You are on page 1of 21

c 


  
     

 

 
   
  
  


Oleh :
KELOMPOK III

I Putu Bagus Maha Paradipa (0808505001)


Anggy Anggraeni Wahyudhie (0808505002)
Ni Putu Dian Priyatna Sari (0808505007)
I Gusti Agung Suastika (0808505008)
I Wayan Dwisada Purnamayadi (0808505009)
I.G.A Mira Semara Wati (0808505016)
Ni Putu Parwatininghati (0808505017)
I Gede Dwija Bawa Temaja (0808505031)

     

   
c   

    



   
  

Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini
biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat
tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim,
2010).
Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi pertikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit
dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi
(Anonim, 2010).
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, dimana teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau
bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk dan
cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting
dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan
meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul bila cairan sudah ditambahkan
(Anonim, 2010).
Pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling dengan tujuan agar
terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat. Setelah pengeringan, granul diayak kembali dimana ukuran ayakan tergantung pada
alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Anonim, 2010).
Keuntungan metode granulasi basah antara lain :
a.? Memperoleh aliran yang baik.
b.? Meningkatkan kompresibilitas.
c.? Mengontrol pelepasan.
d.? Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
e.? Distribusi keseragaman kandungan.
f.? Meningkatkan kecepatan disolusi.

Kekurangan metode granulasi basah antara lain :


a.? Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
b.? Biaya cukup tinggi.
c.? Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini.
d.? Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
(Anonim, 2010)
 ?
Paracetamol merupakan derivat dari asetanilida yang merupakan metabolit dari
fenasetin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, tapi pada tahun 1978 ditarik
dari peredaran karena efek sampingnya berupa nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiat dari
paracetamol ini adalah sebagai analgesik dan antipiretik, tetapi tidak untuk antiradang.
Dewasa ini paracetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman juga untuk
swamedikasi (pengobatan sendiri) (Tjay dan Rahardja., 2008).
Parasetamol merupakan derivat para aminofenol yang memiliki aktivitas analgesik
dan antipiretik, serta anti-inflamasi lemah. Parasetamol dapat diberikan per oral dan per rektal
untuk mengatasi keluhan nyeri ringan hingga sedang, serta demam (Reynolds, 1989).

 ? !"#$
Parasetamol siap diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dengan konsentrasi puncak
plasma mencapai sekitar 10-60 menit dengan dosis per oral. Parasetamol didistribusikan ke
hampir semua jaringan tubuh. Melewati plasenta dan mengalir melalui air susu. Ikatan
protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi terapeutik normal, namun dapat meningkat
dengan peningkatan konsentrasi. Waktu paruh eliminasi dari parasetamol bervariasi antara 1
hingga 3 jam (Sweetman, 2002). Parasetamol dimetabolisme dalam hati dan diekskresi
melalui urin sebagai glukoronide dan sulfat konjugasi. Kurang dari 5% diekskresi sebagai
parasetamol. Eliminasi terjadi kira-kira 1-4 jam (Reynolds, 1989).
Suatu metabolit terhidroksilasi (   
  , selalu diproduksi
dengan jumlah yang sedikit oleh isoenzim sitokrom P450 (terutama CYP2E1 dan CYP3A4)
didalam hati dan ginjal. Metabolit ini selalu terdetoksifikasi dengan konjugasi dengan
glutasion, tetapi dapat terjadi akumulasi diikuti dengan overdosis parasetamol dan
menyebabkan kerusakan jaringan (Sweetman, 2002).

% ?#!#
Parasetamol merupakan analgetik-antiperetik yang bekerja seperti aspirin yaitu
menghambat sintesa prostaglandin tetapi tidak mempunyai efek anti inflamasi. Obat ini
memblok impuls nyeri; memproduksi antipiresis dari hambatan pusat pengaturan panas
hipotalamus (Lacy, 2004).
Parasetamol memiliki daya analgetik ringan karena kerjanya menghambat sintesis
prostaglandin pada sistem saraf perifer dan memblok impuls nyeri. Sedangkan daya
antipiretik diperoleh karena kerjanya memberikan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor
di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan Rahardja, 2007).















& ? '# !()
Efek samping jarang terjadi lewat dosis sedang seperti mual, muntah, nyeri perut,
menggigil. Intoksikasi akut seperti pening, lemah, mual, muntah, nyeri perut, keringat
berlebihan, palpilasi, stimulasi SSP (gelisah, delirium, psikosis, toksik, dan konvulsi) diikuti
dengan depresi SSP, hipotermia, syok, dan koma. Dosis lebih berkepanjangan dapat
mengakibatkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, pensilopenia, agranulositosis, (tak
lazim), methemoglobinemia (sianosis pada kulit, mukosa, kuku jari, dispenia, sakit kepala,
vertigo, lemah nyeri angina, gagal sirkulasi), sulfenoglobionemia, gangguan saluran cerna,
perubahan psikologis, reaksi hipersensitivitas, udem laring, lesi mukosa, eritemia atau ruam,
udem angioneurotik dan demam (Anonim, 2005).
Reaksi hipersensitivitas meliputi gejala urtikaria, disponoea, dan hipotensi, hal ini
dapat terjadi setelah penggunaan parasetamol baik pada dewasa maupun anak-anak. Juga
dilaporkan terdapat angioedema (Sweetman, 2002).

* ?"$ 
Oipersensitifitas terhadap parasetamol dan komponen lain dalam formulasi.
? Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.
? Penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
? Penderita diabetes melitus.
? Penderita G6PD.
? Penderita dengan riwayat hipersensitivitas pada parasetamol.
(Lacy, 2004)
+ ?c# )$c# ,$
Limit dosis < 4 g/hari dapat menyebabkan toksisitas hati pada kasus overdosis akut,
pada beberapa pasien dewasa dapat menyebabakan kerusakan hati pada dosis harian kronis.
Digunakan dengan perhatian pada pasien dengan penyakit hati karena alkoholik dan pasien
dengan defisiensi G6PD yang tidak diketahui (Lacy, 2004).
Peringatan :
? Oati-hati penggunaan obat ini pada penderita gangguan fungsi ginjal.
? Bila setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, atau demam tidak menurun setelah 2
hari, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
? Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan resiko kerusakan hati.
(Tjay dan Rahardja., 2008)
- ?$#  .$
1.? Dengan aspirin, meningkatkan konsentrasi aspirin dalam darah.
2.? Dengan chloramphenicol meningkatkan  dari chloramphenicol.
3.? Barbiturat, karbamazepin, hydantoins, isoniazid, rifampin, sulfinpyrazone dapat
meningkatkan potensi hepatotoksik dan menurunkan efek analgesik dari
parasetamol.
4.? Kolesteramin dan propantelin dapat menurunkan absorpsi parasetamol.
5.? Metoklopramid dapat meningkatkan absorpsi dari parasetamol.
6.? Etanol dapat meningkatkan resiko induksi hepatotoksik dari parasetamol.
7.? Dengan antikonvulsan phenobarbiton memperkuat efek hepatotoksik parasetamol.
(Lacy, 2004)
/c#0!(
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim, 1995).
 
 
?
 
1 2
?  c  t l?i ?

?    til  il?Rl  ? 
? 

 


?
?
M t?@  ? 
?    2
2


?/l?i ?

?  


 ?  i?
?i ?
 
?    
? l ? t ?? l?ti ?ti ?  ?  ? it? i ?
 ?
? 2  
c  t l?  ? ?l t? l ? i ? ? l ?lil;?l t? l ? t;?
 ? l t?  l ? illil?  ?  l ? t l?   ? c? ? i ?
 ?
 t? l ? i?ii? ? l ? ti?ii ?
??i ?
?
c  t l?  ? ?l t? l ? i?
?:? ?l t? l ? i?ii?
? :?
 ?  ? l t?  l ? ll? 
? :? ? t ?
:?
 ? ? l t?  l ? t? 
? :?
 ?
 ? ?l t? l ?lil?
:? ? ?l t? l ?il?lil?
:? ?
  t?  ?l t?  l ? l ?  ti? ti ? l t?  l ? t ? l t?  l ?
l t ? l li?ii ?Rl ?
?
?  
?  lti? ? tiiti?i ?
?
?   
? t i?  ? ti ?  ?  i? ? ?  ? ti ? li?  i?


?C  ?iit?t  ?! t? ?tl ?ii ?i ?
?

? $.2$
V? Terhadap cahaya: Tidak stabil terhadap sinar UV.
V? Terhadap suhu: peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat.
V? Oidrolisis dapat terjadi pada keadaan asam ataupun basa. Oidrolisis minimum
terjadi pada rentang pO antara 5-7.
(Anonim, 1995)
? ,c#0!(
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim, 1995).
? c##$( 
Lakukan penetapan dengan cara      , menggunakan 300
mg yang ditimbang saksama dan 8 ml     (Anonim,
1995).

,!.,
,c#)3
$"
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat.
? Pemerian :
serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa
sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.
? Kelarutan :
mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan dan mudah larut dalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan
eter.
? Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. 
(Anonim, 1979)

.,c#)$4,c#), 5 3 $ ,6!025!7


? Pemerian: serbuk sangat halus, putih.
? Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
? Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
(Anonim, 1995)
,c#2 325!
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
aluminium silikat. 
? Pemerian :
serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas butiran:
warna putih atau putih kelabu.
? Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut.
? Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
? Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.
(Anonim, 1979)

  8  8 9 c  

%#$5 #
Sediaan dalam bentuk tablet (masih berupa granul untuk pembuatan tablet parasetamol
sebanyak 50 tablet).

%"
.#2"
:!$50 
!:$ !5 ;."."$ "2:! c#))5
. #2 #, 
 Parasetamol 6-12 bulan 100 mg 400 mg Analgetikum
(Asetaminof 1-5 tahun 100mg-200 mg 400 mg-800 mg antipiretikum
en) 5-10 tahun 200mg-400 mg 800 mg-1600 mg
10 tahun ke atas 500 mg 2g

.#2"
:!$5#<
!:$ "2:! c#))5
#2 #, 
 Parasetamol 500 mg 500 mg-2 g Analgetikum;
(Asetaminofen) antipiretikum
       
(Anonim, 1979)
Pemberian parasetamol dalam bentuk suppositoria, pada orang dewasa dengan
dosis 0,5-1 gram tiap 4-6 jam, maksimal 4 kali sehari. Dosis yang direkomendasikan
untuk anak-anak yaitu: 1-5 tahun, 125-250 mg; 6-12 tahun, 250-500 mg; keduanya
diberikan dengan frekuensi yang sama dengan pada dosis dewasa. Anak-anak yang lebih
besar dapat diberikan dosis dewasa. BNFC merekomendasikan dosis rektal pada bayi
sebagai berikut:

? Neonatus usia 28-32 minggu, 20 mg/kg sebagai dosis tunggal, kemudian 15 mg/kg
tiap 12 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 30 mg/kg sehari.
? Neonatus usia diatas 32 minggu, 30 mg/kg sebagai dosis tunggal, kemudian 20
mg/kg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 60 mg/kg sehari.
? Bayi usia 1-3 bulan, 30-60 mg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 60
mg/kg sehari.
? Bayi usia 2-12 bulan, 60-125 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan hingga maksimum 4
kali dalam 24 jam.
? Anak usia 5-12 tahun, 250-500 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan hingga maksimum 4
kali dalam 24 jam.
? Pada gejala yang berat, anak-anak usia 1-3 bulan dapat diberikan 30 mg/kg sebagai
dosis tunggal, kemudian diikuti dengan 20 mg/kg tiap 8 jam hingga maksimum 60
mg/kg sehari. Anak-anak dengan usia lebih besar dapat diberikan 40 mg/kg dalam
dosis tunggal yang diikuti dengan 20 mg/kg tiap 4-6 jam hingga maksimum 90 mg/kg
sehari dalam 48 jam, bila diperlukan, sebelum diturunkan mencapai 15 mg/kg tiap 6
jam.
(Sweetman, 2002)

%%9 c#!
  Cara pemakaiannya yaitu dengan rute per oral.

9=9 
 

&!=!!" !526.5;$ 7
 " !526c #$!"2$$ 52*!)7
 R/ Paracetamol, fine powder ..........................50 g
Sorbitol instant (Merck) ............................130 g
Lutrol F 127 [1] ..........................................50 g
Citric acid, powder ......................................3 g
Sodium citrate............................................. ..3 g
II. Kollidon 90 F [1] ....................................8 g
Ethanol 96%............................................. ....50 g
(Volker Buhler, 1998)

." !52
  R/ Paracetamol 400 mg
Microcrystalline Cellulose 128 mg
Binder (  gum) 8 % b/v
Talc 24 mg
Dibuat satu tablet dengan berat 600 mg
(Patil dkk., 2010)

" !52%
R/ Parasetamol 250
Amilum 10% Fase Dalam (FD):
Mucilago Amili 10% 1/3 FD 90% x 500 mg= 450 mg
Avicel PO 102 qs
Talk 5% Fase Luar (FL):
Amilum kering 5% 10%
(Anonim, tt)
" !52&
.#2" !52.2#$#$!"'#6 c7
Bahan Jumlah per tablet Jumlah per 10.000
tablet
Asetaminofen USP 325,00 mg 3,25 kg
(granul atau Kristal
besar)*
Avicel pO 101 138,25 mg 1,3835 kg
Asam stearat 1,65 mg 0,0165 kg
(serbuk halus)

Keterangan :
V? Bila ukuran kristal asetaminofen lebih kecil untuk mempermudah kelarutan, maka
perlu menggunakan sejumlah besar Avicel dengan penggunaan pO 102 menggantikan
pO 101, dan menggunakan bahan pelincir. Semua bahan pelincir diayak sebelum
ditambahkan ke dalam blender (Lachman dkk., 2008).

&" !52).5$
R/ Parasetamol 500 mg
Amilum 10%
Mucilago Amyli 10%
Lactosa qs
Amilum kering 5%
Talk 5%

&%c# !2,
1.? Granul dapat melekat pada cetakan pada saat proses pencetakan di dalam mesin.
2.? Granul mudah remuk apabila bahan pengikat yang ditambahkan kurang.
3.? Talk dapat memperlambat disintegran.
&&c#0#2#c# !2,
1.? Agar tidak melekat, maka ditambahkan talk sebagai bahan lubrikan ke dalam granul
sehingga setiap granul dilapisi bahan lubrikan. Oal ini dilakukan untuk mempercepat
aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul
pada   dan cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara
tablet dan dinding cetakan ketika proses pencetakkan tablet.
2.? Untuk mendapatkan granul yang baik (tidak mudah remuk), dapat dilakukan dngan
menambahkan cairan pengikat dalam serbuk. Unsur pengikat dalam tablet juga
membantu merekatkan granul satu dengan yang lain, menjaga kesatuan tablet setelah
dikompresi. Umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur
dengan perekat dalam bentuk cairan berair, seperti 10-20% cairan berair dari tepung
jagung dan 25-50% larutan glukosa. Namun, harus berhati-hati jangan sampai tablet
terlalu basah karena akan menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet
yang bagus. Selain itu, zat pengikat dapat ditambahkan tanpa air atau ditambahkan
dalam keadaan kering. Oleh karena itu, dapat ditambahkan bahan pengikat lain
seperti serbuk gelatin.
3.? Agar mendapat tablet yang baik sebaiknya fase luarnya digunakan kombinasi talk
dan amilum kering. Amylum yang digunakan sebagai penghancur (fase luar)
haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan
kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70o
pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.

&*c#!.),
Dibuat formula untuk 50 tablet
R/ Parasetamol 500 mg
Amilum 10% Fase Dalam (FD):
Mucilago Amili10% 1/3 FD 90% x 700 mg = 630 mg
Laktosa qs
Talk 5% Fase Luar (FL):
Amylum kering 5% 10%

V? FD dan muchilago amilum (MA)


FD : 90% x 700 = 630 mg
MA : 10% 1/3FD = 1/3x 630 = 210 mg
Amilum yang ditimbang atau digunakan untuk muchilago:
10% x 210 = 21 mg

V? FL
FL : 10% x 700 = 70 mg
Talk dan Amilum (masing-masing 5%)
Perhitungan :
5/100 x 70 mg = 3,5 mg
Jadi, amilum dan talk yang ditimbang untuk disintegran masing-masing 3,5 mg

V? Penambahan pengisi
FD : 630 mg x 50 tablet = 31,5 gram
Parasetamol : 500 mg
Amilum 10% x 700 : 70 mg 591 mg
Amilum untuk MA : 21 mg 630 mg
Laktosa (700 mg - 591 mg + 7 mg) : 102 mg

V? Penimbangan bahan
Parasetamol 500 mg x 50 = 25000 mg = 25 gr
Amilum 70 mg x 50 = 3500 mg = 3,5 gr
Amilum untuk MA 21 mg x 50 = 1050 mg = 1,050 gr
Laktosa 102 mg x 50 = 5100 mg = 5,1 gr
Total = 34,65 gr

"."$2! "."$2!*
!, #)5
$5.2#$ .2#$
Paracetamol 500 mg 25 gram Zat aktif
Laktosa 39 mg 5100 mg = 5,1 gr Pengisi
Amilum 70 mg 3,5 gram Disintegran,
pengikat
amilum MA 21 mg 1,05 g Pengikat
Talk 3,5 mg 0,175 g Lubrikan
Amilum kering 3,5 mg 0,175 g Glidan

c   

*2$,
 2$
V? Penangas air
V? Beaker glass
V? Batang pengaduk
V? Sendok tanduk
V? Kertas perkamen
V? Timbangan
V? Mortar dan stamper
V? Mixer
V? Oven
V? Wadah granul
V? Gelas ukur

 .,
V? Paracetamol
V?   
V? Talk
V? Laktosa
V? Air











*9 # >
c#!.5$52)"!02

 Beaker gelas dan pengaduk ditara



Pati jagung ditimbang sebanyak 1,050 gram



 dalam gelas beaker
Air dipanaskan sampai mendidih



Pati jagung yang sudah ditimbang disuspensikan dengan 1 mL air



Sebanyak 6 mL air mendidih dituang ke dalam beaker yang sudah ditara



Suspensi pati jagung dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi 6 mL air
mendidih, aduk hingga homogeny (M1)


Sisa pati dibilas dengan 2,45 mL air, masukkan ke dalam (M1)












.c#!.5$.2#$#$"# 52

Ditimbang semua bahan sesuai yang dibutuhkan



Masing-masing zat aktif, eksipien : pengisi, sebagian disintegran dan

pengikat kering (fase dalam) dihaluskan secara terpisah dengan mortar (A)


Zat aktif, zat pengisi, dan sebagian disintegran/pengikat
 kering (fase dalam)
yang sudah dihaluskan dicampur



Dibuat cairan penggranulasi (cairan pengikat : mucilago amyli)





Massa granul dibuat dengan mencampurkan campuran A dengan cairan

pengikat membentuk massa basah yang seragam



Massa basah digranulasi dengan pengayak 6-12 mesh dalam mesin
granulator


Granul basah dikeringkan dalam oven pada suhu 50o-60o




Granul kering diekstruksi dengan pengayak 18-20 mesh



Granul kering dievaluasi







   

+ ?25 52
.
>52  55$#$
Menggunakan alat flow rate tester (g/menit) standar uji sifat alir :
- < 25 = mudah mengalir
- 25-45 = mengalir
- > 45 = sukar mengalir (Anonim, tt)

.> 55$c#)# )


Campur dan timbang seksama zat uji kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, lakukan penetapan menggunakan 1 gram hingga 2 gram. Apabila zat uji berupa
hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara botol
timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi
seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang
tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang,
letakkan zat uji sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari
10mm. Masukkan ke dalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven.
Panaskan zat uji pada suhu, dan waktu tertentu seperti yang tertera pada monografi. Pada
waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya
mencapai suhu kamar sebelum ditimbang. Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan
sejumlah serbuk tablet dari tidak kurang dari 4 tablet yang diserbukhaluskan (Anonim, 1995).

>"!( #.2$
Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL dimasukkan granul kering sampai 100 mL
kemudian memampatkannya dengan mengetuk-ngetuk sebanyak 500 kali ketukan.
Persen (%) kemampatan (K) = Do Df x 100%
Do
Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)
Syarat = % K < 20 %
(Siregar, 2010)
# 52"!#$ 
Granulometri adalah analisis dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).
Dalam melakukan analasis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai
ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh
yang semakin kecil.
Prosedurnya :
V? Timbang 100 gr granul.
V? Letakkan granul pada pengayak paling atas.
V? Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul terhadap getaran.
V? Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak.
V? Oitung persentase garnul pada tiap pengayak.
(Siregar, 2010)

'"."$#
Yang terdiri dari :
V?Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman.
V?Bobot jenis nyata, ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Baca volume.
Bobot jenis nyata = bobot/volume.
V?Bobot jenis nyata setelah pemampatan, Ke dalam gelas takar masukkan 100 g
granul. Mampatkan 500 x dengan alat volumeter. Lihat volume setelah
pemampatan.
BJ nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan

)> .2$
Metode pengujian friabilitas memberikan suatu cara mengukur kecenderungan granul
pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil jika mengalami gaya pengganggu. Prosedur
mencakup pengambilan sejumlah granul kemudian granul ditempatkan pada sebuah wadah
dan dikocok dan diguling-gulingkan selama periode waktu yang ditetapkan. Setelah dikocok,
serbuk diayak di atas pengayak dengan ukuran mesh X. Persentase bahan yang lewat diambil
sebagai ukuran friabilitas atau kekuatan granul(Siregar, 2010).
?
?
?
?
 c 

Anonim. 1979. V   . Jakarta : Depkes RI.

Anonim. 1995. V   . Jakarta : Depkes RI.

Buhler, Volker. 1998.   V     . BASF Fine Chemical.

Lacy, Charles F., Lora L. Amstrong, Marton P. Goldman, Leonard L. Lance. 2004.  
      !    Ohio. Lexi Comp.

Reynolds, J.E.F. 1989 " #$  %#&    . London


: The Pharmaceutical Press.

Siregar, Charles JP. 2010.   #. Jakarta : EGC

Sweetman, Sean C. 2002. "  #     '  # # 
London : The Pharmaceutical Press.

Tjay, Tan Ooan dan Kirana Rahardja. 2008.     . Edisi ke-VI. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
?

You might also like