You are on page 1of 5

AHOK 45 Pemenang atau Kalah

Oleh : Anggiat

Background

Basuki Tjahya Purnama , Gubernur DKI Jakarta sedang di sidangkan di


Pengadilan Jakarta Utara , sebagai terdakwa dengan delik surat dakwaan
Penistaan Agama yang telah menjadi sorotan dan liputan berita berita
utama media sosial, tv, media cetak, elektronik, majalah, surat kabar harian,
mingguan, journal journal , yang telah menembus konsumsi pemberitaan
terpopuler, terkini, energik, serta sarat dengan dimensi, nuansa, ranah, esensi
esensi dinamika , dibidang sudut pandang politik, hukum, agama, sosial,
budaya, ekonomi bahkan melintasi bias bias teknologi informasi .

Persidangan persidangan Ahok yang sedang dan sudah berjalan


apabila diperbandingkan dengan gelar perkara persidangan yang pernah ada
seperti : Jessica , Ketua KPK Antasari Azhar , Ketua Mahkamah Konstitusi Akil
Mochtar , Kasus Pendopokan, Bandar Narkoba Budiman, Cicak vs Buaya, dan
terakhir Hakim MK Patrialis Akbar . Pemberitaan - pemberitaan tersebut
relatif berdampak yang lebih luas, sistimik ,aktual , sensual dan kontraversial
kontraversial . Kohesi kohesi dan interaksi interaksi sosial bahkan reaksi
reaksi sosial telah terbias luas dan nyata berlangsung di masyarakat Indonesia
yang senantiasa mengikuti terus informasi informasi ,pemberitaan, dan
peristiwa Live persidangan dengan terdakwa Ahok tersebut .

Persoalan Delict atau Case Penodaan dan penistaan Agama dengan


terdakwa Ahok berawal dan bermula adanya penyampaian pidato Basuki
Tjahya Purnama kepada masyarakat nelayan di Pulau seribu wilayah hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Utara, dengan mengutip ayat Al Maidah 51 ,
dengan menyebutkan tidak sekali kali umat islam muslim untuk memilih
pemimpinnya dari orang yang seagama atau seiman . Ironinya, hakiki negasi
dan groot case dari pernyataan tersebut menimbulkan umpan kebalikan
kepada Basuki Tjahaja Purnama, berakibat dampak luas sekali ditengah
tengah masyarakat Jakarta dan sekitarnya dan seluruh rakyat Indonesia .
Menyiasati lontaran isue yang telah dikedepankan dan disajikan , secara
garis dan sudut pandang linear, berpatok perspektif politik, hukum , sosial,
budaya dan agama sangat sulit dan sukar dimaknai . Ironi, sangat masif,
tendensius, irrasional, oleh karena pada mulanya hanya adanya premis
premis untuk kompetisi pasangan calon untuk menjawarai kursi jabatan
Kekuasaan Gubernur Jakarta akan tetapi bergeser friksi friksi, dinamika
efuoria secara tidak tertib, teratur dan terkendali. Bermacam macam aksi
demo, mobilitas sosial, kelompok massa , kerumunan dan aneka kerakyatan di
gelar, atribut atribut, simbol simbol , bertamengkan partai partai politik,
forum pembela ummat dengan dibungkus sentimen sentimen dan anasir -
anasir agama yang tidak positif dan sehat ;

Tesis Tafsir

Regulasi penistaan dan penodaan agama telah diatur dan termakub di


pasal pasal KUHP , seperti pasal 156 KUHP dan Pasal 156 a KUHP . Dengan
dalil dan pasal inilah Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa : Ahok, untuk
dinyatakan terbukti bersalah . Ancaman hukuman dari pasal ini dapat
dikenakan dan diancam hukuman 5 ( lima ) tahun dan 4 ( empat ) tahun .
Berbagai kontraversi dan multi tafsir dari berbagai opini publik , pendapat ahli
agama, sosial, bahasa , hukum, budayawan bahkan teknokrat memberikan
alasan dan argumen argumen sesuai dengan tesis tafsir , ilmu
pengetahuan, keahlian - smart expertasi yang masing masing dimilikinya .

Ada sebahagian tuntutan tuntutan dari pihak pihak yang kontra


terhadap keberadaan ahok , dalam hubungannya dengan tugas tugas
pokok, posisi, kedudukan dan jabatannya agar dilakukan penahanan ( arrested
or on jail ) ; Apabila di hubungkan dengan Pasal 183 UU Pilkada , telah diatur
dan ditegaskan seseorang yang telah diperiksa , diadili, dan sebagai tersangka
bahkan terdakwa yang ancaman hukumannya lebih dari 5 ( lima ) tahun harus
dan wajib untuk dilakukan penahanan. Adapun tuntutan untuk melakukan
penahanan tersebut dengan memperbandingkan dan memberikan beberapa
peristiwa dan kasus kasus hukum para pelaku tindak pidana ( actor of
criminal ), kepala kepala daerah baik di yang telah diputus dalam perkara
tindak pidana khusus seperti koruptor, kejahatan narkoba dan tindak pidana
umum biasa dengan ancaman hukuman berat ;
Secara fatsun politik hukum timbul konstruksi konstruksi, dialog-multi
tafsir, akuratisasi, efektifitas dan daya rasionalitas kebenaran terhadap
regulasi rumusan pasal pasal untuk memperoleh dan menegakkan
kepastian dan keadilan hukum. Ada ahli ahli dan pakar hukum berpendapat
sudah tidak didapatkan lagi interpretasi murni sesungguhnya, sehingga ada
kecenderungan hukum dibawa dan digiring kearah kepentingan kepentingan
untuk penafsir sendirinya ;

Dari sudut pandang sebahagian ahli berpendapat , ahok adalah dari


hasil pemilihan demokrasi oleh rakyat, sehingga tidak mungkin , irrasional dan
mustahil, untuk ditahan dan dilakukan tindakan kriminalisasi ; Prosedur dan
pelaksanaannya harus pula memrlukan persetujuan oleh rakyat .Secara bedah
penarikan premis premis linier riel dan faktual, konteks ranah Ahok Gate
dimensi dan perspektifnya tidak pula murni dan benar benar mutlak hendak
mendapatkan dan memperoleh kekuasaan , jabatan berdasarkan Pilkada ; akan
tetapi sudah diperkirakan dan diperhitungkan sebelumnya , assumsi assumsi
variabel variabel , hipotesis dan instrumen instrumen dengan segala cara
dan upaya harus dilaksanakan dengan mengorbankan, nilai nilai kebenaran ,
hakiki, nuraini dan agama ( Ke Tuhanan ) ;

Persoalan penistaan dan penodaan agama dengan konten konten yang


membungkus dibelakangnya untuk tutjuan, maksud dan pencapaian apakah
kepentingan, legitimasi kekuasaan,politik, melanggengkan jabatan , posisi
kedudukan, adalah isue,hal hal , konsumsi berita, yang kasual dan kusuistis
efek sosial berdimensi dan berdampak luas sekali . Dimasa lalu ada dan pernah
pemberitaan elo rating terhadap nabi nabi dan rasul , children of god,
satanic verses ( ayat ayat setan ) , Penentuan Terjadi Hari Kiamat, Pengakuan
Diri sebagai Tuhan Atau Nabi.

Ranah Ahok gate and case telah bergeser pula ke lembaga politik
DPR degan membuka dan menggelar persidangan kepersoalan pengajuan
Hak Angket ( Penyelidikan ) . Esensi drama politik yang pada mula dan
muaranya substansi perebutan kursi Pilkada , akhirnya, hulunya turbelensi
dan dimensi aspek di lembaga kekuasaan politik . Drama drama , babak
babak , episode episode akan digelar, dibuka dan diajukan di DPR . Fraksi
fraksi di DPR berdasarkan lobi lobi dan negoisasi negoisasi politiknya akan
menggelontorkan kearah mana dinamika bola politik akan di tampikkan
dan di optimalisasikan .

Politik dan Peradilan

Lembaga Peradilan dengan komposisi 5 ( lima ) hakim, di Pengadilan


Jakarta Utara , telah menggelar dan menyidangkan perkara Penistaan Agama
Oleh ahok ; sampai dengan berakhirnya pemilihan kepala daerah DKI putaran
I dengan pasangan calon ( Paslon) sebanyak 3 ( tiga ) pasangan telah selesai ;
Ahok Djarot , memperoleh suara , dukungan dan pemenang terbanyak
teratas ; Akan tetapi untuk Ahok persidangannya masih berlangsung dan
digelar ; Persidangan, tahapan acara acara telah dilalui. Fase pemeriksaan
saksi saksi ( Jaksa Penuntut Umum), sedang dan telah berlangsung ;

Menjadi pertanyaan , apakah dan bagaimana status dan posisi ahok


pada persidangan persidangan selanjutnya , bahkan bagaimanakah drama
keputusannya , apakah ahok yang sebagai terdakwa , akan ditahan ( from
suspect, accuser to arrested ) ; Apakah ahok akan diputus dan divonis
dinyatakan bersalah . Demikianlah frasa proses peradilan, tidak dapat di
ganang ganang, ditebak, dihitung bahkan dipastikan . Paradigma dan rumus
rumus kwantitaif ke kwlitatif dan sebaliknya kwalitatif ke kwantitatif dapat
diberlakukan . Tidak ada bisa diestimasi secara riel dan pasti ; Peradilan, harus
bersih, indipenden, impartial tidak memihak , dan tidak terpengaruh dari
intervensi , agitasi , hasutan , tekanan dan kekuasaan ;

Hukum hukum di ranah proses peradilan berpedoman dan


berpatokan senantiasa kepada fakta fakta , akan tetapi tetap ada bias bias
yang tidak dapat terabaikan dan terkesampingkan . Untuk menentukan
seseorang bersalah atau tidak bersalah , pada dan didalam Hukum Acara ( Kitab
Undang Undang Hukum Acara Pidana ,UU No. 8 Tahun 1981 ), telah
disebutkan dengan sedikit- dikitnya 2 ( dua ) alat bukti yang sah .

Ahok, masih mengikuti proses persidangan, menurut perkiraan


persidangan tersebut terus berlangsung dan berlanjut hingga masa pemilihan
putaran kedua Pilkada DKI ; Ahok, telah didampingi Tim Pendamping
Hukumnya, Lawyer, Solicitor, Legal Advisour yang bergengsi, prestigous,
berpamor ; Dengan berbagai kemampuan dan latar belakang keahlian hukum
yang sangat tidak diragukan lagi . Apakah ahok akan sebagai pemenang atau
kalah ( losser or winner ). Ataukah menjadi terkriminal, terhukum penghuni bui
. Untuk itu juga asumsi simetrisnya, sangat berkorelasi dengan hasil keputusan
proses persidangan .

Skenario, setting, konstelasi konstelasi dimasing masing pihak Tim


Pendamping Ahok tersebut di sidang peradilan jelas telah mempersiapkan
segala sesuatunya, bagaimana sekalipun bebagai pihak dari seluruh lapisan
dan elemen masyarakat, khususnya pendudukung , simpatisan dan
konstituennya mengharapkan dan mendambakan sekali keluar sebagai
pemenang atau dinyatakan tidak bersalah . Kita memang tidak menampik dan
bukan pula menyatakan tidak empati, prihatin dan turut solidaritas atas
tragedi ahok , akan tetapi sungguh sungguh disesalakan pula dimasa
reformasi yang diharapkan untuk tegaknya benar- benar supremasi hukum,
keadilan, kebenaran dan kejujuran , justeru terkesampingkan dengan sarat dan
hausnya kepentingan kepentingan untuk supremasi kekuasaan .

Penutup

Apabila diikuti, teliti dan dicermati secara faktual dan nyata nyata
beragam dan bermacam macam kasus kasus yang berdimensi kode
agama akan bisa saja dapat terjadi . Implikasi kasus sedemikian memiliki daya
dampak sosial luas kepada masyarakat . Masalah dan persoalan agama
bertaut dan sangat berhubungan dengan keyakinan, agama, kepercayaan dan
keimanan. Akan tetapi, disisi untuk kepentingan lain , kekuasaan politik,
status jabatan oleh pemangku pemangku nya menyalah gunakan . Kebenaran
dan keadilan Ahok Ir. Basuki Tjahja Purnama ,MM, hanya dapat ditegakkan
oleh peradilan , sebagai pengujian . ( deforce by trial, and then test ) ;

*PENULIS ADALAH HAKIM PN PADANG


DAN SEBELUMNYA PROFESI SEBAGAI
AKADEMISI DI PERGURUAN TINGGI*

You might also like