Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Benalu mangga (Dendrophthoe petandra L. Miq.) merupakan obat tradisional yang dapat berkembang
menjadi obat herbal terstandar. Pembuktian secara ilmiah mengenai keamanannya penting untuk
diketahui, salah satu caranya melalui uji toksisitas akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
toksisitas akut (LD50), tingkat keamanan ekstrak etanol herba benalu mangga, dan gejala klinis yang
ditimbulkannya. Mencit dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok uji dengan lima variasi dosis (4,
8, 16, 32, 64 g/kg berat badan mencit) diberikan secara per oral. Hasil penelitian menggunakan metode
analisis probit pada mencit jantan dan betina menunjukkan tingkat keamanan ekstrak etanol herba
benalu mangga tidak toksik berdasarkan klasifikasi toksisitas Harmita dan Radji, yakni berada pada
rentang dosis > 15 g/kg berat badan tikus. LD50 mencit jantan sebesar 34,28 g/kg berat badan atau setara
dengan dosis 23,99 g/kg berat badan tikus, sedangkan pada mencit betina sebesar 22,41 g/kg berat badan
atau setara dengan dosis 15,69 g/kg berat badan tikus. Hasil skrining farmakologi menunjukkan bahwa
ekstrak etanol herba benalu mangga menimbulkan pengaruh pada sistem saraf pusat yaitu menurunkan
efek retablismen dan gelantung pada mencit jantan, serta memberikan efek katalepsi pada mencit betina.
Kata kunci: Ekstrak etanol Dendrophthoe pentandra L. Miq., nilai LD50, toksisitas akut
53
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
hewan percobaan yang terbuat dari bak Determinasi simplisia benalu mangga
plastik (panjang 31,5 cm, lebar 23,5 cm, dilakukan di Herbarium Jatinangor,
dan tinggi 12 cm) tutupnya berupa kawat. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Bahan-bahan yang digunakan meliputi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
bahan tumbuhan, bahan kimia, dan hewan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
uji. Bahan tumbuhan yang digunakan Padjadjaran.
adalah simplisia herba benalu mangga, Pembuatan ekstrak herba benalu
diperoleh dari Kabupaten Subang, Provinsi mangga dilakukan dengan metode
Jawa Barat. Bahan-bahan kimia yang maserasi. Simplisia herba benalu mangga
digunakan adalah etanol 96% (Bratachem), yang sudah kering dilarutkan kedalam
air suling, PGA (Pulvis Gummi Arabicum) pelarut. Pelarut yang digunakan adalah
(Medilabs c.v.), kloroform (Merck), asam etanol 96%. Perbandingan simplisia dengan
klorida (Bratachem) 2N, amonia (Merck), pelarut adalah 1:7. Proses ini dilakukan
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, dengan perendaman simplisia benalu
pereaksi Bouchardat, besi (III) klorida mangga selama 3 x 24 jam dalam maserator
(Merck), larutan gelatin 1 % (Bratachem), dengan penggantian pelarut setiap 24 jam.
amil alkohol (Merck), larutan vanilin 10% Kemudian larutan tersebut disaring dan
dalam asam sulfat pekat (Bratachem), dipekatkan menggunakan rotary vaporator.
eter (Bratachem), kalium hidroksida Pemeriksaan penapisan fitokimia yang
(Bratachem) 5% dan serbuk magnesium, dilakukan terhadap ekstrak kental herba
etil asetat (Bratachem), asam format benalu mangga yaitu alkaloid, polifenol,
(Merck), pelat silika gel 60 F254. Hewan tanin, steroid, triterpenoid, kuinon,
uji yang digunakan adalah mencit putih saponin, flavonoid, monoterpenoid dan
(Mus musculus) galur Swiss Webster yang sekuiterpenoid.
diperoleh dari Institut Teknologi Bandung, Penetapan kadar air dilakukan dengan
Bandung. Mencit sebanyak 70 ekor cara destilasi. Zat ditimbang seksama yang
digunakan untuk orientasi dosis, pengujian, diperkirakan mengandung 2 ml hingga 4
dan sebagai kontrol. Jumlah mencit untuk ml air, ditambah batu didih dan toluen 200
orientasi dosis sebanyak 5 ekor betina dan 5 ml ke dalam labu kering, kemudian alat
ekor jantan. Jumlah mencit untuk pengujian destilasi dihubungkan. Labu dipanaskan
sebanyak 25 ekor jantan dan 25 ekor betina. selama 15 menit. Penyulingan dilakukan
Sedangkan jumlah mencit sebagai kontrol dengan kecepatan 2 - 4 tetes tiap detik
sebanyak 5 ekor betina dan 5 ekor jantan. sampai semua air tersuling. Tabung
Perlakuan sebanyak 5 dosis maka kelompok penerima dibiarkan mendingin hinggga
pengujian sebanyak 5 dan setiap kelompok suhu kamar dan tetes air yang melekat pada
pengujian terdiri dari 5 ekor berdasarkan pendingin tabung penerima dibiarkan turun.
rumus Frederer yang telah dilebihkan 1 Volume air dalam toluen dibaca setelah
ekor. Berat badan mencit antara 20-35 g. keduanya memisah sempurna. Kadar air
Tahapan penelitian meliputi determinasi dihitung dalam v/b.16
simplisia, pembuatan ekstrak etanol herba Pola Kromatografi Lapis Tipis
benalu mangga yang selanjutnya disebut (KLT) diamati dengan fase gerak yang
ekstrak benalu mangga, penapisan fitokimia digunakan adalah butanol, asam asetat,
ekstrak benalu mangga, pengujian parameter air dengan perbandingan 4 : 1 : 5, dan
ekstrak kental herba benalu mangga fase diam yang digunakan adalah silika
meliputi kadar air serta pemeriksaan profil gel 60 F254. Pengamatan dilakukan pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm.
cair herba benalu mangga; persiapan hewan Sedangkan pemeriksaan kuersitrin dengan
uji dan pembuatan sediaan uji; pengujian KLT digunakan fase gerak yang terdiri
toksisitas akut dan skrining farmakologi. dari: etil asetat, asam format, asam asetat
55
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
penentuan persamaan garis linear dan nilai masing-masing dapat dilihat pada Gambar
anti log X pada Y probit 5 ditentukan untuk 5 dan Gambar 6. Hasil skrining farmakologi
mendapatkan nilai LD50. Sedangkan data menunjukkan bahwa ekstrak benalu mangga
hasil skrining farmakologi dianalisis secara berpengaruh pada sistem saraf pusat yaitu
statistika menggunakan aplikasi IBM SPSS menurunkan efek retablismen dan gelantung
Statistics version 20. pada mencit jantan, serta memberikan efek
katalepsi pada mencit betina. Sedangkan
Hasil pada parameter lain tidak menunjukkan
adanya ketidaknormalan gejala klinis.
Simplisia yang digunakan dalam
penelitian adalah tumbuhan benalu mangga Pembahasan
dibuktikan dengan hasil determinasi
tumbuhan benalu mangga (Dendrophthoe Metode ekstraksi yang digunakan
petandra L. Miq.). Proses ekstraksi herba adalah maserasi, menggunakan pelarut
benalu mangga (Dendrophthoe petandra etanol 96%. Penggunaan etanol sebagai
L. Miq.) dengan pelarut etanol 96% cairan penyari karena etanol 96% dapat
menghasilkan rendemen sebanyak 180 menarik sebagian besar metabolit sekunder
gram (6%). Hasil penapisan fitokimia dan relatif lebih aman dibandingkan cairan
ekstrak benalu mangga terlampir pada penyari lainnya.
Tabel 1. Hasil penetepan kadar air ekstrak Sedangkan konsentrasi etanol yang
benalu mangga terlampir pada Tabel 2. digunakan 96% karena simplisia yang
Hasil kromatografi ekstrak benalu mangga digunakan adalah tumbuhan kering yang
terlampir pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hasil telah disimpan sehingga telah sedikit
pengujian toksistas akut ekstrak benalu menyerap air dari udara.
mangga diperoleh persentase kematian Maserat yang diperoleh adalah ekstrak
kumulatif mencit jantan dan betina, masing cair yang dikentalkan dengan menggunakan
masing terlampir pada Tabel 5, Gambar rotatory vaporator hingga didapatkan
1 dan Tabel 6, Gambar 2. Analisis probit ekstrak yang tidak lagi mengandung pelarut
pada mencit jantan dan betina menghasilkan etanol.
LD50 masing-masing sebesar 34,28 g/kg Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak
berat badan dan 22,41 g/kg berat badan. benalu mangga mengandung metabolit
Grafik analisis probit pada mencit jantan sekunder polifenol, tanin, flavonoid,
dan betina masing-masing terlampir pada steroid, triterpenoid, monoterpenoid dan
Gambar 3 dan Gambar 4. Sedangkan rata- seskuiterpenoid, serta kuinon. Hasil negatif
rata berat badan mencit jantan dan betina pada pengujian metabolit alkaloid
Sampel Berat Sampel (g) Volume Air (ml) Kadar Air (%)
Ekstrak I 2,02 0,05 2,75
Ekstrak II 2,02 0,05 2,75
Rata-rata kadar air = 2,75 %
dan saponin. Hal ini bertentangan dengan bertujuan dalam mengidentifikasi senyawa
kandungan benalu mangga yang diteliti kimia yang terkandung dalam ekstrak
sebelumnya bahwa benalu mangga benalu mangga secara kualitatif.
mengandung senyawa alkaloid dan saponin.5 Hasil kromatografi lapis tipis dengan
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan menggunakan pengembang butanol, asam
sumber simplisia yang digunakan dalam asetat, air (4:1:5) menunjukkan bahwa
penelitian. ekstrak etanol benalu mangga memiliki
Penetapan kadar air telah dilakukan delapan bercak. Pengamatan no bercak
dua kali (duplo), dan berikut adalah hasil 6 adalah kuning pada sinar UV 254 nm
penetapannya dapat dilihat pada Tabel 2. dan ungu pada sinar UV 366 nm, dengan
Penetapan kadar air bertujuan untuk nilai Rf 0,775 menunjukkan keberadaan
mengetahui kualitas ekstrak yang digunakan senyawa flavonoid. Bercak lainnya tidak
atas kandungan air yang dikandungnya. teridentifikasi, karena pengembang
Hal ini dikarenakan air merupakan media butanol, asam asetat, air (4:1:5) untuk
tumbuh dan berkembangnya jamur. Nilai mengidentifikasi flavonoid dan melihat
batas persyaratan untuk kadar air secara pemisahan zat kimia yang terkandung di
umum dipersyaratkan oleh Kep.Menkes. dalam ekstrak benalu mangga berdasarkan
RI No: 661/Menkes/SK/VII/1994 dimana kepolaran zat.
kadar air tidak boleh melebihi batas 10%.19 Hasil kromatografi lapis tipis dengan
Kadar air ekstrak yang lebih dari 10% dapat menggunakan pengembang etil asetat,
meningkatkan risiko tumbuhnya jamur pada asam format, asam asetat glasial, air
ekstrak. Berdasarkan Tabel 2 didapatkan (100:11:11:26) menunjukkan bahwa ekstrak
kadar air yang terkandung di dalam ekstrak etanol benalu mangga memiliki lima bercak.
benalu mangga yaitu 2,75% sehingga Pengamatan no bercak 1 adalah ungu tua
dapat diketahui ekstrak cukup aman dari pada sinar UV 254 nm dan sinar UV 366
kontaminasi jamur selama penyimpanan. nm, dengan nilai Rf 0,581 menunjukkan
Metode kromatografi lapis tipis keberadaan senyawa kuersitrin. Bercak
Tabel 3 Hasil Kromatografi Ekstrak Benalu Mangga dengan Fase Gerak Butanol, Asam Asetat, Air
(4:1:5)
58
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
Tabel 4 Hasil Kromatografi Ekstrak Benalu Mangga dengan Fase Gerak Etil Asetat, Asam Format,
Asam Asetat Glasial, Air (100:11:11:26)
lainnya tidak teridentifikasi karena sebanyak 40% kematian sejak hari pertama
pengembang etil asetat, asam format, asam pengamatan, dan pada kelompok dosis 5
asetat glasial, air (100:11:11:26) yang (64 g/kg BB) meningkat lagi persentase
digunakan adalah untuk tujuan identifikasi kematian menjadi 80% hewan uji sampai
kuersitrin secara spesifik. hari pengamatan ke-14.
Pengujian toksisitas akut ekstrak benalu Tabel 6 menunjukkan persentase
mangga, dilakukan pengamatan kematian kematian mencit betina setelah pemberian
dan berat badan mencit selama 14 hari suspensi ekstrak benalu mangga secara oral
serta perilaku mencit sebagai respon dari dengan lima variansi dosis dan satu sediaan
pemberian bahan uji dengan variansi dosis kontrol selama 14 hari pengamatan. Pada
(skrining farmakologi). kelompok kontrol (PGA 2%), dosis 1 (4
Tabel 5 menunjukkan persentase g/kg BB), dan dosis 2 (8 g/kg BB) tidak
kematian mencit jantan setelah pemberian terjadi kematian setelah pengamatan selama
suspensi ekstrak benalu mangga secara 14 hari.
oral dengan lima variansi dosis dan satu Pada dosis 3 (16 g/kg BB) terjadi
sediaan kontrol selama 14 hari pengamatan. kematian sebanyak 40% sejak hari
Pada kelompok kontrol (PGA 2%), dan pengamatan pertama hingga hari
dosis 1 (4 g/kg BB) tidak terjadi kematian pengamatan akhir. Sedangkan pada
setelah pengamatan selama 14 hari. Pada kelompok dosis 4 (32 g/kg BB) meningkat
dosis 2 (8 g/kg BB) dan dosis 3 (16 g/ sebanyak 60% kematian sejak hari pertama
kg BB) terjadi kematian sebanyak 20% pengamatan, dan pada kelompok dosis 5
sejak hari pengamatan pertama hingga (64 g/kg BB) meningkat lagi persentase
hari pengamatan akhir. Sedangkan pada kematian menjadi 80% hewan uji sampai
kelompok dosis 4 (32 g/kg BB) meningkat hari pengamatan ke-14.
Tabel 5 Persentase Kematian Kumulatif Mencit Jantan Selama 14 Hari Setelah Pemberian Ekstrak
Benalu Mangga
59
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
100
Persentase Kematian
80
60
40
20
0
Kontrol Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Dosis 5
Kelompok
Mencit jantan dan betina memiliki Data kematian mencit jantan dan betina
jumlah kematian yang berbeda pada menunjukkan bahwa kenaikan dosis yang
perlakuan dosis 16 g/kg berat badan dan diberikan pada hewan uji memberikan
32 g/kg berat badan, lebih banyak peningkatan persentase kematian. Selain
ditemukannya kematian pada mencit betina. itu seiring lama waktu pengamatan setiap
Diagram persentase kematian pada mencit jamnya pada hari pertama juga menunjukkan
jantan dan betina masing-masing terdapat peningkatan persentase kematian hewan uji.
pada Gambar 1 dan Gambar 2. Data kematian mencit jantan dan betina
Pada perlakuan dosis 64 g/kg berat pada Tabel 5 dan Tabel 6 belum dapat
badan mencit jantan dan mencit betina memperoleh hasil LD50, oleh karenanya
menunjukkan jumlah kematian yang sama. diperlukan perhitungan LD50 dengan
Namun, mencit jantan memberikan respon menggunakan metode analisis probit. Dari
kematian pula pada perlakuan dosis 8 g/kg data penelitian dapat diamati hubungan
berat badan sebesar 20% sedangkan mencit yang linear antara peningkatan dosis dan
betina tidak. Hal tersebut kemungkinan peningkatan persentase kematian.
dapat terjadi karena kondisi mencit Perhitungan LD50 dilakukan dengan
yang tidak terkendali yakni mengalami menggunakan metode analisis probit
sakit akibat faktor lain diluar pemberian dengan perhitungan manual dan grafik.
perlakuan dosis, seperti daya tahan tubuh Langkah awal persentase kematian mencit
hewan uji yang menurun, bertikai dengan jantan dan betina dikonversi ke dalam
sesama hewan uji dalam satu kandang, dan bentuk probit. Berikutnya konsentrasi
lain-lain. dalam satuan gram dikonversi ke dalam
Tabel 6 Persentase Kematian Kumulatif Mencit Betina Selama 14 Hari Setelah Pemberian Ekstrak
Etanol Benalu Mangga
60
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
90
80
Persentase Kematian
70
60
50
40
30
20
10
0
Kontrol Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Dosis 5
Kelompok
bentuk log. Kemudian grafik tersebut dibuat mencit betina ditunjukkan oleh Gambar 4.
menggunakan software Microsoft Excel Nilai R2 atau koefisien korelasi dari
dengan probit sebagai sumbu Y dan bentuk grafik analisis probit pada mencit betina
log dari konsentrasi dosis sebagai sumbu bernilai 0,9977. Nilai koefisien korelasi
X. Terakhir penentuan persamaan garis tersebut menunjukkan hubungan yang linear
linear dan nilai anti log X pada Y probit 5 antara kenaikan log konsentrasi dengan
ditentukan untuk mendapatkan nilai LD50. kenaikan probit persentase kematian.
Analisis probit pada mencit jantan LD50 dari kelompok jantan dan betina
(Gambar 3) diperoleh hasil LD50 sebesar menunjukkan nilai yang berbeda. LD50
34,28 g/kg berat badan mencit. Nilai R2 atau kelompok jantan sebesar 34,280 g/kg berat
koefisien korelasi dari grafik analisis probit badan mencit atau setara dengan 23,99 g/
pada mencit jantan bernilai 0,9713. Nilai kg berat badan tikus. LD50 kelompok betina
koefisien korelasi tersebut menunjukkan sebesar 22,41g/kg berat badan mencit
hubungan yang linear antara kenaikan atau setara dengan 15,69 g/kg berat badan
log konsentrasi dengan kenaikan probit tikus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
persentase kematian. antara jantan dan betina terdapat perbedaan
Perhitungan LD50 pada mencit betina kepekaan terhadap suatu toksikan.20
diperoleh hasil LD50 sebesar 22,41 g/kg Perbedaan tersebut dipengaruhi langsung
berat badan. Grafik analisis probit pada oleh kelenjar endokrin, oleh karena itu
7
6
5
Probit Kematian
4 y = 2,7904x + 0,7167
R = 0,9713
3 LD50 = 34,28 g/kg BB mencit
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi Dosis
7
6
Probit Kematian
5
y = 1,8105x + 2,555
4
R = 0,9977
3 LD50 = 22,41 g/kgBB mencit
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi Dosis
dapat dikatakan perbedaan jenis kelamin betina (Gambar 5 dan Gambar 6). Kondisi
mempengaruhi nilai LD50. yang mengindikasikan hewan mengalami
Nilai LD50 benalu mangga diputuskan sakit dan / atau derita umumnya saat berat
dari nilai LD50 kelompok betina yakni badan yang telah menurun lebih dari 20%
sebesar 15,69 g/kg berat badan tikus. dibandingkan dengan hewan kontrol, atau
Berdasarkan klasifikasi toksisitas,21 nilai berat badan yang telah menurun lebih dari
LD50 tersebut termasuk pada rentang > 15 g/ 25% selama periode 7 hari atau lebih.
kg berat badan tikus dan dapat disimpulkan Biasanya, disertai dengan penurunan atau
tingkat keamanan ekstrak benalu mangga tidaknya konsumsi makanan.22 Hewan
adalah tidak toksik. uji jantan maupun betina mengalami
Pengamatan berat badan pada mencit fluktuatif perubahan berat badan
jantan dan betina dilakukan selama 14 menandakan adanya sakit/ derita setelah
hari. Hal tersebut dilakukan untuk melihat pemberian ekstrak benalu mangga. Selain
pengaruh pemberian ekstrak benalu mangga itu, skrining farmakologi terhadap suatu
terhadap perubahan berat badan yang terjadi ekstrak dilakukan untuk memberikan
selama 14 hari. gambaran pengaruh obat terhadap tubuh
Selama 14 hari, terjadi fluktuatif dan memberikan arah untuk penelitian
perubahan berat badan mencit jantan dan lebih lanjut. Skrining meliputi serangkaian
35
Rata-rata Berat Badan Mencit
30
25 Kontrol
20 Dosis 1
(gram)
15 Dosis 2
10 Dosis 3
5 Dosis 4
0 Dosis 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314
Hari
Gambar 5 Grafik Rata-Rata Berat Badan Mencit Jantan Setelah Pemberian Ekstrak
Benalu Mangga Selama 14 Hari Pengamatan
62
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
35
(gram)
15 Dosis 2
10 Dosis 3
5 Dosis 4
0
Dosis 5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314
Hari
Gambar 6 Grafik Rata-Rata Berat Badan Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak
Benalu Mangga Selama 14 Hari Pengamatan
pengamatan yang diduga mengalami gejala pada mencit jantan yang signifikan sebagai
toksik setelah pemberian sediaan uji dan pengaruh pemberian dosis. Dimana efek
evaluasi hasil pengamatan tersebut. Skrining diberikan dari efek terbesar sampai terkecil
farmakologi diamati saat sebelum diberikan oleh dosis 5, dosis 4, dosis 3, kemudian
sediaan uji dan pada , 1, 2, 4, dan 24 jam dosis 2, dan yang paling kecil pengaruhnya
setelah pemberian sediaan uji. Pengamatan terhadap efek gelantung yaitu kontrol dan
dilakukan terhadap sistem saraf pusat dosis 1.
meliputi motorik, gelantung, retablismen, Hasil uji statistik data skrining
katalepsi, sedatif, konvulsi, tremor, fleksi, farmakologi atas efek katalepsi
hafner, pineal, pernafasan, straub, dan efek menggunakan metode Friedman pada
terhadap sistem saraf otonom meliputi mencit betina diperoleh bahwa p-value =
piloereksi, salivasi, lakrimasi, urinasi, dan 0,001 < alpha = 0,05 artinya H0 ditolak,
diare. maka terdapat perbedaan efek katalepsi
Kemudian, hasil pengamatan tersebut pada mencit betina yang signifikan sebagai
dianalisis dengan aplikasi IBM SPSS pengaruh pemberian dosis. Dimana efek
Statistics version 20. Hasil uji statistik data terbesar diberikan oleh dosis 3, sedangkan
skrining farmakologi atas efek gelantung kelompok kontrol dan dosis lainnya
menggunakan metode Friedman pada menunjukkan efek yang tidak berbeda.
mencit jantan diperoleh bahwa p-value = Sedangkan hasil uji statistik data skrining
0,001 < alpha = 0,05 artinya H0 ditolak,maka farmakologi atas parameter lainnya tidak
terdapat perbedaan efek gelantung pada terdapat perbedaan yang signifikan sebagai
mencit jantan yang signifikan sebagai pengaruh pemberian dosis, dapat dikatakan
pengaruh pemberian dosis. Dimana efek tidak menimbulkan ketidaknormalan gejala
terbesar diberikan oleh dosis 4 dan dosis klinis, selain parameter yang disebutkan
5, kemudian dosis 2 dan dosis 3, dan yang sebelumnya.
paling kecil pengaruhnya terhadap efek
gelantung yaitu kontrol dan dosis 1. Simpulan
Hasil uji statistik data skrining
farmakologi atas efek retabilismen Toksisitas akut ekstrak etanol herba
menggunakan metode Friedman pada benalu mangga menggunakan metode
mencit jantan diperoleh bahwa p-value = analisis probit pada mencit jantan dan betina
0,001 < alpha=0,05 artinya H0 ditolak, menunjukkan tidak toksik berdasarkan
maka terdapat perbedaan efek retablismen klasifikasi toksisitas Harmita dan Radji,
63
IJPST Volume 3, Nomor 2, Juni 2016
65