension), stabilitas
emulsi, bilangan iod, bilangan asam, bilangan peroksida dan absorbansi sulfonat. Proses
optimasi menggunakan metode permukaan respon dan rancangan komposit terpusat dengan
tiga faktor.

Hasil analisis permukaan respon menunjukkan bahwa kondisi kombinasi perlakuan optimum
pada proses produksi MES dari metil ester CPO, kondisi optimum terjadi pada rasio mol
1:1,5, lama reaksi 4,5 jam dan suhu reaksi 108,9C. Validasi kondisi proses optimum
menghasilkan nilai IFT 0,35 dyne/cm dan tegangan permukaan 33,1 dyne/cm, emulsion
stability of 79,5%, acid value of 13,32 mg KOH/g sample, iodine value of 41,12 g iodine/100
sample, peroxide value of 7,6 mmole / 1000 gram, sulfonates absorbance of 0,76. Pada
sedangkan pada metil ester dari jarak pagan pada kondisi optimum yang terjadi pada suhu
100 C, lama reaksi 4,5 jam, konsentrasi metanol 25% dan suhu pemumian 50 C
menghasilkan IFT 0,025 dyne/cm dan tegangan permukaan 26,5 dyne/cm, emulsion stability
of 79,5%, acid value of 0,7 mg KOH/g sample, iodine value of 97,1 g iodine/100 sample,
peroxide value of 3,5 mmole / 1000 gram, sulfonates absorbance of 0,76.or.

Berbagai definisi surfaktan diatas pada dasarnya adalah sama yaitu dapat menurunkan
tegangan permukaan. Mengapa dikatakan dapat menurunkan tegangan permukaan?
Permukaan cairan dalam suatu wadah akan terjadi tarik menarik antara :

air air > gaya kohesi arah ke bawah,

air gelas > gaya adesi, di tengah, diabaikan dan

air udara > gaya adesi arah ke atas.

Kohesi air air lebih besar daripada adesi air udara, sehingga permukaan cairan cekung.
Untuk mengimbangi gaya tersebut timbullah tegangan permukaan. Bila ditambahkan
surfaktan, maka : kohesi antara gugus polar / hydrophil surfaktan dengan air (K p s air) >
arah ke bawah, dan adesi antara gugus non polar / lipophyl surfaktan dengan udara (A non p s
udara)> arah ke atas. Ternyata A non p s udara lebih besar daripada K p s air, sehingga
surfaktan dikatakan dapat menurunkan tegangan permukaan.

Selain itu, surfaktan sebagai anti busa. Busa harus dicegah dalam sediaan farmasi terutama
emulsi karena dalam industri secara pabrikasi, pengisian botol melalui mesin. Pada mesin
pengisi ada ukuran tinggi cairan dalam botol sebagai alat kontrol. Busa / sabun / detergen
akan terjadi misel : sabun, air dan udara. Jika sabun dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai
pembasah tapi jika sabun dalam jumlah berlebih akan terjadi busa. Pecahnya lapisan film
dapat dipercepat dengan penambahan surfaktan.

Aplikasi Hidrophyl Lipophyl Balance (HLB) surfaktan dalam pengobatan dipakai


untuk melarutkan Cholesterol, Trigliserida dan Asam Urat di dalam darah pada tubuh
manusia. Trigliserida sebagai gugus non polar, kadar normal dalam darah adalah kurang dari
150 mg/dl. Cholesterol berasal dari karbohidrat yang telah disintesa oleh tubuh dan protein,
kadar normal dalam darah adalah kurang dari 200 mg/dl. Asam urat kadar normal dalam
darah adalah kurang dari 7 mg/dl. Harga normal tersebut diatas tidak mengikat tergantung kit
insert / reagent yang dipakai.
5. JENIS-JENIS ZAT PEMBASAH
1. Propylene Glycol
a. Propylene Glycole Monomethyl Ether
Nama lain : (1-Methoxy-2-propanol; 1-methoxypropanol; Propapsol solvent M)
Sifat Fisika dan Kimia Propylene Glycol
Deskripsi : Cairan tak berwarna
Rumus Molekul : C4H10O2
Berat Molekul : 90.14
Density : 0.962 g/cm3 @ 20C
Titik Didih : 118-118.5C
Titk Leleh : -96.7C
Tekanan Uap : 11.8 torr @ 25C
Kelarutan : Larut dalam Air, methanol, eter dan yang lainnya.
Faktor konversi : 1 ppm = 3.69 mg/m3 at 25C
Penggunaan dan Sumber Utama
Propylene glycol monomethyl ether (PGME) digunakan sebagai pelarut untuk selulosa,
akrilik, zat warna, tinta dan lainnya. Tetapi penggunaan utama PGME adalah pada industry
Vernis dan Cat.
b. Propilen Glikol
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul
76,10. Struktur kimia propilen glikol :
CH3 CH (OH) CH2OH
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak
tanah P dan dengan minyak lemak. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet,
antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat
bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam
konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-
80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi,
industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.
Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai
pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan
non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat melarutkan berbagai
macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D),
kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik local.

2. Tween 60
Polisorbat 60 adalah hasil kondensasi stearat dari sorbitol dan anhidranya dengan
etilenoksiada,merupakan ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi
dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida
sorbitol. Polyoxyethylene 60 sorbitan monoleat atau lebih dikenal sebagai Tween 60
merupakan cairan kental, buram, kuning, bau agak harum atau bau minyak. Pada suhu lebih
dari 24 derajat menjadi cairan jernih seperti minyak. Kelarutan : larut dalam air, minyak biji
kapas, praktis tidak larut dalam minyak mineral, dapat campur dalam dengan aseton P dan
dengan dioksan P. Bobot per milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari
2,0. Tween 80 dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah
kelarutan, zat pembasah, zat pendispersi atau pensuspensi dengan harga CMC adalah 0,0014.
Tween 60 telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk makanan, dan sediaan
farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral maupun topikal dan tergolong
zat yang nontoksik dan iritan. Menurut WHO, pemakaian perhari untuk Tween maksimal 25
mg/kg BB.

3. Gliserin
Gliserin adalah senyawa organic yang disebut juga Gliserol. Tidak berwarna, tidak berbau
yang banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi. Gliserin bersifat hidrofilik,
digunakan pada produk agar produk cukup kering dan sebagai emollient. Gliserin merupakan
humektan yang biasa dipakai untuk kosmetik (hand and body lotion, cream pelembab dll),
untuk bahan dasar pembuatan sabun dan juga merupakan bahan utama untuk pasta gigi.
Fungsinya adalah untuk mengikat air/pelembab sehingga cream selalu basah dan tidak cepat
mengering di udara bebas.

Rumus Molekul :
IUPAC name : propan-1,2,3-triol
Other names : propane-1,2,3-triol, 1,2,3-propantriol, 1,2,3-trihydroxypropane, glyceritol,
glycyl alcohol.
Sifat Fisika dan Kimia :
Rumus molekul : C3H5(OH)3
Berat Molekul : 92.09382 g/mol
Penampakan : Jernih, tidak berwarna, cairan, higroskopis
Bau : Tidak Berbau
Density : 1.261 g/cm
Titik Leleh : 17.8 C (64.2F)
Titik Didih : 290 C (554F)
Index Refraktif : 1.4746
GAMBAR WETTING AGENT
KOROSI DANPELAPISAN
WETTING AGENT
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : MUHAMMMAD AGIL SAPUTRA
NIM : 5143122019)

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TA.2014/2015

You might also like