Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai disiplin ilmu
yang sudah ada seperti Ilmu Kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain.
Sampai abad ke-19, dokter, pengacara dan pelaksana hukum yang dapat dipercaya menyatakan
bahwa salah satu tanda atau gejala keracunan pada seseorang adalah berwarna kehitaman, biru
atau berbintik pada tubuh korban. Pada awal abad ke-18, seorang dokter Belanda, Herman
Boerhoave berteori bahwa berbagai racun mempunyai ciri khas tersendiri terhadap tubuh dari
Racun ialah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan faali, yang dalam
dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal ini dapat berakhir dengan penyakit
atau kematian. Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui ingesti, inhalasi, injeksi, penyerapan
melalui kulit dan pervaginam atau perektal. Intoksikasi merupakan suatu keadaan dimana fungsi
tubuh menjadi tidak normal yang disebabkan oleh suatu jenis racun atau bahan toksik
lain.(Wirasuta,2009)
Anafilaktik merupakan keadaan akut yang berpotensi mengancam jiwa dan paling sering
Gambaran klinis anafilaktik sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi awalnya cenderung
ringan membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya yang akan timbul, seperti syok, gaga
Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsung sangat cepat, tidak terduga
dan dapat terjadi dimana saja yang potensial berbahaya sampai menyebabkan kematian.2
Identifikasi awal merupakan hal yang penting, dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang untuk menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan cepat, tepat dan adekuat suatu
Insiden anafiklasis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas sebesar 1-3 tiap
satu juta penduduk. Sementara di Indonesia, Khususnya di Bali daerah pantai, angka kematian
dilaporkan 2 kasus tiap 10.000 total pasien anafiklasis tahun 2012 dan mengalami peningkatan 2
Kematian adalah hal yang pasti terjadi pada setiap mahkluk yang bernyawa,tidak ada
mengetahui kapan dan di mana akan menemui ajal, dalam keadaan baik atau buruk. Bila ajal
telah tiba maka tidak ada yang bisa memajukan dan memundurkannya.(Dominick ,2001)
Kematian oleh para ulama didefinisikan sebagai ketiadaan hidup. Di dalam al-Quran
ditemukan penjelasan tentang hidup dan mati ini. Berikut kupasan tentang kematian dalam
Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
DAN ISLAM.
1.2. Permasalahan
3. Bagaimana mengidentifikasi kematian syok anafilaktik akibat racun binatang laut dari
4. Bagaimana kematian syok anafilaktik akibat sengatan binatang laut menurut islam ?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mampu menjelaskan mengenai Identifikasi Kematian Syok Aanafilatik Karena
2. Tujuan Khusus
2. Memahami dan mampu menjelaskan akibat dari racun binatang laut yang berbahaya bagi
manusia ?
3. Memahami dan mampu menjelaskan mekanisme kematian akibat syok anafilaktik dan
4. Memahami dan mampu menjelaskan tentang kematian syok anafilaktik akibat sengatan
1. Bagi Penulis
Karena Sengatan Bintang Laut Ditinjau dari Segi Kedokteran dan Islam.serta menambah
perpustakaan Universitas YARSI serta menjadi bahan masukan bagi civitas akademika mengenai
Identifikasi Kematian Syok Aanafilatik Karena Sengatan Bintang Laut Ditinjau dari Segi
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan skripsi ini dapat membantu menambah khasanah pengetahuan masyarakat mengenai
Identifikasi Kematian Syok Aanafilatik Karena Sengatan Bintang Laut Ditinjau dari Segi
TINJAUAN PUSTAKA
Secara harafiah,anafiklasis berasal dari kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang
berarti perlindungan. Dalam hal ini respon imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis)
justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxsis atau
anaphylaxsis).(Tanod,2009)
immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan
arteri yang menurun hebat. Hal ini di sebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen-antibodi yang
timbul segera setalah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Syok anafilaktik
merupakan syok distribustif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi
mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi darah yang dapat
2.2 Etiologi
d. Bisa binatang
e. Lateks
Selain itu, latihan maupun terpapar udara dingin (pada pasien dengan Cryoglobulinemia)
(immediate type reaction). Mekanisme anafilaktik melalui 2 fase,yaitu fase sensitasi dan aktivasi.
Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya
oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan
waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan ditangkap
oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana
ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B berpriliferasi menjadi
sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi
pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama kedalam tubuh. Alergen
yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu
pelepasan mediator vasiaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan
vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah preformed mediators.(Widjaya,2013)
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asak arakidonat dari membran sel yang
menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah
degranulasi yang disebut newly formed mediatos. Fase efektor adalah waktu terjadinya respon
yang kompleks (anafilaktik) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basfil dengan
aktifitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokontriksi,
meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mucus, dan
vaskuler, agregai dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menraik eosinofil dan
maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah balik
sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. Kemudian
terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang
Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi secara klinis terdapat 3 tipe dari reaksi
amafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa menit sampai 1 jamsetelah terpapar dengan
alergen, reaksi moderat terjadi terjadi antara 1 sampai 24 jam setelah terpapar dengan alergen,
sert areaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam setelah terjadi alergen.4,5
Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat, tetapi kadang-kadang
langsung berat. Berdasarkan derajat keluhan, anafikaltik juga dibagi menjadi dalam derajat
ringan, sedang dan berat. Derajat ringan sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat
, rasa sesak dimulut dan tenggorokan. Dapat juga terjadi kongesti hidung, pembengkakan
periorbital, pruritus, bersin-bersin dan mata berair. Awitan gejala dimulai dari dua jam pertama
setelah pemajanan. Derajat sedang dapat mencangkup semua gejala gejala ringan ditambah
bronkospasme dan edema jalan nafas ,atau laring dengan dispneu, batuk dan mengi. Wajah
kemerahan, hangat anesietas, dan gatal-gatal juga sering terjadi. Awitan gejala-gejala sama
dengan derajat ringan. Derajat berat mempunyai awitan yang sangat mendadak dengan tanda-
tadna dan gejala-gejala yang sama seperti yang disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat
kearah bronkospasme, edema laring, dispneu berat dan sianosis. Bisa diringi gejala disfagia,
keram pada abdomen , muntah, diare dan kejang kejang. Henti jantung dan , koma jarang
terjadi. Kematian dapat disebabkan oleh gagal nafas dan aritmia ventrikel atau rejatan yang
irreversibel .
Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen dan dapat terjadi pada satu
atau lebih organ target,antaralain kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, kulit ,mata , susunan
saraf pusat dan sistem saluran kencing dan sistem yang lain. Keluhan yang sering dijumpai pada
fase permulaan ialah rasa takut , perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan
kesemutan pada tungkai, sesak, serak ,mual , pusing, lemas dan sakit perut.(Widjaya,2013)
Pada mata terdapat hiperemis conjungtiva,edema, secret mata yang berlebihan. Pada
rhinitis alergi dapat dijumpai allergic shiners, yaitu daerah dibawah palpebra inferior yang
menjadi gelap dan bengkak. Pada kulit terdapat eritema , edema, gatal, urtikaria, kulit tersa
Pada sistem respirasi terjadi hiperventilasi, aliran darah paru menurun, penurunan saturasi
oksigen, peningkatan tekanan pulmonal, gagal nafas, dan penurunan volume tidal. Obstruksi
saluran nafas yang komplit adalah penyebab kematian paling sering pada anafilakis. Bunyi nafas
mengi terjadi apabila saluran nafas bawah terganggu karena bronkospasme atau edema
mukosa.(Sunartio,2013)
Keadaan bingung dan gelisah diikuti pula oleh penurunan kesadaran sampai terjadi koma
merupakan gangguan pada susunan saraf pusat. Pada sistem kardiovaskular terjadi hipotensi,
takikardi,pucat, keringat dingin, tanda-tanda iskemia otot jantung (angina), kebocoran endotel
yang menyebabkan terjadinya edema, disertai pula dengan aritmia. Sementara pada ginjal, terjadi
terjadi hipoperfusi ginjal yang mengakibatkan penurunan pengeluaran urine (oligouri atau anuri)
akibat penurunan GFR, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya gagal ginjal akut.
peningkatan kadar enzim hati, dan koagulopati. Gejala yang timbul pada sistem sistem
gastrointestinal merupakan akibat dari edem intestial akut dan spasme otot polos, berupa nyeri
trombosit, dan DIC dapat terjadi pada sistem hematologi. Smentara gangguan pada sistem
neuroendokrin dan metabolik, terjadi supresi kelenjar adrenal, resistensi insulinm disfungsi
tiroid, dan perubahan status mental. Pada keadaan syok terjadi perubahan metabolisme dari aerob
menjadi anaerob sehingga, terjadi perubahan metabolisme dari aerob menjadi anaerob sehingga
terjadi keretakan antar sel, sel membengkak , disfungsi mitokondria, serta kebocoran
sel.(Tanod,2009)
2.2 Memahami dan menjelaskan racun akibat bintang laut yang berbahaya bagi manusia
Terumbu karang dan binatang yang hidup di air dapat menimbulkan masalah bagi
manusia yaitu melalui gigitan atau sengatan. Gigitan atau sengatan oleh binatang yang hidup di
air adalah gigitan atau sengatan yang beracun, disebabkan oleh segala bentuk kehidupan berasal
dari air. Kebanyakkan dari tipe sengatan ini terjadi di laut. Beberapa tipe sengatan atau gigitan
menyebakan kematian.
Penyebab dari gigitan atau sengatan ini berasal dari berbagai tipe kehidupan yang ada di
laut seperti ubur-ubur, Portuguese Man-of-War,anemon laut, karang, cacing laut, kerang, dan
beberapa jenis ikan seperti ikan pari, ikan lele, scorpionfish, stonefish dan weeverfish, ikan hiu,
bengkak, kemerahan, atau perdarahan pada area di dekat tempat gigitan atau sengatan. Gejala
lainnya dapat mengenai seluruh tubuh, seperti kram, diare, sesak nafas, nyeri pada daerah
inguinalatau aksila, demam nausea atau vomitus, paralisis, berkeringat, lemas, pusing, dan
pingsan.(Rehata,2000)
2.2.1. binatang laut yang menyebarkan racunny melaui kontak dengan kulit langsung
filum Cnidaria,sebelumnya dikenal sebagai Coelenterata. Cnidaria memiliki tentakel yang dapat
dan karang adalah sengatan paling beracun yang sering dialami manusia yang hidup di
lingkungan laut.
Binatang ini dapat mengapung di air seperti ubur-ubur atau melekat seperti karang.
Hampir semua Cnidarian memiliki nematosit, atau tentakel yang dapat digunakan untuk
menyengat. Setiap nematosit mengandung toksin atau kelompok toksin dan bagian yang melilit
serta berfungsi seperti suntikan. Ketika nematosit bersentuhan dengan mangsanya, ujung
Sengatan Cnidarian dibagi menjadi ringa, iritasi yang dapat sembuh sendiri sampai
cedera yang serius dan sangat nyeri, tergantung pada toksin dari spesies yang terlibat dan jumlah
racun yang masuk. Sengatan seperti cumbomedusae atau box jellyfish dapat menyebabkan
kematian.
Pada kebanyakan kasus, sengatan ubur-ubur mengeluarkan reaksi toksik yang dapat
lokalisata atau sistemik. Meskipun jarang terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat seperti
urtikaria, angioderma, dan anafilaksis, tetapi tetap membutuhkan penangan medis yang tepat,
karena syok dan kematian dapat terjadi pada individu yang lebih sensitif. Dermatitis kontak
alergi, reaksi hipersensitivitas tipe lambat dan menetap, granuloma anulare, dan eritema
nodusum adalah reaksi-reaksi kulit yang dapat terjadi pada sengatan ubur-ubur.(Rehata,2000)
Spesies paling berbahaya adalah cubozoans. Chironex fleckeri atau box jelly fish
menyebabkan setidaknya satu kematian setiap tahun di Australia. Paling fatal jika terjadi pada
anak. Jika mansia tersentuh box jellyfish beberapa tentakel akan putus dan melekat pada kulit.
Awalnya sengatan terlihat bengkak linear dengan gambaran seperti bekas cambuk.
Diagnosis mikroskopik mungkin dapat dilakukan dari kerokan kulit atau dengan menempelkan
selotip pada tempat sengatan. Nyeri yang hebat dapat menetap selama beberapa jam. Area yang
paling berat tersengat memberikan gambaran sianotik yang samar dan dapat berbentuk bla dan
nekrosis. Proses penyembuhan berjalan lambat dan dapat disertai komplikasi superinfeksi bakteri
dan skar.
kardiotoksik dan neurotoksis dalam racun yang dapat menyebabkan aritmia ventrikuler dan gagal
jantung, serta gagal pernafasan. Hemolisis intravaskular yang disebabkan oleh toksin dapat
Sengatan P. Physalis lebih nyeri dna berat dibandingkan yang disebabkan oleh
P.utriculus. pada saat kontak tentakel dari P.Physalia, korban akan merasakan terbakar yang
tajam dan mengejutkan. Dapat terjadi nyeri parastesi atau mati rasa pada daerah yang disengat.
Awalnya daerah yang disengat tampak sebagai satu atau multiple batas ireguler yang terdiri dari
papul-papul merah dan bengkak merah. Urtikaria akan resolusi setelah beberapa jam tetapi dapat
Komplikasi lokal yang berat dari sengatn P.Physalis dapat menyebabkan spasme arterial di
Ketika korban tersengat Physalia, dalam 10-15 menit dapat timbul gejala dari reaksi
keracunan yang ditandai dengan nausea, kram daerah perut, nyeri otot, sakit punggung,
iritabilitas, dispnoe dan sesak. Hemolisis intravaskular dan gagal ginjal akut.(Rehata,2000)
Karang adalah organisme berkoloni dari filum Cnidaria. Luka akibat karang
disebabkan oleh sengatan nematosit atau laserasi. Keduanya dapat terjadi pada waktu yang
bersamaan dan dapat dipersulit oleh reaksi karena benda asing, infeksi bakteri dan eksematosa
lokal. Untuk beberapa karang sejati, racun nematosit relatif tidak berbahaya, menyebabkan
Berbeda dengan sengatan karang sejati, sengatan karang api, Millepora alcicornis, sangat
menyakitkan. Selaput lendir atau lendir yang mengelilingi organisme mengandung banyak
nematosit yag siap di lepaskan apa bila terjadi kontak dengan kulit manusia, menyebabkan rasa
terbakar dan rasa sakit yang sangat menyengat. Dalam satu sampai beberapa jam dapat
menimbulkan erupsi papul eritem pruritik , pada kasus yang berat dapat menyebabkan syok
anafilaktik.
Luka akibat potongan karang dan laserasi disebabkan oleh eksoskeleton dari karang yang
tajam, penyembuhannya lambat dan cenderung tejadi infeksi sekunder yang dapat menyebabkan
Keputusan untuk menutup luka atau membiarkan terbuka tergantung dari derajat trauma,
dan posisi luka.derajat trauma ringan trauma jaringan pada pinggiran luka tidak perlu di tutup.
Jika luka dilakukan penjahitan sebaiknya dilakukan penutup perban supaya tidak berpotensi
menjadi abses.(Rehata,2000)
E. Molluska
berbentuk krucut dan bernilai tinggi bagi kolektor kerang dan penyelam. Beberpa jenis spesies
memiliki bagian yang sangat bercaun dengan sengatan yang mematikan. Spesies kerang kerucut
yang paling berbahaya ditemukan diperaian dangkan Indo-Pasifik. Kerang kerucut bersifat
karnivora, hidup di dasar lautan yang memburu cacing, kerang-kerang lainnya, atau ikan,
tergantung dari spesiesnya. Racun kerang kerucut terdiri dari berbagai macam neurotoksin yang
berbeda dan kematian diakibatkan oleh paralisis sistem pernafasan. Hingga kini belum ada
antiracun untuk toksin kerang kerucut, dan angka kematian setelah terkena raun spesies yag
bervariasi, berkisar sensasi tersengat yang ringan, yang menyerupai gigitan serangga, sampai
nyeri hebat. Gejala awal beupa edem,iskemia,mati rasa dan parastesia disekitar luka. Parastesia
dapat menjalar kedaerah bibir dan mulut. Pralisis muskular lokalisata dapat berkembang
menjedai kelemahan atau paralisis generalisata dan berakhir pada gagal nafas dan
diploia, pandangan kabur, afonia, disfagia, dan koma. Kasus jarang berupa koagulasi
F. Gigitan Gurita
Gurita adalah kelompok karang-karangan yang lebih tinggi, termasuk dalam kelas
Cepalopoda. Kebanyakkan gigitan gurita tidak mengancam jiwa manusia. Aerea gigitan dapat
menjadi nyeri sekali, dan ini ditandai dengan adanya dua luka tusuk kecil, yang banyak
mengelurakan darah. Gejala gigitan gurita biasanya ringan dan tampak merah, bengkak, dan
diperairan pantai Australia. Angka kematian setelah di gigit H. maculosa sebsesar 25%. H.
maculosa memproduksi toksin didalam kelenjar salivanya yang dimasukkan ke tempat gigitan
dan mengandung partikel yang identik dengan tetrodoksin, toksin ini memblok aliran saraf
perifer dan menyebabkan paralisis kemudian gagal nafas. Gigitan dari gurita ini bisa nyeri
sekalipun atau tidak nyeri sama sekali, karena itu korban sering kali tidak menydari telah digit
f. Gigitan lintah
Lintah termasuk kelas dari cacing segmental yang mungkin ditemukan di air tawar
atau air asin maupun daratan. Meskipun gigtan lintah air tawar tidak menyebabkan
rasa sakit pada manusia namun gigitan lintah air asin menghasilkan nyeri yang mirip
serta subtansi antigen lainnya yang dapat memicu reaksi alergi (termasuk reaksi
anfilaktik) pada individu yang sensitif. Gejala lokal akibat gigitan lintah berupa
perdarahan dari bekas tusukan, nyeri, bengkak, merah dan gatal hebat, reaksi
urtikaria, bula , atau nekrotik dapat terjadi pada orang yang sensitif.(Rehata,2000)
Toksisitas akibat sengatan ikan beracun trgantung pada bebrapa faktor, termasuk
spesies ikan,lokasi dan beratnya luka, serta banyakan racun dilepaskan. Pada
Nyerinya langsung dan terus-menerus. Pada kasus sengatan scorpionfish, nyeri bisa
sangat hebat yang mengakibatkan korban mengamuk dan berteriak dan akhirnya
kehilangan kesadaran.
Awalnya tempat sengatan akan tampak pucat dan sianotik. Daerah sekitar luka
dapat menjadi anestetik atau hiperestetik, kemudian menjadi eritema dan edem dan
hebat, apalagi yang disebabkan stonefish, daerag yang cedera dapat menjadi indurasi
ulkus.
Efek sistemik dari duri ikan beracun bervariasi dari ringan sampai berat,
tergantung pada spesienya dan jumlah racun yang masuk pada luka. Efek sistemik
bisa berupa sakit kepala hebat, nausea, muntah, diare, nyeri dan kram perut, demam ,
limfangitis lokal dan anggota kerak, kelemahan, delirium, kejang, aritmia jantung,
iskemik miokardial, perikarditis, hipotensi dan gagal nafas dan dapat berakhir dengan
kematian.(Rehata,2000)
2.3 Menjelaskan mekanisme terjadinya kematian syok anafiklatik akibat serangan binatang laut
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala kliinis. Reaksi anafilaktik mungkin terjadi jika
ditemui beberapa gejala disertai gejala mendadak seperti syok, gejala respiratori (dispenu,
stridor, whezzing), dua gejala lain ( angioderma, rhinorea dan gejala GI tract).(Tabrani,2000)
Sedangkan American Academy of Allergy Astma and Imunology telah membuat suatu
kriteria diagnostik anafilaktik. Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit atau
sengatan binatang laut (beberapa menit hingga beberapa jam) dengan terlibat nya kulit bekas
gigitan atau sengatan , jaringan mukosa atau kedua-duanya (misalnya bintik bintik kemrahan
pada seluruh tubuh , pruritus, kemerahan bekas gigitan atausengatan binatang laut,
pembengkakan dibibir, lidah dan uvula, dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya
sesak nafas, bronkospasme, stridor, whezzing, penurunan PEF, hipoksemia) dan penurunan
tekanan darah, atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (mislnya
hipotonia,sinkop,inkontensia).(Longecker,2017)
Kriteria kedua , dua atau lebih gejala beikut yang terjadi secara mendadak setelah
terpapar alergen spesifik (misalnya racun pada binatang laut, duri pada binatang laut) pada
pasien tersebut( beberapa meint atau jam setelah terkena sengatan atau gigitan),yaitu keterlibatan
jaringan mukosa kulit, misalnya bintik kemerahan, pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan,
pembengkakkan pada bibir, lidah dan uvula, respiratory compromise , misal nya sesak nafas,
bronkospasme,stridor, whezing, penurunan PEF,hipoksemia, penrunan tekanan darah, atau gejala
yang berkaitan misalnya hipotonia, paralisis, sinkop, inkontenisia, dan gejala gasrto intestinal
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar racun binatang laut
yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik). Pada bayi dan anak-anak,
tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%.
Sementara pada oarang dewasa, tekanan darah sistolik lebih kurang dari 90 mmHg atau
dari gejala, kebanyakan reaksi terjadi dalam beberapa menit, jarang reaksi terjadi lebih lambat
dari onset. Waktu onset reaksi anafilaktik tergantung dari tpe trigger. Trigger intravena akan
lebih cepat onsetnya dari pada sengatan, dan cenderung disebabkan lebih cepat onsetnya dari
trigger ingesti oral. Pasien biasanya mengalami cemas dan dapat mengalami sense of
impending.
Airway problem yang terjadi adalah pembengkkan jalan nafas seperti tenggorokkan dan
lidah bengkak (faring/laring edem). Pasien sulit bernafas dan menelan dan merasa tenggorokkan
tertutup, suara hoarse, stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang
mengalami obstruksi.
Breathing Problem yang terjadi pada pasien terkena sengatan binatang laut adalah nafas
pendek , peningkatan frekuensi nafas, whezzing, pasien menjadi lelah, kebingungan karena
hipoksia, sianosis pada late sign biasanya baru muncul, dan respirasi arrest yang menyebabkan
kematian.
Circulation problem yang terjadi setelah pasien terkena sengatan binatang laut adalah
terdapat tanda syok yaitu pucat, berkeringat, peningkatan frekunsi nadi (takikardi), tekanan darah
rendah (hipotensi), mersa ingin jatuh (dizziness), kolaps, penurunan tingkat kesadaran atau
kehilangan kesadaran, anafilaktik dapat menyebabkan iskemik myokardial dan ECG berubah
walaupun individu dengan normal arteri koroner, setelah psien terkena racun yang berasal dari
binatang laut.(Ewan,2017)
Perubahan kulit juga dapat terjadi setelah mendapat gigtan atau sengatan binatang laut.
Perubahan kulit atau mukosa ini sring muncul gambaran pertama setlah gigitan atau sengatan
dari binatang laut dan muncul lebih dari 80% dari reaksi anafilaktik. Perubahan kulit ini dapat
berupa eritema secara general atau sebagian, rash merah, urtikaria yang muncul dimana saja, bisa
berwarna pucat merah atau merah muda sering terjadi dibekas gigitan binatang laut itu sendiri
Angioderma juga sering terjadi , angioderma iini sering tarjadi setelah urtikaria muncul .
angioderma iini sering muncul pada kelopak mata, dan bawah bibir kadang sering terjadi pada
Syok anafilaktik mempengaruhi seluruh sistem pelepasan berbagai macam sel mediator
dari sel mast dan basofil yang masing masing mediator tersebut memiliki afinitas yang berbeda
(Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan
aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi
merupakan waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai
timbulnya gejala.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap
oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana
ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi
sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Ig E spesifik untuk antigen tersebut kemudian
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi
pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen
yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu
pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan
vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan
menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah
Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ
mendadak menyebabkan terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini
menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah. Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut pada
hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keaadan syok yang membahayakan
penderita.
Pemeriksaan forensik
Kematian pada syok anafilaktik kebanyakkan disebabkan oleh kolapsnya jantung dan
edema laring oleh gigitan atau sengatan binatang laut. Gejala timbul pada serangan anafilaktik
antara lain pusing, gatal pada kulit, urtikaria, sesak nafas, whezzing, kesulitan dan kegagalan
pernafasan. Pada kematian karena anafilaktik, munculnya gejala biasanya berlangsung pada 15-
20 menit pertama. Saat pasien meninggal sangat dibutuhkan dokumen (medical record) yang
baik tentang perkembangan penyakit pasien mulai dari gejala terjadinya nafilaktik sampai paien
meninggal. Kematian biasanya terjadi dalam wakti 1-2 jam. Beberapa binatang lautseperti yang
yang disebutkan diatas sebelumnya racunnya bisa sangat toksik dan kematian menjadi terjadi
banyak.(William,2016)
Rekasi anafilaktik yang sangat fatal menyebabkan terjadinya acute respiratory distress
atau circulation colapse. Obstruksi pada saluran pernafasan bagian atas dapat disebabkan oleh
edem laring dan pharing. Pada saluran pernafasan nafas bagian bawah disebabkan oleh
permeabilitas kapiler. Henti jantung mungkin disebabkan karena terhentinya pernafasan, efek
langsung oleh mediator kimia pada syok anafiklasis disebabkan oleh hilangnya cairan
laring, tetapi jarang didapatkan obstruksi komplit dari saluran pernafasan. Pumphrey dan roberts
melaporkan edema laring dan pharing masing-masing didapatkan 8% dan 49%. Emfisema yang
disebabkan oleh bronkokontriksi bisa ditemukan. Kongesti pulmonal dan viceral, edema dan
perdarahan pulmonal bisa didapatkan tetapi tidka spesifik. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Untuk mendapatkan diagnosis adanya reaksi anafilaktik ditentukan adanya riwayat alergi
atau ada yang menyaksikan seseorang emninggal karena gigitan atau sengatan binatang laut.
Pada kematian yang disebabkan oleh gigitan atau sengatan binatang laut, adanya elevasi level
dari IgE atibody dapat dideteksi pada postmortem. Diemukan antibodi dapat menjelaskan
Pada pemeriksaan luar dapat dijumpai, adanya pembengkakan bekas gigitan atau sengatn
binatang laut, untuk itu pada daerah gigitan atau sengatan harus di foto, dieksisi sebesar 5 cm,
dari batas kulit dan diambil jaringan dibawahnya untuk pemeriksaan laboratorium terhadap
antigen.
Dijumpai wajah edem, kelopak mata ,conjugtiva dan bibir yang berhubungan dengan
Perdarahan petchie umum pada kulit biasanya disebabkan vasodilatasi dan permeabilitas
dari 48 jam setelah kematian) yang meluas ke pita suara dan menyebabkan obstruksi laring.
Edema aan menghilang setelah kematian 48 jam. Rima epiglotis bersama epiglotis harus di foto
Pada cabang-cabang trakeobronkial berisi cairan berbuih dan mucus. Paru-paru menjadi
lebih berat biasanya, mengembang dan ada daerah emfisema kemerahan yang selang seling serta
daerah-daerah yang mengaami kolaps. Pleura viseral sering menunjukkan perdarahan petechi
yang tersebar. Pada pemotongan paru-paru dijumpai cairan darah bercampur buih.
transudat berwarna agak kemerahan. Jantung kanan mungkin besar karena gagal paru akut.
Specimen dari darah harus diambil untuk pemeriksaan imunologi (titer antibodi) serta penentuan
Dijumpai kongesti akut pada abdomen bagian dalam, edema maupun perdarahan kadang-
kadang ditemukan pada kedua ginjal. Lymphnode pada hati dan mesentrium bisa membesar dan
hiperemis. Jaringan otak menunjukkan kongesti yang difus dan sering disertai dengan perdarahan
menunjukkan sub mukosa laring dengan infiltrasi eosinofil yang menempel pada endotel
pembuluh darah, pembuluh darah melebar, sel yang nekrosis belum ada.
Paru juga menunjukkan pembesaran fokal atau difus akibat adanya efisema akut. Arteriol
dan kapiler pada paru tampak dilatasi. Tampak hiperemia yang kadang disertai perdarahan pada
peyers patch dari usus halus, lympnode porta hepatitis dan lympnode mesentrium. Limpa
Untuk sediaan darah post mortem dapat dijumpai peningkatan kadar tryptase (>
10g/liter) yang merupakan tanda indikasi yang sangat sensitive (86%) dan spesifik (88%) dari
anafilaktik dan reksi anafilakaltoid. Selain itu ada sediaan darah yang dilakukan pemeriksaan
titer antibodi dengan menggunakan metode Radio Allergo Sorbent Test (RAST) untuk megukur
antibodi yang berhubungan dengan energi terutama IgE. Untuk daerah tempat bekas gigitan atau
sengatan dapat dilakukan pemeriksaan antigen, terutama yang dapat merangsang antibodi
IgE.(Idris,2016)
BAB III
Reaksi alergi akut yang mengenai beberapa organ tubuh secara simultan (biasanya system
kardiovaskular, respirasi, kulit, dan gastrointestinal) disebut sebagai reaksi anafilaksis
(ana=balik; phylaxis=perlindungan). Dalam hal ini respon imun yang seharusnya melindungi
(prophylaxis) justru merusak jaringan (Syamsu, 2001).
Anafilaksis merupakan manifestasi dari hipersensitivitas tipe cepat di mana individu
yang peka terpajan suatu antigen spesifik atau hapten yang mengakibatkan gangguan pernapasan
yang mengancam jiwa, biasanya diikuti oleh kolaps vaskular serta syok dan disertai dengan
urtikaria, pruritus, dan angioedema (Dorland, 1998). Sedangkan menurut Guyton (1997).
Anafilaksis merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan tekanan arteri seringkali
menurun dengan hebat. Anafilaksis terutama disebabkan oleh suatu reaksi antigen-antibodi yang
timbul segera setelah suatu antigen, yang sensitive untuk seseorang, telah masuk ke dalam
sirkulasi. (Ewam,2010)
perlu mendapatkan penanganan segera. Anjuran untuk berobat apabila sakit telah diterangkan
oleh Rasulullah saw dalam berbagai sabdanya yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw pernah
menyuruh para sahabat yang sakit agar berobat, karena Allah SWT ketika menurunkan penyakit
juga menurunkan obatnya (Muhadi dan Muadzin, 2009). Sebagaimana tercantum dalam hadist
Rasulullah saw :
Artinya :
Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba Allah,
berobatlah. Sebab Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula
obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab:
Penyakit tua. (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi).
Selain itu juga disebutkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yaitu:
Artinya :
Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula obatnya(HR. Imam
Al-Bukhari).
Dari hadits Rasullulah saw tersebut di atas menganjurkan berobat apabila sakit, karena
Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya kecuali penyakit tua. Akan tetapi perlu
diyakini bahwa proses penyembuhan terhadap suatu penyakit hendaklah ada kecocokan obat
dengan penyakit dan tidak lepas dari izin Allah SWT, manusia berusaha untuk pengobatan tetapi
Allah SWT yang menyembuhkan (Abduh, 2010). Sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw :
Artinya :
Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia
akan sembuh dengan seizin Allah SWT (HR. Muslim)
pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit, asal tersedia obat-
obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat
Kematian oleh para ulama didefinisikan sebagai ketiadaan hidup. Di dalam al-Quran
ditemukan penjelasan tentang hidup dan mati ini. Berikut kupasan tentang kematian dalam
penjelasan al-Quran dan hadits. (Ahmad,2013)
Al-Quran menggambarkan naluri manusia yang enggan menghadapi kematian. Bahkan Iblis
melakukan bujuk rayu kepada Adam dan Hawa melalui pintu keiinginan untuk hidup kekal
selama-lamanya.
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" QS. Thaha
[20]: 120