You are on page 1of 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan adalah hak dasar manusia dan merupakan salah satu factor yang sangat
menentukan sumberdaya manusia disamping juga karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh
karena itu kesehatan perlu dipelihara dan perlu di tingkatkan kwalitasnya, untuk mewujudkan
paradigma sehat menuju Indonesia Sehat.
Selain itu pada waktu sekarang dan yang akan datang kita juga menghadapi transisi
demografis dan epidemiologis. Tantangan global dan regional perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat yang termasuk dalam bidang informasi, telekomunikasi dan transfortasi
serta semaraknya demokrasi disegala bidang. Semua itu mendorong perlunya dilakukan
peninjauan ulang kebijakan yang ada, serta dirumuskannya paradigma baru dalam bidang
kesehatan.
Hal ini sejalan dengan UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang tetap dijadikan
acuan yang pada pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, bagi setiap orang terwujud derajat kesehatan
yang optimal.
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan
masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare
tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena
kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan
bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare
merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare
masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat
menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah
dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI,
1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Oleh karena itu dengan mempelajari perilaku dari masyarakat ini diharapkan dapat
menjadi pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari akan pentingnya hidup bersih dan sehat dan
segera melakukan tindakan pengobatan bagi masyarakat yang telah terinfeksi diare.

1
1.2 RUANG LINGKUP PENULISAN
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan dalam pembuatan makalah
ini, maka penulis membatasi pembahasan makalah ini pada satu kasus saja. Asuhan Keperawatan
dengan Sistem Pencernaan Gastro Enteritis Akut (GEA) atau Diare pada Tn.S di UPT Puskesmas
Lanjas Muara Teweh.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Gastro Enteritis Akut Pada Tn.I.
2. Tujuan Khusus
a.) Dapat melakukan Pengkajian pada Tn.I dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastro
Enteritis Akut (GEA).
b.) Dapat menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Tn.I dengan Sistem Pencernaan Gastro
Entestianal Akut (GEA).
c.) Dapat merencanakan Tindakan Keperawatan pada Tn.I dengan Gangguan Sistem
Pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA).
d.) Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn.I dengan Gangguan Sistem
Pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA).

1.4 MANFAAT PENULISAN


Agar dapat memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan dengan metode proses
keperawatan terhadap pasien dengan gangguan system pencernaan GastroEnteritis Akut
(GEA) dan agar dapat menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien.
Agar dapat menjadi perbendaharaan dan sumber informasi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA)
sebagai perbaikan dalam penegakan Askep.

1.5 METODE PENULISAN


Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode deskripsi yaitu metode ilmiah yang
menggambarkan kejadian-kejadian dan masalah yang terjadi pada saat ini.
Adapun cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
Study Kepustakaan yaitu :
Dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan gangguan system pencernaan
GastroEnteritis Akut (GEA) serta mengumpulkan data teoritis denagn menggunakan
sumber sesuai dengan judul makalah ini.

Study Kasus atau dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan yaitu :


Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 LANDASAN TEORITIS MEDIS


2.1.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all.
1999).
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar.
Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram
sehari. Beberapa kasus klien mengalami peningkatan kekerapan dan kenceran buang air besar
walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun waktu sehari (Soeparman 1990).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Gastroenteritis adalah peradanagn pada mukosa lambung dan usus dengan gejala : panas,
muntah, diare dank ram pada perut.

2.1.2 Etiologi / Faktor pencetus timbulnya diare

Penyebab utama :

Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Virus : Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
Bakteri : Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, dll.
Parasit : Entamoeba Histolitica, Balantidium Coli, dll.

Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi,
impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada
usus(obat pencahar/ laksansia)
3. Perubahan pergerakan dinding usus.

2.1.3 Faktor resiko terjadinya Gastroenteritis


1. Jumlah penduduk yang padat/ramai.
2. Makanan yang terkontaminasi /makanan dengan temperatur yang tidak cukup tinggi
sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab Gastroenteritis.
3. Sanitasi lingkungan yang jelek.

3
2.1.4 Pathofisiologi
Adanya cairan yang sulit di
- Hormon. serap atau dengan tekanan
- Toksin. osmotik koloid yang tinggi.

- Merangsang sekresi aktif.


- Menghambat penyerapan ion- Menarik dan menahan cairan
ion. serta garam di dalam usus.

- Peningkatan sekresi cairan ke


dalam usus. Manifestasi klinis:
- Diare.

Manifestasi klinis:
- Diare.

Peningkatan atau penurunan


peristaltik usus

Bertambahnya perkembang
biakan bakteri dalam usus

Meningkatkan pergerakan
usus

Kontak antara permukaan usus halus


dengan makanan berkurang

Makanan cepat di kirim ke


kolon.

Kolon akan mengosongkan


isinya

Pengosongan kolon secara prematur


akan mempersingkat waktu kontak
dengan makanan

Volume dan keenceran tinja


akan bertambah.
(Soeparman 1990)

4
Virus/bakteri masuk saluran pencernaan bersama makanan yang terkontaminasi sehingga
menimbulkan respon dengan gejala Gastroenteritis melalui cara :
1. Organisme melepaskan toksin (enterotoksin) pada usus halus maka terjadilah peradangan yang
ditandai diare (Shigela dan E. Coli).
2. Organisme masuk ke intestinal sehingga menimbulkan distruksi nekrosis ulcerasi
diare terus-menerus (Shigella dan Compylobacter).
3. Organisme yang masuk saluran pencernaan merusak mukosa/epitelium villi saluran
pencernaan hancur malabsorbsi dan hancurnya villi ini menyebabkan motilitas gastro-
intestinal meningkat sehingga cairan dan elektrolit (dalam lumen usus) meningkat.

Virus V. Cholera

menembus dinding usus tidak menembus dinding usus

kerusakan sel enterotoksin

infeksi local ATP cAMP

diare diare skretorik

sel darah (-) sel darah (-)
Shigella Salmonella

menembus dinding usus menembus dinding usus

kerusakan jaringan kerusakan jaringan dinding usus

berlipat ganda dalam epitel berlipat ganda dalam lamina prepria

infeksi local dan sistematik infeksi local dan sistemik

leukosait (+++) leukosit (++)
eritrosit (++++) monosit (++)
eritrosit (++)

5
2.1.5 Gejala klinik
1. Diare
Penderita merasakan sekit perut, Rasa kembung, Mual, muntah, diare, Kadang-kadang
demam/peningkatan suhu tubuh dan nyeri abdomen.
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap
atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat badan.
BAB ada darah/mucus (5x/> sehari) mungkin oleh Shigella.
BAB bau dan bercampur darah Compylobacter.
BAB kadang-kadang bercampur darah dan mucus E. Coli.

2. Kehilangan cairan >> :


Elastisitas kulit menurun
Mukosa mulut kering
Hipotensi, dll.

3. Pemeriksaan auskultasi : peningkatan peristaltic usus


4. Palpasi teraba lunak pada abdominal, nyeri abdomen.

2.1.6 Pendekatan diagnosis dari aspek tinja


1. Volume tinja yang banyak diare berasal dari kelainan usus halus dan permulaan usus
besar.
2. Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta kekerapan
buang air besar) kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid dan rektum.
3. Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah peradangan usus besar.
4. Tinja yang berbau busuk menunjukan adanya pembusukan asamamino yang tidak
diserap.

2.1.7 Konsep Pengkajian


a.Biodata
a. Nama
b. Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
c. Jenis kelamin
d. Agama
e. Pekerjaan
f. Dll
b.Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare/ BAB cair > 5 x
sehari dengan volume yang banyak, Kadang demam/suhu badan meningkat, nyeri
perut/kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus,
Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah), Obstruksi intestinal,
Peningkatan pengeluaran tinja, Adanya lendir atau pus di dalam tinja, Tinja yang
lembek atau cair, Flatus, Anoreksia, Penurunan berat badan, Malaise.
2. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare, serta
bio- psiko- sosio- spiritual. Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai
dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah
ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan
menurun.
3. Riwayat Penyakit sekarang : Kaitkan dengan kemungkinan penyebab diare, waktu
mulai diare, keluhan/perasaan lainnya, serta tindakan yang telah dilakukan dengan
respon yang dirasakan.
4. Riwayat Sebelum sakit : keadaan serupa yang pernah dialami, keadaan yang berkaitan
dengan kondisi sekarang.

c.Tanda-tanda vital
1. Suhu badan; kadang-kadang demam
2. Denyut nadi: meningkat
3. Pernapasan; meningkat
4. Tekanan darah; menurun
d.Pemeriksaan Fisik dan ADL
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi : mata cowong, turgor kulit, mukosa mulut, warna muka,
penurunan BB, keadaan umum.
2. Frekuensi BAB, konsistensi feses, vomitus, muntah, kram abdomen, jumlah urin.
3. Perubahan aktivitas sehari-hari dan kemampuan beraktivitas.

Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :


Haus
Lidah kering
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak

Bila terjadi gangguan biokimia :


Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)

Bila banyak kekurangan kalium :


Aritmia jantung

Bila syok hipovolumik berat :


Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis

Bila perfusi ginjal menurun :


Anuria
Nekrosis tubular akut.

e.Pola aktivitas sehari-hari


Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang meradang.

Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan demam.
Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya menjaga
personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini disebabkan karena faeces
yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit
berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.
Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana
konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang air kecil
mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.

f.Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien terhadap kesehatannya.
2. Pengetahuan tentang sakit yang diderita.
3. Tingkat kecemasan pasien.

g.Keadaan Spiritual
Pengaruh sakitnya terhadap keyakinan kepada Tuhan.

h.Pemeriksaan Penunjang
1.Feses :
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan
dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli, Enterovirus
dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan
adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika
kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.

2. Pemeriksaan Darah
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit
malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin,
fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum
albumin pada klien penyakit chron.

3. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, BUN (Blood Ureum Nitrogen),
kreatinin dan berat jenis plasma/ Bj urin. Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.

Radiologis
- Barrium Foloow through penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.

Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.

2.1.8 Penatalaksanaan
DIARE


Tanpa dehidrasi dehidrasi ringan dehidrasi sedang dehidrasi berat

CRT * oralit/CRT * oralt 100 ml/
(Cairan rumah tangga)50ml/kg BB/3 jam kg BB/3 jam
* ASI + makanan

Pulang dengan nasihat Sembuh gagal Rawat
* rehidrasi parentral
pulang dengan RL/D5 70ml/kg BB/3 nasihat
jam

masih dehidrasi
oralit 40 ml/kg BB/jam

Seterusnya :
Oralit 10 ml/kg BB setiap BAB

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.

a. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml.

b. Jumlah cairan

Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh
dapat dihitung dengan beberapa cara :

Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10 %

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Dapat dipilih oral atau IV.


d. Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama.


Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan
cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3.

e. Terapi simtomatik
Antibiotik diberikan secara klinis :
o Tetrasiklin untuk cholera
o Kloramphenikol untuk Shigella
o Neomycin untuk Campylobacter
Anti diare
Absorben

Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik, antibiotik, oralit, dll.

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
Sifat antimotilitas dan sekresi usus.

Sifat antiemetik.

f. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.

Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.

Preparat besi , zinc, dll.

g. Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
h. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di anjurkan untuk
menghindari susu.
2.2 LANDASAN TEORITIS KEPERWATAN

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992, adalah:

Identitas klien

Riwayat keperawatan

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat psikososial keluarga

Kebutuhan dasar

Pola eliminasi

Pola nutrisi

Pola tidur dan istirahat

Pola hygiene

Aktivitas

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan sistematik : Inspeksi,Perkusi,Palpasi,Auskultasi.

Pemeriksaan penunjang

2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul antara lain :

1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan sekunder
terhadap muntah dan diare. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).

2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah
sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).

3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda serta gejala komplikasi.
(Carpenito, Lynda Juall. 1999).

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi. (Doenges, Marilynn E. 1999).

5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus. (Doenges, Marilynn E.
1999).

35
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak
melalui rute normal (diare berat, muntah). (Doenges, Marilynn E. 1999).

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi
nutrien. (Doenges, Marilynn E. 1999).

8. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan. (Doenges, Marilynn E.


1999).

9. Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan,ekskoriasi


fisura perirektal; fistula. (Doenges, Marilynn E. 1999).

10. Koping individu tak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tak terduga. (Doenges,
Marilynn E. 1999).

11. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara
terus menerus.

2.2.3 Perencanaan

1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan sekunder
terhadap muntah dan diare.

Tujuan :

Kebutuhan volume cairan adekuat.

Kriteria hasil : Individu akan

1. Meningkatkan masukan cairan minimal 3000 ml (sesuai dengan hasil pemeriksaan BJ Plasma).

2. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas.

3. Mempertahankan Berat Jenis Plasma dalam batas normal (1,010 & 1,025).

4. Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi general :

1. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama pagi hari,
1000 ml selama sore hari, 1000 ml selama malam hari).

Rasional : Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit.

36
2. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan masukan cairan.

Rasional : Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.

3. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.

Rasional : Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.

4. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis
urine.

Rasional : Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.

5. Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama. Kehilangan berat
badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat badan 5 - 9 % menunjukkan
dehidrasi sedang.

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan cairan.

6. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam,
drain.

Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan
mengarah pada peningkatan BUN dan kadar elektrolit.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure darah, urine dan
serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.

Rasional : Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-muntah
juga menyebabkan kehilangan elektrolit.

8. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.

Rasional : Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder
terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.

Tujuan : Klien merasa nyaman.

Kriteria hasil : Klien akan :

1. Melaporkan penurunan kram abdomen.

2. Menyebutkan makanan yang harus dihindari.

Intervensi :

1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen.

37
Rasional : Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.

2. Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.

Rasional : Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat muntah.

3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air jahe, agar-agar, air)
30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.

Rasional : Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan dengan
demikian tidak memperberat gejala.

4. Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :

a. Cairan yang panas dan dingin.

b. Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah).

c. Kafein.

Rasional : cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas merangsang peristaltik ; Lemak juga
meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus.

5. Lindungi area perianal dari iritasi.

Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.

3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi.

Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi
adekuat.

Kriteria hasil :

1. Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari perawat.

Intervensi :

1. Jelaskan pembatasan diet :

a. Makanan tinggi serat (sayur & buah segar).

b. Makanan tinggi lemak (susu, makanan goreng).

c. Air yang sangat panas atau dingin.

Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan.

Rasional : Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.

3. Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.

Rasional : Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI untuk istirahat.

4. Instruksikan untuk mencuci tangan :

38
a. Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.

b. Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci
piring untuk peralatan makan.

c. Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.

Rasional : Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar tidur)
dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak efektif melawan beberapa
virus.

5. Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :

a. Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam.

b. Feses berdarah.
Rasional : Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi segera untuk
mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan :
pasien mengetahui kebutuhan perawatan di rumah & prosedur yang harus dilakukan jika diare berulang.

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang :
o Tanda-tanda dehidrasi & hal-hal penting yang diperhatikan segera saat dehidrasi.
o Menyeimbangkan cairan yang diminum dan yang keluar.
o Menjaga kebersihan daerah anal.
3. Cuci tangan yang benar sebelum & setelah makan.

Rasional :
1. Tingkat pengetahuan pasien & keluarg merupakan indicator untuk mengetahui sejauh mana klien
memahami tentang penyakitnya.
2. Untuk meningkatkan kemandirian pasien terutama setelah pulang ke rumah.
5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam frekwensi dan
konsistensi tinja.

Intervensi :
1. Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan bab (frekwensi dan konsistensi).
2. Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
3. Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
4. Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
39
5. Kurangi makan / minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus.
7. Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui
rute normal (diare berat, muntah).

Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.

Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
2. Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
3. Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.
5. Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin,
peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien.
Tujuan : selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat.

Intervensi :
1. Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien (berdasarkan usia dan
berat badan).
2. Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut dan berkalori
tinggi kasar kemudian biasa).
3. Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.
4. Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat menimbulkan diare
(makanan yang berlemak, pedas, susu)
5. Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika pasien mengalami
mual.

8. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.


Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

40
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam
tindakan keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
Rasional :
1 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
2 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
3 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan
dapat mengurangi beban pikiran pasien.
4 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
5 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
6 Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

9. Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik.


Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
2. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa cara untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
4. Observasi keluhan serta TTV.

10. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara terus
menerus
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan.

Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang mudah lecet akibat
feces yang bersifat asam.
2. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
3. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat terlentang.
4. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
5. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
6. Observasi keadaan kulit sekitar bokong.

41
2.2.4 Implementasi
Penatalaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan sfesifik,
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan diajukan perawat untuk membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang telah mencakup peningkatan kesehatan.

2.2.5 Evaluasi keperawatan


1) Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3) Integritas kulit kembali normal.
4) Rasa nyaman terpenuhi.
5) Pengetahuan keluarga meningkat, cemas pada klien teratasi.

42
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 50 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat : Jl.Panti Ajar
Keluhan Utama : Mencret > 4 x dan Muntah > 2 x

3.1.2 Riwayat Keperawatan (Nursing History)


1) Riwayat Sebelum Sakit
Sehari sebelumnya tanggal 22-11-2016 klien mengeluh mules dan mencret-mencret > 4 kali
dan malamnya mengeluh muntah-muntah > 2 kali kemudian keesokan harinya tanggal 23-11-
2016 dibawa ke Puskesmas Lanjas. Tingkat kesadaran Composmentis.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Tingkat kesadaran Composmentis, keadaan umum baik, masih mengeluh mules dan mencret,
lendir (-), darah(-).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien saat ini.
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Keluarga klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

3.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan Umum : baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,9 0C
Nadi : 120 X/menit. lemah dan teratur
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Respirasi : 24 x/menit
3) Body Systems
43
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 24 x/menit. Trachea tidak ada kelainan. Terdapat
retraksi dada, napas dalam. Bentuk dada simestris.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 120 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu 36,9 0C.
Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : Composmentis.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Berorientasi (5)
Motorik : Mematuhi perintah sederhana (6)
Kepala dan wajah : tidak ada kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva dan membran mukosa merah muda, pupil
isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Pasien mengatakan sebelum ke Puskesmas Lanjas tadi ada BAK sekali.
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik meningkat, tidak kembung,
diare (+).
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas (tidak terbatas)
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : Kuning kecoklatan.
Akral : Dingin.
Turgor : Baik.
Kulit & membran mukosa : kering
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

3.1.4 TERAPI :

1. Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab


2. Antasid 500 mg 3 x 1 tab
3. Cotrimoksazole240mg3x1tab

44
3.2 ANALISA DAN SINTESA DATA
KEMUNGKINAN
NO D A T A MASALAH
ETIOLOGI
1. S: kehilangan sekunder terhadap Resiko tinggi terhadap defisit
Sehari sebelum ke puskesmas muntah dan diare volume cairan
klien mengeluh mules dan
mencret-mencret > 4 kali dan
malamnya mengeluh muntah-
muntah > 2 kali
Saat ini masih mengeluh
mules dan mencret
O:
Suhu : 36,9 0C, Nadi : 120
X/menit. lemah dan teratur,
keadaan umum baik, Turgor :
baik, Sejak datang di
puskesmas lanjas sampai
pengkajian dilaksanakan
belum ada BAK,Akral :
Dingin, Peristaltik
meningkat.
2. S: kram abdomen, diare dan Perubahan ketidaknyamanan
Sehari sebelum ke puskesmas muntah sekunder terhadap
lanjas klien mengeluh mules dilatasi vaskuler dan
dan mencret-mencret > 4 kali hiperperistaltik
dan malamnya mengeluh
muntah-muntah > 2 kali
sampai sekarang. masih
mengeluh mules dan mencret
O:
Peristaltik meningkat
3. S: kurangnya informasi Kurang pengetahuan tentang
O: kondisi,prognosis dan
Klien mengatakan kurang kebutuhan pengobatan
mengetahui tentang proses
penyakit dan diet yang harus
dilakukan.
4. S :klien mengeluh tidak gangguan absorpsi nutrient Perubahan nutrisi kurang dari
napsu makan kebutuhan tubuh

O:
Peristaltik meningkat.
5. S: Ancaman terhadap status Ansietas / Cemas
O: kesehatan
Peningkatan ketegangan,
distres dan ketakutan.
Perhatian pada diri sendiri
6. S: Terjadinya infeksi Resiko terjadi peningkatan
O: suhu (hipertermia)
Suhu : 36,9 0C

45
3.3 PERUMUSAN MASALAH
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare
2. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan
muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien.
5. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.
6. Resiko terjadi peningkatan suhu (hipertermia) berhubungan dengan terjadinya
infeksi.

3.4 PRORITAS MASALAH


Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan kebutuhan nutrisi
Resiko terjadianya infeksi
Gangguan ketidaknyamanan
Gangguan kecemasan
Kurang pengetahuan

46
3.5 RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
NO TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap Tujuan : 1. Pantau tanda dan gejala 1. TD, suhu nadi dan 1. TD:120/80 mmhg
defisit volume cairan Volume cairan dan dehidrasi :. pernapasan sebagi indicator Suhu : 36,9C
berhubungan dengan elektrolit seimbang. o Kulit & membran mukosa kegagalan sirkulasi. Nadi : 120
kehilangan sekunder Kriteria hasil : kering. 2. Catatan masukan membantu x/menit
terhadap muntah dan Tidak ada tanda-tanda o Haus. mendeteksi tanda dini Respirasi:24
diare. dehidrasi: o Jumlah urine sedikit. ketidak seimbangan cairan. x/menit
1. Vital sign normal. o Suara parau. 3. Penimbangan berat badan BB:62 kg
2. Turgor kulit normal. 2. Pantau masukan, pastikan harian yang tepat dapat 2. Menganjurkan
3. Mukosa mulut basah sedikitnya 1500 ml cairan per mendeteksi kehilangan pasien
normal. oral setiap 24 jam. cairan. memperbanyak
4. Suara tidak parau. 3. Timbang BB klien. 4. Propulsi feses yang cepat minum,sedikit
4. Pertimbangkan kehilangan melalui usus mengurangi sedikit tapi
cairan tambahan yang absorpsi elektrolit. Muntah- sering.
berhubungan dengan muntah muntah juga menyebabkan 3. Menjelaskan
dan diare. kehilangan elektrolit. pentingnya
5. Rencanakan tujuan masukan 5. Deteksi dini memungkinkan masukan cairan
cairan untuk setiap pergantian ( terapi penggantian cairan bagi tubuh.
misal 1000 ml selama pagi segera untuk memperbaiki
hari, 1000 ml selama sore hari, defisit.
1000 ml selama malam hari). 6. Informasi yang jelas akan
6. Jelaskan tentang alasan-alasan meningkatkan kerjasama
untuk mempertahankan hidrasi klien untuk terapi.
yang adekuat dan metoda-
metoda untuk mencapai tujuan
masukan cairan.

47
48
2. Perubahan Tujuan : 1. Anjurkan Pasien mengatur 1. Dimaksudkan untuk 1. Menganjurkan pasien
ketidaknyamanan Klien merasa nyaman posisi terlentang dan pasang meningkatkan relaksasi otot GI tidur posisi telentang dan
berhubungan dengan Kriteria hasil : bantal penghangat di atas & mengurangi kram. memasang bantal
kram abdomen, diare 1. Kram abdomen. 2. Cairan dalam jumlah kecil penghangat diatas
dan muntah sekunder berkurang/hilang. 2. Anjurkan pasien minum air mengurangi rangsangan abdomen.
terhadap dilatasi 2. Diare putih hangat sedikit tapi mendadak pada lambung. 2. Menganjurkan pasien
vaskuler dan berkurang/hilang. sering. 3. Makanan yang mengandung makan makanan lunak
hiperperistaltik 3. Muntah 3. Instruksikan kepada pasien lemak atau tinggi serat dapat seperti bubur dan tidak
berkurang/hilang. untuk menghindari hal berikut meningkatkan peristaltik dan memakan makanan
o Makanan yang minuman dingin dapat pedas dan terlalu
mengandung lemak atau merangsang kram, sedangkan berbumbu.
tinggi serat (misal ; susu, minuman panas dapat 3. Menganjurkan pasien
buah). merangsang peristaltik dan makan sedikit tapi
o Minum dingin /panas. kafein dapat meningkatkan sering.
o Kafein (kopi). motilitas usus.

3. Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Tingkat pengetahuan pasien & 1. Menjelaskan kepada
tentang kondisi, pasien mengetahui pasien dan keluarga. keluarga merupakan indicator pasien tentang penyebab
prognosis dan kebutuhan kebutuhan perawatan di 2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui sejauh mana terjadinya diare dan cara
pengobatan rumah & prosedur yang tentang : klien memahami tentang mencegahnya.
berhubungan dengan harus dilakukan jika diare o Tanda-tanda dehidrasi & penyakitnya. 2. Menjelaskan pada pasien
kurangnya informasi. berulang. hal-hal penting yang 2. Untuk meningkatkan dan keluarga tanda-tanda
diperhatikan segera saat kemandirian pasien terutama dehidrasi dan cara
dehidrasi. setelah pulang ke rumah. pencegahannya.
o Menyeimbangkan cairan 3. Menganjurkan pada
yang diminum dan yang pasien untuk menjaga
keluar. kebersihan pada saat
o Menjaga kebersihan buang air.
daerah anal. 4. Menganjurkan pasien
49
o Cuci tangan yang benar untuk selalu mencuci
sebelum & setelah tangan sebelum dan
makan. sesudah makan.
4. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan 1. Memeriksa turgor kulit 1. mengetahui status nutrisi klien. 1. Turgor kulit pasien baik
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat terpenuhi. 2. Mengkaji status nutrisi dan 2. Untuk mengetahui tentang 2. Tidak terjadi dehidrasi.
berhubungan dengan Kriteria hasil : kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi 3. Menganjurkan pasien
gangguan absorpsi 1. Turgor baik, intake klien sehingga dapat diberikan minum air sedikit tapi
nutrien. dapat masuk sesuai tindakan dan pengaturan diet sering.
kebutuhan, Berat yang adekuat.
badan dan tinggi 3. Anjurkan kaluarga klien untuk 3. Kepatuhan terhadap diet dapat
badan ideal. mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi
2. Klien mematuhi diprogramkan. terjadinya
dietnya. hipoglikemia/hiperglikemia.

5. Ansietas berhubungan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Untuk menentukan tingkat 1. Memberikan penjelasan
dengan Ancaman berkurang/hilang. dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien tentang penyebab
terhadap status Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien sehingga perawat bisa diare,dan cara
kesehatan. 1. Pasien dapat untuk mengungkapkan rasa memberikan intervensi yang menghindari terjadinya
mengidentifikasikan cemasnya. cepat dan tepat. dehidrasi.
sebab kecemasan. 3. Gunakan komunikasi 2. Dapat meringankan beban 2. Menganjurkan pasien
2. Emosi stabil, pasien terapeutik. pikiran pasien. dan keluarga untuk
tenang. 4. Beri informasi yang akurat melakukan kontrol ulang
3. Istirahat cukup. tentang proses penyakit dan 3. Agar terbina rasa saling jika obat habis atau bila
anjurkan pasien untuk ikut percaya antar perawat-pasien ada keluhan lain.
serta dalam tindakan sehingga pasien kooperatif 3. Mernganjurkan pasien
keperawatan. dalam tindakan keperawatan. dan keluarga untuk
4. Informasi yang akurat tentang membawa pasien ke
5. Berikan keyakinan pada penyakitnya dan keikutsertaan Rumah Sakit jika
pasien bahwa perawat, dokter, pasien dalam melakukan kondisi tambah
dan tim kesehatan lain selalu tindakan dapat mengurangi parah/memburuk.
berusaha memberikan beban pikiran pasien. 4. Menganjurkan pasien
pertolongan yang terbaik dan 5. Sikap positif dari timkesehatan untuk istirahat yang
seoptimal mungkin. akan membantu menurunkan cukup.
50
6. Menganjurkan pasien dan kecemasan yang dirasakan
keluarga untuk melakukan pasien.
kontrol ulang setelah obat
habis. 6. Mengetahui perkembangan
7. Menganjurkan pasien dan kondisi pasien.
kelurga untuk mengantar
pasien keRumah Sakit jika
7. Mencegah terjadinya
kondisi memburuk.
komplikasi lebih lanjut.

6. Resiko terjadi Tujuan : 1. Menganjurkan pasien dan Dengan suhu lingkungan hangat, 1. Menganjurkan pasien
peningkatan suhu Suhu tubuh normal keluarga untuk mengukur akan direspon pusat pengatur panas mengukur suhu tubuh.
(hipertermia) suhu tubuh. untuk menurunkan produksi panas 2. Menganjurkan pasien
berhubungan dengan 2. Menganjurkan pasien dan tubuh dan keluarga untuk
terjadinya infeksi keluarga untuk mengompres memberikan kompres
dengan air hangat jika suhu hangat jika suhu
meningkat. meningkat.
3. Berikan terapi obat anti 3. Menganjurkan pasien
infeksi sesuai advis. banyak minum.
4. Berikan antipiretik sesuai 4. Menganjurkan pasien
advis meminum obat sesuai
advis dokter.

3.6 Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap implementasi rencana tindakan belum ada yang tercapai karena pasien hanya melakukan kunjungan berobat jalan di UPT Puskesmas Lanjas.
Pasien diminta untuk kembali berkunjung ke Puskesmas Lanjas guna melakukan control ulang terhadap hasil pengobatan setelah 3 hari atau setelah obat habis.

51
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan keperawatan pada Tn.I dengan gangguan


system pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA) di UPT Puskesmas Lanjas. Maka pada Bab
ini di bahas tentang kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan di lahan
praktek.
Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan dalam penjelasan dibawah ini melalui
proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian,diagnose,intervensi,pelaksanaan
dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari pelaksanaan asuhan keperawatan,penulis
tidak menemukan kesulitan dalam menganalisa pasien mau diajak bekerjasama. Sedangkan
data-data yang lain penulis dapatkan dari status pasien yang diambil dari pengkajian.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan hasil pengkajian penulis dapat menegakan 6 (enam) diagnose
keperawatan yang telah diprioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar hirarki manusia
Abraham Maslow . Pada tahap ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus
yaitu ditemukannya diagnosis keperawatan yang ada pada teori dan terdapat pada kasus,
yaitu :
1) Resiko tinggi terhadap deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare.
2) Perubahan ketidaknyamanan berhubungab dengan kram abdomen, diare dan muntah
sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbs nutrient.
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
6) Resiko terjadi peningkatan suhu (hipertermi) berhubungan dengan terjadinya
infeksi.

Sedangkan yang tidak terdapat pada kasus, yaitu :


1) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,pembatasan diet,dan
tanda serta gejala komplikasi.
2) Diare berhubungan dengan inflamasi,iritasi atau malabsorpsi usus.

52
3) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik,diare lama,iritasi
kulit/jaringan,ekskoriasi fisura ferirektal,fistula.
4) Koping individu tak efektif berhubungan denagn proses penyakit yang tak terduga
5) Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces
secara terus menerus.

4.3 Perencanaan
Adapun perencanaan yang penulis lakukan adalah sesuai dengan masalah yang
timbul atau sedang menghadapi pasien sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dengan kondisi klien atau masalah klien.

4.4 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan yang penulis lakukan sesuai dengan tindakan yang
telah ditetapkan. Penulis tidak mendapatkan hambatan dalam melaksanakan tindakan
tersebut karena pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan.

4.5 Evaluasi
Pada tahap ini penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.I saat pasien
berkunjung ke puskesmas Lanjas untuk berobat. Sehingga asuhan keperawatan yang telah
dibuat belum ada yang teratasi. Pasien dianjurkan berkunjung kembali ke puskesmas lanjas
setelah obat habis untuk control ulang.

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pengkajian kasus dengan gangguan system pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA)
ditemukan pada teori dan kasus dan semua data diperoleh secara kooperatif baik
dari pasien maupun keluarga.
Diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan di mana tidak semua teori ditemukan
pada kasus ini.
Asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan
yang ditetapkan tanpa adanya hambatan.
Pada pelaksanaan seluruh perencanaan dapat terlaksana dengan baik.
Hasil masih menunjukan ada masalah yang belum teratasi dan tercapai.

5.2 Saran
Penyakit GastroEnteritis adalah penyakit yang paling sering dijumpai pada anak dan
orang dewasa. Disarankan untuk memenuhi segala keperawatan yang dianjurkan
oleh dokter.
Dalam asuhan keperawatan GastroEnteritis hendaknya dilakukan pengkajian yang
akurat dan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain.
Pendidikan diperlukan terhadap keluarga dan pasien untuk menghadapi tanda dan
gejala yang mungkin timbul.

DAFTAR PUSTAKA

54
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK
Universitas Airlangga.
Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta: EGC.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

55

You might also like