You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFENISI
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang
terdiridari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
kembung, rasa penuhatau cepat kenyang, dan sering bersendawa.
Biasanya berhubungan dengan polamakan yang tidak teratur, makanan
yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun
kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).

Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan


sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati
dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan
yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan
kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya
gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).

2. ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit


acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang
terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada
ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia
biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)


b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik


sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,
kolesistitis dan lainnya).
b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

3. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak


jelas, zat-zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan
stress. Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi
Demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat
baik makanan maupun cairan.
Phatway
4. MANEFESTASI KLINIK

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang


dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:

a. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia),


dengan gejala:
1) Nyeri epigastrium terlokalisasi
2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
3) Nyeri saat lapar
4) Nyeri episodic
b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like
dysmotility), dengan gejala:
1) Mudah kenyang
2) Perut cepat terasa penuh saat makan
3) Mual
4) Muntah
5) Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan
7) Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas)
(Mansjoer, et al, 2007)

Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta


dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian
akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang
lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan
yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau


tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat
badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani
pemeriksan.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

a. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang


lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya antara lain
pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan
atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang
membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung
atau usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari
lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi
oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan batu
emas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

a. CLO (rapid urea test)


b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD


dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath
test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007

e. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi


kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
6. KOMPLIKASI

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu


adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia
antara lain:

a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi


dan farmakologi (Monsjoer Arif, 2001)

a. Penatalaksanaan non farmokologi


1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang
pedas,obat-obatan yang berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologi

Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan


terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti
karena froses fatofisiologi pun belum jelas.

Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :

a. antasid (menetralkan asam lambung).


b. Golongan antikolinergi (menghambat pengeluaran asam lambung),dan
c. prognetik (mencegah terjadinya muntah)
8. PENCEGAHAN

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya
sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
b. Pengkajian
1) Alasan utama datang ke rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan dahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat pengobatan dan alergi
c. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2) Data sistemik
a) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
b) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan
mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek,
pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
c) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan
jalan napas, dan lain-lain.
d) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah,
kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher,
dan lain-lain.
g) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara
jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman
tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan,
dan lain-lain.
i) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat, payudara, dan lain-lain.
j) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,
vesika urinaria.
3) Data penunjang
4) Terapi yang diberikan
5) Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
a) Psikologi
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
Cara mengatasi perasaan tersebut
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
Jika rencana ini tidak terselesaikan
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b) Sosial
Aktivitas atau peran klien di masyarakat
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
Cara mengatasinya
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c) Budaya
Budaya yang diikuti oleh klien
Aktivitas budaya tersebut
Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
Cara mengatasi keberatan tersebut
d) Spiritual
Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal
tersebut
Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan
yang sekarang sedang dialami

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya


mual, muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kreteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Berguna
epigastrium intervensi keperawatan beratnya (skala 0 10) pengawasan kefe
berhubungan 1x24 jam diharapkan 2. Berikan istirahat dengan obat, kem
dengan iritasi Terjadinya penurunan posisi semifowler penyembuhan
pada mukosa atau hilangnya rasa 3. Anjurkan klien untuk 2. Dengan posisi
lambung. nyeri, dengan kriteria menghindari makanan yang fowler
hasil: klien melaporkan dapat meningkatkan kerja asam menghilangkan
terjadinya penurunan lambung tegangan abd
atau hilangnya ras nyeri 4. Anjurkan klien untuk tetap yang berta
mengatur waktu makannya dengan posisi tele
5. Observasi TTV tiap 24 jam 3. dapat
6. Diskusikan dan ajarkan menghilangkan
teknik relaksasi akut/hebat
7. Kolaborasi dengan menurunkan ak
pemberian obat analgesik peristaltik
4. mencegah terja
perih pada
hati/epigastrium
5. sebagai ind
untuk melan
intervensi berikut
6. Mengurangi
nyeri atau
terkontrol
7. Menghilangkan
nyeri
mempermudah
kerjasama d
intervensi terapi l
2 Nutrisi Setelah dilakukan 1. Pantau dan dokumentasikan 1. Untuk
kurang dari intervensi keperawatan dan haluaran tiap jam secara mengidentifikasi
kebutuhan 2x24 jam diharapkan adekuat indikasi/perkemb
berhubungan dapat Menunjukkan 2. Timbang BB klien dari hasil
dengan rasa peningkatan berat 3. Berikan makanan sedikit tapi diharapkan
tidak enak badan mencapai sering 2. Membantu
setelah rentang yang 4. Catat status nutrisi paasien: menentukan
makan, diharapkan individu, turgor kulit, timbang berat keseimbangan
anoreksia. dengan kriteria hasil badan, integritas mukosa mulut, yang tepat
menyatakan kemampuan menelan, adanya 3. meminimalkan
pemahaman kebutuhan bising usus, riwayat anoreksia,
nutrisi mual/rnuntah atau diare. mengurangi
5. Kaji pola diet klien yang gaster
disukai/tidak disukai. 4. Berguna
6. Monitor intake dan output mendefinisikan d
secara periodik. masalah dan inte
7. Catat adanya anoreksia, mual, yang tepat Be
muntah, dan tetapkan jika ada dalam penga
hubungannya dengan medikasi. kefektifan
Awasi frekuensi, volume, kemajuan
konsistensi Buang Air Besar penyembuhan
(BAB). 5. Membantu
intervensi kebu
yang sp
meningkatkan
diet klien.
6. Mengukur
keefektifan nutris
cairan
7. Dapat menen
jenis diet
mengidentifikasi
pemecahan m
untuk meningk
intake nutrisi.

3 Perubahan Setelah dilakukan 1. Awasi tekanan darah dan 1. Indikator


keseimbangan intervensi keperawatan nadi, pengisian kapiler, status keadekuatan v
cairan dan 3x24 jam di harapkan membran mukosa, turgor kulit sirkulasi perifer
elektrolit klien dapat Menyatakan 2. Awasi jumlah dan tipe hidrasi seluler
berhubungan pemahaman faktor masukan cairan, ukur haluaran 2. Klien
dengan penyebab dan prilaku urine dengan akurat mengkomsumsi
adanya mual, yang perlu untuk 3. Diskusikan strategi untuk sama
muntah memperbaiki defisit menghentikan muntah dan mengakibatkan
cairan, dengan kriteria penggunaan laksatif/diuretik dehidrasi
hasil mempertahankan 4. Identifikasi rencana untuk mengganti cairan
/ menunjukkan meningkatkan/mempertahankan masukan kalori
perubaan keseimbangan cairan optimal berdampak
keseimbangan cairan, misalnya : jadwal masukan keseimbangan
dibuktikan stabil, cairan elektrolit
membran mukosa 5. Berikan/awasi 3. Membantu
lembab, turgor kulit hiperalimentasi IV menerima per
baik. bahwa akibat m
dan atau pengg
laksatif/diuretik
mencegah kehil
cairan lanjut
4. Melibatkan
dalam rencana
memperbaiki
keseimbangan
berhasil
5. Tindakan
untuk mempe
ketidak seimb
cairan elektroli

4 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Untuk


berhubungan intervensi keperawatan 2. Berikan dorongan dan mengidentifikasi
dengan 3x24 jam di harapkan berikan waktu untuk indikasi/perkemb
perubahan klien dapat mengungkapkan pikiran dan dari hasil
status Mendemonstrasikan dengarkan semua keluhannya diharapkan
kesehatannya koping yang positif dan 3. Jelaskan semua prosedur dan 2. Membantu
mengungkapkan pengobatan menentukan
penurunan kecemasan, 4. Berikan dorongan spiritual keseimbangan
dengan kriteria hasil yang tepat
klien menyatakan 3. meminimalkan
pemahaman tentang anoreksia,
penyakitnya. mengurangi
gaster
4. Berguna
mendefinisikan d
masalah dan inte
yang tepat Be
dalam penga
kefektifan
kemajuan
penyembuhan
5. Membantu
intervensi kebu
yang sp
meningkatkan
diet klien.
6. Mengukur
keefektifan nutris
cairan
7. Dap

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2:


Jakarta. EGC.

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan


Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
Inayah Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan, Edisi Pertama: Jakarta. Salemba Medika.
Manjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta.
Medika aeusculapeus.

Suryono Slamet, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi
: Jakarta. FKUI.

Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.

Warpadji Sarwono, et al. 1996. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.

You might also like