Professional Documents
Culture Documents
Apabila tidak diobati, akan mengalami 4 fase, yakni fase primer, fase
sekunder, fase laten dan fase tertier. Untuk sperosit sendiri banyak jenisnya,
seperti treponema yang menyebabkan sifilis, leptospira yang menyebabkan
leptospirosis dan borrelia yang menyebabkan penyakit lime.
Sistem syaraf pusat pertama kali terinvasi, terutama selama fase sekunder
dimana pada 30% pasien ditemukan ketidaknormalan pada cairan
serebrospinal. Infeksi dapat meluas ke meninges dan menghasilkan
neurosifilis. Apabila infeksi meluas pada otak dan medulla spinalis, akan
menjadi neurosifilis parenkim.
Secara histologis, ulkus pada sifilis (chancre) dicirikan dengan infiltrasi dari
leukosit mononuclear, makrofag dan limfosit. Masa penyembuhan sekitar 3-
12 minggu dimana dapat menimbulkan residu berupa fibrosis.
Sifilis laten, adalah bentuk kelanjutan dari sifilis sekunder dan apabila tidak
diobati dapat berkembang menjadi Syphilis tertier. Pada sifilis tertier
ditemukan gumma. Gumma Syphilis dicirikan terdapatnya gumma, yakni
jaringan nekrosis berpusat, dengan tekstur seperti karet dan terbentuk di
hati, tulang dan testis. Secara histologis, gumma kaya akan makrofag dan
fibroblast. Gumma dapat pecah dan membentuk ulkus.
2. Kongenital Syphilis
Kongenital sifilis, terjadi dimana treponema secara cepat menular melalui
barrier plasenta dan menginfeksi fetus, dan menimbulkan tingginya aborsi
spontan. Manifestasi yang dapat ditemukan berupa deformitas tulang dan
gigi seperti saddle nose (destruksi septum nasi), saber shin (inflamasi pada
tibia), clutton joint (inflamasi sendi lutut), Hutchinson teeth (gigi seri atas
melebar), mulberry molars (molar memiliki banyak kuspis).
1. Sifilis Primer
pada sifilis primer, terjadi 10-90 hari setelah kontak dengan penderita.
Tanda dan gejalanya ditemukan di gland penis pada laki-laki, dan vlva dan
servik pada peempuan. Sekitar 10% lesi sifiis ditemukan pada anus, jari,
orofaring, lidah, putting susu, dan area luar genital lainnya.
Lesinya dicirikan dengan soliter, meninggi, keras, dan terdapat papul merah
dengan diameter beberapa sentimeter. Lesi chancre ini dapat mengalami
erosi dan menjadi ulkus papul, dengan tepi meninggi. Biasanya sembuh 4-8
minggu dengan atau tanpa terapi. Lesi kebanyakan soliter, meskipun
ditemukan multipel pada beberapa pasien. Dapat berupa lesi kissing juga,
yakni terdapat lesi pada sisi berlawan.
2. sifilis sekunder
sifilis sekunder terjadi erupsi kulit 2-10 minggu setelah chancre primer dan
muncul kemerahan 3-4 bulan setelah terinfeksi. Gejala lain dapat dirasakan
seperti malaise, pusing, nyeri kepala, anoreksia, mual-muntah, nyeri pada
tulang dan kelemahan. Apabila sifilis menginfeksi meninges maka dapat
terjadi pusing, kaku leher, penurunan pendengaran dan kelemahan pada
nervus fasial (syaraf wajah).
3. Sifilis Laten
sifilis laten adalah bentuk ulkus durum sebelum rupture lesinya. Pada fase ini
seringnya asimtomatik, dan hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan
serologis. Sifilis laten dibagi menjadi awal dan akhir. Sifilis laten awal, adalah
sifilis yang terjadi pada periode 1 tahun setelah masa resolusi sifilis primer
dan sekunder. Sedangkan sifilis laten akhir, adalah sifilis yang tidak infeksius
tetapi dapat menular melalui intrauterin.
Baca Juga: Erisipelas : Gejala, Ciri Khas Lesi dan Pengobatan [Lengkap]
Bagaimana Pengobatan dan Pencegahannya?
Ringkasan Artikel
Judul Artikel
Sifilis atau Ulkus Durum
Deskripsi
Karateristik dan Klue pada sifilis atau ulkus durum: 1. disebabkan oleh treponema pallidum dengan berbentuk
spiral 2. ulkus keras, biasanya tunggal, tidak nyeri, dasar bersih, dan tepi rata. 3. pemeriksaan direk dapat
dilakukan dengan mikroskopik dan histologis seperti melihat motilitas treponema dengan mikroskop medan
gelap, pemeriksaaan antibody langsung flouresen, dan PCR yakni memeriksa asam nukleat. 4. pemeriksaan
tidak langsung dapat dilakukan dengan serologis. Untuk nontreponema dapat dilakukan pemeriksaan VRDL
(venereal disease research laboratory) dan RPR (rapid plasma regain), sedangkan untuk treponemal dapat
dilakukan dengan TPHA (hemaglutinasi treponema pallidum), FTA-ABS (flouresensi treponamal antibody-
absorbtion), kuantitatif VDLR/RPR, mikrohemaglutinasi treponema pallidum (MHA, TP), dan EIA (treponemal
enzim immunoassay) dengan memeriksa kadar igG dan IgM.
Author
dr. M. Wiwid Santiko
Publisher Name
DokterMuslim
Publisher Logo