You are on page 1of 7

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.

1, 2013, halaman 49-55 ISSN : 1410-0177

FORMULASI GRANUL MUKOADHESIF DISPERSI PADAT KETOPROFENPVP K-


30 MENGGUNAKAN KITOSAN

Salman, Meryza dan Deni Noviza


Fakultas Farmasi, Universitas Andalas

ABSTRACT
A study on mucoadhesive properties of ketoprofen PVP K-30 solid dispersion
granules using chitosan had been done. Solid dispersion of ketoprofen and PVP K-30 was
made at ratio 1:1 using solvent method. Granules were made by wet granulation method at
various concentrations of chitosan (10%, 20% and 30%). The granules were evaluated
including photomicroscopy, flow rate, angle slides, water content, particle size distribution,
dissolution test, in-vitro test bioadhesif and wash off test. The release of ketoprofen from the
granules was determined using basket dissolution test in pH 7.5 phosphate buffer medium for
8 hours. Mucoadhesive properties were tested by in-vitro bioadhesif tests and wash off test.
The dissolution test showed the dissolution effeciency value of formula 1, 2, and 3,
respectively, was 78.9890 1.1398; 77.3889 1.4312, and 75.8869 0.2210 %. Results
showed a decrease in the release of the active substance from the granules, with the increase
in chitosan concentration. Statistical analysis of the efficiency of dissolution showed a
significant difference among the three formulas with (P <0.05). In vitro bioadhesif tests
showed that granules were able to attached to the stomach and intestinal mucosa of rabbits.

Key Word : Mucoadhesive, solid dispersion, ketoprofen, polivinilpirolidon K-30, chitosan.

PENDAHULUAN mukoadhesif telah banyak digunakan untuk


merancang penghantaran obat menuju
Suatu sistem penghantaran obat yang ideal organ spesifik seperti untuk penggunaan
adalah dapat diberikan cukup satu kali oral, bukal, nasal, rektal, dan rute vaginal
untuk keseluruhan periode pengobatan, untuk efek sistemik dan lokal (Rajput, et
menghasilkan kadar efektif yang konstan al., 2010).
dan dapat menghantarkan obat langsung ke
sasaran. Sampai saat ini sistem yang ideal Secara umum, bioadhesif merupakan istilah
tersebut belum bisa dicapai, terutama yang yang digunakan untuk menggambarkan
diberikan melalui rute oral, sehingga obat semua interaksi adhesif dengan substansi
tetap harus diberikan dalam dosis ganda. biologik, dan mukoadhesif digunakan
Meskipun demikian, penelitian terus hanya untuk mendeskripsikan ikatan yang
dilakukan untuk mendapatkan sistem melibatkan mukus atau permukaan mukosa.
penghantaran obat yang ideal tersebut, Bentuk sediaan mukoadhesif berpotensi
khususnya dalam mengurangi frekuensi untuk melokalisasi obat pada daerah
pemberian serta mempertahankan kadar tertentu sehingga memperbaiki dan
efektif obat yang konstan, sehingga meningkatkan bioavailabilitas obat
dikembangkan suatu sistem penghantaran tersebut. Selain itu, bentuk sediaan tersebut
obat dengan kerja diperlama atau lepas memunculkan interaksi yang kuat antara
lambat (Erizal, 2003). polimer dan lapisan mukus jaringan untuk
membantu meningkatkan waktu kontak
Sistem penghantaran obat mukoadhesif (Rajput, et al., 2010).
merupakan salah satu bentuk sistem
penghantaran obat terkendali. Sistem

49
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

Teknologi sistem dispersi padat merupakan berbagai konsentrasi menggunakan metode


suatu metode yang dapat meningkatkan laju granulasi basah. Selanjutnya dilihat daya
pelarutan zat aktif yang sangat sukar larut bioadhesif dan profil disolusi dari hasil
atau praktis tidak larut dalam air. Pada masing-masing formulasi.
teknologi ini, obat terdispersi pada
pembawa inert yang larut air dalam METODOLOGI PENELITIAN
keadaan padat yang dibuat dengan metode
peleburan, pelarutan, atau gabungan Alat dan Bahan
peleburan dan pelarutan. Dengan
mengurangi ukuran partikel bahan obat Timbangan digital (Kern ABJ), oven
menjadi sangat halus bahkan dalam bentuk vakum, desikator, tap volumeter, corong,
molekul sehingga terjadi peningkatan laju mikroskop, Infrared Moisture
disolusi dan absorbsi senyawa obat Determination Balance Model F-1 (B),
(Lachman, Lieberman, & Kanig, 1994). spektrofotometer UV-Vis (UV-1700
Shimadzu), Spektrofotometer IR (Nicolet
Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) iS10), alat uji disolusi (SR8PLUS), alat uji
propionat merupakan suatu obat anti disentegrator, pH meter (Accumet basic
inflamasi nonsteroid yang secara luas AB18), ayakan fibrasi, alat uji bioadhesif in
digunakan untuk mengurangi nyeri dan vitro, dan alat-alat lain yang menunjang
inflamasi yang disebabkan oleh beberapa pelaksanaan penelitian.
kondisi seperti, osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis. Ketoprofen praktis Ketoprofen (Kimia Farma),
tidak larut dalam air. Ketoprofenmudah polivinilpirolidon K-30, laktosa, kitosan,
diserapdari saluran pencernaan. Obat ini etanol 96%, parafin cair, dapar fosfat pH
dimetabolisme secara lengkap di hatidan 7,5, NaCl , HCL, NaOH, kalium hidrogen
diekskresikanterutama diurin serta fosfat, air suling, membran mukosa
memiliki ikatan protein plasma 99% lambung dan usus halus (berasal dari
(Sweetman, 2009).Ketoprofen termasuk kelinci yang dipuasakan selama 1 hari
dalam kategori kelas II dalam sistem sebelum pengujian) dan bahan-bahan lain
klasifikasi biofarmasetika (BCS II), yaitu yang digunakan dalam analisis.
senyawa obat dengan permeabilitas
Pemeriksaan bahan baku dan bahan
membran tinggi dan solubilitas rendah,
pembantu
sehingga laju disolusi ketoprofen
merupakan faktor penentu dari jumlah obat Pemeriksaan bahan baku dan bahan
yang diabsorbsi (Ansel, 1989). pembantu dengan cara yang sesuai dengan
Farmakope Indonesia edisi IV dan
Kitosan adalah polimer alami yang
Handbook of Pharmaceutical Excipients6th
diperoleh oleh deasetilasi dari kitin. Secara
editionmeliputi pemeriksaan pemerian dan
biologis aman, tidak beracun, polisakarida
kelarutan.
yang biodegradable dan biokompatibel.
Kitosan merupakan pilihan yang baik untuk Pembuatan Dispersi Padat Ketoprofen
pemberian obat spesifik (Shivashankar, PVP K-30
Mandal, Yerappagari, & Kumar,2011).
Kitosan telah luas digunakan dalam Sistem dispersi padat ketoprofen PVP K-
perkembangan sistem penghantaran obat 30 dibuat dengan metode pelarutan dengan
karena sifat mukoadhesifnya. perbandingan formula 1:1. Serbuk
ketoprofen dan PVP K-30 masing-masing
Berdasarkan uraian di atas, maka dicoba dilarutkan dalam etanol 96% hingga
untuk membuat granul mukoadhesif terbentuk larutan jernih, lalu dicampurkan.
ketoprofen dengan polimer kitosan dalam Kemudian pelarutnya diuapkan pada oven

50
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

vakum pada suhu 40 50 C. Padatan yang lambung dan cairan usus buatan. Organ
dihasilkan dikerok dan digerus, kemudian lambung dibuka dan dipotong kira-kira 4 x
dilewatkan pada ayakan 250 m dan 1,5 cm dan organ usus dibelah dan
disimpan dalam desikator. dipotong kira-kira 7 x 1,5 cm, dilekatkan
pada penyokong aluminium kemudian
Pembuatan Granul Bioadhesif ditempatkan dalam sel silindris dengan
kemiringan 45. Sebanyak 25butir granul
Granul mukoadhesif dispersi padat diletakkan di atas jaringan tersebut,
ketoprofen PVP K-30 dibuat dibiarkan berkontak selama 20 menit
menggunakan polimer kitosan dengan kemudian ditegakkan pada sel silindris
metode granulasi basah. Bahan-bahan dengan kemiringan 45.
dicampur dan digerus dalam lumpang,
tambahkan etanol 96% secukupnya sampai Granul yang telah melekat pada jaringan
terbentuk masa yang basah dan dapat lambung dielusi dengan cairan lambung
dikepal. Massa granul dilewatkan pada buatan selama 5 menit dengan kecepatan 2
ayakan mesh 12, granul dikeringkan pada ml/menit. Untuk granul yang melekat di
suhu 50-60 C selama 8-10 jam. Granul usus dielusi dengan cairan usus buatan
kering diayak kembali dengan ayakan mesh selama 5 menit dengan kecepatan 22
14. ml/menit. Dan dihitung jumlah granul yang
masih melekat pada jaringan.
Tabel 1. Formula granul mukoadhesif
dispersi padat ketoprofen PVP K-30 Uji wash off (Suryani, Sulistiawati, &
Fajriani, 2009)
Jumlah (gram)
Zat Uji ini menggunakan alat uji desintegrasi.
F1 F2 F3 Jaringan lambung atau usus ditempelkan
Ketoprofen pada kaca objek dengan lem sianokrilat dan
50 50 50
PVP K-30( 1:1) ujung jaringan dikunci dengan paraffin
Kitosan 10 20 30 film. Sebanyak 20 butir granul ditempatkan
merata pada mukosa lambung dan usus
Laktosa 40 30 20 secara merata. Kemudian ditempatkan pada
Etanol 96% qs qs qs tabung kaca dan dimasukkan ke dalam alat
uji desintegrasi. Alat uji
desintegrasidigerakan naik turun 30 kali per
menit. Jumlah granul yang melekat
dihitung setiap 30 menit selama 2 jam.

Uji bioadhesif in vitro (Deshmukh,et al., Penetapan profil disolusi


2009; Depkes RI, 1995)
Penentuan disolusi granul ketoprofen
Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat dilakukan dengan metode keranjang dengan
seberapa cepat granul dapat melekat pada kecepatan 100 rpm. Labu diisi dengan
mukosa lambung dan usus dalam waktu 5 medium dapar fosfat pH 7,5 sebanyak 900
menit. ml dengan suhu diatur pada 37C 0,5C.
Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15,
Uji bioadhesif dilakukan menggunakan 30, 45, 60, 120, 180, 240, 300, 360, 420,
mukosa lambung dan usus kelinci. dan 480.Serapan diukur pada panjang
Lambung dan usus dicuci dengan larutan gelombang maksimum dengan
natrium klorida fisiologis kemudian menggunakan Spektrofotometer UV, kadar
masing-masing direndam dalam cairan ketoprofen pada setiap pemipetan dapat
ditentukan dengan kurva kalibrasi.

51
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil uji disolusi in vitro menunjukkan


bahwa terjadi penurunan laju pelepasan zat
Pada awal penelitian dilakukan pembuatan aktif dengan meningkatnya jumlah kitosan.
sistem dispersi padat ketoprofen dalam Hal ini membuktikan bahwa kitosan dapat
pembawa PVP K-30 dengan perbandingan mempengaruhi pelepasan zat aktif.Dari
jumlah zat aktif dan pembawa yaitu 1: 1. hasil uji disolusi granul dispersi padat
Metode yang digunakan dalam pembuatan ketoprofen PVP K-30, pada waktu 5
dispersi padat yaitu metode pelarutan. Pada menit kadar ketoprofen yang terdisolusi
metode ini dilarutkan masing-masing zat cukup tinggi jika dibandingkan dengan
dalam pelarut etanol 96 % kemudian disolusi dari ketoprofen murni. Ini
dicampurkan. Pelarut dihilangkan dengan disebabkan karena ketoprofen yang
pemanasan pada suhu 40 50 C (Tiwari, memiliki kelarutan rendah dimodifikasi
et al., 2009). menjadi bentuk dispersi padat dengan
kelarutan yang lebih tinggi. Peningkatan
Pada pembuatan granul, digunakan kelarutan dalam sistem dispersi padat
kitosansebagai polimer mukoadhesif terjadi karena pengurangan ukuran partikel
dengan konsentrasi yang berbeda tiap zat aktif sampai pada tingkat minimum,
formula. Pemilihan polimer mukoadhesif efek solubilisasi dari pembawa larut air
yang digunakan adalah berdasarkan serta terbentuknya struktur amorf zat aktif
kekuatan mukoadhesif dan sifat polimer dalam pembawa (Erizal, Daryanto, &
tersebut terhadap pelepasan zat aktif. Agoes, 2005).
Kitosan dipilih karena memiliki sifat
mukoadhesif dan dapat mempengaruhi laju Parameter lain yang digunakan untuk uji
pelepasan obat. Kitosan dapat memberikan disolusi granul dispersi padat ketoprofen
laju pelepasan obat yang konstan jika PVP K-30 adalah efisiensi disolusi. Nilai
diberikan dengan konsentrasi 10 60 % efisiensi disolusi merupakan nilai AUC
(Shaji, Jain, & Lodha, 2010), secara (Area Under the Curve) dari jumlah obat
biologis aman, tidak beracun, polimer yang yang terdisolusi per satuan waktu, seperti
biodegradable dan biokompatibel (Dutta, dalam studi bioavailabilitas/bioekivalensi
Dutta, & Triphati, 2004). Pada penelitian nilai ini dapat dipedomani untuk
ini digunakan jumlah kitosan yaitu 10, 20, membandingkan jumlah dan laju disolusi
dan 30 % untuk masing-masing Formula 1, obat secara umum. Dari perhitungan rata-
Formula 2, dan Formula 3. Untuk rata efisiensi disolusi didapat bahwa nilai
mengatasi kekurangan berat pada masing- efisiensi disolusi untuk Formula 1 = 78,989
masing formula ditambahkan laktosa 1,1398, Formula 2 = 77,3889 1,4312,
sebagai bahan pengisi.Metode yang dan Formula 3 = 75,8869 0,2210.Dari
digunakan dalam pembuatan granul data terlihat terjadi penurunan efisiensi
mukoadhesif dispersi padat ketoprofen disolusi dari Formula 2 dan Formula 3
PVP K-30 adalah metode granulasi basah. dibandingkan dengan Formula 1. Hal ini
disebabkan karena ada keterbatasan
Disolusi dari granul dispersi padat pelepasan obat dalam polimer yang
ketoprofen PVP K-30 dilakukan dengan digunakan.
metode keranjang menggunakan medium
dapar fosfat pH 7,5 dengan kecepatan 100 Analisis statistik dari efisiensi disolusi
rpm.Panjang gelombang serapan granul dispersi padat ketoprofen PVP K-
maksimum yang didapat adalah 260,20 30 dilakukan dengan menggunakan uji
nm.Persamaan garis yang didapat adalah y anova satu arah dengan menggunakan
= 0,0611x 0,0032 dengan nilai regresi, r program SPSS 17.Pada uji homogenitas
=0,99957. varian dengan Levene Statistics = 2.239
dengan Sig. = 0.188 (> 0,05), yang berarti

52
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

bahwa Ho diterima atau variansi dari pengembangan bahan bioadhesif. Tahap


efisiensi disolusi sama, sehingga uji kedua berpenetrasinya bahan bioadhesif ke
ANOVA dengan menggunakan uji F bisa dalam celah permukaan jaringan atau rantai
dilakukan.Hasil perhitungan ANOVA bahan bioadhesif. Ikatan ini diperkuat
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 6.352 dengan adanya ikatan kimia yang lemah
dengan Sig. = 0.033 (< 0,05), yang berarti seperti ikatan hidrogen (Indrawati, Agoes,
Ho ditolak, yang menunjukkan bahwa Yulinah, & Cahyati, 2005).
efisiensi dari tiga formula memberikan
hasil yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut Hasil uji wash off selama 120 menit
Duncan menunjukkan bahwa terdapat dua menggunakan jaringan lambung dan usus
kelompok yang berbeda, Kelompok terhadap granul dispersi padat ketoprofen
pertama adalah Formula 3 dan Formula 2 PVP K-30 menunjukkan tidak adanya
sedangkan pada kelompok kedua terdapat formula yang melekat, baik di lambung
Formula 2 dan Formula 1. Hal ini maupun di usus.
menunjukkan bahwa antar Formula 3 dan
Formula 2, serta antara Formula 2 dan Tabel 2.Hasil uji bioadhesifgranul dispersi
Formula 1 tidak berbeda nyata. Tetapi padat ketoprofen PVP K-30 terhadap
antara Formula 3 dan Formula 1 terdapat lambung dan usus kelinci pada menit
hasil yang berbeda nyata. ke - 5

Daya lekat mukoadhesif dari granul yang di % Granul yang menempel


formula di uji dengan menggunakan uji Formula
Lambung Usus
bioadhesif in vitro dan ujiwash off. Uji
bioadhesifin vitro bertujuan untuk melihat FI 100 96
seberapa cepat granul dapat melekat pada F II 96 96
mukosa lambung danusus dalam waktu 5
menit, sedangkan uji wash off bertujuan F III 100 100
untuk melihat kemampuan granulmelekat
pada mukosa lambung dan usus selama 2
jam (Suryani,et.al., 2009). Pengujian ini Tabel 3.Hasil uji wash offgranul dispersi
hanya dilakukan sampai 2 jam karena lebih padat ketoprofen PVP K-30 terhadap
dari 2 jam keutuhan jaringan mukosa tak Lambung dan Usus Kelinci pada menit
layak lagi untuk pengujian selanjutnya ke -120
(Erizal, et al., 2005)
% Granul yang menempel
Untuk evaluasi bioadhesif secara in vitro, Formula
setelah 5 menit granul dispersi padat Lambung Usus
ketoprofen PVP K-30 dari semua formula, FI 0 0
melekat 96 - 100% pada mukosa lambung
dan usus. Hal ini menunjukan bahwa F II 0 0
penggunaan polimer kitosan dengan F III 0 0
berbagai konsentrasi dapat menempel pada
mukosa lambung dan usus. Secara teoritis
mukoadhesif ini berlangsung melalui dua
tahap. Tahap pertama, adanya kontak erat
antara bahan bioadhesif dengan mukus
akibat pembasahan permukaan atau

53
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

Gambar 1. Kurva profil disolusi granul dispersi padat ketoprofen - PVP K-30, dispersi padat
ketoprofen PVP K-30, dan ketoprofen dalam medium dapar pospat pH 7.5

KESIMPULAN Erizal, Daryanto, S.T., & Agoes, G.. (2005).


Pengembangan sediaan lepas lambat
Polimer kitosan dapat digunakan sebagai glibenklamida dengan system
polimer bioadhesif karena dapat melekat mukoadhesif. Jurnal Sains dan Teknologi
kuat pada mukosa lambung dan usus Farmasi, 10, 1, 1-5.
kelinci.Selain memiliki sifat bioadhesif,
Indrawati, T., Agoes, G., Yulinah, E., &
kitosan juga mempengaruhi pelepasan zat
Cahyati, Y.. (2005). Uji daya lekat
aktif.Hasil yang menunjukkan perlambatan mukoadhesif secara in vitro beberapa
laju pelepasan obat yang paling besar eksipien polimer tunggal dan
ditunjukkan Formula 3. kombinasinya pada lambung dan usus
tikus. Jurnal Matematika dan Sains, 10, 2,
DAFTAR PUSTAKA 45-51.

Ansel, H. C..(1989). Pengantar bentuk sediaan Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L..
farmasi. (Edisi 4). Penerjemah: F. Ibrahim. (1994). Teori dan praktek industri farmasi.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. (Edisi 3). Penerjemah: S. Suyatmi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(1995). Farmakope Indonesia. (Edisi 4). Rajput, G. C., et al.. (2010). Stomach specific
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik mucoadhesive tablets as a controlled drug
Indonesia. delivery system a review work.
International Journal on Pharmaceutical
Deshmukh, V.N., Jadhav, J.K., &Sakarkar, and Biological Research, 1, 1, 30 41.
D.M.. (2009). Formulation and in vitro
evaluation of theophylline anhydrous Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E..
bioadhesive tablets. Asian J Pharm, (2009). Handbook of pharmaceutical
3,1,54-58. excipients (6th ed). London: The
Pharmaceutical Press.
Dutta, P.K., Dutta, J., & Triphati, V.S.. (2004).
Chitin and chitosan: chemistry, properties, Shaji, J., Jain, V., & Lodha, S.. (2010).
and applications. Journal of Scientific & Chitosan: A novel pharmaceutical
Industrial Research, 63, 20-31. excipient. International Journal of
Pharmaceutical and Applied Sciences, 1,
Erizal. (2003). Pengembangan sediaan 1.
bioadhesif salur cerna glibenklamida
(Artikel Penelitian No. 09/LP-UA/SPP- Shivashankar, M., Mandal, B. K., Yerappagari,
DPP/K/V/2003). Padang: Lembaga R., & Kumar, V. P.. (2011). A review on
Penelitian Universitas Andalas. chitosan based hydrogels for the drug

54
Salman., et al. J. Sains Tek. Far., 18(1), 2013

delivery system. International Research


Journal of Pharmacy, 2, 2, 1 6.

Suryani, N., Sulistiawati, F., & Fajriani, A..


(2009). Kekuatan gel gelatin tipe b dalam
formulasi granul terhadap kemampuan
mukoadhesif.MakaraKesehatan, 13, 1, 1-
4.

Sweetman, S.C.. (2009). Martindale: The


complete drug reference (36th ed). London.
The Pharmaceutical Press.

Tiwari, R., Tiwari, G., Srivastava, B., & Rai,


A.K.. (2009). Solid dispersions: an
overview to modify bioavailability of
poorly water soluble drugs. International
Journal of PharmTech Research, 1,4,
1338-1349.

55

You might also like