Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
3. Fosfolipid
Fosfolipid merupakan turunan dari gliserol yang dikenal dengan asam fosfasidat.
Asam fosfasidat adalah lemak yang gugus OH ujungnya terkait dengan gugus fosfat.
Fosfasidat merupakan asam fosfasidat yang gugus fosfat berikatan dengan senyawa-
senyawa yang mengandung atom nitrogen. Yang termasuk kedalam fosfolipid
contohnya lechitin, etanol amin, kepalin dan phorpaldehid serin. Sifat dari fosfolipid
bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino yang diikatnya.
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi
kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai
prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari
sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous.
Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat
universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan
adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.
Metoda Kuantitatif
Metoda ini merupakan metode penentuan kadar lemak total yang terdiri dari metode
ekstraksi solven dan ekstraksi non-solven. Berikut penjelasan dari masing-masing
metode:
a. Ekstraksi Solven
Teknik ekstraksi solven merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
isolasi lemak dan menentukan kandungan lemak dalam makanan.
b. Ekstraksi Non-Solven
Sejumlah ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organik untuk memisahkan
lemak dari bahan lain dalam makanan, contohnya dengan metoda Babcock, Gerber
dan Deterjen, yang sering digunakan untuk menentukan kadar lemak dalam susu
dan produk olahan (dairy product).
- Metoda Babcock
Sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock. Asam sulfat
dicampur dengan susu, yang akan mendigesti protein, menghasilkan panas dan
merusak lapisan yang mengelilingin droplet lemak, sehingga melepaskan lemak
- Metoda Gerber
Metode ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam sulfat dan
isoamil alkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda. Metode ini lebih cepat
dan sederhana dibanding metode Babcock.
- Metoda Deterjen
Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. Surfaktan
akan menggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel
susu, menyebabkan lemak terpisah. Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan
berada di leher botol sehingga kadar bisa ditentukan.
1.2 Tujuan
1. Melakukan ekstraksi lemak dari bahan pangan dengan metode soklet.
2. Menentukan kadar lemak yang terkandung pada suatu bahan pangan.
1.3 Manfaat
1. Dapat melakukan analisis kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan
pangan.
2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas piala 250 mL untuk wadah
larutan, gelas ukur 100 mL untuk mengukur volume larutan, neraca analitik untuk
menimbang sampel secara analitik, kertas saring untuk menyaring filtrat, alat soklet
untuk proses ekstraksi, kaca arloji untuk wadah menimbang zat, penangas listrik
untuk memanaskan larutan dan oven untuk memanaskan ekstrak sampel.
2.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum adalah kacang tanah sebagai sampel,
Asam Klorida 25% sebagai pemberi suasana asam dan pelarut organik heksan sebagai
pelarut lemak.
2.4 Fungsi Bahan
No Bahan Fungsi
1 Asam Klorida 25 % sebagai pemberi suasana asam
2 Pelarut Organik Heksan sebagai pelarut lemak
3 Kacang tanah 8 gram sebagai sampel
Ekstrak lemak
Kadar Lemak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Data
Berat sampel = 12,5 gram
Berat lemak = 4,41 gram
Berat labu kosong = 108,66 gram
Berat labu + lemak = 113,07 gram
4.2.2 Perhitungan
Kadar lemak :
% lemak = Berat lemak x 100%
Berat sampel
= 4,41gram x 100%
12,5 gram
= 35,28 %
3.1 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan mengenai penetapan kadar lemak pada kacang tanah
dengan metode ekstraksi soklet. Prinsip penentuan kadar lemak kacang tanah ini yaitu
dengan metode sokletasi.
Penentuan kadar lemak dengan metode ekstraksi kering dilakukan dengan
prinsip penyaringan dengan pemanasan secara berulang-ulang menggunakan pelarut
organik, yaitu heksan. Penggunaan pelarut heksan karena sifat lipid atau lemak itu
dapat larut dalam pelarut oganik, selain itu heksan memiliki titik didih yang rendah
daripada lemak sehingga heksan bisa diuapkan dan didapatkan lemak yang murni.
Sabelum dilakukan ekstraksi dengan soklet, dilakukan preparasi terhadap
sampel yaitu penambahan HCl dan pemanasan. Hal ini bertujuan untuk memberikan
suasana asam sehingga dapat membebaskan lemak dari kacang tanah dan
mendapatkan ekstrak lemak yang lebih banyak. Selanjutnya dilakukan penetralan pH
karena pH optimum untuk sokletasi kacang adalah 7. Pada sokletasi digunakan
pelarut heksan karena bersifat non polar dimana lemak yang akan di ekstrak dari
sampel kacang bersifat non polar. Suhu pada sokletasi adalah 80C karena titik didih
pelarut heksan adalah 80C.
Tabel 1. Komposisi kimia kacang tanah (per 100 gram bahan kering)
Komposisi Jumlah
Kadar air (g) 4,0
Protein (g) 25,3
Lemak (g) 42,8
Karbohidrat (g) 21,1
Sumber : Departemen Kesehatan, RI, (1996)
Dari data yang ditunjukkan tabel 1 menyebutkan bahwa kandungan lemak
yang terdapat pada sampel adalah 42,8 gram per 100 gram sampel atau 42,8%. Hasil
praktikum menunjukkan perbedaan dari persentase lemak pada perhitungan tabel 1.
Hasil dari praktikum menunjukkan bahwa persentase kadar lemak pada sampel yaitu
sebesar 44,67%.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM.
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENENTUAN KADAR LEMAK
Disusun Oleh:
Kelompok I (Satu)