You are on page 1of 38

1.

Tahun 1945 - 1967


Presiden: Ir. Soekarno

Presiden Soekarno

Presiden Pertama RI adalah Proklamator kemerdekaan RI, Ir soekarno atau yang lebih akrab
dipanggi Bung Karno. Presiden Indonesiia pertama ini lahir di Blitar, Jawa Timur pada 6 Juni
1901. Bung Karno lulus sebagai Insinyur di ITB Bandung. Semenjak masih kuliah sudah aktif
berjuang melawan penjajah, untuk kemerdekaan bangsanya. dan pada tanggal 18 Agustus
diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia.
Wakil Presiden : Drs. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukir Tinggi, Sumatera Barat. Pernah
belajar disekolah tinggi ekonomi di negeri Belanda. Bung Hatta pernah menjadi Ketua PNI Baru
di Bandung. Pada 18 Agustus 1945 Bung Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik
Indonesia.
2. Tahun 1967 - 1973
Presiden: Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Presiden Soeharto

Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto lahir di Kesumuk, Argomulyo,Yogyakarta pada 8 Juni


1921, menyelesaikan Skolah Bintara di Gombong, Jawa Tengah 1941. Karier militer Soeharto
mononjol mulai dengan peranannya menghadapi Agresi Belanda dengan serangan umum
Yogyakarta dan pembebasan Irian Barat(1962-1963). Pada sidang MPRS Tahun 1967, Soeharto
diberikan mandat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Wakil Presiden : -

3. Tahun 1973 - 1978


Presiden: Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Wakil Presiden: Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Yogyakarta, 12 April 1912. Sri Sultan


Hamengkubuwono IX merupakan salah satu Raja Jawa yang menetang panjajahan Belanda
secara terang-terangan, dan mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1966 menjadi
Menteri Utama di bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri.pada Tahun 1973 diangkat sebagai
Wakil Presiden RI.

4. Tahun 1978 - 1983


Presiden: Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Wakil Presiden : H. Adam Malik


Adam Malik

Adam Malik lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara tanggal 22 Juli 1917. Pada tahun 1971
Adam Malik mendirikan kantor berita Antara di Jakarta. Adam Malik aktif di dunia politik,
mendirikan Partai Rakyat dan Partai Murba(1946 - 1958). Adam Malik dilantik Menjadi Wakil
Presiden RI pada 23 Maret 1978.

5. Tahun 1983 - 1988


Presiden : Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Wakil Presiden : Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah


Umar Wirahadikusumah

Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah lahir pada tanggal 1 Oktober 1924 di Situraja,
Sumedang, Jawa Barat. Membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Cicalengka. Beliau
diangkat menjadi Wakil Presiden RI pada tahun 1983.

6. Tahun 1988 - 1993


Presiden : Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Wakil Presiden : Letjend (Purn) Sudharmono, S.H.


Sudharmono, S.H.
Letjen (Purn) Sudharmono, S.H. lahir di Cerme, Gresik, Jawa Timur pada tanggal 12 Maret
1927. menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum UI (1926). Pernah menjadi Jaksa Tentara
tertinggi di Medan, Jaksa Tentara merangkap perwira staf Penguasa Perang Tertinggi. Letjen
(Purn) Sudharmono, S.H. menjadi Wakil Presiden RI Periode 1988-1993.

7. Tahun 1993 - 1998


Presiden: Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto
Wakil Presiden: Jenderal (Purn) Try Sutrisno
Try Sutrisno

Jenderal (Purn) Try Sutrisno lahir pada tanggal 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur.
Jenderal (Purn) TrySutrisno berperan dalam Operasi Pemberantasan DI/ TII di Aceh tahun 1957,
pembebasan Irian Barat 1962, Penumpasan G 30 S/PKI. Jenderal (Purn) Try Sutrisno pada tahun
1993 terpilih menjadi Wakil Presiden RI Periode 1993-1998.

8. Tahun 1998
Presiden: Jenderal (Purn) TNI. H. M. Soeharto

Wakil Presiden : Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie

9. Tahun 1998 - 1999


Presiden: Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie
B.J Habibie

Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Pare-Pare, Sulawesi
Selatan. B.J. Habibie menyelesaikan kuliah di Bandung, dilanjutkan ke Jerman di Technische
Hochehule, Achen Jerman, dan lulus cumlaude untuk jurusan konstruksi pesawat terbang.
Diploma Ing. diperoleh tahun 1960, gelar Dr. Ing. dengan predikat summa sumlaude di tahun
1965. B.J. Habibie pada 21 Mei 1998 menjadi Presiden RI setelah Soeharto meletakkan
jabatannya sebagai Presiden RI serta menjadi akhir dari tirani Orde Baru.

Wakil Presiden : -

10. Tahun 1999 2001


Presiden : KH. Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid

KH. Abdurrahman Wahid lahir pada tanggal 14 Agustus 1940 di Jombang, Jawa Timur. KH.
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan tokoh NU dan Budayawan. Gus Dur dilantik
oleh MPR menjadi Presiden RI pada tanggal 20 Oktober 1999 besama wakilnya Megawati
SoekarnoPutri.

Wakil Presiden : Megawati Soekarnoputri

11. Tahun 2001 - 2004


Presiden: Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri lahir pada tanggal 23 Januari 1946 di
Yogyakarta. Megawati Soekarno Putri terpilih sebagai Wakil Presiden RI Periode 1999-2004.
setelah itu dilantik menjadi Presiden RI pada tanggal 23 Juli 2001 menggantikan KH.
Abdurraman Wahid yang ditarik mandatnya oleh MPR pada Sidang Istimewa MPR 2001.

Wakil Presiden : Prof. Dr. H. Hamzah Haz


Hamzah Haz

Prof. Dr. H. Hamzah Haz lahir pada tanggal 15 Februari 1940 di ketapang, Pontianak,
Kalimantan Barat. Hamzah Haz pernah menjadi wartawan di Pontianak. Kuliah di Akademi
Koperasi Negar Yogyakarta. Hamzah Haz terpilih menjadi Wakil Presiden RI menggantikan
Megawati yang naik menjadi Presiden.
12. Tahun 2004 - 2009
Presiden: Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono

Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY lahir pada tanggal 9 September 1949 di
Pacitan, Jawa Timur. SBY menyelesaikan AKABRI pada tahun 1973 dengan pangkat letnan dua.
Karier politik SBY di mulai dengan menjadi Anggota DPR Fraksi Utusan Golongan (1999-
2004), Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam) tahun
2000-2004. Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden RI periode 2004-2009 yang
dipilih langsung oleh rakyat.

Wakil Presiden: M. Jusuf Kalla


Jusuf Kalla

M. Jusuf Kalla lahir pada tanggal 15 Mei 1942 di Watampone, Sulawesi Tengah. Karier
politik Jusuf Kalla dimulai sejak menjadi anggota MPR utusan Golkar maupun daerah mulai
tahun 1982, setelah itu menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1999-2000) merangkap
sebagai Kabulog. Jusuf Kalla menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra pada (2001- 2004) dan
pada tahun 2004 terpilih sebagai Wakil Presiden RI periode 2004-2009 bersama dengan Susilo
Bambang Yudhoyono.

13. Tahun 2009 - 2014


Presiden: Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono

Wakil Presiden: Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec


Boediono

Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec lahir pada tanggal 25 Februari 1943 di Blitar, Jawa Timur.
Boediono pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/
Kepla Bappenas, Direktur Bank Indonesia, menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada sebagai guru besar, dan menjabat sebagai Wakil Presiden RI sejak 20 Oktober
2009 saat terpilih bersama Susilo Bambang Yudhoyono.
14. Tahun 2014 2019
Presiden: Ir. H. Joko Widodo
Joko Widodo
Ir. H. Joko Widodo atau lebih dikenal dengan Jokowi (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni
1961) adalah presiden terpilih Indonesia tahun 2014. Jabatan Jokowi sebelumnya adalah mantan
Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Surakarta (Solo) dari tahun 2005 sampai 2012. Dua tahun
sementara menjalani periode keduanya di Solo, Jokowi memasuki pemilihan Gubernur DKI
Jakarta bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai wakil gubernur.

Wakil Presiden : M. Jusuf Kalla


Undang-Undang Dasar 1945 di negara Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan, atau
yang sering disebut amandemen. Sebenarnya apakah yang dimaksud amandemen itu? Secara
bahasa, amandemen berasal dari Bahasa Inggris, to amendatau to make better. Amandemen
adalah penambahan atau perubahan, ada beberapa pengertian tentang perubahan ini,
diantaranya: penggantian naskah yang satu dengan naskah yang sama sekali berbeda, perubahan
dalam arti dalam naskah UUD dengan menambahkan, mengurangi, atau merevisi sesuatu
rumusan dalam naskah UUD itu menurut tradisi negara-negara Eropa Kontinental, perubahan
dengan cara melampirkan naskah perubahan itu pada naskah UUD yang sudah ada, dan inilah
yang biasa disebut dengan istilah amandemen menurut tradisi Amerika Serikat.

Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian dasar negara, baik itu Pancasila,
bentuk negara kesatuan, maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Tetapi hanya
menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap
pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar
dalam UUD 1945 itu sendiri.

Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie


Thamrien, adalah : untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat
lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai
jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat, memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi, menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan hak agar sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang
menjadi syarat negara hukum, menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances
yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk
mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman. Atau secara umum,
tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut:
Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan
kedaulatan rakyat
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara
demokratis dan modern
Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan
Negara
Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara

Tahapan dan Hasil Amandemen UUD 1945

Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar
dalam delapan periode yaitu :
Periode 18 Agustus 1945 27 desember 1949 (UUD 1945)
Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 (RIS 1949)
Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
Periode 5 Juli 1959 19 Oktober 1999 (UUD 1945 amandemen)
Periode 19 Oktober 1999 18 Agustus 2000(amandemen ke 1)
Periode 18 Agustus 2000 9 November 2001(amandemen ke 2)
Periode 9 November 2001 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)
Periode 10 Agustus 2002 sampai sekarang(amandemen ke 4)

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen),
yaitu sebagai berikut:

Amandemen UUD 1945 Pertama diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999


Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat (1), 7,
9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2),
(3) dan (4), 21 ayat (1).

Amandemen UUD 1945 Kedua diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000


Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal 18 ayat
(1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat
(1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat
(1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat (1) s/d
(5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
Amandemen UUD 1945 Ketiga diadakan pada tanggal 9 November 2001
Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1 ayat
(2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d
(7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d
(4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2), 24A ayat
(1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).

Amandemen UUD 1945 Keempat diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002


Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2
ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat
(1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I
s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.
1. R.A Kartini

Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1979 - meninggal di Rembang,
Jawa Tengah, 17 September 1904, adalah tokoh perempuan dan Pahlawan Nasional Wanita
Indonesia yang setiap hari kelahirannya pada tanggal 21 April diperingati oleh seluruh
rakyat Indonesia setiap tahunnya. Karena dengan keberaniannya, Kartini membuka mata
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum wanita Indonesia.

R.A Kartini merupakan putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang
patih yang diangkat menjadi Bupati setelah Kartini lahir dan M.A Ngasirah, putri dari Nyai
Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah Ia mulai belajar sendiri dan menulis
surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda, Salah satunya adalah
Rosa Abenanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa,
Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita-wanita Eropa dan timbul keinginannya
untuk memajukan perempuan pribumi. Karena ia melihat perempuan pribumi berada pada
status sosial yang rendah.

Kartini adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia paling populer dan jasanya tetap
dikenang hingga kini.

2. Dewi Sartika
Dewi Sartika adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran kota Bandung, 4
Desember 1884 - meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947. Ia adalah tokoh perintis
pendidikan untuk kaum wanita dan diakui sebagai Pahlawan Nasional Wanita oleh
Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.

Dewi Sartika adalah putri dari pasangan Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas
yang pada waktu menjadi patih di Bandung pernah menantang Pemerintah Hindia Belanda.
Karena itulah istrinya dibuang ke Ternate sementara Dewi Sartika dititipkan pada
pamannya, Patih Arya Cicalengka.

Pada tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata dan
memiliki putra yang bernama R. Atot yang merupakan ketua umum BIVB, Sebuah klub
sepakbola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan di sebuah
ruangan kecil dibelakang rumah ibunya di Bandung. Dewi Sartika mengajar dihadapan
anggota keluarganya yang perempuan merenda, memask, jahit menjahit, membaca.
menulis dan sebagainya.

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagarapada 16 Januari 1904, Dewi Sartika
membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda

3. Fatmawati
Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 - meninggal di
Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 adalah istri dari Presiden Indonesia pertama,
Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga 1957 dan
merupakan istri ketiga dari presiden pertama. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada acara Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Fatmawati lahir dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah. Orangtuanya adalah
keturunan Putri Indrapura, salah seorang raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan,
Sumatera Barat.

Pada tahun 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Ir. Soekarno. Dari pernikahannya Ia
dikaruniahi lima orang putra dan putri yaitu, Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh
Soekarnoputra.

Pada tanggal 14 Mei 1980, Ia meninggal karena serangan jantung ketika dalam perjalanan
pulang umroh dari Mekkah dan dimakamkan di Pemakaman Karet Divak, Jakarta.

4. Nyi Ageng Serang


Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng KustiyWulaningsih Retno Edi adalah Pahlawan
Nasional Wanita Indonesia kelahiran ( Serang, Purwodadi, Jawa Tengah 1752 - Yogyakarta,
1828 ). Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayh terpencil dari Kerajaan
Mataram atau tepatnya di wilayah Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan -
Sragen.

Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga dan Ia juga mempunyai
keturunan seorang Pahlawan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di
Kalibawang, Kulon Progo.

Ia merupakan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia Yang Mulai Terlupakan karena


mungkin namanya tak setenar Pahlawan Nasional Wanita lainnya seperti R.A Kartina atau
Cut Nya Dien tapi Ia sangat berjasa bagi negeri ini. Warga Kulon Progo mengabadikan
namanya dalam sebuah monumen ditengah kota Wates berupa patungnya yang sedang
menunggang kuda dengan gagah berani membawa tombak.

5. Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien (lahir Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 - meninggal di Sumedang, Jawa
Barat, 6 November 1908) adalah seorang Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dari Aceh
yang berjuang melawan Belandapada masa Perang Aceh setelah wilayah VI Mukim
diserang, Ia mengungsi. Sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan
Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gie Tarumpada tanggal 29 Juni 1878 yang
menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan
Belanda.

Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda melamar Cut Nyak Dhien. Pada
awalnya Cut Nyak Dhien menolaknya, Tetapi karena Teuku Umar memperbolehkan ikut
dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880.
Mereka dikaruniai seorang anak yang bernama Cut Gambang.

Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama dengan Teuku
Umarbertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang
Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. sehingga Ia berjuang sendirian di pedalaman
Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Karena sudah berusia tua dan menginap penyakit encok serta rabun yang menjadikan
gerakannya menjadi lambat, Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Disana Ia
dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaannya menambah semangat perlawanan
rakyat Aceh. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap.
Akibatnya Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang dan meninggal pada 6 November 1908
dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. Dan atas jasa dan
perjuangannya nama Cut Nyak Dhien diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien
Nagan Raya di Meulaboh.

6. Maria Walanda Maramis

Maria Josephine Catherine Maramis atau yang dikenal dengan Maria Walanda
Maramis adalah seorang Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran Kema, Sulawesi Utara,
1 Desember 1872 - meninggal di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924. Ia berusaha untuk
mengembangkan keadaan wanita Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Maria menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda seorang guru bahasa pada
tahun 1890. Setelah pernikahannya dengan Walanda, Ia lebih dikenal dengan sebutan
Maria Walanda Maramis. Mereka mempunyai tiga anak perempuan. Dua anak mereka
dikirim untuk menjadi seorang guru di Jakarta.

Setiap tanggal 1 Desember, Masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda
Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi
perempuan di dunia politik dan pendidikan.

Menurut Nicholas Graafland dalam sebuah penerbitan yang berjudul "Nedherlandsche


Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditasbihkan sebagai salah satu perempuan
teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga
dan untuk mengembangkan daya pikirnya. bersifat mudah menampung pengetahuan
sehingga lebih maju daripada kaum lelaki.

Untuk mengenang jasa-jasanya, telah dibangun Patung Walanda Maramis di daerah Komo
Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari kota Manado yang dapat ditempuh dengan
angkutan darat.

7. Martha Christina Tiahahu

Martha Chirtina Tiahahu kelahiran Nusalaut, Maluku, 4 Januari 1800 - meninggal di Laut
Banda, Maluku, 2 Januari 1818. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan
dari negeri Abubu dan juga membantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura pada
tahun 1817 melawan Belanda.

Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang
putri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial
Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat
sampai dikalangan musuh. Ia dikenal sebagai gadis yang pemberani dan konsekwen
terhadap cita-cita perjuangannya.

Sejak awal perjuangan, Ia selalu ikut ambil bagian dan pantang mundur. Dengan
rambutnya yang panjang terurai kebelakang, serta terikat kepala sehelai kain berang
(merah) Ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusa Laut
maupun di Pulau Saparua.

Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw, Ullath jasirah tenggara Pulau Saparua
yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat.
Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan
pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang
harus mati di gantung dan ada yang di buang ke Pulau Jawa.

Kapitan Paulus Tiahahu di vonis hukum mati tembak, Martha Christina berjuang untuk
melepaskan ayahnya dari hukuman mati. Namun Ia tidak berdaya dan meneruskan
bergerilya ke hutan. Namun akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina menemui ajalnya dan dengan penghormatan
militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Atas jasa dan
pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Wanita
Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia.

8. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh 24 Oktober 1910)
adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dari daerah Aceh, Ia dimakamkan di Alue
Kurieng, Aceh. Ia menjadi Pahlwan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

Pada awalnya Cut Nyak Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama dengan
suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada Maret 1905, Tjik
Tunong berhasil ditangkap oleh Belanda dan di hukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.
Sebelum meninggal Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau
menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.

Cut Nyak Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan
bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu
pertempuran dengan Korps Marechausee di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan wanita lainnya
melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga
akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.

Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus berjuang melakukan perlawanan bersama sisa-
sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju
Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia
bersama pasukannya bentrok dengan Marechausee di Alue Kurieng yang dalam
pertempuran tersebut Tjut Meutia gugur.

9. Hj. R. Rasuna Said

Hajjah Rangkayo Rasuna Said (Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910 -
meninggal di Jakarta, 2 November 1965) merupakan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia
dan pantas dikenang akan jasanya oleh generasi muda Indonesia. Said memulai
aktivitasnya di organisasi Sarekat Rakyat. Setelah itu ia ikut dalam berbagai gerakan
pemuda dan mengungkapkan keresahan-keresahannya dalam pidatonya yang berisi. Ia
meninggal pada tahun 1965 dan dinobatkan sebagai salah seorang Pahlawan
Nasional Wanita Indonesia.

10. Opu Daeng Risadju


Opu Daeng Risadju adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia yang berasal dari Sulawesi
Selatan. Meskipun ia adalah seorang perempuan, Opu Daeng Risadju berani
memimpin pemberontakan untuk melawan tentara NICA yang datang ke Sulawesi Selatan.
Namun, Ia berhasil di tangkap dan disiksa oleh para penjajah.

Atas jasa dan keberaniannya melawan penjajah Belanda, Pemerintah Republik Indonesia
menobatkan Opu Daeng Risadju sebagai Pahlawan Nasional Wanita Indonesia pada tahun
2006.

11. Malahayati

Malahayati adalah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Nama
aslinya adalah Keumalahayati. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakek dari
garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, Putra dari Sultan Salahuddin Syah
yang memerintah sekitar tahun 1530 - 1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah
putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri
Kerajaan Aceh Darussalam.

Pada tahun 1585-1604, Malahayati memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal
Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil
Alauddin Riayat Syah IV.

Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah
tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11
September 1599 sekaligus berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran
satu lawan satu di geladak kapal. Atas keberaniannya ini Ia mendapat gelar Laksamana
sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Laksamana Malahayati.

Atas jasa dan keberaniannya nama Laksamana Malahayati dijadikan nama Pelabuhan Laut
di Aceh yang bernama Pelabuhan Malahayati.

12. Siti Manggopoh


Siti Manggopoh (1880-1960) adalah seorang pejuang wanita dari Manggopoh, Agam,
Sumatera Barat yang apada tahun 1908 melakukan perlawanan terhadap kebikjakan
ekonomi Belanda melalui Pajak Uang (Belasting) yang disebut dengan Perang Belasting.
Peraturan Belasting dianggap bertentangan dengan dengan Adat Minangkabau.

Pada tanggal 16 Juni 1908, Belanda sangat kewalahan menghadapi perjuangan tokoh
perempuan Minangkabau ini. Sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang
berada di luar nagari Manggopoh. Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, Ia
berhasil menewaskan 53 tentara Belanda.

Sebagai seorang perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak bergantung kepada
orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuannya secara cerdas untuk mencari
informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.

Ia pernah mengalami komplik bathin ketika akan melakukan penyerbuan ke benteng


Belanda, Komplik bathin tersebut adalah anatara rasa keibuan terhadap anaknya yang erat
menyusudan disatu pihak atas panggilan jiwa ia ingin melepaskan rakyat dari kezaliman
yang dilakukan Belanda. Namun ia berhasil keluar dari sana dengan
memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.

Tanggung jawabnya sebagai ibu dilakukan kembali setelah melakukan penyerangan,


Bahkan anaknya yang bernama Dalima, ia bawa melarikan diri ke hutan selama 17 hari dan
selanjutnya dibawa serta ketika Ia tertangkap dan dipenjara selama 14 bulan di
Lubuk Basum, Agam, Sumatera Barat, 16 bulan di Pariaman dan 12 bulan di Padang.
Mungkin karena anaknya masih kecil atau karena alasan lainnya, akhirnya Siti Manggopoh
dibebaskan sementara suaminya dibuang ke Manado.

13. Siti Hartinah


Raden Ayu Siti Hartinah adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran Desa Jaten,
Surakarta, Jawa Tengah 23 Agustus 1923 - Meninggal di Jakarta 28 April 1996. Ia adalah
istri presiden kedua Republik Indonesia, Jenderal Punawirawan Soeharto.

Sumber : http://mahessa83.blogspot.com/2016/10/13-pahlawan-nasional-wanita-indonesia-yang-
mulai-terlupakan.html#ixzz4sLjiOjX2
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui ketentuan-ketentuan
dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau pedoman dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan untuk menentukan
asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2 (dua) asas atau pedoman, yaitu
asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam asas kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang
digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran) ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas
kewarganegaraan yang berdasarkan perkawinan juga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum
dan asas persamaan derajat.
Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

Ketika SMP dan SMA kita telah mempelajari tentang asas kewarganegaraan, yaitu ius soli (asas
kelahiran) dan ius sanguinis (asas keturunan). Kedua asas ini termasuk dalam asas kewarganegaraan
yang berdasarkan kelahiran.

Ius soli (asas kelahiran) berasal dari latin; ius yang berarti hukum atau pedoman, sedangkan soli berasal
dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah.Jadi, ius soliadalah penentuan status
kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi
warga negara dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu
negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika,
Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko,
Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
Ius sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti hukum atau pedoman,
sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah atau keturunan.Jadi, ius sanguinis adalah asas
kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat
warga negara jika orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang lahir di
Indonesia, namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapat
kewarganegaraan dari orang tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara China,
Bulgaria, Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria,
Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda,
Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.
Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi perkawinan yang mencakup asas
kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan derajat.
Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigma bahwa suami-isteri ataupun
ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan
tidak terpecah.Jadi, suami-isteri atau keluarga yang baik dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyakatnya harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk merealisasikan
terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-isteri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang
sama. Dengan kebersamaan tersebut sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Asas persamaan derajat menyebutkan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan masing-masing pihak.Jadi, baik suami maupun isteri tetap dangan kewarganegaraan
aslinya, sama seperti sebelum mereka dikaitkan oleh pernikahan dan keduanya memiliki hak untuk
memilih kewarganegaraan yang dianutnya.
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu pada UU Nomor 12
Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau
pedoman, yaitu (1) asas kewarganegaraan umum dan (2) asas kewarganegaraan khusus.
1. Asas Kewarganegaraan Umum
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas (4) empat asas, yaitu
asas kelahiran (ius soli), asas keturunan (ius sanguinis), asas kewarganegaraan tunggal, dan asas
kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis) mempunyai pengertian yang sama dengan
yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang
menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.Jadi, setiap warga negara hanya memiliki satu
kewarganegaraan, tidak bisa memiliki kewarganegaraan ganda atau lebih dari satu. Asas
kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari
satu kewarganegraan) bagi anak-anak sesui dengan ketentuan yang diatur dalam UU.Jadi,
kewarganegraan ini hanya bisa dimiliki ketika masih anak-anak dan setelah anak tersebut berumur 18
(delapan belas) tahun, maka ia harus memilih atau menentukan salah satu kewarganegaraannya.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu kewarganegaraan dan jika
seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karena kelahiran dan keturunan sekaligus,
maka ia harus memilih salah satu diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.
2. Asas Kewarganegaraan Khusus
Asas ini terdiri atas beberapa macam asas atau pedoman kewarganegaraan, yaitu
a. Asas Kepentingan Nasional
Adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-
cita dan tujuan sendiri.
b. Asas Perlidungan Maksimum
Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap
warga negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang
sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Asas Kebenaran Substantif
Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga
disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Asas Non-Diskriminatif
Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan
warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, serta harus menjamin, melindungi,
dan memuliakan HAM pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM
Adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan hak warga negara pada khususnya.
g. Asas Keterbukaan
Adalah asas yang menetukan bahwa segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
dilakukan secara terbuka.
h. Asas Publisitas
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh dan atau kehilangan
kewarganegaraan RI akan diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat mengetahuinya.
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur berdasarkan hubungan
timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal hak dan kewajiban diantara keduanya, seperti
menjaga kedaulatan negara, menjamin hak asasi manusia, dan sebagainya.
Sejarah Kewarganegaraan
Mengetahui tentang masalah kewarganegaraan juga melibatkan sejarah dari sistem kewarganegaraan,
yang berkembang dari masa ke masa. Diawali dengan:
1. Zaman penjajahan Belanda
Hindia Belanda bukanlah suatu negara, maka tanah air pada masa penjajahan Belanda tidak mempunyai
warga negara, dengan aturan sebagai berikut:
1) kawula negara belanda orang Belanda,
2) kawula negara belanda bukan orang Belanda, tetapi yang termasuk Bumiputera,
3) kawula negara belanda bukan orang Belanda, juga bukan orang Bumiputera, misalnya: orang-orang
Timur Asing (Cina, India, Arab, dan lain-lain).
2. Masa kemerdekaan
pada masa ini, Indonesia belum mempunyai UUD. Sehari setelah kemerdekaan, yakni tanggal 18
agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia mengesahkan UUD 1945. Mengenai
kewarganegaraan UUD 1945 dalam pasal 26 ayat(1) menentukan bahwa Yang menjadi warga negara
ialah orang orang bangsa Indonesia aseli dan orang orang bangsa lain yang di sahkan dengan
undang undang sebagai warga negara, sedang ayat 2 menyebutkan bahwa syarat syarat yang
mengenai kewarganegaraan ditetapan dengan undang undang. Sebagai pelaksanaan dari pasal 26,
tanggal 10 april 1946, diundangkan UU No. 3 Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan warga negara
Indonesia menurut UU No. 3 Tahun 1946 adalah:
(1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia,
(2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah negara Indonesia,
(3) Anak yang lahir di dalam wilayah Indonesia.
3. Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari konferensi meja bundar (KMB) tanggal 27
desember 1949 antara Belanda dengan Indonesia Serikat ada tiga hal yang penting dalam persetujuan
tersebut antara lain:
1) Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi terhadap keturunannya yang lain dan
bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6 bulan sebelum 27 desember 1949 setelah penyerahan
keddaulatan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia yang disebut juga Hak Opsi atau hak untuk
memilih kewarganegaraan.
2) Orang orang yag tergolong kawula Belanda (orang Indonesia asli) berada di Indonesia memperoleh
kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak tinggal di Suriname / Antiland Belanda dan dilahirkan di wilayah
Belanda dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia,
3) Orang orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka dua kemungkinan yaitu: jika bertempat
tinggal di Belanda, maka dtetapkan kewarganegaraan Belanda, maka yang dinyatakan sebagai WNI
dapat menyatakan menolak dalam kurun waktu 2 tahun.

4. Berdasarkan undang undang nomor 62 tahun 1958


Undang undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku sampai sekarang adalah UU No. 62
tahun 1958, yang mutlak berlaku sejak diundangkan tanggal 1agustus 1958. Beberapa bagian dari
undang undang itu, yaitu mengenai ketentuan ketentuan siapa warga negara Indonesia, status anak
anak an cara cara kehilangan kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27
desember 1949.
Hal hal selengkapnya yang diatur dalam UU No. 62 tahun 1958 antara lain: (1) siapa yang dinyatakan
berstatus warga negara Indonesia (WNI), (2) naturalisasi atau pewarganegaraan biasa,(3) akibat
pewarganegaraan, (4) pewarganegaraan istimewa, (5) kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dan (6)
Siapa yang dinyatakan berstatus asing.
Menurut undang undang :
1) Mereka berdasarkan UU/ peraturan/perjanjian, yang terlebih dahulu (berlaku surut)
2) Mereka yang memenuhi syarat syarat tertentu yang ditentukan dalam undang undang itu.
Selain itu, mungkin juga seorang Indonesia menjadi orang asing karena :
1) Dengan sengaja, insyaf, dan sadar menolak kewarganegaraan RI,
2) Menolak kewarganegaraan karena khilaf atau ikut ikutan saja,
3) Di tolak oleh orang lain, misalnya seorang anak yang ikut status orang tuanya yang menolak
kewarganegaraan RI.

Masalah Kedudukan Hukum Bagi Orang Asing


Sesuai dengan pasal 38 UU No. 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, menyatakan pengawasan terhadap
orang asing di Indonesia meliputi: pertama, masuk dan keluarnya ke dan dari wilayah Indonesia, kedua,
keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Adapun tugas pengawasan terhadap orang
asing yang berada di Indonesia dilakukan oleh menteri kehakiman dengan koordinasi dengan badan atau
instansi pemerintah yang terkait.
Masalah lain yang berkaitan dengan orang asing adalah tentang perkawinan campuran, yaitu perkawinan
antar a dua orang yang berbeda kewarganegaraan. Dan yang paling menimbulkan persoalan serius
adalah perkawinan campuran antar-agama.
1) Perkawinan campuran antar-golongan (intergentiel) Bahwa hukum mana atau hukum apa yang berlaku
, kalau timbul perkawinan antara dua orang, yang masing masing sama atau berbeda
kewarganegaraannya, yang tunduk pada peraturan hukum yang berlainan. Misalnya, WNI asal Eropa
kawin dengan orang Indonesia asli.
2) Perkawinan campuran antar-tempat (interlocal) Yakni perkawinan antara orang orang Indonesia asli
dari lingkungan adat. Misal , orang Minang kawin dengan orang jawa.
3) Perkawinan campuran antar-agama (interriligius) Mengatur hubungan (perkawinan) antara dua orang
yang masing masing tunduk pada peraturan agama yang berlainan.
Dalam tataran praksis perkawinan campuran antar-agama tidak dikenal di Indonesia. UU No. 1 tahun
1974 tentang perkawinan secara tegas tidak menganut perkawinan campuran antar-agama.
Berkaitan dengan status istri dalam perkawinan campuran, maka terdapat dua asas:
a) Asas mengikuti, maka suami/istri mengikuti suami/istri baik pada waktu perkawinan berlangsung,
kemudian setelah perkawinan berjalan. Pasal 26 UU Kewarganegaraan menyatakan :
Ayat (1) perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki laki warga negara asing
kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri
mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut. Ayat (2) Laki laki warga negara
Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan kewarganegaraanya RI jika
menurut hukum asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat
perkawinan tersebut.
b) Asas persamamerataan Menurut asas ini, bahwasanya perkawinan tidak mempengaruhi sama sekali
kewarganegaraan seseorang, dalam arti mereka (suami atau istri) bebas menentukan sikap dalam
menentukan kewarganegaraan asal sekalipun sudah menjadi suami istri.
Ketentuan ini di atur dalam pasal 26 ayat (3) UU kewarganegaraan , bahwa perempuan atau laki laki
WNI yang menikah dengan WNA tetap menjadi WNI jika yang bersangkutan memiliki keinginan untuk
tetap menjadi WNI. Adapun mekanismenya dengan, yaitu dengan jalan mengajukan surat pernyataan
mengenai keinginannya kepada pejabat atau perwakilan republik Indonesia yang wilayahnya meliputi
tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan
kewarganegaraan ganda

Masalah Kewarganegaraan

Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara, maka tidak lepas dari suatu
permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara atau bukan
warga negara dalam sebuah negara. Permasalahan tersebut diakibatkan karena setiap negara menganut
asas kewarganegaraan yang berbeda-beda, contoh di negara Jepang yang hanya menerapkan asas
kewarganegaraan bedasarkan tempat kelahiran (ius soli), negara kita Indonesia menganut kedua asas
kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis.Berdasarkan hal di atas ada tiga permasalahan
kewarganegaraan, yaitu apatride, bipatride, danmultipatride.
Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status kewaganegaraan. Hal ini
disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut asas yang berdasarkan tempat kelahiran (ius
soli), namun ia lahir di negara yang menganut asas yang berdasarkan darah keturunan (ius sanguinis).
Misalkan, ada seseorang yang orang tuanya adalah warga negara Brazil yang menganut asas
kewarganegaraan ius soli, namun ia dilahirkan di negara Jepang yang menganut asas kewarganegaraan
yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), maka kedua negara, baik negara asalnya, maupun negara
ia dilahirkan menolaknya untuk menjadi warga negaranya.
Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan ganda (rangkap), atau memiliki
dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika ada seseorang yang orang tuanya menganut asas
kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), sedangkan ia sendiri lahir di negara yang
menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan tempat kelahiran (ius soli). Contoh, ada seseorang
yang kedua orang tuanya tinggal di negara Jepang yang menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis.
Waktu itu ia belum lahir, dan kedua orang tuanya pergi ke negara Brazil yang menganut asas
kewarganegaraan ius soli, dan ia pun dilahirkan di negara Brazil, maka ia mendapatkan
kewarganegaraan dari kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih dari dua kewarganegaraan. Hal
tersebut dapat terjadi karena seseorang yang tinggal di daerah perbatasan antara dua negara atau juga
karena seseorang yang kedua orang tuanya memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Misalkan,
seseorang yang ayahnya berkewarganegaraan China yang menganut asas ius sanguinis dan ibunya
berkewarganegaraan India yang juga menganut asas ius sanguinis, namun ia di lahirkan di Kamboja
yang menganut asas ius soli. Jadi, ia mendapatkan kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara
ibunya, dan negara ia dilahirkan.

Cara Memperoleh Kewarganegaraan

Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara tersebut
didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada keawarganegaraan orang
tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya menentukan kewarganegaraan anaknya.Misalkan
jika seseorang dilahirkan dari orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya
telah berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut terbukti dalam sistem
kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku dengan sendirinya ia langsung menjadi
anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut diterapkan pada beberapa negara di dunia, yaitu
negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan juga negara yang kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas kewarganegaraan,
yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan sendirinya atau secara langsung
tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh
kedua orang tuanya.

Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)


Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan daerah tempat ia
dilahirkan.Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau wilayah hukum negara Indonesia,
maka dengan sendirinyapun ia memiliki kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps
diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama
dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di negara Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
dan juga Indonesia.

Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinistetap bisa
mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau naturalisasi.
Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan
kondisi dan situasi setiap negara itu berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi negaranya.
Pewarganegaraan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif dan negatif.

Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi


Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status
kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan,
mengajukan permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui permohonan dan prosedur yang telah
ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (presiden) dengan persetujuan DPR dengan
alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi digunakan 2 stelsel, yaitu :
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang harus melakukan
tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai warga negara tanpa melakukan
sesuatu tindakan hukum.

You might also like