Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
Kelompok 5, kelas A
Anggi Yudhatama 20102100
Atika Dania Putri 2010210035
Bernazal 20102100
Claudia 20102100
Cakra Suganda 2010210047
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2013
PROTOKOL
No. 001/2013
Diajukan oleh:
Laboratorium Q-Lab
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Disponsori oleh:
PT. Farma Panca
No Protokol
No. 001/2013
Sponsor
Nama: PT. Farma Panca
Alamat: Jl. Lenteng Agung Raya, No 28-29, Jakarta Selatan 11234
Tempat Penelitian
Nama : Laboratorium Pengujian Q-Lab Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Alamat : Jalan Serengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640
Personil
Peneliti Utama : Cakra Suganda, S.Farm, Apt.
Peneliti Pendamping : Claudia, S.Farm, Apt.
Analis : Anggi , S.Farm, Apt.
Dokter Penanggungjawab : dr.Bernazal
Tanggal Pelaksanaan
Mei-Oktober 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Sponsor
Peneliti Utama
Peneliti Pendamping
dr.Bernazal
Tanggal: 10 April 2013
STUDI BIOEKIVALENSI TABLET GLIPIZID 5 mg (GLUKOZID) PRODUKSI PT.
FARMA PANCA DIBANDINGKAN TERHADAP
TABLET MINIDIAB PRODUKSI PT. PFIZER
PENDAHULUAN
Glipizid, 1-cyclohexyl-3-[[p-(2-(5-methylpyrazinecarboxamido) ethyl]phenyl] sulfonyl]urea,
merupakan obat yg merangsang pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Obat ini termasuk obat
diabetes golongan sulfonilurea. Sulfonilurea dengan efek hipoglikemia berat adalah generasi
awal yang masa kerjanya panjang; misalnya gliclazide regular, glibenclamide, glyburide.
Sedangkan sulfonilurea generasi yang lebih baru memiliki efek samping hipoglikemia lebih
ringan. Gliclazide extended release juga termasuk yang efek hipoglikemianya rendah. Efek
lainnya dari sulfonylurea adalah merangsang nafsu makan, sehingga dapat meningkatkan berat
badan. Satu-satunya sulfonilurea yang dapat diberikan untuk penderita gangguan fungsi ginjal
adalah gliquidone.
Kekuatan hipoglikemiknya jauh lebih besar dibandingkan dengan tolbutamida, lebih kurang 100
kali Tolbutamida. Glipizid merangsang sekresi insulin oleh sel-sel beta-Langerhans kelenjar
pancreas, menekan produksi glukosa hati dan meningkatkan jumlah reseptor insulin di jaringan
ekstrahepatik. Dengan dosis tunggal pagi hari terjadi peninggian kadar insulin selama 3 kali
makan, tetapi insulin puasa tidak meningkat. Efek insulinotropik terjadi 30 menit setelah
pemberian dosis tunggal pada pasien diabetes.
Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per oral. Setelah
absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Mempunyai masa kerja lebih dari 12 jam,
lebih lama dibandingkan dengan glibenklamid tetapi lebih pendek dari pada klorpropamid.
Glipizida diabsorpsi lengkap sesudah pemberian per oral. Konsentrasi puncak dalam plasma
tercapai 1-3 jam setelah pemberian per oral. Glipizid tidak diakumulasi dalam plasma pada
pemberian berulang per oral. Absorpsi total dan disposisi tidak dipengaruhi oleh makanan,
namun waktu absorpsi akan tertunda lebih kurang 40 menit. Oleh sebab itu glipizid lebih efektif
jika diberikan 30 menit sebelum makan/sarapan. Di dalam plasma sebagian besar glipizid terikat
pada protein, sekitar 98-99% satu jam setelah pemberian. Volume distribusi glipizid setelah
pemberian intra vena sebesar 11 liter. Glipizid dengan cepat dimetabolisme dalam hati menjadi
metabolit turunan hidroksilasi dan konjugat polar yang tidak aktif. Metabolit dan kira-kira 10%
glipizida utuh diekskresikan melalui ginjal. Waktu paruh eliminasi lebih kurang 2-4 jam pada
subyek normal, baik pada pemberian per oral maupun intra vena. Pola metabolisme dan ekskresi
sama, baik pada pemberian per oral maupun intra vena, menunjukkan bahwa first pass effect
tidak signifikan.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap glipizid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea lainnya
Porfiria
Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Efek Samping :
- Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, dan hipersekresi asam lambung
- Gangguan susunan syaraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, bingung, ataksia dan lain
sebagainya.
- Gangguan kulit, berupa gatal-gatal dan kemerahan pada kulit, kadang-kadang kulit dan mata
menjadi kuning, kulit lebih mudah terbakar sinar matahari
- Urin menjadi lebih gelap warnanya
- Feses menjadi lebih terang warnanya
- Demam, sakit tenggorokan
- Mudah tergores dan mengalami perdarahan
- Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis dan anemia
aplastik dapat terjadi walau jarang sekali.
- Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada
gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-
obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang.
- Golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Walaupun penelitian pada hewan menunjukkan hanya sangat sedikit
glipizid yang ditemukan dalam jaringan janin yang induknya diberi glipizid, namun pemberian
glipizid pada wanita hamil tetap tidak dianjurkan.
- Terhadap Ibu Menyusui : Penggunaan OHO golongan sulfonilurea tidak dianjurkan pada Ibu
menyusui.
GLUKOZID merupakan produk copy untuk antidiabetes produksi PT. Farma Panca yang tiap
tabeletnya mengandung 5 mg Glipizid. Bioekivalensinya akan diuji dengan menggunakan
produk inovator Minidiab produksi PT. Pfizer sebagai pembanding. Studi bioekivalensi ini perlu
dilakukan untuk menjamin khasiat, keamanan, mutu obat copy.
Studi akan melibatkan 18 sukarelawan (subjek) sehat, pria, wanita. Jumlah furosemid dalam
plasma ditentukan dengan metode KCKT menggunakan furosemid sebagai baku eksternal.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bioekivalensi dari tablet glipizid 5 mg
(GLUKOZID) produksi PT. Farma Panca dibandingkan terhadap produk standarnya
MINIDIAB produksi PT. Pfizer.
METODE
a. Desain Penelitian
Uji bioekivalensi ini didesain secara random menyilang dua arah yang melibatkan 18 subjek.
Setiap subjek akan diberikan tablet GLUKOZID dan dalam dua periode diselingi periode
pembersihan (washout) selama 3 hari. Dosis tunggal 5 mg akan diberikan 30 menit sebelum
makan secara oral pada pagi pukul 07.00 yang diminum dengan 200 ml air . Subjek akan
memakan makanan standar pada waktu 4, 8, dan 12 jam setelah pemberian obat. Selama
periode washout subjek tidak dikarantina, sedangkan selama periode puasa, pemberian dosis
obat, dan pengambilan sampel subjek akan dikarantina di Hotel Pancasila.
b. Subjek
Pedoman Uji bioekivalensi Tahun 2004 yang diterbuitkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatur jumlah subjek berdasarkan parameter
bioavailbilitas utama, yakni area under curve (AUC) kadar obat dalam darah terhadap waktu,
yang menunjukkan jumlah obat yang masuk peredaran darah sistemik. Untuk nilai
simpangan baku relatif dari AUC sebesar 56,9 %. 15,0-17,5% dapat melibatkan subjek antara
12-16 orang. Dari parameter farmakokinetik levodopa yang dilaporkan oleh Joyce L. Kee
dan Evelyn R. Hayes, levodopa diabsorbsi baik oleh saluran gastrointestinal.
"Dose Failures" dan "Delay on" fenomena menyusul asupan dosis levodopa pada pasien
dengan penyakit Parkinson (PD) dengan fluktuasi motorik dapat disebabkan oleh stagnasi
levodopa yang buruk dalam lambung. Etilevodopa adalah prodrug, unik sangat larut
levodopa. Bila tertelan, etilevodopa lebih mudah larut dalam lambung daripada levodopa.
Melewati berubah melalui lambung ke duodenum, di mana ia dengan cepat dihidrolisis oleh
esterases lokal dan cepat diserap sebagai levodopa. Untuk membandingkan farmakokinetik
dari tiga mode yang berbeda dari etilevodopa / carbidopa administrasi dengan standar
levodopa / carbidopa tablet pada pasien PD berfluktuasi, 29 pasien dengan PD dan fluktuasi
respon yang terdaftar dalam label terbuka, acak, empat arah crossover studi dosis tunggal 4
Perawatan: tertelan etilevodopa / carbidopa tablet, etilevodopa / carbidopa tablet dilarutkan
dalam air, larutan oral etilevodopa dengan tablet carbidopa, dan standar levodopa / carbidopa
tablet. Untuk mengukur konsentrasi maksimal (Cmax), waktu untuk Cmax (tmax), dan area
di bawah kurva (AUC) levodopa plasma, etilevodopa, dan carbidopa, sampel darah diambil
sebelum pemberian obat dan pada interval hingga 240 menit setelahnya. Plasma levodopa
tmax secara signifikan lebih pendek dengan semua tiga modus administrasi etilevodopa (rata-
rata sekitar 30 menit) dibandingkan dengan pengobatan levodopa (rata-rata 54 menit).
Selama 45 menit pertama setelah konsumsi obat, plasma levodopa AUC secara signifikan
lebih besar setelah pemberian etilevodopa dibandingkan setelah pemberian levodopa.
Levodopa AUC untuk 0 sampai 1 jam dan 0 sampai 2 jam juga administrasi berikut
signifikan lebih besar dari etilevodopa / carbidopa tablet tertelan dibandingkan setelah
pemberian levodopa / carbidopa tablet. Berarti Cmaks levodopa berada di kisaran 2,3-2,7
microg / mL untuk semua perawatan. Cmaks levodopa adalah pengobatan berikut signifikan
lebih besar dengan tablet ditelan etilevodopa dibandingkan dengan tablet levodopa.
Etilevodopa / carbidopa ditoleransi, dengan profil keamanan yang sebanding dengan
levodopa / carbidopa. The levodopa pendek tmax diamati dengan etilevodopa berpotensi
diterjemahkan ke waktu yang lebih pendek untuk "on". Uji klinis dengan etilevodopa /
carbidopa tablet harus dilakukan pada pasien PD dengan fluktuasi respon seperti "tertunda
pada" dan "kegagalan dosis".
Subjek yang berpartisipasi berumur antara 18-40 tahun dengan masa Indeks Masa Tubuh
antara 18-25 kg/m2. Sebelum studi, setiap subjek akan menandatangani inform consent
setelah menerima penjelasan secara detail tentang ruang ingkup studi bioekivalensi, termasuk
larangan dan rasa yang kurang nyaman yang mungkin timbul akibat penggunaan obat
tersebut. Kondisi kesehatan subjek ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan selam 2 minggu sebelum dan selama masa studi, serta harus
menghindari kegiatan fisik yang berat. Studi akan dilakukan sesuai good clinical practice
(GLP) dan akan diajukan ke Komisi Etik RSCM FK-UI, Jakarta untuk memperoleh ethical
clearance.
Kriteria Inklusi
Subjek telah melewati pemeriksaan fisik, ECG, dan tes laboratorium klinik yang meliputi:
glukosa darah, urea, kreatinin, SGOT-SGPT, alkalin fosfatase, bilirubin total, asam urat,
kolesterol, TEG, albumin dan protein total, haemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah putih
total, jumlah sel darah merah, laju pengendapan sel darah, dan urinalisis harian. Semua hasil
pemeriksaan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Kriteria Eksklusi
- Sukarelawan yang menderita penyakit hipertensi, ketoasidosis diabetik (KAD), menderita
perforia, mempunyai riwayat gangguan fungsi hati dan ginjal tidak dilibatkan dalam studi
ini.
- Pria dan wanita pada usia subur.
- Tidak mempunyai riwayat ketergantungan pada alkohol atau penyalahgunaan obat.
Kedua tablet yang diuji diproduksi sesuai Good Manufacturing Practice (GMP).
Penyiapan sampel
Sejumlah 10 mg glukozid dilarutkan dalam 10 mL larutan fase gerak. Sejumlah 1 mL
larutan diambil dan dilarutkan dalam 10 mL larutan fase gerak dan larutan standardnya.
Dari larutan standard glukozid yang di deteksi disiapkan dalam fase gerak untuk
mendapatkan konsentrasi final dalam rentang 25-50m/ml. Beberapa tablet ditimbang
dan diserbukan untuk analisis obat glukozid dalam dosis farmasitikal. Kemudian
dipindahkan ke dalam labu tentukur 10ml mengandung 10 ml fase gerak. Larutan ini
terultrasonikasi dalam waktu 10 menit dan melewati filter membrane 0,45 m. Dalam
tiap 20 l larutan di injeksikan 6 kali ke dalam kolom C18 pada HPLC.
Sistem KCKT
Kolom : Chromosil C18 fase balik kolom 250 x 4.6 mm
Fase Gerak : asetonitril, methanol dan asam ortofosforik (30:50:20)
Laju Alir : 1mm/1ml
Volume Injeksi : 20l
Detektor : UV-Vis Detector
Daftar Acuan
1. Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta: Gaya Baru
2. BPOM RI. 2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. Jakarta : Badan POM
3. Tjay, Drs. Tan Hoan & Drs. Kirana Rahardja. 2002. Obat- Obat Penting. Jakarta : IKAPI
4. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI