Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 RUANG LINGKUP PENULISAN
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan dalam pembuatan makalah
ini, maka penulis membatasi pembahasan makalah ini pada satu kasus saja. Asuhan Keperawatan
dengan Sistem Pencernaan Gastro Enteritis Akut (GEA) atau Diare pada Tn.S di UPT Puskesmas
Lanjas Muara Teweh.
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Penyebab utama :
Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Virus : Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
Bakteri : Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, dll.
Parasit : Entamoeba Histolitica, Balantidium Coli, dll.
Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi,
impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1. a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada
usus(obat pencahar/ laksansia)
3. Perubahan pergerakan dinding usus.
3
2.1.4 Pathofisiologi
Adanya cairan yang sulit di
- Hormon. serap atau dengan tekanan
- Toksin. osmotik koloid yang tinggi.
Manifestasi klinis:
- Diare.
Bertambahnya perkembang
biakan bakteri dalam usus
Meningkatkan pergerakan
usus
4
Virus/bakteri masuk saluran pencernaan bersama makanan yang terkontaminasi sehingga
menimbulkan respon dengan gejala Gastroenteritis melalui cara :
1. Organisme melepaskan toksin (enterotoksin) pada usus halus maka terjadilah peradangan yang
ditandai diare (Shigela dan E. Coli).
2. Organisme masuk ke intestinal sehingga menimbulkan distruksi nekrosis ulcerasi
diare terus-menerus (Shigella dan Compylobacter).
3. Organisme yang masuk saluran pencernaan merusak mukosa/epitelium villi saluran
pencernaan hancur malabsorbsi dan hancurnya villi ini menyebabkan motilitas gastro-
intestinal meningkat sehingga cairan dan elektrolit (dalam lumen usus) meningkat.
Virus V. Cholera
menembus dinding usus tidak menembus dinding usus
kerusakan sel enterotoksin
infeksi local ATP cAMP
diare diare skretorik
sel darah (-) sel darah (-)
Shigella Salmonella
menembus dinding usus menembus dinding usus
kerusakan jaringan kerusakan jaringan dinding usus
berlipat ganda dalam epitel berlipat ganda dalam lamina prepria
infeksi local dan sistematik infeksi local dan sistemik
leukosait (+++) leukosit (++)
eritrosit (++++) monosit (++)
eritrosit (++)
5
2.1.5 Gejala klinik
1. Diare
Penderita merasakan sekit perut, Rasa kembung, Mual, muntah, diare, Kadang-kadang
demam/peningkatan suhu tubuh dan nyeri abdomen.
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap
atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat badan.
BAB ada darah/mucus (5x/> sehari) mungkin oleh Shigella.
BAB bau dan bercampur darah Compylobacter.
BAB kadang-kadang bercampur darah dan mucus E. Coli.
c.Tanda-tanda vital
1. Suhu badan; kadang-kadang demam
2. Denyut nadi: meningkat
3. Pernapasan; meningkat
4. Tekanan darah; menurun
d.Pemeriksaan Fisik dan ADL
1. Kaji tanda-tanda dehidrasi : mata cowong, turgor kulit, mukosa mulut, warna muka,
penurunan BB, keadaan umum.
2. Frekuensi BAB, konsistensi feses, vomitus, muntah, kram abdomen, jumlah urin.
3. Perubahan aktivitas sehari-hari dan kemampuan beraktivitas.
Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan demam.
Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya menjaga
personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini disebabkan karena faeces
yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit
berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.
Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana
konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang air kecil
mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
f.Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien terhadap kesehatannya.
2. Pengetahuan tentang sakit yang diderita.
3. Tingkat kecemasan pasien.
g.Keadaan Spiritual
Pengaruh sakitnya terhadap keyakinan kepada Tuhan.
h.Pemeriksaan Penunjang
1.Feses :
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan
dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli, Enterovirus
dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan
adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika
kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
2. Pemeriksaan Darah
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit
malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin,
fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum
albumin pada klien penyakit chron.
3. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, BUN (Blood Ureum Nitrogen),
kreatinin dan berat jenis plasma/ Bj urin. Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
Radiologis
- Barrium Foloow through penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
2.1.8 Penatalaksanaan
DIARE
Tanpa dehidrasi dehidrasi ringan dehidrasi sedang dehidrasi berat
CRT * oralit/CRT * oralt 100 ml/
(Cairan rumah tangga)50ml/kg BB/3 jam kg BB/3 jam
* ASI + makanan
Pulang dengan nasihat Sembuh gagal Rawat
* rehidrasi parentral
pulang dengan RL/D5 70ml/kg BB/3 nasihat
jam
masih dehidrasi
oralit 40 ml/kg BB/jam
Seterusnya :
Oralit 10 ml/kg BB setiap BAB
a. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml.
b. Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh
dapat dihitung dengan beberapa cara :
Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10 %
e. Terapi simtomatik
Antibiotik diberikan secara klinis :
o Tetrasiklin untuk cholera
o Kloramphenikol untuk Shigella
o Neomycin untuk Campylobacter
Anti diare
Absorben
Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik, antibiotik, oralit, dll.
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
Sifat antimotilitas dan sekresi usus.
Sifat antiemetik.
g. Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
h. Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di anjurkan untuk
menghindari susu.
2.2 LANDASAN TEORITIS KEPERWATAN
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992, adalah:
Identitas klien
Riwayat keperawatan
Kebutuhan dasar
Pola eliminasi
Pola nutrisi
Pola hygiene
Aktivitas
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan sekunder
terhadap muntah dan diare. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).
2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah
sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik. (Carpenito, Lynda Juall. 1999).
3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda serta gejala komplikasi.
(Carpenito, Lynda Juall. 1999).
5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus. (Doenges, Marilynn E.
1999).
35
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak
melalui rute normal (diare berat, muntah). (Doenges, Marilynn E. 1999).
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi
nutrien. (Doenges, Marilynn E. 1999).
10. Koping individu tak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tak terduga. (Doenges,
Marilynn E. 1999).
11. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara
terus menerus.
2.2.3 Perencanaan
1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan sekunder
terhadap muntah dan diare.
Tujuan :
1. Meningkatkan masukan cairan minimal 3000 ml (sesuai dengan hasil pemeriksaan BJ Plasma).
2. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas.
3. Mempertahankan Berat Jenis Plasma dalam batas normal (1,010 & 1,025).
Intervensi general :
1. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama pagi hari,
1000 ml selama sore hari, 1000 ml selama malam hari).
Rasional : Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit.
36
2. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan masukan cairan.
Rasional : Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.
3. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
Rasional : Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
4. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis
urine.
Rasional : Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
5. Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama. Kehilangan berat
badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat badan 5 - 9 % menunjukkan
dehidrasi sedang.
6. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam,
drain.
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan
mengarah pada peningkatan BUN dan kadar elektrolit.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure darah, urine dan
serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.
Rasional : Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-muntah
juga menyebabkan kehilangan elektrolit.
2. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder
terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
Intervensi :
1. Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen.
37
Rasional : Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.
2. Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.
Rasional : Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap merangsang pusat muntah.
3. Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air jahe, agar-agar, air)
30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.
Rasional : Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area gastrik dan dengan
demikian tidak memperberat gejala.
c. Kafein.
Rasional : cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas merangsang peristaltik ; Lemak juga
meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan motilitas usus.
Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit perianal.
3. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda serta gejala komplikasi.
Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi
adekuat.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari perawat.
Intervensi :
2. Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan.
38
a. Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.
b. Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci
piring untuk peralatan makan.
Rasional : Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan area (kamar tidur)
dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol rendah tak efektif melawan beberapa
virus.
b. Feses berdarah.
Rasional : Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi segera untuk
mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang :
o Tanda-tanda dehidrasi & hal-hal penting yang diperhatikan segera saat dehidrasi.
o Menyeimbangkan cairan yang diminum dan yang keluar.
o Menjaga kebersihan daerah anal.
3. Cuci tangan yang benar sebelum & setelah makan.
Rasional :
1. Tingkat pengetahuan pasien & keluarg merupakan indicator untuk mengetahui sejauh mana klien
memahami tentang penyakitnya.
2. Untuk meningkatkan kemandirian pasien terutama setelah pulang ke rumah.
5. Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam frekwensi dan
konsistensi tinja.
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan bab (frekwensi dan konsistensi).
2. Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
3. Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
4. Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
39
5. Kurangi makan / minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus.
7. Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui
rute normal (diare berat, muntah).
Intervensi :
1. Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
2. Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
3. Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.
5. Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin,
peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien.
Tujuan : selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat.
Intervensi :
1. Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien (berdasarkan usia dan
berat badan).
2. Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut dan berkalori
tinggi kasar kemudian biasa).
3. Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.
4. Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat menimbulkan diare
(makanan yang berlemak, pedas, susu)
5. Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika pasien mengalami
mual.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
40
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam
tindakan keperawatan.
5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
Rasional :
1 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
2 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
3 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan
dapat mengurangi beban pikiran pasien.
4 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
5 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
6 Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
Intervensi :
1. Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
2. Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa cara untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
4. Observasi keluhan serta TTV.
10. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara terus
menerus
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan.
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang mudah lecet akibat
feces yang bersifat asam.
2. Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
3. Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat terlentang.
4. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
5. Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
6. Observasi keadaan kulit sekitar bokong.
41
2.2.4 Implementasi
Penatalaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan sfesifik,
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan diajukan perawat untuk membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang telah mencakup peningkatan kesehatan.
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 50 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Banjar
Alamat : Jl.Panti Ajar
Keluhan Utama : Mencret > 4 x dan Muntah > 2 x
3.1.4 TERAPI :
44
3.2 ANALISA DAN SINTESA DATA
KEMUNGKINAN
NO D A T A MASALAH
ETIOLOGI
1. S: kehilangan sekunder terhadap Resiko tinggi terhadap defisit
Sehari sebelum ke puskesmas muntah dan diare volume cairan
klien mengeluh mules dan
mencret-mencret > 4 kali dan
malamnya mengeluh muntah-
muntah > 2 kali
Saat ini masih mengeluh
mules dan mencret
O:
Suhu : 36,9 0C, Nadi : 120
X/menit. lemah dan teratur,
keadaan umum baik, Turgor :
baik, Sejak datang di
puskesmas lanjas sampai
pengkajian dilaksanakan
belum ada BAK,Akral :
Dingin, Peristaltik
meningkat.
2. S: kram abdomen, diare dan Perubahan ketidaknyamanan
Sehari sebelum ke puskesmas muntah sekunder terhadap
lanjas klien mengeluh mules dilatasi vaskuler dan
dan mencret-mencret > 4 kali hiperperistaltik
dan malamnya mengeluh
muntah-muntah > 2 kali
sampai sekarang. masih
mengeluh mules dan mencret
O:
Peristaltik meningkat
3. S: kurangnya informasi Kurang pengetahuan tentang
O: kondisi,prognosis dan
Klien mengatakan kurang kebutuhan pengobatan
mengetahui tentang proses
penyakit dan diet yang harus
dilakukan.
4. S :klien mengeluh tidak gangguan absorpsi nutrient Perubahan nutrisi kurang dari
napsu makan kebutuhan tubuh
O:
Peristaltik meningkat.
5. S: Ancaman terhadap status Ansietas / Cemas
O: kesehatan
Peningkatan ketegangan,
distres dan ketakutan.
Perhatian pada diri sendiri
6. S: Terjadinya infeksi Resiko terjadi peningkatan
O: suhu (hipertermia)
Suhu : 36,9 0C
45
3.3 PERUMUSAN MASALAH
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare
2. Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan
muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien.
5. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.
6. Resiko terjadi peningkatan suhu (hipertermia) berhubungan dengan terjadinya
infeksi.
46
3.5 RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
NO TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap Tujuan : 1. Pantau tanda dan gejala 1. TD, suhu nadi dan 1. TD:120/80 mmhg
defisit volume cairan Volume cairan dan dehidrasi :. pernapasan sebagi indicator Suhu : 36,9C
berhubungan dengan elektrolit seimbang. o Kulit & membran mukosa kegagalan sirkulasi. Nadi : 120
kehilangan sekunder Kriteria hasil : kering. 2. Catatan masukan membantu x/menit
terhadap muntah dan Tidak ada tanda-tanda o Haus. mendeteksi tanda dini Respirasi:24
diare. dehidrasi: o Jumlah urine sedikit. ketidak seimbangan cairan. x/menit
1. Vital sign normal. o Suara parau. 3. Penimbangan berat badan BB:62 kg
2. Turgor kulit normal. 2. Pantau masukan, pastikan harian yang tepat dapat 2. Menganjurkan
3. Mukosa mulut basah sedikitnya 1500 ml cairan per mendeteksi kehilangan pasien
normal. oral setiap 24 jam. cairan. memperbanyak
4. Suara tidak parau. 3. Timbang BB klien. 4. Propulsi feses yang cepat minum,sedikit
4. Pertimbangkan kehilangan melalui usus mengurangi sedikit tapi
cairan tambahan yang absorpsi elektrolit. Muntah- sering.
berhubungan dengan muntah muntah juga menyebabkan 3. Menjelaskan
dan diare. kehilangan elektrolit. pentingnya
5. Rencanakan tujuan masukan 5. Deteksi dini memungkinkan masukan cairan
cairan untuk setiap pergantian ( terapi penggantian cairan bagi tubuh.
misal 1000 ml selama pagi segera untuk memperbaiki
hari, 1000 ml selama sore hari, defisit.
1000 ml selama malam hari). 6. Informasi yang jelas akan
6. Jelaskan tentang alasan-alasan meningkatkan kerjasama
untuk mempertahankan hidrasi klien untuk terapi.
yang adekuat dan metoda-
metoda untuk mencapai tujuan
masukan cairan.
47
48
2. Perubahan Tujuan : 1. Anjurkan Pasien mengatur 1. Dimaksudkan untuk 1. Menganjurkan pasien
ketidaknyamanan Klien merasa nyaman posisi terlentang dan pasang meningkatkan relaksasi otot GI tidur posisi telentang dan
berhubungan dengan Kriteria hasil : bantal penghangat di atas & mengurangi kram. memasang bantal
kram abdomen, diare 1. Kram abdomen. 2. Cairan dalam jumlah kecil penghangat diatas
dan muntah sekunder berkurang/hilang. 2. Anjurkan pasien minum air mengurangi rangsangan abdomen.
terhadap dilatasi 2. Diare putih hangat sedikit tapi mendadak pada lambung. 2. Menganjurkan pasien
vaskuler dan berkurang/hilang. sering. 3. Makanan yang mengandung makan makanan lunak
hiperperistaltik 3. Muntah 3. Instruksikan kepada pasien lemak atau tinggi serat dapat seperti bubur dan tidak
berkurang/hilang. untuk menghindari hal berikut meningkatkan peristaltik dan memakan makanan
o Makanan yang minuman dingin dapat pedas dan terlalu
mengandung lemak atau merangsang kram, sedangkan berbumbu.
tinggi serat (misal ; susu, minuman panas dapat 3. Menganjurkan pasien
buah). merangsang peristaltik dan makan sedikit tapi
o Minum dingin /panas. kafein dapat meningkatkan sering.
o Kafein (kopi). motilitas usus.
3. Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Tingkat pengetahuan pasien & 1. Menjelaskan kepada
tentang kondisi, pasien mengetahui pasien dan keluarga. keluarga merupakan indicator pasien tentang penyebab
prognosis dan kebutuhan kebutuhan perawatan di 2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui sejauh mana terjadinya diare dan cara
pengobatan rumah & prosedur yang tentang : klien memahami tentang mencegahnya.
berhubungan dengan harus dilakukan jika diare o Tanda-tanda dehidrasi & penyakitnya. 2. Menjelaskan pada pasien
kurangnya informasi. berulang. hal-hal penting yang 2. Untuk meningkatkan dan keluarga tanda-tanda
diperhatikan segera saat kemandirian pasien terutama dehidrasi dan cara
dehidrasi. setelah pulang ke rumah. pencegahannya.
o Menyeimbangkan cairan 3. Menganjurkan pada
yang diminum dan yang pasien untuk menjaga
keluar. kebersihan pada saat
o Menjaga kebersihan buang air.
daerah anal. 4. Menganjurkan pasien
49
o Cuci tangan yang benar untuk selalu mencuci
sebelum & setelah tangan sebelum dan
makan. sesudah makan.
4. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : Kebutuhan 1. Memeriksa turgor kulit 1. mengetahui status nutrisi klien. 1. Turgor kulit pasien baik
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat terpenuhi. 2. Mengkaji status nutrisi dan 2. Untuk mengetahui tentang 2. Tidak terjadi dehidrasi.
berhubungan dengan Kriteria hasil : kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi 3. Menganjurkan pasien
gangguan absorpsi 1. Turgor baik, intake klien sehingga dapat diberikan minum air sedikit tapi
nutrien. dapat masuk sesuai tindakan dan pengaturan diet sering.
kebutuhan, Berat yang adekuat.
badan dan tinggi 3. Anjurkan kaluarga klien untuk 3. Kepatuhan terhadap diet dapat
badan ideal. mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi
2. Klien mematuhi diprogramkan. terjadinya
dietnya. hipoglikemia/hiperglikemia.
5. Ansietas berhubungan Tujuan : rasa cemas 1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Untuk menentukan tingkat 1. Memberikan penjelasan
dengan Ancaman berkurang/hilang. dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien tentang penyebab
terhadap status Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan pada pasien sehingga perawat bisa diare,dan cara
kesehatan. 1. Pasien dapat untuk mengungkapkan rasa memberikan intervensi yang menghindari terjadinya
mengidentifikasikan cemasnya. cepat dan tepat. dehidrasi.
sebab kecemasan. 3. Gunakan komunikasi 2. Dapat meringankan beban 2. Menganjurkan pasien
2. Emosi stabil, pasien terapeutik. pikiran pasien. dan keluarga untuk
tenang. 4. Beri informasi yang akurat melakukan kontrol ulang
3. Istirahat cukup. tentang proses penyakit dan 3. Agar terbina rasa saling jika obat habis atau bila
anjurkan pasien untuk ikut percaya antar perawat-pasien ada keluhan lain.
serta dalam tindakan sehingga pasien kooperatif 3. Mernganjurkan pasien
keperawatan. dalam tindakan keperawatan. dan keluarga untuk
4. Informasi yang akurat tentang membawa pasien ke
5. Berikan keyakinan pada penyakitnya dan keikutsertaan Rumah Sakit jika
pasien bahwa perawat, dokter, pasien dalam melakukan kondisi tambah
dan tim kesehatan lain selalu tindakan dapat mengurangi parah/memburuk.
berusaha memberikan beban pikiran pasien. 4. Menganjurkan pasien
pertolongan yang terbaik dan 5. Sikap positif dari timkesehatan untuk istirahat yang
seoptimal mungkin. akan membantu menurunkan cukup.
50
6. Menganjurkan pasien dan kecemasan yang dirasakan
keluarga untuk melakukan pasien.
kontrol ulang setelah obat
habis. 6. Mengetahui perkembangan
7. Menganjurkan pasien dan kondisi pasien.
kelurga untuk mengantar
pasien keRumah Sakit jika
7. Mencegah terjadinya
kondisi memburuk.
komplikasi lebih lanjut.
6. Resiko terjadi Tujuan : 1. Menganjurkan pasien dan Dengan suhu lingkungan hangat, 1. Menganjurkan pasien
peningkatan suhu Suhu tubuh normal keluarga untuk mengukur akan direspon pusat pengatur panas mengukur suhu tubuh.
(hipertermia) suhu tubuh. untuk menurunkan produksi panas 2. Menganjurkan pasien
berhubungan dengan 2. Menganjurkan pasien dan tubuh dan keluarga untuk
terjadinya infeksi keluarga untuk mengompres memberikan kompres
dengan air hangat jika suhu hangat jika suhu
meningkat. meningkat.
3. Berikan terapi obat anti 3. Menganjurkan pasien
infeksi sesuai advis. banyak minum.
4. Berikan antipiretik sesuai 4. Menganjurkan pasien
advis meminum obat sesuai
advis dokter.
3.6 Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap implementasi rencana tindakan belum ada yang tercapai karena pasien hanya melakukan kunjungan berobat jalan di UPT Puskesmas Lanjas.
Pasien diminta untuk kembali berkunjung ke Puskesmas Lanjas guna melakukan control ulang terhadap hasil pengobatan setelah 3 hari atau setelah obat habis.
51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari pelaksanaan asuhan keperawatan,penulis
tidak menemukan kesulitan dalam menganalisa pasien mau diajak bekerjasama. Sedangkan
data-data yang lain penulis dapatkan dari status pasien yang diambil dari pengkajian.
52
3) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik,diare lama,iritasi
kulit/jaringan,ekskoriasi fisura ferirektal,fistula.
4) Koping individu tak efektif berhubungan denagn proses penyakit yang tak terduga
5) Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces
secara terus menerus.
4.3 Perencanaan
Adapun perencanaan yang penulis lakukan adalah sesuai dengan masalah yang
timbul atau sedang menghadapi pasien sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dengan kondisi klien atau masalah klien.
4.4 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan yang penulis lakukan sesuai dengan tindakan yang
telah ditetapkan. Penulis tidak mendapatkan hambatan dalam melaksanakan tindakan
tersebut karena pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan.
4.5 Evaluasi
Pada tahap ini penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.I saat pasien
berkunjung ke puskesmas Lanjas untuk berobat. Sehingga asuhan keperawatan yang telah
dibuat belum ada yang teratasi. Pasien dianjurkan berkunjung kembali ke puskesmas lanjas
setelah obat habis untuk control ulang.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengkajian kasus dengan gangguan system pencernaan GastroEnteritis Akut (GEA)
ditemukan pada teori dan kasus dan semua data diperoleh secara kooperatif baik
dari pasien maupun keluarga.
Diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan di mana tidak semua teori ditemukan
pada kasus ini.
Asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan
yang ditetapkan tanpa adanya hambatan.
Pada pelaksanaan seluruh perencanaan dapat terlaksana dengan baik.
Hasil masih menunjukan ada masalah yang belum teratasi dan tercapai.
5.2 Saran
Penyakit GastroEnteritis adalah penyakit yang paling sering dijumpai pada anak dan
orang dewasa. Disarankan untuk memenuhi segala keperawatan yang dianjurkan
oleh dokter.
Dalam asuhan keperawatan GastroEnteritis hendaknya dilakukan pengkajian yang
akurat dan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain.
Pendidikan diperlukan terhadap keluarga dan pasien untuk menghadapi tanda dan
gejala yang mungkin timbul.
DAFTAR PUSTAKA
54
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK
Universitas Airlangga.
Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta: EGC.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
55